Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)

PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA
(Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)

RINA MURNIATI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Zakat dalam
Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Rina Murniati
NIM H14090096

ABSTRAK
RINA MURNIATI. Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program
Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor). Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI
BEIK.
Zakat merupakan salah satu instrumen yang berperan dalam pembangunan
manusia dan memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia. Penelitian ini
dilakukan untuk mendesripsikan perkembangan pendayagunaan zakat yang
dilakukan BAZ Kota Bogor, membuktikan perubahan yang terjadi pada
pendapatan mustahik dengan adanya distribusi zakat, serta menganalisis peran
zakat terhadap tingkat IPM dan kemiskinan mustahik. Dengan menggunakan
metode perhitungan t-statistik, indeks pembangunan manusia tingkat individu,
serta indikator kemiskinan, maka diperoleh hasil bahwa zakat berperan positif
dalam meningkatkan pembangunan manusia di Kota Bogor. Perkembangan
penyaluran zakat menunjukkan angka peningkatan yang cukup baik dari tahun ke
tahun. Selanjutnya dari hasil uji t-Statistik diperoleh bahwa pemberian zakat

kepada mustahik memberikan pengaruh nyata pada tingkat pendapatannya. Begitu
juga dengan nilai IPM mustahik yang mengalami peningkatan dari sebelum
distribusi zakat sebesar 47 menjadi 49 dan terjadi penurunan pada tingkat
kemiskinan mustahik dari empat indikator kemiskinan yang digunakan yaitu
headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen
indeks of poverty (P2).
Kata kunci : zakat, BAZ Kota Bogor, pembangunan manusia

ABSTRACT
RINA MURNIATI. The role of zakah in human development (case of zakah
utilization programs of BAZ Kota Bogor). Survervised by IRFAN SYAUQI BEIK.
Zakah is one of the instruments that plays a role in human development and
has considerable potential in Indonesia. This research aims to describe
development of zakah utilization programs managed by BAZ Kota Bogor. The
also attamps to verified the change in the mustahik income with the presence of
zakat distribution, and analyzes the role of zakah towards HDI and poverty level
of mustahik. By using t-statistic , HDI at individuals level, and poverty indices, as
tools analysis, it is found that zakah has positive impact on human development in
Bogor City. The progress fo zakah distribution shows an impressive growth
overtime. The t-statistic test results indicate that zakah distribution significantly

affect income level of mustahik. The value of HDI of mustahik could also be
increase from 47 to 49 in the present of zakah programs. Similarly, the values of
four poverty indices comparasing headcount ratio index (H), poverty gap index
(P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2) could also be lower.
Key words : zakah, BAZ Kota Bogor, human development

PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA
(Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)

RINA MURNIATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program
Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)
Nama
: Rina Murniati
NIM
: H14090096

Disetujui oleh

Irfan Syauqi Beik, Ph.D
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Peran ZakaI 3. .:l1 1 Pembangunan Manusia (Kasus Program
Pendayagunaan Z kat BAZ Kota Bogor)
Nama
: Rilla 1urnjati
NIM
: H14090096

Disetujui oleh

Irfan Syauqi Beik, Ph.D
Dosen Pembimbing

!

Tanggal Lu1us:

26 fEB 2014


PRAKATA
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul Peran Zakat
dalam Pembangunan Manusia (kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota
Bogor) dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2013.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasi kepada:
1.
Ayahanda Pendri dan Ibunda Lismawati, serta kakak dan adik-adik penulis,
Iwan, Wahyu, dan Habibie atas doa, kasih sayang, perhatian serta
dukungannya.
2.
Bapak Irfan Syauqi Beik, Ph.D sebagai pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai
menyelesaikan skripsi ini.
3.
Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi dan Ibu Ranti Wiliasih, M.Si sebagai dosen
penguji yang telah banyak memberikan masukan pada skripsi saya.
4.
Bapak Deni Lubis, pak Dudin, pak Arman, mas Andi, Euis Intan atas
bantuannya dalam pengambilan data.

5.
Pegawai dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah banyak membatu
administrasi selama masa perkuliahan saya.
6.
Teman-teman sebimbingan (Syifa, Nidaa, dan Sri wulan) serta teman-teman
kelas Ilmu Ekonomi angkatan 46 yang telah banyak membantu dan
menemani selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi saya.
7.
Teman-teman kosan Pringgondani, Athin, Orin, Melan, Siska, Tika,
Mayang, Saibah, dan ka putri yang selalu memberikan keceriaan.
8.
Teman-teman dari KAMMI komsat IPB, KAMMDA Bogor, An-Naba dan
Formasi FEM yang selalu memberi semangat.
9.
Teman-teman seperjuangan, Muh Firmansyah, Wasis Widodo, Ginanjar
Bagus Nugroho yang banyak membantu penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Rina Murniati


DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

METODE PENELITIAN

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kependudukan dan Ketenagakerjaan
SIMPULAN DAN SARAN

15
15

27

Simpulan

27

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

30
43


DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2011
Laporan Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki
Proporsi Dana ZIS Per Program Tahun 2009-2011
Laporan Penyaluran Dana Program Pendidikan
Laporan Jumlah Penerima Manfaat Program Pendidikan
Karakteristik Demografi Responden
Nilai Komponen IPM
Klasifikasi nilai IPM menurut statusnya
Rata-rata usia mustahik
Indikator kemiskinan

