PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI (1)

PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia)
Dosen Pengampu : ZEIN MUTTAQIN S.E.I., M.A.

Disusun Oleh
Ikhsan Nurani

14423056

Ratih Cahyaning Putri

14423060

PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

1


Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridhoNya, kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan guna untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Semoga makalah ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca secara umum
dan kami secara khususnya. Tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga kritik
dan saran sangat kami butuhkan. Sehingga kekurangan yang ada bisa kami perbaiki dan
menjadikan apa yang terkandung dalam makalah ini bisa tersampaikan dengan jelas.
Dan tak lupa, kami berterimakasih sekali kepada dosen pengampu mata kuliah ini.
Sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Demikian semoga melalui ini kita senantiasa dapat
terus menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, amin.

Yogyakarta, 20 Desember 2016

Penulis

2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................2
Daftar Isi ...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................
A.
B.
C.
D.

Pengertian Zakat .............................................................................................5
Tujuan dan Hikmah Pengelolaan Zakat ..........................................................7
Sumber – Sumber Zakat..................................................................................8
Peran dan Pengelolaan Zakat terhadap kemiskinan ........................................9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

BAB I
3

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia adalah Negara yang jumlah umat muslimnya sangat banyak oleh karena
itu salah satu rukun islam yang ketiga mewajibkan umat muslimnya untuk melakukan zakat,
zakat sendiri adalah salah satu sumber pendapatan yang cukup penting untuk pembangunan
ekonomi dalam suatu Negara.
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Zakat mengandung
beberapa arti seperti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Diunakan kata “zaka’ dengan arti
membersihkan itu, untuk ibadah pokok rukun Islam dan hikmahnya untuk membersihkan jiwa
harta orang orang yang berzakat. Dalam terminologi hukum (Syara) zakat diartikan
“pemberian’ tertentu dan harta tertentu kepada orang tertentu menurut syarat-syarat
yang ditentukan”. Sebagai salah satu bentuk pendapatan dari sistem ekonomi islam, zakat
seharusnya dapat dioptimalkan sebagai salah satu ujun tombak pembangunan ekonomi di

Indonesia, Indonesia yang secara demografis merupakan neara berpenduduk muslim terbesar
di dunia memiliki potensi zakat yang sangat besar, yakni menurut Riset Habib Ahmed (IRTIIDB/islamic Research an Trainin Institute Islamic Development Bank) adalah 2 persen dari
GDP Indonesia (Rp 5 ribu triliyun) atau sebesar Rp 100 triliyun per tahun. Namun dari jumlah
tersebut hanya 1,5 trilyun yang baru tergarap.
Salah satu kekilafan paling besar yang telah berlaku berabad-abad ialah dalam
mengartikan zakat itu dalam bidang pengertian ushulfiqh semata-mata. Tidak dipelajari agak
luas dan mendalam hikmat zakat, dalam bentuk riil dalam masyarakat, keadaan teknis
barang-barang harta benda yang wajib dizakatkan. Dan tidak pula dipelajari dengan petunjuk
petunjuk Qur’an, hadits dan ilmu pengetahuan. Inimenunjukkanbahwa zakat adalah bagian
pemting dalam kehidupa numat islam. Bahkan pada masa Kholifah Abu Bakar as- siddiq
orang-orang enggan berzakat diperangi sampai mereka mau berzakat. Itu karena kewajiban
berzakat sama dengan kewajiban mendirikan Shalat. Allah berfirmandalam Qur’an surah alBaqarah: 277. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan ama lsaleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
B.
1.
2.
3.

RUMUSAN MASALAH

Apakah zakat itu? Apa dasar hukum dan sumber zakat?
Apa tujuan dan hikmah pengelolaan zakat?
Apa peran dan pengelolaan zakat terhadap Pembangunan Ekonomi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui arti zakat yang sebetulnya dan mengetahui dasar hukum zakat serta
sumber zakat
2. Untuk mengetahui tujuan dan hikmah pengelolaan zakat
3. Untuk mengetahui peran dan pengelolaan zakat terhadap pembangunan ekonomi
4

