Analisis Usahatani Melon Apollo Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Non SOP di Kota Cilegon

i

ANALISIS USAHATANI MELON APOLLO BERDASARKAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN NON SOP
DI KOTA CILEGON

NISYA MAY ULFIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usahatani

Melon Apollo Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Non SOP di
Kota Cilegon adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Nisya May Ulfia
NIM H34124062

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

iv


v

ABSTRAK
NISYA MAY ULFIA. Analisis Usahatani Melon Apollo Berdasarkan Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan Non SOP di Kota Cilegon. Dibimbing oleh
AMZUL RIFIN.
Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya melon apollo merupakan
suatu bentuk aturan dalam kegiatan budidaya yang tujuannya adalah
meningkatkan produktivitas, keseragaman buah berdasarkan karakteristik, dan
meningkatkan pendapatan petani dan daerah khususnya Kota Cilegon. Penelitian
ini dilakukan untuk membandingkan penerapan SOP yang ditetapkan,
menganalisis input-input yang mempengaruhi struktur biaya usahatani SOP dan
Non SOP, dan menganalisis pendapatan petani melon apollo. Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan bahwa produktivitas dan pendapatan usahatani memiliki
perbedaan antara petani SOP dan non SOP hal ini di perkuat dengan uji beda yang
dilakukan memiliki nilai siginifikasi yang lebih kecil dari α 10 persen, tetapi nilai
R/C ratio antara petani SOP dan non SOP tidak berbeda. Sehingga dapat
dikatakan bahwa SOP memberikan manfaat terhadap produktivitas dan
pendapatan petani sehingga usahatani SOP layak untuk dilanjutkan.
Kata Kunci : melon apollo, SOP, pendapatan,


ABSTRACT
NISYA MAY ULFIA. The Analysis of The Melon Apollo Varieties Farming
Business Based on Standard Operating Procedures (SOP) and Non SOP in
Cilegon. Supervised by AMZUL RIFIN.
Standard operating procedures (SOP) of cultivation melon apollo varieties
constituting a form of rules in the activities of cultivation that the goal is to
increase the productivity, based on uniformity fruit characteristics, and increase
the income of farmers and the regions particularly in Cilegon. The objective of the
study is to compare SOP application, to analyze input that affects the cost
structure of farming which apply SOP and non SOP, and to analyze the income of
melon farmer. The result showed productivity, income of both SOP and non SOP
were siginificantly different at α 10 percent, but the value of R/C ratio between
the SOP and non SOP having value not different. So that SOP of benefits against
the productivity and income of farmers, so the SOP of the farming business to
continue.
Key Words : income, melon varieties of apollo, SOP

vi


vii

ANALISIS USAHATANI MELON APOLLO BERDASARKAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN NON SOP
DI KOTA CILEGON

NISYA MAY ULFIA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


viii

x

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini adalah
Analisis Usahatani Melon Apollo Berdasarkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) dan Non SOP di Kota Cilegon.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA
selaku pembimbing, Ir. Juniar Atmakusuma, M.S selaku dosen evaluator
kolokium, Prof. Dr. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama, Dra.
Yusalina, M.Si Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Herman selaku petani sekaligus pihak Dinas Pertanian Kota Cilegon UPTD
Grogol. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Mansyur, Ibu
Yulia, Weni Yunita, Reina Putu Harsya, Agung Fikrian Nugraha, Dinar Monitha
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih penulis

ucapkan pula kepada seluruh sahabat, alumni Diploma Ankim 46 dan rekan-rekan
Alih Jenis Agribisnis Angkatan 3.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015
Nisya May Ulfia

xii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Golden Melon atau Melon Apollo
Penggunaan Input Produksi Melon

Pengaruh Standar Operasional Prosedur terhadap Struktur Biaya dan
Pendapatan Petani
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penentuan Sampel
Metode Analisis Data
Analisis Usahatani
Penerimaan Usahatani
Pengeluaran Usahatani
Pendapatan Usahatani
Analisis Biaya Penyusutan
Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)
Analisis Imbalan kepada Tenaga Kerja
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Magang Melon
Apollo
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usahatani Melon
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani
Melon Apollo
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan Penerapan SOP Usahatani Melon Menurut Anjuran SOP
dengan Petani Responden
Pengaruh penerapan SOP terhadap Rerata Produktivitas dan Struktur Biaya
Usahatani Melon Apollo
Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Melon Apollo di Kota
Cilegon

xiii
xiv
xiv
1
1

4
6
6
6
6
7
7
8
8
8
9
10
12
12
12
12
12
13
13
13

13
14
14
14
15
19
21
22
23
24
24
29
32

xiii
Analisis Pendapatan Total Petani SOP dan Petani non SOP
Hasil Analisis Pendapatan tunai Petani Melon Apollo
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