16
17
19
21
21
23
24
24
25
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Tujuan Pembangunan
Kerangka Pemikiran
Total Penerimaan ZIS BAZ dan Mitra BAZ
Distribusi Anggaran Berdasarkan Asnaf Tahun 2009-2011
Trend Penyaluran Dana Program Kesehatan
Penyaluran Dana Program Kemanusiaan

4
8
18
19
20
22

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Tabel Konversi Tingkat Pendidikan
Daftar Pengeluaran Barang
Tabel Nilai Maksimum-minimum Indikator IPM
Tabel t-statistik
Tabel Indeks Angka Harapan Hidup
Tabel Indeks Pendidikan
Tabel Indeks Daya Beli
Kuesioner Penelitian

30
30
31
31
33
34
36
38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini, zakat mulai dikenal sebagai salah satu instrumen yang berperan
dalam pembangunan manusia, khususnya di Indonesia. Konsep zakat
sebagaimana yang dikatakan Beik (2010), memiliki tiga dimensi pokok yaitu
dimensi spiritual personal, dimensi sosial, dan dimensi ekonomi. Zakat
merupakan sarana ibadah dan penyucian jiwa seseorang. Dengan berzakat
produktivitas individual akan meningkat, karena zakat mendorong seseorang
untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Dalam dimensi ekonomi, Beik lebih lanjut
menjelaskan bahwa zakat memiliki dua konsep utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi berkeadilan dan mekanisme sharing dalam perekonomian. Jika dikaji
lebih mendalam, ketiga dimensi di atas memiliki hubungan positif dengan
parameter pembangunan manusia yang terdiri atas kesehatan, pendidikan, dan
standar hidup layak.
Di sisi lain, zakat juga memiliki korelasi dengan variabel pertumbuhan
ekonomi. Pramanik (1993) menyatakan bahwa zakat berpengaruh pada investasi
dan produksi, saving, dan konsumsi. Pada sisi investasi, zakat dapat dijadikan
sebagai sumber dana produktif bagi pengembangan usaha mikro penerima zakat
(mustahik). Pengembangan usaha mikro ini bisa membantu perekonomian
Indonesia dan relatif memiliki daya tahan lebih besar dalam situasi krisis ekonomi.
Pada sisi konsumsi, pemberian zakat dapat menstimulus peningkatan aggregate
demand (permintaan agregat). Kenaikan permintaan agregat akan mendorong
peningkatan dari sisi supply, sehingga perekonomian akan semakin berkembang.
Namun, efektivitas penggunaan zakat sebagai instrumen peningkatan
pembangunan akan dipengaruhi oleh aspek kinerja lembaga-lembaga zakat dan
potensi dana zakat itu sendiri.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi zakat yang cukup
besar. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
dengan Institut Pertanian Bogor dan Islamic Development Bank pada tahun 2011,
potensi zakat nasional mencapai Rp 217.3 triliun per tahun. Meskipun realisasi
zakat masih dibawah satu persen dari proyeksi, namun pertumbuhan zakat
nasional terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. BAZNAS (2013)
mencatat untuk tahun 2012, dana zakat yang berhasil dihimpun mencapai Rp 2.2
triliun, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.7 triliun dan
tahun 2010 sebesar Rp 1.5 triliun. Jika dibandingkan dengan dana yang
dikeluarkan pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan yaitu sekitar Rp
70 triliun setiap tahun, maka zakat dapat membantu setidaknya 1.7 juta mustahik
yang setara dengan enam persen warga miskin.
Sejak diberlakukannya Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat yang kemudian diganti oleh Undang-undang Zakat No 23
tahun 2011, maka perkembangan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) semakin baik di setiap daerah di Indonesia. Salah satu BAZ yang
memiliki perkembangan sangat baik adalah BAZ Kota Bogor. Sejak awal berdiri
hingga sekarang, BAZ Kota Bogor telah memiliki banyak prestasi. Sebagai
contoh, BAZ Kota/Kabupaten terbaik tingkat nasional tahun 2009 untuk kategori
Kreativitas Program Pendayagunaan versi BAZNAS dan pada tahun 2009