BAB II

5

PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat adalah harta yang
wajib disisihkan oleh seseorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai
dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Zakat adalah

rukun Islam yang ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua
Hijriyah setelah diwajibkannya puasaRamadhan. Ijma(kesepakatan) ulama telah sepakatakan
kewajiban zakat danbagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam. Zakat
merupakan ibadah Maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi ekonomi atau pemerataan
karunia Allah dan juga merupakan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan
keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat batin antara golongan kaya dengan
miskin dan sebagai penghilang jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat
dengan yang lemah.
Pada awal diwajibkannya zakat pada masaRasullah SAW pelaksanaan zakat ditangani
sendiri oleh Rasul SAW. Beliau mengirim para petugasnya untuk menarik zakat dari orangorang yang ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan dijagadan akhirnya
dibagikan kepada para penerima zakat (al-asnaf al-samanniyah) Rasulullah SAW pernah
memperkerjakan seorang pemuda dari suku Asad, yang bernama Ibnul Lutaibah, untuk
mengurus urusan zakat Bani Sulaim. Permah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman
untuk menjadi amil zakat. Muaz bin Jabal pernah diutus Rasulullah SAW pergikeYaman,
disamping bertugas sebagai da’I (menjelaskan ajaran islam secara umum), juga mempunyai
tugas khusus menjadi amil zakat. Demikian pula yang dilakukanoleh para khulafaar-rasyidin
sesudahnya, mereka selalu mempunyai petugas khusus yang mengatur masalah zakat, baik
pengambilan maupun pendistribusiannya. Diambilnya zakat darimuzaki (orang yang
memiliki kewajiban berzakat) melalui amil zakat untuk kemudian disalurkan kepada
mustahik, menunjukkan kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat amal karitatif

(kedermawanan), tetapi juga ia suatu kewajiban yang juga bersifat otoritatif (ijabri)
Dalam konteks kenegaraan, zakat seharunya menjadi bagian utama dalam penerimaan
Negara. Zakat harus masuk dalam kerangka kebijakan fiskal Negara dan bukan hanya
dijadikan pengeluaran penguranganp enghasilan kena pajak, karena justru akan mengurangi
pendapatan Negara. Zakat harus dikelola oleh Negara dan ditegakkan hukumnya dalam
peraturanperundang-undangan yang mengatur berbagai aspek tentang zakat.
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang No.38 Tahun
1999 tentang pengelolalaan zakat dengan keputusan Mentri Agama (KMA) No. 581 Tahun
1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun1999 dan Kepurusan Direktur
Jendral Bimbingan masyarakat Islam dan urusan Haji No. D/291 T ahun
2000
tentang
pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Meskipun harus diakui bahwa dalam peraturanperaturan tersebut masih banyak kekurangan yang sangat mendasar, misalnya tidak
dijatuhkannya sanksi bagi muzaki yang melalaikan kewajibannya (tidak mau berzakat), akan
tetapi Undang-Undang tersebut mendorong upaya pembentukan lembaga pengelola zakat
amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat. Disamping itu, pasca keluarnya UU No.38
6

Tahun 1999 yang dipertegas lagi oleh UU Pajak No. 17 Tahun 2000 zakat menjadi pengurang
penghasilan kena pajak sehingga tidak dikenakan kewajiban ganda.

B. Tujuan Dan Hikmah Pengelolaan Zakat
Tujuan pengelolaan zakat menurut amanahUndang-undang No.38 Tahu 1999 adalah:
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntuna
agama
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraa
nmasyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat
Sedangkan hikmah zakat antara lain:
1. Menghindari kesenjangan sosiala ntara aghniya dan du’afa
2. Pilar amal jama’I antara aghniya dengan para mujahid dan da’I yang berjuang dan
berdakwah dalam rangka meningkatkan kalimat Allah SWT.
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat
5. Ungkapan rasa syukuratasnikmat Allah SWT berikan
6. Untukpengembanganpotensiumat
7. Dukungan moral kepada orang yang barumasuk Islam
8. Menambah pendapatan Negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi umat
Selain itu juga, zakat merupakan ibadah yang memiliki nilai dimensi ganda, trasendental dan
horizontal. Oleh sebab itu, zakat memiliki banyak arti bagi kehidupan manusia, terutama
Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan denganAllsh SWT maupun