RIWAYAT HIDUP

38
40
46
46
47
65

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Ekspor buah-buahan di Indonesia tahun 2008-2011
Konsumsi kelompok buah per kapita di Indonesia
Produksi buah-buahan di Indonesia, 2009-2013 (ton)
Perkembangan produksi buah melon Indonesia tahun 2010-2013
Perkembangan luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi melon
apollo di Kota Cilegon tahun 2008-2012
6. Jumlah produksi melon apollo, di Kota Cilegon 2013
7. Perhitungan analisis pendapatan usahatani
8. Usaha pertanian Kota Cilegon tahun 2013
9. Populasi penduduk Kota Cilegon menurut umur tahun 2013
10. Sebaran mata pencaharian masyarakat di Kota Cilegon tahun 2013
11. Daftar nama-nama kelompok tani dan ketua kelompok tani melon
apollo di Kota Cilegon pada tahun 2013
12. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman magang melon apollo
yang diadakan Dinas Pertanian
13. Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia, di Kota Cilegon
tahun 2014
14. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, di Kota
Cilegon tahun 2014
15. Karakteristik responden berdasarkan status usahatani melon, di Kota
Cilegon tahun 2014
16. Karakteristik responden berdasarkan luas lahan, di Kota Cilegon tahun
2014
17. Persentase jumlah petani responden berdasarkan jumlah keluarga petani
18. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman berusahatani melon
apollo di Kota Cilegon 2014.
19. Penerimaan kotor usahatani melon per ha per satu musim tanam, di
Kota Cilegon 2014
20. Rata-rata biaya usahatani melon apollo di Kota Cilegon dalam satu kali
musim tanam per ha tahun 2014
21. Produksi melon apollo tiap petani responden di Kota Cilegon 2014
22. Pendapatan atas biaya total usahatani melon apollo di Kota Cilegon
2014
23. Pendapatan atas biaya tunai usahatani melon apollo di Kota Cilegon
2014.
24. Analisis pendapatan usahatani melon petani responden, di Kota Cilegon
2014
25. Hasil uji beda pada alpa 10 persen

1
2
2
3
3
5
13
17
17
18
19
20
21
21
22
23
23
24
31
33
37
39
41
43
46

xiv

DAFTAR GAMBAR
Melon apollo2
Kerangka Pemikiran Operasional
Persentase hasil produksi melon petani responden, Kota Cilegon 2014
Persentase pendapatan tunai usahatani melon apollo Kota Cilegon 2014
Persentase R/C ratio atas biaya tunai usahatani melon petani responden,
di Kota Cilegon
6. Persentase R/C ratio atas biaya total usahatani melon petani responden,
di Kota Cilegon

1.
2.
3.
4.
5.

7
11
30
40
43
44

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Daftar nama kelompok tani melon apollo, di Kota Cilegon 2013
Komponen Penerapan SOP melon varietas apolllo
Struktur biaya Petani Mashadi tahun 2014
komponen pendapatan usahatani melon di Kota Cilegon 2014
Luasan, Produksi, dan produktivitas melon petani responden di
KotaCilegon 2014.
6. Persentase R/C ratio atas biaya tunai usahatani melon petani responden,
di Kota Cilegon 2014
7. Persentase R/C ratio atas biaya total usahatani melon petani responden,
di Kota Cilegon 2014
8. Uji Statistik

