Respon Pertumbuhan Acacia mangium Willd. terhadap Penambahan Kapur dan HSC (Humic Substantces Complex) pada Lahan Pasca Tambang Batubara

RESPON PERTUMBUHAN Acacia mangium Willd. TERHADAP
PENAMBAHAN KAPUR DAN HSC (HUMIC SUBSTANTCES
COMPLEX) PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA

NURI JELMA MEGAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Pertumbuhan
Acacia mangium Willd. terhadap Penambahan Kapur dan HSC (Humic
Substantces Complex) pada Lahan Pasca Tambang Batubara adalah benar karya
saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Nuri Jelma Megawati
E451130266

RINGKASAN
NURI JELMA MEGAWATI. Respon Pertumbuhan Acacia mangium Willd.
terhadap Penambahan Kapur dan HSC (Humic Substantces Complex) pada Lahan
Pasca Tambang Batubara. Dibimbing oleh BASUKI WASIS dan YADI
SETIADI.
Kegiatan reklamasi dan revegetasi pada lahan pasca tambang harus
memenuhi standar keberhasilan menurut permenhut No 60 tahun 2009. Tingkat
keberhasilan penanaman pada lahan pasca tambang batubara rendah. Hal ini
disebabkan oleh kondisi karakteristik tanah yang tidak mendukung pertumbuhan
tanaman seperti pH rendah dan kelarutan Al yang tinggi. Upaya perbaikan tanah
pada kondisi tersebut dapat dilakukan dengan cara pengapuran dan penambahan
HSC. Tujuan dari penelitian ini ialah mengkarakteristikkan tanah pada lahan
pasca tambang batubara pada kondisi pertumbuhan tanaman yang berbeda serta
menguji pengaruh penambahan kapur dan HSC terhadap pertumbuhan A.

mangium di lahan pasca tambang.
Penelitian dilaksanakan pada lahan pasca tambang batubara PT Jorong
Barutama Greston pada blok umur tanam 1, 2, dan 3 tahun. Pada masing-masing
blok umur tanam tersebut dilakukan pengkarakteristikkan tanah berdasarkan
kondisi pertumbuhan yaitu normal, sedang, dan buruk. Pada lokasi kondisi
pertumbuhan buruk untuk masing-masing blok umur tanam dilaksanakan
penelitian untuk mengetahui respon pertumbuhan A. mangium. Penelitian tersebut
menggunakan rancangan percobaan blok terpisah dengan 2 faktor yaitu
penambahan kapur dan HSC untuk masing-masing lokasi.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan karakteristik tanah pada lahan
pasca tambang batubara yang menyebabkan kondisi pertumbuhan menjadi
normal, sedang, dan buruk. Perbedaan karakterisik kondisi pertumbuhan tanaman
tersebut disebabkan oleh nilai pH yang rendah (≤4.7) dan tingkat kelarutan Al
tanah yang tinggi (>3 me/100g). Semakin rendah nilai pH akan menyebabkan
kelarutan Al semakin meningkat sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi
tidak normal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan kapur dan
HSC mampu meningkatkan pertumbuhan A. mangium. Perlakuan penambahan
kapur memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi A.
mangium pada ketiga lokasi. Perlakuan penambahan kapur terbaik untuk masingmasing lokasi yaitu dosis 0.75 dan 1.5 kg/lubang tanam (lokasi 1), 1 kg/lubang

tanam (lokasi 2), dan 3 kg/lubang tanam (lokasi 3). Perlakuan penambahan HSC
belum mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan A. mangium.
Keywords : A. mangium, analisis tanah, HSC, kapur, lahan pasca tambang
batubara

SUMMARY
NURI JELMA MEGAWATI. The Respons on Growth of Acacia mangium Willd.
by Using Dolomit and HSC (Humic Substances Complex) on Ex Coal Mineland.
Supervised by BASUKI WASIS and YADI SETIADI.
Success of reclamation and revegetation activities on ex-coal mined land
must be refer to Regulation of Ministry of Forestry 60, 2009. Low of successful
of revegetation on ex-coal mined land, due to the soil condition which not
appropriate to support plant grow, such as low pH and high Al solubility. Attempt
to soil rehabilitation could be done by liming and HSC addition. The objectives of
this research were to charaterize the soil in various types of A. mangium growth
condition and to examine the effect of adding dolomit and HSC to improve soil
condition and A. mangium growth on ex coal mined land.
This research was conducted on ex-coal mined lan PT Jorong Barutama
Greston planting block 1st year, 2nd year, and 3th year. Soil analysis was
conducted in three condition of A. mangium growth, which are normal, moderate