hubungan social kemasyarakatan diantara manusia, antara lain:
1. Menolong, membantu, membina, danmembangunkauduafa yang lemahpapahd engan materi
sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan kondisi tersebut mereka akan
mampu melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT.
2. Membersihkan/mensucikan harta, jiwa manusia darisifat kikir dan dosa serta cinta dunia,
berakhlak dengan sifat Allah, mengembangkan kekayaan batin, menarik simpati dan rasa
cinta dan sebagai tanda syukur terhadap kepemilikan harta dan mendorong untuk berusaha,
bekerja keras, kreatif dan produktif dalam usaha serta efisiensi waktu.
3. Menjadi unsure penting mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social
distribution) ,dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat.
4. Dapat menunjang terwudunya system kemasyarakatan Islam yang berdiri atasprinsipprinsip: Umatan Wahidatan ( umatyagsatu), Musawah (persamaan derajat, dan kewajiban),
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan Takaful Ijt’ma’ (tanggungjawab bersama).
5. Dapat memsucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan
akhlak mulia menjadi murah hati, pela terhadap rasa kemanusiaan), dan mengikis sifat
bakhil (kikir) sertaserakah. Dengan begitu akhirnya suasana ketenangan batin karena
7

terbebas dari tuntunan Allah SWT dankewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi
hati.
6. Zakat adalah ibadah Maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi social ekonomi atau

pemerataan karunia Allah SWT dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial,
pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktianpersaudaraan Islam, pengikat
persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan yang
miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat
dengan yang lemah.
7. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera di mana hubungan seseorang dengan yang
lainnya menjadi rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptkana situasi yang
tentram, aman lahir batin. Dalam masyarakat seperti itu takan ada lagi kekhawatir akan
hidupnya kembali bahaya komunisme (ateis) dan paham atau ajaran yan sesat dan
menyesatkan. Sebab denan dimensi dan funsi ganda zakat, persoalanyan dihadapi
kapitalisme dan sosialisme dengan sendirinya sudah terjawab. Akhirnya sesuai dengan janji
Allah SWT, akan tetapi terciptalah sebuah masyarakat yang baldatun thoyiban wa Ra-bbun
Ghafur.
8. Sebagai sarana untuk menunjang seluruh aktivitas dijalan Allah yang digolongkan pada
dakwah. (Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 403-409,2009)
C. Sumber-sumber Zakat
Adapun sumber – sumber zakat yaitu :
1. Hewan Ternak. Dalam berbagai hadist dikemukakan bahwa hewan ternak yang wajib
dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu ada tiga jenis, yaitu unta, sapi
dan domba atau kambing. Dan para ulama juga telah bersepakat kewajiban zakat pada tiga

jenis, yaitu unta, sapi, dan domba. Sedangkan diluar ketiga jenis tersebut, para ulama
berbeda pendapat. Abu Hanifah berpendapat bahwa pada binatang kuda dikenakan
kewajiban zakat,sedangkan Imam Malik dan Imam Safi’i tidak mewajibkannya, kecuali
bila kuda itu diperjual belikan. Apabila diperhatikan dari dalil-dalil dalam Al-Quran dan
hadist serta pendapat para ulama, dapat disimpulkan bahwa hewan ternak selain unta, sapi,
dan domba, seperti unggas, tidaklah termasuk pada kategori zakat hewan ternak, melainkan
zakat perdagangan.
2. Emas dan perak. Kewajiban mengeluarkan zakat emas dan perak setelah memenuhi
persyaratan tertentu dinyatakan dalam surat At-Taubah ayat 34-35 dan hadist Nabi riwayat
Imam Muslim. Para ulama fiqih telah bersepakat bahwa emas dan perak wajib dikeluarkan
zakatnya apabila telah mencapai nishab dan telah berlalu satu tahun. Berdasarkan hadist
Nabi yang diriwayatkan Abu Dawud, nishab zakat zakat emas adalah dua puluh misqal atau
dua puluh dinar, sedangkan nishab zakat perak adalah dua ratus dirham. Dua puluh misqal
atau dua puluh dinar sama dengan delapan puluh lima gram emas. Dua ratus dirham sama
dengan lima gram perak.
3. Perdagangan. Kewajiban zakat pada perdagangan yang telah memenuhi persyaratan
tertentu dilandaskan pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 267 dan hadist Nabi yang
8