2
mendapat peringkat dua sebagai BAZ Kota/Kabupaten terbaik versi Islamic Social
Responsibility. Hal ini karena kemampuan BAZ Kota Bogor dalam membuat
inovasi program-program pendayagunaan dana zakat. Program-program tersebut
meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kemanusiaan.
Jika dilihat secara umum, Kota Bogor merupakan salah satu kota dengan
jumlah penduduk yang sangat besar. Sensus penduduk tahun 2010 mencatat
jumlah penduduk Kota Bogor mencapai 949 066 jiwa dengan laju pertumbuhan
sebesar 2.39 persen. Diperkirakan pada tahun 2013 penduduk Kota Bogor
mencapai angka satu juta penduduk. Namun, jumlah penduduk yang besar
tersebut belum diimbangi dengan tingkat kesejahteraan yang merata. Pada tahun
2012, angka penduduk miskin mencapai 8.6 persen dari total jumlah penduduk
dan angka pengangguran terbuka mencapai 10.2. Namun, BPS juga mencatat
IPM Kota Bogor yang tinggi mencapai angka 76.06 pada tahun 2013. Hal ini
tentu seperti bertentangan, dimana dari data-data yang dipublikasikan oleh
pemerintah tidak memiliki korelasi satu sama lain. Karena itu, diperlukan
penelitian lebih mandalam untuk mengetahui bagaimana kondisi yang sebenarnya
terjadi.
Perumusan Masalah
Pembangunan manusia di Kota Bogor bisa meningkat jika melihat potensi
dana zakat BAZ Kota Bogor yang cukup besar. Karena itu, seharusnya masalah
pembangunan manusia dan variabel-variabel turunannya sudah masuk dalam
tahap perkembangan yang lebih baik. Namun hingga saat ini, ditengah gejolak
fluktuasi perekonomian Indonesia, seolah-olah potensi dana zakat yang besar
tersebut belum memberikan solusi yang nyata bagi masyarakat Indonesia,
khususnya di Kota Bogor.
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dan perumusan masalah,
beberapa hal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor
selama tahun 2009-2011.
2.
Apakah terjadi perubahan pendapatan sebelum dan sesudah adanya
distribusi zakat oleh BAZ Kota Bogor kepada mustahik.
3.
Bagaimana peran zakat terhadap tingkat IPM mustahik.
4.
Bagaimana peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Tujuan dari Penelitian ini adalah :
Menerangkan perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor
selama tahun 2009-2011.
Membuktikan perubahan pendapatan yang terjadi sebelum dan sesudah
adanya distribusi zakat oleh BAZ Kota Bogor kepada mustahik.
Menganalisis peran zakat terhadap tingkat IPM mustahik.
Menganalisis peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik.

3
Manfaat Penelitian
1.

2.
3.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
Pemerintah dan lembaga-lembaga zakat di Indonesia, khususnya BAZ Kota
Bogor sebagai sumber referensi dan bahan pertimbangan untuk
mengembangkan potensi zakat.
Muzaki dan perusahaan BUMN untuk meningkatkan kesadaran kewajiban
pengeluaran zakat.
Mahasiswa dan masyarakat umum untuk menambah wawasan mengenai
peran zakat dalam pembangunan manusia, khususnya di Kota Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada pembahasan peran zakat dan
seberapa besar pengaruhnya dalam pembangunan manusia. Peran zakat dianalisis
dari beberapa program pendayagunaan zakat BAZ Kota Bogor yang dibatasi
hanya program Kesehatan, Pendidikan, dan kemanusiaan. Data yang digunakan
terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer terdiri atas data program
kemanusiaan dengan sub program Paket Senyum. Data program paket senyum
diperoleh dari survei langsung ke sebanyak tiga puluh rumah tangga mustahik
yang berada di Kota Bogor. Kemudian ditambah dengan data program kesehatan
sub program Aktivitas Klinik yang diperoleh melalui wawancara sebanyak tiga
puluh pasien tetap di Poliklinik Ibnu Sina Tirta Pakuan Bogor. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor yang berupa
deskripsi mengenai program-program pendayagunaan zakat, Badan Pusat Statistik
(BPS) kota Bogor, dan literatur buku serta internet.
Ruang lingkup analisis peran dan pengaruh zakat dalam pembangunan
manusia dibatasi oleh beberapa variabel. Variabel yang digunakan untuk
menganalisis peran dan pengaruh zakat terhadap IPM adalah indeks angka
harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Variabel yang digunakan
untuk menganalisis peran dan pengaruh zakat terhadap tingkat kemiskinan adalah
headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen
indeks of poverty (P2).

TINJAUAN PUSTAKA
.
Pembangunan Manusia
Konsep pembangunan awalnya mengacu pada pengertian pembangunan
secara ekonomi. Meier (1998) mengatakan dalam bukunya, leading issues in
economic development, bahwa pembangunan merupakan suatu proses dimana
pendapatan perkapita riil dari suatu negara meningkat dalam jangka waktu yang
lama dan dalam jangka waktu yang bersamaan jumlah penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan tidak bertambah, serta distribusi pendapatan tidak
semakin senjang. Sejalan dengan apa yang terjadi di negara-negara sedang

4
berkembang (NSB) saat ini, konsep pembangunan ekonomi lebih menekankan
pada proses kenaikan Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic
Product (GDP) tanpa memerhatikan kondisi pertumbuhan penduduk dan
perubahan struktur ekonomi. Penekanan pada peningkatan angka GNP dan GDP
tanpa memerhatikan penambahan jumlah penduduk memungkinkan terjadinya
kekeliruan dalam memahami prestasi kegiatan ekonomi. Karena pada saat
perhitungan kenaikan GNP atau GDP, suatu negara juga mengalami pertumbuhan
penduduk. Namun, beberapa pemikiran lain seperti yang terdapat dalam literatur
ekonomi klasik yang disampaikan oleh Adam Smith, Keynes, dan Alfred Marshal,
bahwasanya ada suatu dimensi lain yang juga sangat penting dalam pembangunan
yakni sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan sebuah
faktor produksi yang dapat diukur dari kondisi fisik, tingkat pendidikan dan
keterampilan yang dimilikinya. Semua kondisi tersebut dapat diukur dengan
angka, karena itu kualitas sumber daya manusia sebuah negara juga dapat diukur
dengan angka (Marzali 2007). Hal ini semakin diperkuat dengan pemikiran
Soedjatmoko (1995) bahwa pembangunan hanya akan terlihat seutuhnya apabila
pembangunan itu merupakan proses pembangunan manusia.
Produk
Domestik
Bruto (PDB)