and bad. Measuring of response of A. mangium growth was conducted in three
planting block which shown the bad performance of A. mangium growth. This
research used Split Block Design with two factors, namely dolomit addition and
HSC addition in each locations.
The results showed differences in the characteristics of the soil on the excoal mined land, thus impacted to growing conditions become normal, moderate,
and bad. Differences of characteristics in plant growth are caused by the low pH
value (≤4.7) and the high solubility of Al (>γ me/100g). The lower the pH value
will impact to increasing of Al solubility, thus the plants would be growth
abnormally.
The results showed that addition of dolomit and HSC are able to enhance the
growth of A. mangium. Addition of dolomit shown a significantly different effect
on the growth of height of A. mangium in all three locations. The best amount of
dolomit for treatment in each location are 0.75 and 1.5 kg/ planting hole
(location 1), 1 kg / planting hole (location 2), and 3 kg / planting hole (location 3).
Treatment by addition HSC has not shown significant influence on growing A.
mangium.
Keywords : A. mangium, dolomite, ex coal mineland, HSC, soil analysis

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

RESPON PERTUMBUHAN Acacia mangium Willd. TERHADAP
PENAMBAHAN KAPUR DAN HSC (HUMIC SUBSTANTCES
COMPLEX) PADA LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi : Dr Ir Iwan Hilwan MS

Judul Tesis

: Respon Pertumbuhan Acacia mangium Willd. terhadap
Penambahan Kapur dan HSC (Humic Substantces Complex)
pada Lahan Pasca Tambang Batubara

Nama

: Nuri Jelma Megawati

NIM

: E451130266

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Basuki Wasis MS
Ketua

Dr Ir Yadi Setiadi MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Silvikultur Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R MS

Dr Ir Dahrul Syah MScAgr

Tanggal Ujian:


Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah
Respon Pertumbuhan Acacia mangium Willd. terhadap Penambahan Kapur dan
HSC (Humic Substantces Complex) pada Lahan Pasca Tambang Batubara. Terima
kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Dr Ir Basuki Wasis MS dan Bapak Dr Ir Yadi Setiadi MSc selaku
pembimbing atas bantuan dan bimbingannya.
2. Bapak Dr Ir Iwan Hilwan MS selaku dosen penguji luar komisi atas
pembelajaran dan bimbingannya.
3. Staff PT Jorong Barutama Greston (JBG) yang telah membantu selama
pengumpulan data.
4. Dosen dan Staff Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor atas pembelajaran, bantuan, dan dukunganya.
5. Ayah dan Ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

6. Teman-teman Laboratorium Bioteknologi Hutan (Kak Nadia, Weda, Rahmat,
dan Pak Acep) atas dukungan, bantuan, dan doanya.
7. Teman-teman Silvikultur Tropika (Dina Oktavia, Laura Florensia, dll) dan
sahabat satu program fasttrack (Adisti PH, Eti O) yang tak henti-hentinya
memberikan semangat, dukungan, dan doa.
8. Sahabat-sahabat dari Departemen Silvikultur (Dwi Atri, Ardi, Azzam, Suyogya
dll) dan sahabat kost cempaka (Tatat, Intan, Vivi, Kamil, Mbak Dani, Bu
Agung, Zahra) serta sahabat G0L asrama APD (Zhulmi, Desi dll) atas
kebersamaan, bantuan, dan semangatnya.
9. Beasiswa Fresh Graduate yang telah memberikan bantuan finansial selama
penulis melakukan studi.
Dan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu terselesainya penelitian dan karya ilmiah ini, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, semoga amal ibadahnya diberi ganjaran pahala oleh Allah
SWT
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Nuri Jelma Megawati


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

Perumusan Masalah

2

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

METODE

4

Waktu dan Tempat Penelitian

4

Alat dan Bahan

4

Prosedur Penelitian

4

HASIL
Analisis Tanah
Pertumbuhan A. mangium
PEMBAHASAN

8
8
10
13

Karakteristik Tanah

13

Pertumbuhan A. mangium

15

KESIMPULAN DAN SARAN

17

Kesimpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR TABEL
1

Parameter analisis tanah

5

2

Perlakuan pada masing-masing lokasi

6

3

Hasil analisis tanah blok M1W inpit dump (umur tanam 1 tahun)