53
54
55
62
63
64
65
66

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis sehingga berpotensi
dalam pengembangan pertanian. Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi
yang penting kedudukannya di Indonesia. Oleh karena itu, pertanian Indonesia
dengan segala sumberdaya yang dimiliki merupakan potensi yang sudah
selayaknya dikembangkan. Pengembangan sektor pertanian lebih diarahkan
kepada pembangunan pertanian yang dapat meningkatkan pendapatan, taraf hidup
petani, penyedia lapangan kerja baik sebagai petani maupun memperluas pasar
dan pelaku pasar. Sektor pertanian yang dapat dikembangkan salah satunya adalah
hortikultura, upaya peningkatan kontribusi hortikultura tersebut salah satunya
adalah usaha peningkatan produksi dan peningkatan teknologi pascapanen
tanaman hortikultura khususnya buah-buahan.
Buah-buahan merupakan salah satu produk hortikultura yang sangat potensial
untuk memasuki perdagangan baik perdagangan dipasar domestik maupun
internasional. Indonesia memiliki potensi pasar yang luas sehingga kegiatan ekspor
buah dapat dilakukan terus menerus tetapi dengan volume ekspor yang fluktuatif.
Buah-buahan tropis Indonesia sangat banyak ragamnya seperti alpukat, pisang,
jambu biji, mangga, manggis, jeruk, pepaya, markisa, nenas, melon dan
belimbing. Indonesia memiliki keunggulan sumberdaya alam seperti tanah yang
subur dengan wilayah daratan yang luas.
Tabel 1 Ekspor buah-buahan di Indonesia tahun 2008-2011
Volume Ekspor (ton)
Komoditas
2008
2009
2010
Nanas
269 664
179 310
159 009
Manggis
9 466
11 319
11 388
Pisang
1 970
701
14
Mangga
1 908
1 616
999
Jeruk
1 402
1 108
1 339
Anggur
103
97
148
Rambutan
725
666
533
Melon
39
148
229
Semangka
1 144
483
42
Apel
171
143
86
Strawberi
211
403
374
Nangka
2
16
28

Sumber : PKBT, 2014

2011
189 223
12 603
1 735
1 485
1 005
555
496
256
169
112
82
4

Nilai ekspor buah-buahan yang berfluktuatif disebabkan oleh kualitas
produk buah-buahan Indonesia yang belum sesuai dengan standar mutu negara
importir, baik secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Hal ini disebabkan oleh
teknik budidaya masih dilakukan secara tradisional dan musiman.
Buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang mempunyai peranan besar
dalam pemenuhan gizi dan kesehatan tubuh karena mengandung vitamin dan mineral.

2
Kebutuhan akan produk pertanian menjadi semakin meningkat sebagai akibat dari
pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Konsumsi buah-buahan penduduk
Indonesia menunjukkan data yang berfluktuatif dari tahun 2009-2013. Konsumsi
pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan tahun 2012 beberapa jenis buah seperti
melon, pepaya dan nenas memiliki peningkatan konsumsi.
Tabel 2 Konsumsi kelompok buah per kapita di Indonesia tahun 2009-2013
Konsumsi (kg)
Buah-buahan
2009
2010
2011
2012
2013
Melon
0.21
0.16
0.42
0.21
0.42
Jeruk
4.64
4.17
3.49
2.76
2.24
Mangga
0,16
0.21
0.63
0.16
0.16
Pepaya
1.88
1.77
2.76
1.62
1.83
Nenas
0.21
0.16
0.37
0.16
0.21

Sumber : BPS, 2014

Data konsumsi yang ditunjukkan pada Tabel 2 khususnya buah melon dari
tahun ketahunnya berfluktuasi, hal disebabkan oleh rendahnya tingkat produksi
yang dapat dilihat pada Tabel 3. Peningkatan produksi melon terus diupayakan
pemerintah agar dapat memenuhi permintaan, dan mengurangi fluktuasi produksi.
Produksi melon berasal dari beberapa wilayah di Indonesia mulai dari pulau
Sumatra hingga pulau Papua.
Tabel 3 Produksi buah-buahan di Indonesia, 2009-2013 (ton)
Produksi (ton)
Tahun
2009
2010
2011
2012
Nenas
1 558 196
1 406 445
1 540 626
1 781 894
Jeruk Besar
105 928
91 131
97 069
113 375
Mangga
2 243 440
1 287 287
2 131 139
2 376 333
Melon
85 861
85 161
103 840
125 447
Pepaya
772 844
675 801
958 251
906 305
Sumber : BPS, 2014

2013
1 133 100
102 907
2 058 607
112 439
871 275

Budidaya melon tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Data statistik
menunjukkan bahwa pulau Jawa merupakan sentra produksi buah melon dengan
pusat terbesar terdapat di Jawa Timur dengan total produksi pada tahun 2013
sebesar 48 100 ton. Selain Jawa Timur, diperoleh informasi bahwa Banten
merupakan daerah yang produksinya mengalami peningkatan dari tahun 2010
hingga tahun 2013. Jenis melon yang dibudidayakan di Banten sebagian besar
adalah melon apollo atau biasa disebut dengan golden melon atau melon kuning.
Pemilihan pada melon apollo karena jika dibandingkan dengan melon varietas
yang lain yaitu tanaman melon berbuah hijau maka melon apollo memiliki harga
jual yang tinggi baik yang diterima oleh petani maupun yang diterima oleh pasar,
selain itu melon apollo memiliki tekstur daging yang renyah dengan cita rasa yang
sangat manis.