diriwayatkan Abu Dawud. Hampir seluruh ulama bersepakat bahwa perdagangan itu harus
dikeluarkan zakatnya, apabila memenuhi persyaratan kewajiban zakat. Ada tiga persyaratan
utama kewajiban zakat pada perdagangan, yaitu: pertama, niat berdagang. Kedua,
mencapai nishab. Ketiga, telah berlalu satu tahun
4. Hasil Pertanian. Tanaman, tumbuhan, buah – buahan, dan hasil pertanian lainnya yang telah
memenuhi persyaratan telah wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya. Hal ini sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 141 dan hadist Nabi yang diriwayatkan
Imam Bukhari. Hadist Nabi telah membedakan besarnya zakat pertanian dari tanaman yang
mempergunakan biaya yang besar dalam pengairannya, seperti sistim irigasi, yaitu sebesar
lima persen. Sedangkan yang tidak menggunakannya, zakat yang lebih besar , yaitu sepuluh
persen.
5. Barang Tambang (ma’din) dan Barang Temuan (rikaz). Yang menjadi dasar diwajibkannya
zakat pada temuan dan barang tambang yaitu sebuah hadist Nabi yang diriwayatkan oleh
Sunan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Barang tambang wajib dikeluarkan zakatnya yang
nishab nya sama dengan nishab emas dan perak, yaitu 20 misqal emas atau 200 dirham
perak dengan kadar zakat sebesar 2,5 persen. Adapun untuk barang temuan zakat yang
wajib dikeluarkan sebesar 20 persen yang harus disimpan di baitul mal untuk kepentingan
kemaslahatan masyarakat (Hafiduddin, 2008)
D. Peran Zakat dalam Pembangunan Ekonomi
Pada dasarnya,zakat diambil dari yang kaya dan diberikan kepadayan miskin.
Distribusi zakat kepada golonan fakir miskin sudah tentu akan dapat menambahka
kemampuan mereka untuk meninkatkan penggunaan (utility) mereka. Hal ini amat jelas
sekali karena, pada dasrnya, olonan fakir miskin tidak mempunyai daya permintan yang
tinggi. Pendapatan mereka yan rendah itu sudah tentu tidak mencukupi dan menampung
keperluan hidup mereka. Maka kecendrungan daya beli di kalangan mereka adalah sangat
rendah dibanding dengan kecendrungan daya beli dikalangan orang-orang kaya. Dengan yang
demikian, zakat yang diterima akan membuat mereka meningkatkan penggunaan mereka
terutama bagi baran keperluan. Peningkatan kepada permintaan ini sudah tentuboleh
mendorong pengeluaran yan lebih terutama bagi barang keperluan. Zakat merupakan alat
yang paling ampuh membantu golongan fakir miskin. Islam semenjak telah memberi
dorongan yan amat kuat untuk penganutnya memberi perhatian sewajarnya terhadap golonan
fakir dan miskin. Zakat itu sangat diperlukan untuk pembangunan Negara. Kemudian
Kewajiban zakat merupakan suatu tanggungjawab yang membawa berkat dan memberi kesan
yang berterusan bukan saja kepada mereka yang mengeluarkannya, tetapi juga mereka yang
menerimanya. Pelaksanaan zakat memberi kesan bukan saja kepada individu, juga memberi
kesan kepada seluruh lapisan masyarakat. Zakat turut berperanan dalam mempertingkatkan
kebajikan masyarkat dan membantu meningkatkan kegiatan ekonomi. Zakat dilihat mampu
mengikis rasa sombong golongan kaya dan mengelak golongan fakir iskin dari memintaminta. Harta yang diperoleh golongan kaya sebenarnya terdapat sebahagian hak golongan
fakir dan menjadi kewajipan golongan kaya menunaikan hak tersebut. Allah S.W.T telah
mewajibkan zakat sebagai salah satu jaminan sosial kepada masyarakat terutama kepada
golongan yang amat memerlukan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang seimbang
9