8

4

Hasil analisis tanah blok M23E west inpit (umur tanam 2 tahun)

9

5

Hasil analisis tanah blok M45C disposal (umur tanam 3 tahun)

10

6

Rekapitulasi pengukuran pH tanah pada lokasi penelitian

11

7

Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan kapur dan HSC
terhadap pertumbuhan A. mangium
Hasil uji bedanyata pengaruh perlakuan kapur dan HSC terhadap
pertumbuhan A. mangium pada lokasi M1W inpit dump
Hasil uji bedanyata pengaruh perlakuan kapur dan HSC terhadap
pertumbuhan A. mangium pada lokasi M23E inpit dump
Hasil uji bedanyata pengaruh perlakuan interaksi kapur dan HSC
terhadap pertumbuhan A. mangium

11

8
9
10

11
12
12

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pemikiran

2

2

Peta lokasi penelitian

3

3

Ilustrasi Pengambilan Sampel tanah

4

4

Plot kondisi pertumbuhan buruk. (A) lokasi 1; (B) lokasi 2; (C) lokasi
3

9

DAFTAR LAMPIRAN
1.

Standar kondisi lahan bermasalah (Setiadi 2012)

21

2.

22

3.

Kriteria umum untuk menilai nutrisi dan karakteristik fisik tanah untuk
tanaman (BAI 1984)
Denah tata letak penanaman

4.

Hasil analisis tanah lokasi 1 M1W In Pit Dump

24

5.

Hasil analisis tanah lokasi 2 M23E West In Pit

25

6.

Hasil analisis tanah lokasi 3 M45C Disposal

26

23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan reklamasi dan revegetasi pada lahan pasca tambang yang
dilaksanakan oleh pemegang ijin usaha pertambangan (IUP) harus memenuhi
standar keberhasilan menurut Permenhut No 60 Tahun 2009 (Replublik Indonesia
2009). PT Jorong Barutama Greston (JBG) merupakan salah satu perusahaan
tambang batubara di Kalimantan Selatan yang telah melaksanakan kegiatan
reklamasi dan revegetasi pada lahan pasca tambang. Dari kegiatan pra evaluasi
kegiatan reklamasi dan revegetasi di PT JBG masih ditemukan kondisi
pertumbuhan tanaman yang kekuningan, kerdil, dan kematian. Kondisi tersebut
memengaruhi persen daya hidup dan kesehatan tanaman yang merupakan
parameter penting yang menentukan keberhasilan reklamasi dan revegetasi.
Permasalahan yang sering muncul pada upaya revegetasi lahan pasca tambang
ialah rendahnya kualitas sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengkarakteristikan
tanah perlu dilakukan untuk mengetahui permasalahan utama yang menyebabkan
status pertumbuhan tanaman menjadi normal, sedang, dan buruk.
Kondisi pH tanah yang rendah merupakan permasalah utama yang sering
dijumpai pada pertambangan batubara. Kondisi pH tersebut dapat menyebabkan
peningkatan kelarutan dari logam Al yang berpotensi menjadi racun bagi tanaman
dan dapat juga menyebabkan peningkatan fixing phosphate (Setiadi 2012). Salah
satu upaya untuk menangani kondisi pH yang rendah tersebut ialah melalui
pengapuran. Pengapuran adalah penambahan senyawa yang mengandung Ca dan
atau Mg ke dalam tanah dan mampu mengurangi kemasaman tanah. Secara
kimiawi pengapuran dapat mengurangi keracunan Al, meningkatkan pH tanah,
dan meningkatkan ketersediaan hara tanaman terutama Ca dan P (Widjaja dan
Adhi 1985). Selain pengapuran, salah satu cara meminimalkan toksisitas unsur Al
yaitu dengan penggunaan HSC (Humic Substances Complex). HSC merupakan
komponen yang sangat penting dari tanah yang dapat memengaruhi sifat fisik dan
kimia serta meningkatkan kesuburan tanah. HSC dalam tanah dan sedimen dapat
dibagi menjadi tiga fraksi utama yaitu asam humat, asam fulvat, dan humin (IHSS
2007). Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian
mengenai perbaikan lahan pasca tambang batubara menggunakan kapur dan HSC
untuk meningkatkan pertumbuhan A. mangium sehingga diharapkan dapat
menjadi acuan dalam meningkatkan keberhasilan reklamasi dan revegetasi lahan
pasca tambang batubara.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah membandingkan karakteristik tanah pasca
tambang pada lokasi kondisi pertumbuhan tanaman normal, sedang, dan buruk
serta menguji pengaruh pemberian kapur dan HSC terhadap pertumbuhan A.
mangium pada lahan pasca tambang batubara.