PDB riil per
kapita

Pembangunan
berkelanjutan

Indikator non
Moneter (IPM)

Kebebasan

Mengatasi
kemiskinan

Entitlements
dan kapabilitas

Gambar 1. Tujuan Pembangunan
Gambar 1. Merupakan dimensi tujuan pembangunan. Dimensi tujuan
pembangunan menjelaskan bagaimana urutan tahapan evolusi pengukuran
ekonomi pembangunan, dari awal kemunculan teori ekonomi pembangunan yang
mengukur terjadinya pembangunan dilihat dari tingkat output melalui PDB
berkembang menggunakan indeks pembangunan manusia (IPM), mengatasi
kemiskinan dengan paradigma entitlements dan kapabilitas, kebebasan, hingga
pembangunan berkelanjutan (Kuncoro 2010).
Pada akhir dasawarsa 1960-an, banyak NSB mulai menyadari bahwa
pertumbuhan (growth) tidak identik dengan pembangunan (development).
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diimbangi dengan penyelesaian masalahmasalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi
pendapatan. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan syarat yang diperlukan (necessary), tetapi tidak mencukupi (sufficient)
bagi proses pembangunan. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak lagi
menjadikan GNP sebagai sasaran utama pembangunan, tetapi lebih memfokuskan
pada kualitas proses pembangunan.

5
Konsep Zakat
Zakat berasal dari kata zaka yang berarti suci (menyucikan), baik, berkah,
berkembang, dan memperbaiki. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu” (Asy-Syams: 9). Menurut istilah syariat zakat adalah nama
bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan
oleh Allah SWT untuk dikeluarkan sebagiannya dan diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Perintah untuk berinfak
dan berzakat terdapat dalam al-Quran Surah At-taubah (9) ayat 103, “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membesihkan dan
menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi maha
Mengetahui (Qardhawi 1993).
Menurut Chapra (2000), bahwa zakat merupakan instrument agama yang
membantu individu dalam masyarakat, membantu orang-orang fakir dan miskin
yang tidak mampu membantu diri mereka sendiri. Namun hal ini tidak
menghilangkan kewajiban pemerintah untuk mengupayakan kemakmuran,
mengganti komponen pengeluaran pemerintah atau pun penanggulangan bencana.
Zakat merupakan amal dan kewajiban seorang muslim yang memiliki harta lebih
untuk kemudian disalurkan kepada muslim lainnya yang kekurangan, yang
mereka sudah ada dalam ketetapan golongan yang berhak menerima zakat.
Menurut Kahf (Suprayitno 2005), zakat dapat mengendalikan hal-hal
sebagai berikut :
1.
Pengalokasian harta produktif di antara berbagai manfaat alternatif.
2.
Sarana-sarana produksi yang tidak produktif.
3.
Pengalokasian pendapatan di antara pengeluaran dan tabungan.
4.
Pengalokasian tabungan-tabungan diantara manfaat-manfaat produktif dan
barang-barang mewah yang akhirnya rusak tanpa guna.
Zakat sejak pertama diwajibkan telah ditentukan kadar dan jumlahnya tetapi
hanya diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan fakir dan miskin. Namun, setelah
nabi Muhammad SAW hijrah ke madinah, diberlakukanlah beberapa ketentuan
dengan syarat yang harus dipenuhi dalam zakat meliputi (Qardhawi 2001) :
1.
Islam
Zakat hanya diwajibkan untuk umat islam dan merupakan rukun islam.
2.
Sempurna ahliyahnya
Sebagian berpendapat zakat termasuk ibadah madlah dan sebagian
berpendapat zakat merupakan taklif maali (kewajiban atas harta) dan yang
terakhir inilah menurut sebagian ulama merupakan pendapat yang rajah
(terpilih).
3.
Sempurnanya kepemilikan
Kepemilikan muzaki (orang yang wajib zakat) atas harta yang mau
dizakatkan merupakan kepemilikan yang sempurna, dalam artian harta
tersebut tidak terdapat kepemilikan dan hak orang lain.
4.
Berkembang
Harta tersebut mendatangkan income atau tambahan kepada pemiliknya,
seperti hasil pertanian, pertambangan dan lain-lain.
5.
Nisab

6

6.

Harta yang wajib dizakati harus sampai pada kadar tertentu, yang disebut
nisab.
Haul
Harta zakat yang telah mencapai nisab harus ada dalam kepemilikan ahlinya
sampai waktu 12 bulan kamariah, kecuali hasil pertanian, perkebunan,
barang tambang, madu dan sejenisnya.