3
Tabel 4 Perkembangan produksi buah melon Indonesia tahun 2010-2013
Provinsi
Sumatera utara
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Papua

Sumber : BPS, 2014

2010
1 890
330
22 012
12 202
42 678
750
678
1 107
424
404
557

Produksi tanaman (Ton)
2011
2012
2 060
1 890
657
144
27 839
29 315
23 368
27 823
41 319
55 673
802
944
547
687
2 718
1 387
118
132
611
827
1 041
1 276

2013
1 548
136
35 742
30 776
48 100
1 146
737
1 002
160
995
1 274

Berdasarkan informasi pada Tabel 4 yang diperoleh dari BPS bahwa
provinsi Banten memiliki produksi melon yang meningkat yang sebagian besar
produksinya berasal dari Kota Cilegon. Peningkatan produksi di Banten terus
diupayakan dalam rangka memenuhi permintaan. Peningkatan produksi diiringi
pula dengan produktivitas pada tahun 2012 yang meningkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Tetapi secara umum perkembangan luas panen, produksi, dan
produktivitas di Kota Cilegon berfluktuatif.
Tabel 5 Perkembangan luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi melon
apollo di Kota Cilegon tahun 2008-2012
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
Tahun
(Ha)
(Ton)
(Ku/Ha)
2008
11.00
94
85 454
2009
55.00
457
83 090
2010
63.00
750
119 047
2011
50.86
435
85 528
2012
23.35
437
187 152
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, 2014

Pada Tabel 5 terlihat bahwa produktivitas melon di Kota Cilegon pada tahun
2008-2010 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2011 produktivitas
mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh penurunan produksi dari tahun
2010 ke tahun 2011. Nilai produtivitas di Kota Cilegon cenderung mengalami
kenaikan hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani melon di Kota Cilegon
memiliki prospek yang cukup baik. Wilayah Cilegon memiliki kondisi alam yang
sesuai bagi pertumbuhan melon apollo. Hal tersebut menjadi faktor pendorong
utama bagi usahatani melon apollo. Kehadiran usahatani melon apollo diharapkan
mampu meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan sumberdaya yang
sebelumnya yang kurang produktif baik dari segi bahan baku maupun tenaga
kerja. Dari segi tenaga kerja, usaha budidaya melon apollo ini mampu menyerap
tenaga kerja setempat yang berkemampuan rendah karena teknologi yang
digunakan relatif sederhana dan mudah untuk diadopsi, sehingga untuk jangka

4
panjang pengembangan usahatani melon apollo diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Berdasarkan informasi bahwa masih terdapat peluang permintaan pasar
yang besar akibat fluktuasi konsumsi terkait ketersediaan produksi. Fluktuasi
produksi melon apollo mendorong Pemerintah Kota Cilegon untuk
mengembangkan usahatani melon apollo yang telah ada. Pengembangan ini selain
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melon, juga untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cilegon. Pada saat ini,
pengembangan melon apollo di Kota Cilegon tidak lagi bersifat ekstensifikasi
tetapi lebih difokuskan pada pola intensifikasi. Hal ini dikarenakan makin
berkurangnya lahan-lahan pertanian sebagai akibat dari meningkatnya jumlah
penduduk dan pemukiman. Pola intensifikasi ini lebih menekankan pada
perbaikan teknis produksi berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
Good Agriculture Practices (GAP).
Rumusan Masalah
Salah satu komoditas potensial yang terdapat di Kota Cilegon adalah melon
apollo (Tabel 6), karena memiliki produksi terbesar ketiga setelah mangga dan
dan pisang. Potensi melon apollo cukup bagus untuk dikembangkan, terlebih lagi
kecocokan agroklimat Kota Cilegon sangat mendukung untuk melakukan
budidaya melon apollo. Selain itu, peluang pasar yang masih terbuka membuat
Pemerintah Kota Cilegon berusaha untuk mengembangkan komoditas ini dan
menjadikan melon apollo sebagai komoditas unggulan1.
Pemilihan komoditas melon apollo tentunya dilandasi oleh adanya
keinginan memperoleh keuntungan yang tinggi pada saat panen. Dibanding
dengan tanaman hortikultura lain, tanaman melon memerlukan perawatan yang
intensif dikarenakan sifat tanaman yang sangat rentan terhadap hama dan
penyakit. Selain itu, semakin mahalnya harga sarana produksi maupun upah
tenaga kerja juga akan mempengaruhi keuntungan yang akan diterima. Dengan
berbagai kondisi tersebut, petani harus dapat mengalokasi faktor produksi yang
digunakan agar dapat mengelola usahatani melon secara efisien. Perilaku harga
input yang berfluktuasi dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani
menyebabkan petani dalam memaksimalkan keuntungan maupun pendapatannya
lebih banyak memilih dengan menekan biaya serendah mungkin.
Jumlah produksi total melon apollo di Kota Cilegon pada tahun 2013
sebesar 1 129.48 kwintal yang berasal dari 6 kecamatan, antara lain Citangkil,
Pulomerak, Purwakarta, Grogol, Jombang, dan Cibeber. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 6 yang memuat data jumlah produksi melon apollo dari beberapa kecamatan
di Kota Cilegon. Diperoleh informasi bahwa melon merupakan salah satu
komoditas dengan produksi terbesar jika dibandingkan dengan mangga dan
pisang. Melon apollo yang merupakan jenis tanaman musiman yang jika
dibudidayakan dengan benar akan menghasilkan produksi tinggi dan kualitas baik
sehingga akan berpengaruh pada harga yang tinggi.