2
Perumusan Masalah
Kegiatan pertambangan batubara yang dilaksanakan pada kawasan hutan
berdampak terhadap penurunan kualitas tanah dan perubahan bentang alam.
Kegiatan reklamasi perlu dilaksanakan untuk memperbaiki kualitas tanah dan
bentang alam yang telah berubah agar dapat mendukung proses revegetasi. Dari
kegiatan pra-evaluasi lapangan, kegiatan revegetasi yang dilaksanakan oleh PT
JBG sebagian masih belum memenuhi kriteria keberhasilan reklamasi dan
revegetasi. Permasalahan utama yang dihadapi ialah kondisi pH yang rendah yang
menyebabkan kelarutan logam Al menjadi tinggi sehingga dapat meracuni
tanaman. Hal tersebut menyebabkan hasil revegetasi yang telah dilakukan PT.
JBG memiliki status kondisi pertumbuhan tanaman yang berbeda-beda. Status
kondisi pertumbuhan tanaman tersebut dibagi menjadi tiga yaitu normal
(pertumbuhan baik dan sehat), sedang (pertumbuhan di bawah rata-rata normal,
daun nampak kekuningan dan pertumbuhan kerdil), dan buruk (pertumbuhan jauh
dibawah rata-rata, stagnant, nampak adanya gejala toksisitas dan sebagian besar
tanaman mati).
Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tiga lahan dengan status kondisi
pertumbuhan tanaman yang berbeda untuk mengetahui perbedaan sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pada status kondisi pertumbuhan tanaman buruk
dilakukan upaya perbaikan tanah dengan menggunakan kapur dan HSC. Kapur
sebagai bahan yang dapat megurangi kemasaman tanah dan HSC untuk
meminimalkan toksisitas logam Al. Hal tersebut diharapkan dapat memperbaiki
kualitas tanah sehingga pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Kerangka
pemikiran tertera pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran

3
Bedasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran tersebut maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah perbedaan karateristik tanah dapat menyebabkan perbedaan kondisi
pertumbuhan A. mangium?
2. Apakah perbaikan kondisi tanah menggunakan kapur dan HSC dapat
menigkatkan pertumbuhan A. mangium?
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan dalam melakukan karakterisasi
tanah sebelum penanaman dan penentuan perbaikan kondisi tanah yang tepat
untuk mengatasi permasalahan kondisi pH yang rendah dan keracunan logam Al
dalam kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan pasca tambang batubara.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup pengkarakteristikan tanah dari hasil
analisis tanah yang dilaksanakan di Laboratorium Tanah Universitas Lambung
Mangkurat, Kalimatan Selatan. Sampel tanah diambil dari lahan pasca tambang
batubara PT JBG pada tiga umur tanam dan tiga kondisi pertumbuhan. Upaya
perbaikan dilakukan pada tanah yang teridentifikasi memiliki permasalahan
kondisi pH rendah dan keracunan Al berdasarkan hasil analisis tanah
menggunakan kapur pertanian (dolomit) dan HSC (mengandung Asam Humat,
bahan stimulan mikroba, dan perangsang akar) untuk meningkatkan pertumbuhan
A. mangium. Bibit A. mangium yang dipergunakan pada penelitian ini berasal dari
persemaian PT JBG.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

4

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan
Juni 2014. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Universitas Lambung
Mangkurat Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan di lahan pasca tambang
(Gambar 2) PT. JBG, Kalimantan Selatan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meteran, bor tanah, plastik
sampel, spidol permanen, alat tulis, sarung tangan, kamera, tallysheet, cangkul,
pita label, timbangan, gembor, ember, garu untuk ripping, galah, dan kaliper.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit A. mangium, kapur, HSC,
Bionature-50, kompos bio-organik, pupuk NPK, dan rock phosphat.
Prosedur Penelitian
Analisis Tanah
Analisis tanah dilaksanakan pada lahan pasca tambang batubara PT. Jorong
Barutama Greston yang telah dilakukan penanaman. Lokasi pengambilan sampel
tanah dilakukan pada lahan dengan tiga blok umur tanam yaitu 1 tahun, 2 tahun,
dan 3 tahun. Pada masing-masing blok umur tanam tersebut dipilih tiga plot
dengan kondisi pertumbuhan tanaman yang berbeda yaitu plot kondisi
pertumbuhan normal (keseluruhan tanaman tumbuh dengan normal dan sehat),
plot kondisi pertumbuhan sedang (pertumbuhan tanaman dibawah rata-rata
normal dan atau pertumbuhan tanaman kerdil), dan plot kondisi pertumbuhan
buruk (pertumbuhan tanaman jauh di bawah rata-rata dan atau hampir keseluruhan
tanaman mati).