Departemen Agama Republik Indonesia (Depag 1999) menyebutkan bahwa
tujuan dan sasaran zakat hendaknya digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1.
Memperbaiki taraf hidup
Tujuan zakat yang utama dalam memperbaiki taraf hidup rakyat. Kegiatan
yang dapat dilakukan ada dua macam. Pertama, kegiatan yang bersifat
motivasi seperti memberikan pengetahuan tentang sistem manajemen,
bimbingan tentang beberapa macam home industry, dan lain-lain. Kedua,
kegiatan yang bersifat memberikan bantuan permodalan, baik berupa uang
untuk modal utama, modal tambahan, maupun modal berupa barang seperti
peralatan, ternak, dan lain-lain.
2.
Pendidikan dan beasiswa
Kegiatan yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua, pertama,
memberikan bantuan kepada organisasi atau yayasan yang bergerak dalam
bidang pendidikan, baik berupa uang yang pengelolaannya diserahkan
sepenuhnya kepada pengurusnya atau berupa bantuan sarana pendidikan
yang mendesak untuk disediakan. Kedua, memberikan bantuan biaya
sekolah kepada anak-anak tertentu atau sifatnya tetap dalam bentuk
beasiswa kepada beberapa anak, sehingga ia dapat melanjutkan sekolah atau
belajar sampai jenjang tertentu yang ditetapkan oleh pengelola atau
pengurus BAZ.
3.
Mengatasi masalah ketenagakerjaan atau pengangguran
Sasaran atau objek penggarapan dari proyek rintisan ini adalah fuqara yaitu
orang-orang yang belum mempunyai usaha atau pekerjaan tetap untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Proyek seperti ini sudah
dilaksanakan oleh beberapa LAZ baik dari DD Republika, DSUQ, PKPU
atau BAZ.
4.
Program pelayanan kesehatan
Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya mendirikan poliklinik,
membantu fakir miskin yang keluarganya menderita sakit dan tidak mampu
untuk menanggung biaya perawatan/pengobatannya, misalnya melalui
program dana sehat.
5.
Panti asuhan
Program yang dapat dilakukan dapat berupa pemberian bantuan kepada
organisasi yang sudah ada (panti asuhan yang sudah ada) atau pun
mendirikan panti asuhan baru.

Penelitian Terdahulu
Nurzaman (2010) membahas dampak dari efektifitas zakat produktif dalam
meningkatkan kesejahteraan penerima zakat (mustahik) dengan menggunakan

7
indikator kesejahteraan yang tidak hanya diukur dari indikator ekonomi, tapi juga
mencakup pendidikan dan kesehatan yang dirangkum dalam IPM. Nilai IPM yang
digunakan adalah tingkat rumah tangga yang dibandingkan dengan rata-rata nilai
IPM tingkat regional dan nasional, kemudian diuji apakah zakat memengaruhi
nilai IPM dan komponen-komponennya. Hasil estimasi dari IPM ini menunjukkan
bahwa nilai rata-rata mencapai 69.43. Nilai tersebut masih di bawah rata-rata IPM
Jakarta (77.36) dan tingkat nasional (71.76). Penerima zakat produktif, dengan
metode regresi juga secara tidak langsung mempengaruhi IPM. Namun, yang
menarik zakat ini memiliki efek pada perubahan alokasi pendapatan dan konsumsi
untuk tujuan produktif.
Torre dan Moreno (2010) membahas tentang beberapa kasus yang terjadi di
Meksiko berdasarkan informasi, konsep, dan teori penyesuaian IPM, berdasarkan
laporan pembangunan manusia di Meksiko dan menyajikan cara dimana
perhitungan IPM dapat dilakukan pada tingkat rumah tangga. Kasus-kasus yang
disajikan meliputi kasus distribusi PDB dari Negara-negara penghasil minyak,
kasus tindak kejahatan lokal, dan kekerasan terhadap perempuan. Dalam kasus
pertama, ada perubahan signifikan dalam peringkat pengembangan Negara bagian
Meksiko. Sedangkan dalam kasus kedua, perbedaan dalam peringkat tidak begitu
besar, tetapi menunjukkan kepada daerah bermasalah yang memberikan informasi
yang berguna untuk advokasi dan target kebijakan. Perhitungan terhadap IPM
tingkat rumah tangga dilakukan untuk melihat kesenjangan pendapatan.
Beik (2009) membahas secara empirik dampak zakat terhadap upaya
pengurangan tingkat kemiskinan, dengan mengambil studi kasus Lembaga Amil
Zakat Nasional (Laznas). Sebanyak 50 responden diwawancari untuk memperoleh
data yang kemudian dinalisis dengan sejumlah alat analisis, yaitu : headcount
ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase keluarga miskin; rasio
kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan digunakan untuk
mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan; dan indeks foster greer thorbacke
(FGT) untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan presentase keluarga
miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Tsani (2010) membahas dampak zakat terhadap kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan yang dilakukan oleh Bazda Lampung Selatan. Terdapat
120 responden yang terdiri dari 80 mustahik dan 40 muzakki. Metode yang
digunakan adalah pengujian dengan menggunakan t-statistik untuk mengetahui
apakah pemberian zakat berpengaruh nyata terhadap tingkat kemiskinan mustahik
atau tidak. Kemudian, dilakukan analisis indikator kemiskinan dengan
menggunakan headcount ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase
keluarga miskin, rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan
digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan, dan indeks FGT
untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil penelitian membuktikan
bahwa pada taraf nyata 5 persen, pendistribusian zakat oleh Bazda Lampung
Selatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan keluarga mustahik.
Pendistribusian zakat ini mampu mengurangi beban kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan tidak hanya pada mustahik namun juga pada muzakki. Hal ini
dibuktikan dengan indeks gini yang menurun dari 0.638 menjadi 0.625 dan rasio
Kuznets yang menurun dari 16.7 menjadi 14.4.