1

http://www.agrina-online.com/redesign2.php?rid=10&aid=1519, 2014

5
Tabel 6 Jumlah produksi melon apollo di Kota Cilegon 2013
Jumlah produksi (kwintal)
Kecamatan

Mangga

Jambu
Biji

Ciwandan
50.00
11.00
Citangkil
3.20
Pulomerak
9.00
Purwakarta
10 336.80
25.51
Grogol
480.00
Cilegon
16.00
23.00
Jombang
341.00
39.00
Cibeber
525.00
14.00
Jumlah
11 752.00
122.61
Sumber : BPS Kota Cilegon 2014

Pepaya
30.00
15.00
50.85
16.00
16.00
34.00
225.00
386.85

Pisang
(rumpun)

Nangka

45.00
1.11
42.00
849.80
25.00
150.00
24.00
34.00
1 170.91

70.00
7.30
35.00
25.60
30.00
2.00
170.90

Sawo

Melon

25.00
32.40
3.00
6.00
98.00
164,40

92.00
228.00
226.48
228.00
161.00
194.00
1 129.48

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian, jumlah
kelompok tani SOP melon kuning sebanyak 22 kelompok tani pada tahun 2013
(Lampiran 1). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah petani yang mengusahatanikan
melon sebanyak 14 orang, hanya sebanyak 6 orang SOP dan sebanyak 8 orang
petani non SOP. Penurunan jumlah petani yang mengusahatanikan melon diduga
berimplikasi pada produksi melon apollo yang menurun.
Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa penurunan jumlah petani
merupakan akibat dari petani yang mengalami kegagalan dalam panen. Kegagalan
panen tersebut berasal dari petani yang tidak mengikuti anjuran untuk menerapkan
SOP. Tujuan dari penerapan SOP oleh Dinas Pertanian Kota Cilegon agar
aktivitas usahatani diarahkan pada peningkatan kualitas dan produktivitas buah
melon apollo. Melalui rangkaian aktivitas usahatani dari proses pembenihan,
pemupukan hingga pemanenan, maka akan terjadi peningkatan kualitas dan
kuantitas pada hasil buah. Peningkatan pada kualitas (mutu buah) dan hasil
produksi akan berimplikasi pada harga yang diterima petani. Perbedaan yang
paling terlihat antara kegiatan budidaya SOP dan dengan cara non SOP yaitu
dalam hal kegiatan pemupukan, pengairan dan penggunaan pestisida.
Anjuran yang terdapat dalam SOP sudah diumumkan oleh pihak penyuluh
pertanian kepada para petani melon, tetapi tidak semua petani melalukan hal
tersebut. Sehingga harus dilakukan pengkajian penerapan SOP kepada petani
melon mengenai SOP, produksi dan pendapatan pada tiap petani dan rata-rata dari
keseluruhan petani (Lampiran 1). Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Cilegon
(2014) menunjukkan bahwa produksi melon apollo di Kota Cilegon pada tahun
2011 sebesar 435 ton sedangkan pada tahun 2012 jumlah produksi sebesar 437
ton. Peningkatan produksi diharapkan selalu bertambah setiap tahunnya, sehingga
analisis perbandingan penerapan SOP dan non Sop dapat dilakukan untuk
membuat keputusan usahatani dalam hal budidaya, sehingga petani dapat
merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam
mengendalikan usaha yang sedang berjalan. Melihat besarnya fungsi tentang
informasi tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk menganalisis beberapa
permasalahan yang terkait dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu :
1. Bagaimana keragaan usahatani melon apollo SOP dan non SOP di Kota
Cilegon ?