Gambar 3 Ilustrasi pengambilan sampel tanah

5
Mekanisme pengambilan sampel tanah dilakukan seperti pada Gambar 3.
Pada masing-masing lokasi kondisi pertumbuhan dilakukan pembagian menjadi 2
bagian berdasarkan kesamaan warna tanah. Pada masing-masing bagian dilakukan
pengambilan sampel tanah dari hasil komposit tanah yang berasal dari lima
sampling point pada dua kedalaman yaitu 0–30 cm dan 30–60 cm. Jumlah sampel
tanah untuk setiap plot kondisi pertumbuhan yaitu 4 sampel. Jadi total sampel
tanah keseluruhan yaitu 12 sampel tanah per lokasi umur tanam (36 sampel tanah
untuk ketiga umur tanam).
Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui kualitas fisik, kimia, dan biologi
tanah yang menjadi permasalahan utama yang umumnya ditemui pada
pertambangan batubara. Parameter tanah yang dianalisis adalah sebanyak 17
parameter, seperti yan terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter analisis tanah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis analisis
pH (1:1) H2O
pH (1:1) KCl
C-org
N total
P-bray
P-HCl 25%
Ca
Mg
K
Na
KTK
KB
Al
H
Hara mikro tersedia (Fe, Cu, Zn, dan Mn)
Tekstur (pasir, debu, dan liat)
Pirit

Unit
%
%
ppm
mg/100g
me/100g
me/100g
me/100g
me/100g
me/100g
%
me/100g
me/100g
mg/g
%
%

Hasil analisis tanah tersebut digunakan untuk mengevaluasi kesuburan tanah
dan mengidentifikasi kendala pertumbuhan tanaman. Data analisis tanah yang
diperoleh kemudian dievaluasi dengan menggunakan standar kondisi lahan
bermasalah (Lampiran 1) dan kriteria kesuburan tanah (Lampiran 2).
Pertumbuhan A. mangium
Tiga penelitian dilaksanakan untuk mengetahui respon pertumbuhan A.
mangium yang dilaksanakan di tiga plot kondisi pertumbuhan buruk yang terbagi
atas:
a. Penelitian pertama berada di M1W In Pit Dump umur tanam 1 tahun (lokasi 1).
b. Penelitian kedua berada di M23E West In Pit umur tanam 2 tahun (lokasi 2).
c. Penelitian ketiga berada di M45C Disposal umur tanam 3 tahun (lokasi 3).
Prosedur penanaman terdiri dari penyiapan bibit, penyiapan lahan,
pemberian kapur, pemberian HSC, dan penanaman.

6
Penyiapan bibit. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit A.
mangium yang berasal dari persemaian PT. JBG. Ukuran bibit yang digunakan
berbeda pada masing-masing lokasi (Tabel 2). Jumlah bibit pada masing-masing
lokasi adalah sebanyak 173 bibit (144 bibit ditambah 20% bibit sulaman)
sehingga total keseluruhan bibit yang digunakan adalah sebanyak 519 bibit.
Persiapan bibit dilakukan dengan memilih bibit yang sehat kemudian diberikan
pengaktif akar (Bionature-50). Pengatif akar diberikan dengan dosis 1.67%
sebanyak 200 cc/bibit dengan frekuensi penyiraman sebanyak 2 kali. Pemberian
pengaktif akar ini bertujuan agar akar dapat dengan cepat beradaptasi ketika
ditanam (tidak mengalami fase stagnasi).
Penyiapan Lahan. Penyiapan lahan dimulai dengan membuat jarak tanam
4 m x 4 m pada masing-masing lokasi. Pembuatan lubang tanam dibuat dengan
ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Pada setiap lubang tanam dipasangkan ajir yang
telah diberikan label sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan.
Pemberian kapur. Pemberian kapur diberikan dengan dosis sesuai
perlakuan (Tabel 2). Pemberian kapur dilakukan dengan mencampurkan kapur ke
tanah pada lubang tanam dan permukaan tanah pada luasan 2.25 m2 mengelilingi
lubang tanam. Pengecekan pH tanah dilakukan sebelum pemberian pH dan setelah
pemberian pH pada H+3, H+7, dan H+14 untuk mengetahui peningkatan pH
tanah.
Pemberian HSC. Pemberian HSC dilakukan selama dua minggu setelah
pengapuran dengan dosis sesuai dengan perlakuan (Tabel 2). HSC diberikan
dengan cara menyiramkan secara merata pada lubang tanam dan juga pada luasan
2.25 m2 di sekeliling lubang tanam.
Penanaman. Penanaman dilaksanakan satu minggu setelah pemberian
HSC. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan metode root ball dengan
posisi leher akar 2 cm di atas permukaan tanah. Sebelum penanaman, dilakukan
penambahan Rock phosphat, kompos, dan pupuk NPK dengan dosis yang
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rincian dosis masing-masing lokasi
Perlakuan
Lokasi