8
Anriani (2010) membahas tentang dampak zakat terhadap kemiskinan
dengan mengambil studi kasus pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor di
tiga Kecamatan Kota Bogor. Pengumpulan data dari wawancara yang dilakukan
kepada 100 responden yang tersebar di tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Bogor
Tengah, Bogor Barat, dan Bogor Timur. Penelitian ini menggunakan beberapa alat
analisis indikator kemiskinan yaitu headcount ratio, untuk mengetahui berapa
jumlah dan presentase keluarga miskin, rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio
kesenjangan pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman
kemiskinan, dan indeks FGT untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan pada semua indikator
kemiskinan. Ini menunjukkan bahwa ternyata zakat berdampak positif terhadap
penurunan tingkat kemiskinan di tiga kecamatan tersebut.
Kerangka Pemikiran
Potensi zakat Indonesia sangat besar

Regulasi Undang-undang No 23 Tahun 2011 Tentang Zakat

Perkembangan BAZ dan LAZ semakin baik

BAZ Kota Bogor sebagai BAZ Kota/Kab. terbaik tahun 2009 versi BAZNAS

Pendayagunaan zakat berperan dalam pembangunan manusia

Indikator keberhasilan pembangunan manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM)
1. Angka harapan hidup
2. Pendidikan
3. Daya beli

Indikator kemiskinan
1. Headcount ratio index (H)
2. Poverty gap index (P1)
3. Income gap indeks (I)
4. Sen indeks of poverty (P2).

Implikasi kebijakan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran

9

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan mustahik yang
terdaftar sebagai penerima program pendayagunaan zakat BAZ Kota Bogor.
Wawancara dilakukan kepada 60 responden yang di bagi ke dalam dua kategori.
Kategori pertama merupakan 30 orang mustahik dari program kesehatan dengan
sub program aktivitas klinik. Kategori kedua merupakan 30 orang mustahik dari
program kemanusiaan dengan sub program paket senyum. Data sekunder
diperoleh dari laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor, Badan Pusat Statistik Kota
Bogor, United Nations Development Programme (UNDP), World Health
Organization (WHO), jurnal, artikel, skripsi, buku, dan internet.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan didua kategori lokasi yang berbeda. Lokasi pertama
di Poliklinik Ibnu Sina Tirta Pakuan, Bogor. Pemilihan lokasi ini dengan
pertimbangan bahwa polilklinik ini sudah memiliki manajemen administrasi yang
baik, sehingga data yang dibutuhkan lebih mudah diperoleh. Selain itu, poliklinik
ini juga lebih baik dalam hal pelayanan, sehingga memudahkan peneliti untuk
melakukan wawancara dengan pasien. Sedangkan lokasi kedua di Kota Bogor.
Peneliti mencari rumah mustahik penerima program paket senyum yang tersebar
di enam kecamatan di Kota Bogor. Dari enam kecamatan, sampel yang berhasil
diwawancarai berlokasi di Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal, dan Bogor
Selatan. Pertimbangan pemilihan lokasi untuk penelitian kedua adalah jarak
tempuh, alamat yang jelas, dan kemudahan akses ke rumah mustahik. Kedua
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2013.

Metode Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling (sengaja), yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan
karakteristik yang cocok berkaitan dengan contoh yang diperlukan untuk
menjawab tujuan penelitian (Juanda 2009). Pertimbangan dalam pengambilan
sampel yaitu berdasarkan program pendayagunaan zakat yang aktif berjalan dan
periode waktunya yang sudah cukup lama yang disesuaikan dengan tema
penelitian. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 responden,
terdiri dari 30 responden penerima program kesehatan yang telah terdaftar sebagai
pasien lebih dari 6 bulan dan rutin datang berobat minimal 2 minggu sekali. Dan
30 responden penerima program kemanusiaan sub program paket senyum yang
rutin menerima sembako setiap bulan selama lebih dari 6 bulan.

10
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif untuk menerangkan
perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor tahun 2009-2011.
Metode analisis kuantitatif terdiri dari beberapa alat analisis yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian. Pertama, untuk membuktikan perubahan pendapatan
yang terjadi setelah adanya distribusi zakat digunakan uji t-statistik. Kedua, untuk
menganalisis peran zakat terhadap IPM, menggunakan estimasi nilai IPM tingkat
individu. Ketiga, untuk menganalisis peran zakat terhadap tingkat kemiskinan,
menggunakan perhitungan indikator kemiskinan yang meliputi headcount ratio
index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty
(P2).
Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah metode statistik yang menjelaskan
pengumpulan dan penyajian data sehingga dapat lebih mudah dipahami. Metode
ini berhubungan dengan hal yang menguraikan atau memberikan keterangan
mengenai suatu data. Metode analisis deskriptif dilakukan dalam penelitian ini
untuk menganalisis perkembangan program zakat BAZ Kota Bogor. Hasil analisis
disajikan dalam bentuk tabel dan gambar yang merupakan hasil publikasi laporan
tiga tahunan BAZ Kota Bogor. Data laporan yang tersedia saat ini hanya periode
2009 -2011.
Metode Analisis Perubahan Pendapatan Mustahik
Untuk melihat apakah terjadi perubahan pendapatan mustahik karena adanya
distribusi zakat, digunakan analisis uji t-statistik. Uji t-statistik merupakan salah
satu metode pengujian hipotesis untuk data berpasangan atau data tidak bebas. Uji
ini sering dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai sebelum
dan sesudah percobaan. Uji kali ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan sebelum dan sesudah distribusi zakat. Data yang digunakan adalah data
pendapatan dengan dan tanpa zakat dengan ragam tidak diketahui.
Hipotesis uji t :
H0 : � = 0
H1 : � > 0