6
2. Apakah terdapat perbedaan pendapatan dan R/C rasio pada petani melon
apollo SOP dan non SOP di Kota Cilegon ?

Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis keragaan usahatani melon apollo di
Kota Cilegon SOP dan non SOP.
2. Menganalisis pendapatan dan R/C ratio baik setiap petani maupun secara
rata-rata petani melon apollo.
Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti sebagai penerapan dari teori dan ilmu yang diperoleh selama
ini.
2. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam pengambilan
kebijakan guna terwujudnya peningkatan produktivitas melon apollo
3. Bagi masyarakat akademik dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas pada tujuh Kecamatan di Kota Cilegon, antara lain :
Grogol, Citangkil, Cibeber, Pulomerak, Purwakarta, Jombang, dan Cilegon.
Aktivitas yang diamati adalah aktivitas yang dilakukan petani dalam usahatani
melon apollo. Penelitian ini fokus pada aktivitas usahatani melon apollo yang
dilakukan secara langsung oleh petani. Analisis yang akan dilakukan yaitu
mengenai pendapatan petani, keuntungan usahatani, dan rasio penerimaan dan
biaya usahatani melon apollo.

TINJAUAN PUSTAKA
Golden Melon atau Melon Apollo
Menurut Setiadi (1985) nama golden diambil dari kulit buahnya yang
berwarna kuning keemasan memiliki daging buah yang berwarna putih dan
digolongkan ke dalam melon tipe kulit halus. Ada dua jenis golden melon yang
dibudidayakan, yaitu golden light melon dengan bentuk bulat dan golden
langkawi melon dengan bentuk lonjong. Jenis golden light lebih digemari karena
ukurannya yang lebih kecil dibandingkan bentuk yang lonjong. Selain itu,
teksturnya lebih renyah dan rasanya lebih manis.

7

Gambar 1 Melon apollo2
Penggunaan Input Produksi Melon
Faktor keberhasilan dalam usahatani melon dipengeruhi oleh input-input
produksi. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tenaga kerja, benih,
pupuk, obat-obatan dan luasan lahan berpengaruh signifikan terhadap produksi
melon (Arumningtyas 2006; Asmara dan Sulistyaningrum 2008; Kusumasari
2013; Verryca 2011; Simatupang 2005; Yekti 2005)
Penelitian-penelitian yang dilakukan memiliki hasil yang berbeda-beda
mengenai penggunaan input dalam produksi melon, namun beberapa peneliti
membuktikan bahwa tenaga kerja, pupuk, luas lahan dan obat-obatan memiliki
pengaruh yang signifikan pada produksi melon. Sehingga diperoleh informasi
bahwa input produksi yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu tersebut
penting untuk diperhatikan dalam budidaya melon. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, penulis akan melakukan analisis untuk
mengkaji pengaruh SOP yang mencakup penggunaan input produksi sebagai
pengaruh keberhasilan produksi melon apollo di Kota Cilegon.
Pengaruh Standar Operasional Prosedur terhadap Struktur Biaya dan
Pendapatan Petani
Aktivitas usahatani yang melibatkan manusia dengan alam memerlukan
standar operasional prosedur (SOP) yang tepat karena diharapkan memberikan
banyak manfaat bagi petani. Beberapa penelitian terdahulu mengatakan bahwa
pendapatan tunai petani SOP lebih besar dibanding pendapatan tunai petani non
SOP (Dalimunthe 2008; Widyaningsih 2008; Zamani 2008 ; Hartanti 2010,
Lisanti 2014). Sebagian besar penerimaan yang besar tersebut dikarenakan tingkat
gagal panen yang dialami petani sangat kecil sehinggi produksi dan kualitas buah
sangat baik maka harga jual semakin tinggi, hal ini yang menjadi penyebab
pendapatan tunai petani SOP lebih tinggi. Menurut peneliti terdahulu pengaruh
SOP terhadap pendapatan dapat dilakukan dengan uji beda, yaitu uji-t.
Perhitungan pendapatan juga dilakukan dengan uji statistic uji-t (Asmara dan
Sulistyaningrum 2008, Hartanti 2010)