1
2
3

Tingi
bibit
(cm)
± 50
±100
±150

Kapur
(kg/lubang tanam)

4 liter/ lubang tanam
HSC (%)

L0

L1

L2

H0

H1

H2

0.00
0.00
0.00

0.75
1.00
1.50

1.50
2.00
3.00

0.00
0.00
0.00

0.83
0.83
0.83

1.25
1.25
1.25

Rock
phospat
(ton/ha)

Kompos
(ton/ha)

NPK
(ton/ha)

0.29
0.43
0.86

1.73
1.73
1.73

0.06
0.06
0.06

Pengambilan data. Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati adalah
tinggi (cm), diameter (cm), dan jumlah tunas baru tanaman. Pengamatan
dilakukan dengan metode sampling pada setiap plot dengan jumlah sampel
sebanyak tiga tanaman untuk setiap perlakuan. Sampel dipilih dengan
menggunakan angka acak yang diperoleh dari Microsoft Excel. Pengamatan
dilakukan setiap bulan selama empat bulan dengan menghitung jumlah pucuk

7
yang baru. Untuk mengurangi bias maka pada saat menghitung jumlah pucuk baru
pada setiap bulannya, pucuk yang telah dihitung ditandai dengan cat hitam.
Rancangan Percobaan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Blok Terpisah dengan dua faktor yang terdiri dari
16 ulangan untuk setiap plot penanaman, jadi untuk setiap lokasi terdapat 144 A.
mangium. Faktor pertama yaitu perlakuan pemberian kapur (L) dengan tiga taraf
perlakuan pada masing-masing plot percobaan. Faktor kedua yaitu perlakuan
pemberian HSC (H) dengan tiga taraf perlakuan pada masing-masing lokasi
percobaan. Rincian mengenai perlakuan dan taraf pada masing-masing lokasi
dapat dilihat pada Tabel 2. Denah tata letak penanaman bibit A. mangium pada
masing-masing lokasi dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5.
Berdasarkan rancangan penelitian tersebut maka model linier yang
digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik & Sumertajaya 2002) :
Yijk = µ + ρk+ αi +Δik + j + ik + (α )ij+ εijk
Keterangan :
Yijk
µ
ρk
αi
Δik
j
ik
(α )ij
εijk

= Nilai pengamatan pada faktor perlakuan kapur taraf ke-i, faktor
perlakuan HSC taraf ke-j, dan blok ke-k.
= Nilai rata-rata umum
= Pengaruh pengelompokan
= Pengaruh faktor perlakuan kapur taraf ke-i
= Komponen acak dari faktor perlakuan kapur yang menyebar
normal
= Pengaruh faktor perlakuan HSC taraf ke j
= Komponen acak dari faktor perlakuan HSC yang menyebar
normal
= Pengaruh interaksi antara faktor perlakuan kapur taraf ke-i dan
faktor perlakuan HSC taraf ke-j
= Pengaruh kesalahan percobaan dari faktor perlakuan kapur taraf
ke-i, faktor perlakuan HSC taraf ke-j dan blok ke-k

Analisis Data. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
pertumbuhan A. mangium, dilakukan sidik ragam dengan uji F. Data yang
diperoleh dari setiap plot lokasi diolah dengan menggunakan perangkat lunak
statistika SAS 9.1, jika :
a. F hitung < F Tabel, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter tinggi dan diameter
b. F hitung > F Tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter tinggi dan diameter. Jika terdapat perbedaan yang nyata maka
dilakukan uji lanjut Duncan`s Multiple Range Test.
Hasil SAS menggunakan analisis deskriptif dengan tujuan agar mudah
untuk menguji tingkat variasi perlakuan. Uji lanjutan juga digunakan untuk
membandingkan perlakuan mana yang paling baik dalam percobaan. Pengujian
lanjut ini menggunakan uji beda nyata Duncan karena uji inilah yang paling sering
digunakan dalam pengujian lanjut anova.