Statistik uji :

thit =





Keterangan :
d
= rata-rata selisih pendapatan dengan dan tanpa zakat
Sd
= standar deviasi
n
= jumlah sampel

11
Metode Analisis Peran Zakat terhadap IPM
Nilai IPM diperoleh dengan menggabungkan tiga nilai indeks yang terdiri
dari indeks angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Nilai
indeks ini menggunakan standar internasional yang digabungkan dengan standar
nasional. Formulanya sebagai berikut (Sen dan Anand 1994):
IPM = 1/3 (indeks angka harapan hidup) + 1/3 (indeks pendidikan) + 1/3 (indeks
daya beli)
Metode yang digunakan pada penelitian ini sedikit berbeda dengan metode
standar yang digunakan UNDP. metode yang digunakan UNDP adalah untuk
perbandingan antar negara dan antar tingkat daerah lokal. Namun penelitian kali
ini menggunakan pendekatan baru yang mengestimasi pada tingkat keluarga atau
individu. Formulanya mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan Nurzaman
(2010). Estimasi secara rinci untuk masing-masing komponen IPM adalah sebagai
berikut.
Indeks Angka Harapan Hidup
Indeks angka harapan hidup yang saat ini digunakan oleh UNDP dan
beberapa negara dalam mengestimasi IPM ditingkat nasional adalah dengan
menganggap kondisi ketika individu lahir. Demikian juga untuk tingkat provinsi
dan kabupaten, telah sesuai dengan standar nilai IPM internasional. Namun dalam
penelitian ini, untuk memperkirakan nilai indeks harapan hidup pada tingkat
individu akan dilakukan penyesuaian metode dengan mempertimbangkan variasi
sebaran dari populasi. Dengan kata lain, untuk mendapatkan angka harapan hidup
seseorang pada usia tertentu, dengan menggunakan harapan hidup saat lahir yang
sudah terdapat di BPS dan sebagian data yang tidak tersedia, diperoleh dari WHO.
Spesifikasi model sebagai berikut:
IHi =
Keterangan:
IHi
, ,

, ,
, ,



, ,(


, (

)
)

= indeks harapan hidup individu (i)
= harapan hidup seorang individu (i) yang disesuaikan dengan usia
dan jenis kelamin
,
, (
) adalah data standar internasional untuk harapan
hidup maksimum dan minimum yang diperoleh dari WHO dengan rentang nilai
dari 0 tahun sampai 100 tahun.
Indeks Pendidikan
Indeks pendidikan menggunakan dua indikator yaitu rata-rata lama sekolah
dan tingkat melek huruf. Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun
yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas diseluruh jenjang
pendidikan formal yang dijalani. Dengan kata lain, indikator ini dihitung dengan

12
menggunakan dua variabel secara simultan yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah
dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Angka melek huruf juga
diperlakukan untuk penduduk usia 15 tahun atau lebih dengan indikator yang
diperoleh dari kemampuan membaca dan menulis. Perhitungan dalam penelitian
ini menggunakan standar pemerintah Indonesia.
Untuk indikator melek huruf, dua batas yang digunakan untuk maksimum
100 dan minimum 0, yang menggambarkan kondisi 100 adalah masyarakat yang
mampu membaca dan menulis dan kondisi 0 untuk sebaliknya.
Kemudian pola ini dihitung dengan indeks pendidikan :
2

Indeks pendidikan =

3

� � −0

100 −0

+

Keterangan:
Lit
= angka melek huruf
LS
= lama sekolah
0 = jumlah minimum Lit dan LS
100
= jumlah maksimum dari Lit
15 = jumlah minimum lari LS

1
3 ��−0

/(15 − 0)] 100

Indeks Daya Beli
Indeks pendapatan atau daya beli seseorang diukur dengan kualitas standar
hidup yang layak. Pada penelitian ini, standar hidup yang layak seorang individu
akan dihitung secara langsung dengan menyesuaiakan pengeluaran riil perkapita.
Langkah pertama adalah dengan menghitung pengeluaran pendapatan bulanan
keluarga masing-masing mustahik. Komponen pengeluaragan mengikuti metode
standar yang digunakan pemerintah yang didasarkan pada harga 27 komoditas.
Namun, pada penelitian ini komoditas tersebut mengalami beberapa
penyederhanaan yang diseseuaikan dengan kondisi mustahik dilapangan manjadi
lebih sederhana dan mudah dipahami.
Langkah berikutnya adalah menyesuaikan nilai paritas daya beli (PPP) dari
pengeluaran ke dalam unit Dolar AS. Metode ini sering digunakan oleh banyak
negara untuk menyesuaikan nilai pendapatan domestik bruto (PDB) perkapita agar
dapat melakukan perbandingan standar dalam perhitungan IPM di tingkat
internasional, formulanya adalah sebagai berikut:
PPP yang disesuaikan (Xij) = pengeluaran keluarga per tahun x (PDB deflator
Indonesia/PDB deflator AS)
Selanjutnya, untuk mendapatkan indeks standar hidup yang layak adalah dengan
memasukkan PPP yang telah disesuaikan ke dalam formula berikut,
Indeks daya beli =