melalui agihan semula kekayaan dalam masyarakat dan sebagai satu bentuk penyucian dan
pembangunan rohani setiap Muslim. Zakat juga bertindak sebagai satu mekanisma yang
penting kepada sesebuah negara Islam bagi menjamin kemaslahatan rakyat seluruhnya. Zakat
juga mempunyai keupayaan dan kekuatan bagi membasmi kemiskinan dan menjamin
keseimbangan jurang antara golongan kaya dan miskin melalui mekanisma agihan semula
kekayaan dalam masyarakat. Zakat merupakan suatu pendapatan yang tetap dan menjadi
kewajipan untuk sentiasa dilaksanakan oleh sesebuah negara Islam dan ianya tidak akan
terhenti. Oleh itu, negara Islam dapat menggunakan sumber zakat bagi membina kekuatan
ekonomi, sosial, pendidikan dan akhirnya dapat membina kekuatan Umat Islam secara tidak
langsung membina kesatuan Ummah yang jitu. Masalah membasmi kemiskinan merupakan
tujuan utama sistem zakat dalam Islam melalui penyediaan saraan hidup dan modal yang
mencukupi bagi golongan yang berhajat. Saraan hidup daripada zakat ini diperuntukkan
kepada golongan yang tidak mampu bekerja dengan sebab-sebab cacat anggota atau
sebagainya. Modal pula diperuntukkan kepada golongan yang mampu bekerja tetapi tidak
mempunyai modal untuk menjalankan pekerjaan. Kedua-dua peruntukkan ini diberi dengan
kadar yang mencukupi sesuai dengan keadaan ekonomi, masa, tempat dan keperluan fakir
miskin itu. Saraan hidup ini hendaklah mencukupi untuk makan, minum , pakaian, tempat
tinggal, pelajaran dan kesihatan. Manakala modal pula hendaklah mencukupi kadar modal
sesuatu projek yang hendak dijalankan. Pemberian saraan hidup dan modal serta tujuantujuan lain adalah dengan kadar mencukupi. Kadar mencukupi untuk saraan hidup yang
diambil kira daripada lima keperluan asas hendaklah diberi selama mana dihajati dan
difikirkan perlu oleh golongan tersebut walaupun untuk sepanjang hidupnya atau dengan cara
bulanan dan sebagainya. Selain dari alat membasmi kemiskinan, zakat juga merupakan alat
untuk memerangi masalah riba yang dilaknat oleh Allah ke atas pihak-pihak yang terlibat
dalam proses perlaksanaan riba. Dengan penyediaan modal bererti tertutuplah pintu sistem
pinjaman yang dikenakan riba. Modal daripada zakat boleh diberikan kepada fakir miskin
yang berhajat untuk membuka sesuatu pekerjaan yang termampu olehnya, sama ada sebagai
pemberian tunai atau sebagai pinjaman tanpa faedah.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Zakat menurut UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat adalah harta yang wajib
disisihkan oleh seseorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan
10

ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Zakat adalah rukun
Islam yang ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah
setelah diwajibkannya puasaRamadhan. Ijma(kesepakatan) ulama telah sepakatakan
kewajiban zakat danbagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam. Zakat
merupakan ibadah Maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi ekonomi atau pemerataan
karunia Allah dan juga merupakan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan
keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat batin antara golongan kaya dengan
miskin dan sebagai penghilang jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat
dengan yang lemah.
Tujuan pengelolaan zakat menurut amanahUndang-undang No.38 Tahu 1999 adalah:
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan
tuntuna agama
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraa nmasyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat
Sedangkan hikmah zakat antara lain:
1. Menghindari kesenjangan sosiala ntara aghniya dan du’afa
2. Pilar amal jama’I antara aghniya dengan para mujahid dan da’I yang berjuang dan
berdakwah dalam rangka meningkatkan kalimat Allah SWT.
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat
5. Ungkapan rasa syukuratasnikmat Allah SWT berikan
6. Untukpengembanganpotensiumat
7. Dukungan moral kepada orang yang barumasuk Islam
8. Menambah pendapatan Negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi umat
Zakat merupakan alat yang paling ampuh membantu golongan fakir miskin. Islam semenjak
telah memberi dorongan yan amat kuat untuk penganutnya memberi perhatian sewajarnya
terhadap golonan fakir dan miskin. Zakat itu sangat diperlukan untuk pembangunan Negara.
Kemudian Kewajiban zakat merupakan suatu tanggungjawab yang membawa berkat dan
memberi kesan yang berterusan bukan saja kepada mereka yang mengeluarkannya, tetapi
juga mereka yang menerimanya

DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 115, Sekretariat Negara, Jakarta, 2011
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta : Prenada Media : 2003, hal : 3
7
BAZNAZ, Potensi Zakat Indonesia, di akses pada tanggal 20 Februari 2014
11

Andri Soemitra, Bank Lembaa Keuangan Syariah,Jakarta,2009
http://www.Baznas.or.id/ind
http://qori-zonna.blogspot.co.id/2012/11/peran-zakat-dalam-membangunperekonomian.htmln
http://www.izakat.com/index.php?option=com_content&view=article&id=105%3Aperananzakat-dalam-pembangunan-ekonomi&catid=31%3Atazkirah&Itemid=52&lang=bm

12