8

HASIL
Analisis Tanah
Hasil analisis tanah pada lahan pasca tambang batubara yang telah
direvegetasi dapat dilihat pada Tabel 3, 4, dan 5. Tabel 3 menunjukkan bahwa
ketiga plot pada blok umur tanam 1 tahun memiliki nilai pH yang secara umum
tidak bermasalah menurut kriteria lahan bermasalah (Setiadi 2012). Nilai pH
tersebut juga tergolong pada kisaran rendah sampai sedang menurut kriteria
umum menilai nutrisi tanah untuk tanaman (BAI 1984). Plot sedang pada lokasi
tersebut memiliki permasalahan pada tekstur tanah yang didominasi oleh pasir
sebesar 62.54 –85.75% serta dua sampel tanah nya memiliki nilai KTK yang
cukup rendah yaitu 11.83 me/100g dan 13.77 me/100g. Pada plot buruk tekstur
tanahnya didominasi oleh pasir sebesar 61.65–81.21%. Kondisi berpasir tersebut
disertai dengan kelarutan Al yang cukup tinggi hingga 1.01–2.08 me/100g
sehingga menjadi permasalahan utama yang menyebabkan kondisi pertumbuhan
A. mangium menjadi buruk.
Tabel 3 Hasil analisis tanah blok umur tanam 1 tahun
Parameter analisis tanah
Lokasi 1

Normal
1
2

pH (H2O)

KTK

Al

H

me/100g

me/100g

me/100g

Tekstur
Pasir

Debu

Liat

%

%

%

0–30
30–60
0–30
30–60

5.09
4.90
5.15
5.16

16.80 *
46.74 *
29.31 *
19.54 *

1.03
1.57
1.57
1.06

1.54
1.57
1.70
2.66

69.32
51.88
44.55
39.18

5.16
13.87
17.33
25.5

25.52
34.25
38.12
35.32

0–30
30–60
0–30
30–60

5.14
4.45
4.88
4.56

13.77 *
32.36 *
23.16 *
11.83 *

1.57
1.53
1.02
0.00

1.57
2.05
1.57
3.07

62.54
82.76
85.75
85.57

9.83
6.14
3.72
7.61

27.63
11.1
10.53
4.82

0–30
30–60
0–30
30–60

5.00
4.95
5.12
5.15

34.38 *
17.43 *
23.09 *
14.52 *

2.05
1.57
2.08
1.01

1.54
3.13
2.08
1.52

78.15
65.19
61.65
81.21

5.77
10.73
11.87
5.04

16.08
24.08
26.48
12.75

Sedang
1
2

*
*
*

Buruk
1
2

*
*
*

* = bermasalah menurut kriteria lahan bermasalah (Setiadi 2012)

Tabel 4 menunjukkan ketiga plot pada blok umr tanam 2 tahun juga
memiliki nilai pH yang secara umum tidak bermasalah menurut kriteria lahan
bermasalah (Setiadi 2012) dan nilai pH tersebut tergolong pada kisaran rendah
sampai sedang menurut kriteria umum menilai nutrisi tanah untuk tanaman (BAI
1984). Meskipun pada ketiga plot tersebut memiliki tekstur tanah yang

9
bermasalah karena padat yang disebabkan oleh jumlah fraksi debu dan liat >65%,
tetapi pada plot normal A. mangium pada plot normal mampu tumbuh dengan
baik karena tidak ada permasalahan lain selain kondisi tekstur tanah tersebut.
Berbeda halnya pada plot sedang, selain memiliki permasalahan pada tekstur
tanahnya yang padat, terdapat masalah lain yaitu adanya nilai kelarutan Al yang
tinggi pada dua sampel tanah nya yaitu 2.86 me/100g dan 2.91 me/100g. Tekstur
tanah pada plot kondisi pertumbuhan buruk didominasi padat dengan jumlah debu
dan liat bekisar 73.03–75.98% disertai dengan kelarutan Al yang tinggi berkisar
3.29–4.43 me/100g merupakan permasalahan utama yang menyebabkan kondisi
pertumbuhan A. mangium menjadi buruk.
Tabel 4 Hasil analisis tanah blok M23E Inpit Dump (umur tanam 2 tahun)
Parameter analisis tanah
Lokasi 2

pH (H2O)