log � −log

log

−log

Keterangan:
Χ
= daya beli yang telah disesuaikan ke keluarga (i)
= daya beli minimum selama setahun di tingkat internasional yang
telah ditetapkan UNDP yakni sebesar US$ 100

13
= daya beli maksimum untuk setahun di tingkat internasional
yang telah ditetapkan UNDP sebesar US$ 40 000.

Metode Analisis Peran Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan
Untuk menganalisis peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik,
digunakan beberapa indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan yang digunakan
pada penelitian ini terdiri atas headcount ratio index (H), poverty gap index (P1),
income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2). Berikut akan dijelaskan
mengenai masing-masing indikator tersebut.
Headcount Ratio Index (H)
Headcount ratio index merupakan indikator kemiskinan yang mengukur
jumlah orang miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Kategori miskin
didasarkan pada standar garis kemiskinan yang dikeluarkan BPS.
Adapaun rumus dari dari rasio ini adalah :
H=
Keterangan :
H
= headcount ratio index
q
= jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan
n
= jumlah observasi
Garis kemiskinan keluarga diperoleh dari mengalikan garis kemiskinan per
kapita per bulan dengan rata-rata besar ukuran keluarga. Garis kemiskinan kota
Bogor tahun 2011 adalah Rp 305.870. Penggunaan headcount ratio index pada
penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa banyak mustahik yang berada
dibawah garis kemiskinan dan menggambarkan berapa jumlah mustahik yang
dapat dikurangi melalui pendayagunaan zakat. Apabila nilai dari indeks
headcount ini berkurang, maka berarti pendayagunaan zakat memiliki dampak
yang positif, karena mampu mengurangi jumlah mustahik yang hidup dengan
pendapatan di bawah garis kemiskinan. Atau dengan kata lain, semakin kecil nilai
headcount ratio index, maka jumlah penduduk miskin semakin sedikit.
Poverty Gap Index (P1) dan Income Gap Indeks (I)
Untuk menganalisis tingkat kedalaman kemiskinan digunakan dua instrumen
yaitu poverty gap index (P1) untuk mengukur kesenjangan kemiskinan dan income
gap index (I) untuk mengukur indeks kesenjangan pendapatan. Poverty gap index
(P1) menunjukkan selisih antara pendapatan agregat komunitas masyarakat
miskin dengan garis kemiskinan atau mengukur berapa jarak rata-rata pendapatan
agregat kelompok miskin dengan garis kemiskinan. Indeks poverty gap diukur
dengan satuan mata uang dengan formula sebagai berikut:

14
P1 =

=1



/

Keterangan:
P1 = kesenjangan kemiskinan
Z = garis kemiskinan keluarga
yi = pendapatan keluarga mustahik ke-i
q = jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan
Jika setelah distribusi zakat, nilai indeks ini mengalami penurunan, berarti
zakat memiliki pengaruh yang positif dalam pengurangan tingkat kesenjangan
kemiskinan. Atau dengan kata lain, semakin kecil indeks ini, maka semakin
sedikit selisih (gap) antara pendapatan agregat komunitas masyarakat miskin
dengan garis kemiskinan sehingga kesejahteraan semakin baik.
Income Gap Index (I) mengukur persentase rata-rata kesenjangan
pendapatan setiap orang miskin terhadap batas kemiskinan. Indeks ini dibuat oleh
Amartya Sen untuk menormalisasikan kesenjangan kemiskinan keseluruhan
populasi menjadi kesenjangan kemiskinan rata-rata individu (Beik 2010).
Formula untuk mengukur indeks kesenjangan pendapatan yaitu :
I=

=∈�( )

Keterangan:
I = indeks kesenjangan kemiskinan pendapatan
gi = z-yi , selisih pendapatan mustahik ke-i dengan garis kemiskinan
q = jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan
z = garis kemiskinan keluarga
yi = pendapatan keluarga mustahik ke-i
Semakin kecil nilai rasio ini, maka semakin sedikit orang miskin dalam
komunitas tersebut. Apabila keberadaan program pendayagunaan zakat mampu
menurunkan nilai indeks income gap ini, maka zakat memiliki dampak yang
positif terhadap penurunan tingkat kedalaman kemiskinan.
Sen Index of Poverty (P2)
sen index of poverty (P2) atau indeks keparahan kemiskinan
menggambarkan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin. Formula untuk
indeks Sen adalah :
P2 = H[I+(1-I)Gp]
Keterangan :
P2 = sen index of poverty
H = headcount ratio index
I = income gap index
Gp = gini coefficient of the poor

15
Nilai indeks gini berkisar antara 0-1.
Untuk, Indeks gini = 0 menandakan pemerataan pendapatan yang sempurna
0