2

Sumber : http://bukausaha.com/peluang-usaha-buah-89, 2014

8
Hasil analisis mengenai strutur biaya yang meliputi biaya total dan biaya
tunai pada petani SOP dan non SOP menyatakan bahwa biaya tunai dan biaya
total yang keluarkan oleh petani SOP lebih besar dari pada biaya total dan biaya
tunai yang dikeluarkan oleh petani non SOP (Dalimunthe 2008; Widyaningsih
2008; Zamani 2008 ; Hartanti 2010, Lisanti 2014). Biaya tunai terbesar adalah
biaya tenaga kerja (Hartanti 2010, Widyaningsih 2008), biaya terbesar yang
dikeluarkan petani berasal dari biaya pupuk dan biaya benih (Zamani 2008).
Besarnya biaya tunai yang dikeluarkan oleh setiap input bermacam-macam hal ini
dikarenakan setiap tanaman memiliki penangan yang berbeda-beda.
Dalam analisis efisiensi yang menggunakan analisis R/C yaitu
perbandingan antara nilai penerimaan dengan nilai biaya. Nilai R/C yang dihitung
antara lain R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Hasil penelitian
terdahulu menunjukkan jika hasil analisis perbandingan penerimaan dan biaya
(R/C) usahatani untuk petani SOP dan petani non SOP, menunjukkan bahwa nilai
R/C rasio yang lebih besar dari satu maka usahatani memiliki penerimaan yang
lebih besar dibandingkan dengan biaya usahatani, hasil studi tersebut dilakukan
oleh (Zamani 2008; Dalimunthe 2008; Hartanti 2010; Lisanti 2014). Nilai R/C
yang diperoleh peneliti pada petani SOP memiliki nilai R/C lebih besar dari nilai
R/C petani non SOP, walaupun keduanya memiliki nilai R/C di atas satu. Hal ini
menunjukkan bahwa usahatani yang menerpakan SOP lebih menguntungkan
dibandingkan usahatani non SOP
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa pengaruh
SOP terhadap strukur biaya dan pendapatan menunjukkan hasil yang positif.
Penelitian tentang analisis perbandingan usahatani melon apollo di Kota Cilegon
belum pernah dilakukan. Berdasarkan referensi penelitian sebelumnya, penulis
mencoba untuk menganalisis pendapatan usahatani melon apollo di Kota Cilegon
untuk mengetahui pendapatan, keuntungan, dan efisiensi usahataninya.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis Pendapatan Usahatani
Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total
usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani
mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor
produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang
diinvestasikan ke dalam usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan
beberapa penampilan usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai
nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun
yang tidak terjual yang dinilai berdasarkan harga pasar. Menurut Soekartawi et al
(1986), pendapatan bersih usahatani digunakan untuk mengukur imbalan yang
diperoleh keluarga petani dari penggunaan factor-faktor produksi kerja,
pengelolaan dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan dalam
usahatani.
Pendapatan petani ini terdiri dari sebagian pendapatan kotor yang karena
tenaga keluarga dan kecakapannya memimpin usaha dan sebagian bunga dari

9
kekayaan yang dipergunakan dalam usahatani. Pendapatan petani dapat
diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat-alat dan
dengan bunga modal diluar (Hadisapoetro, 1973). Selisih antara pendapatan kotor
usahatani dengan total pengeluaran usahatani disebut pendapatan bersih usahatani.
Pendapatan bersih usahatani ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani
akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi atau pendapatan bersih usahatani
ini merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk menilai
dan membandingkan beberapa usahatani lainnya, maka ukuran yang digunakan
untuk menilai usahatani ialah dengan penghasilan bersih usahatani yang
merupakan pengurangan antara pendapatan bersih usahatani dengan bunga
pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan.
Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya
Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga
petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu, pendapatan
usahatani merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk
membandingkan keragaan beberapa usahatani. Pendapatan selain diukur dengan
nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan
adalah penerimaan (R) untuk setiap biaya (C) yang dikeluarkan (R/C). Rasio ini
menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk produksi. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengukur
tingkat keuntungan relatif terhadap kegiatan usahatani sehingga dapat dijadikan
penelitian terhadap keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu.
Usahatani efisien apabila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1) artinya untuk setiap Rp.
1.00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih dari Rp. 1.00.
Sebaliknya jika rasio R/C lebih kecil satu (R/C < 1) maka dikatakan bahwa setiap
Rp. 1.00 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan kurang dari Rp.
1.00 sehingga usahatani dinilai tidak efisien. Semakin tinggi nilai R/C semakin
menguntungkan usahatani tersebut.
Imbalan Kepada Pemilik Modal
Jika keuntungan merupakan keberhasilan pengelolaan usahatani secara
integral maka untuk mengukur keberhasilan pengelolaan usahatani secara parsial
perlu dilihat imbalan bagi faktor-faktor produksi yaitu imbalan bagi lahan (return
to land), imbalan bagi tenaga kerja (return to labor) dan imbalan bagi modal
(return to capital). Untuk keperluan analisis bagi faktor-faktor produksi ini maka
biaya manajemen petani harus terlebih dahulu ditetapkan. Biaya manajemen ini
diperhitungkan sebagai gaji bagi petani dan keluarganya dalam mengelola
usahataninya. Pendapatan usahatani sesungguhnya sama dengan jumlah semua
imbalan yang diterima petani sebagai pemilik faktor-faktor produksi yang
dipergunakan dalam usahatani. Imbalan bagi faktor-faktor produksi tersebut
diperhitungkan berdasarkan prinsip biaya imbangan (Opportunity Cost) (Rifiana
2012).
Imbalan Kepada Tenaga Kerja Keluarga
Pendapatan tenaga kerja keluarga adalah pendapatan petani dikurangi
bunga modal dibagi dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun (HKSP) atau