KTK

Al

H

me/100g

me/100g

me/100g

Tekstur
Pasir

Debu

Liat

%

%

%

Normal
1
2

0–30
30–60
0–30
30–60

5.71
5.85
5.89
5.91

19.18
22.90
19.40
17.87

1.82 *
1.10 *
1.08 *
0.00 *

1.86
1.99
1.96
1.23

33.79
13.19
34.45
14.87

20.22
76.74
19.43
81.25

45.99
10.07
46.12
3.88

*
*
*
*

0–30
30–60
0–30
30–60

6.07
6.13
5.47
5.31

17.84
21.99
16.38
23.84

0.00 *
1.09 *
2.86 *
2.91 *

1.22
1.98
4.38
5.68

37.29
24.69
50.47
31.24

32.49
71.70
13.23
63.22

30.22
3.61
36.30
5.54

*
*

0–30
30–60
0–30
30–60

4.86
4.91
4.99
5.15

22.44
24.16
20.13
35.22

3.69 *
4.43 *
3.29 *
4.40 *

5.64
6.78
5.95
7.97

26.75
24.02
26.97
25.84

22.65
26.08
18.84
18.54

50.60
49.90
54.19
55.62

*
*
*
*

Sedang
1
2

*

Buruk
1
2

* = bermasalah menurut

kriteria lahan bermasalah (Setiadi 2012)

Tabel 5 menunjukkan bahwa ketiga plot pada lokasi 3 memiliki nilai pH
yang semakin rendah seiring kondisi pertumbuhan yang semakin buruk. Plot
sedang memiliki pH tanah yang rendah berkisar 4.65–5.07 dengan kelarutan Al
yang tinggi berkiasr 2.82–4.30 me/100g. Pada plot buruk memiliki pH tanah
sangat rendah berkisar 4.25–4.74 dengan kelarutan Al yang tinggi berkisar 4.29–
4.72 me/100g. Kondisi kelarutan Al yang tinggi tersebut juga diikuti dengan
peningkatan nilai H (me/100g). Kondisi tekstur tanah tidak berada pada kondisi
yang bermasalah untuk ketiga kondisi pertumbuhan.

10
Tabel 5 Hasil analisis tanah blok M45C Disposal (umur tanam 3 tahun)
Parameter analisis tanah
Lokasi 3

pH (H2O)

Tekstur

KTK

Al

H

me/100g

me/100g

me/100g

Pasir

Debu

Liat

%

%

%

Normal
1
2

0–30
30–60
0–30
30–60

5.70
5.66
5.89
5.96

15.65 *
22.96 *
11.30 *
12.94 *

2.84 *
1.43 *
1.77 *
0.00 *

3.15
1.58
1.81
1.21

46.89
58.98
41.64
41.84

13.56
2.51
30.81
32.12

39.55
38.51
27.55
26.04

0–30
30–60
0–30
30–60

4.91
4.77
5.07
4.65

19.62 *
17.84 *
10.82 *
11.11 *

4.30 *
4.30 *
2.82 *
4.26 *

6.57
5.36
2.53
5.91

34.05
51.37
51.94
61.86

23.49
7.96
28.20
30.57

42.46
40.67
19.86
7.57

0–30
30–60
0–30
30–60

4.74
4.45
4.67
4.25

15.37 *
17.65 *
17.94 *
13.60 *

4.29 *
4.67 *
4.31 *
4.72 *

6.55
7.45
5.98
6.30

48.79
49.07
44.63
44.98

19.02
22.01
20.56
23.55

32.19
28.92
34.81
31.47

Sedang
1
2
Buruk
1
2

* = bermasalah menurut

kriteria lahan bermasalah (Setiadi 2012)
Pertumbuhan A. mangium

Hasil Rekapitulasi pH tanah (Tabel 6) menunjukkan peningkatan pH pada
tiga lokasi penelitian yang diukur pada hari ke 3, 7 dan 14 setelah pemberian
kapur. Penambahan kapur sebanyak 0.75 dan 1.5 kg/lubang tanam pada lokasi 1
mampu menaikkan pH tanah dari