10
merupakan pendapatan tenaga keluarga yang biasanya dinyatakan dalam jumlah
untuk satu hari kerja (Hadisapoetra, 1973).
Kerangka Pemikiran Operasional
Cilegon merupakan salah satu daerah penghasil melon apollo di Banten.
Lokasi usahatani melon apollo di Cilegon terdapat pada tujuh kecamatan antara
lain : Grogol, Citangkil, Cibeber, Pulomerak, Purwakarta, Jombang, dan Cilegon.
Walaupun usahatani melon terbagi menjadi beberapa kecamatan tersebut belum
banyak petani yang mengusahakan melon secara terus menerus sehingga atas
pertimbangan tersebut maka analisis usahatani melon sangat diperlukan. Cilegon
memiliki banyak potensi dan peluang untuk kegiatan usahatani melon yaitu
kondisi sumber daya alam yang cocok, permintaan pasar domestik, berperan
dalam meningkatkan pendapatan daerah (harga jual tinggi), meningkatkan
pendapatan petani, memfungsikan sebagian lahan yang tersedia dan berguna
untuk konservasi tanah dan air.
Adanya permintaan yang fluktuatif dari tahun ke tahun yang memunculkan
gap antara permintaan dan produksi membuat usahatani melon menjadi sangat
potensial bila dikelola secara terus menerus dan benar. Adanya flutuasi
permintaan melon apollo dianggap sebagai faktor untuk meningkatkan produksi
melon. Petani melon apollo di Kota Cilegon belum sepenuhnya menerapkan SOP,
walaupun pemerintah sudah menjelaskan mengenai pentingnya menerapkan SOP
dalam program penyuluhan untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan dari
kegiatan usahatani melon apollo.
Dalam budidaya melon apollo umumnya sama seperti budidaya pertanian
lain yang banyak menghadapi resiko, terutama resiko cuaca dan gangguan hama,
hal ini dapat mempengaruhi besar kecilnya hasil produksi melon yang diusahakan,
sehingga seringkali petani belum mampu memenuhi permintaan konsumen
terhadap melon apollo.
Teknik budidaya melon apollo berdasarkan SOP, memungkinkan adanya
ketentuan penggunaan faktor-faktor produksi pada kegiatan budidaya melon
apollo. Faktor-faktor produksi dalam usahatani melon apollo yang menjadi
ketentuan SOP adalah dosis pemupukan, penyemprotan pestisida dan teknis
budidaya lainnya. Pengaturan dan ketentuan penggunaan faktor-faktor produksi
tersebut, menyebabkan terjadinya perbedaan biaya input usahatani antara petani
SOP dan petani non SOP. Terlebih lagi dengan semakin mahalnya biaya input
produksi pupuk dan insektisida, menyebabkan biaya input semakin tinggi. Pada
budidaya melon apollo SOP yang mengharuskan menggunakan input lebih
banyak serta semakin tingginya biaya input yang harus dikeluarkan, diduga dapat
menyebabkan semakin menurunnya pendapatan yang akan diterima petani.
Selama ini petani belum melakukan perhitungan ekonomi secara rinci
terkait dengan pembukuan usahatani melon apollo, sehingga petani belum dapat
menilai keuntungan dari kegiatan usahatani tersebut. Dalam menentukan
keputusan untuk mendukung peningkatan produksi, maka diperlukan adanya
penilaian analisis usahatani yaitu terdiri dari biaya tunai, biaya diperhitungkan dan
biaya total. Biaya tunai terdiri dari sarana produksi, pupuk, dan pestisida. Biaya
yang diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan. Biaya total merupakan hasil
penjumlahan dari total biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Identifikasi

11
biaya dan penerimaan diperlukan dalam analisis pendapatan usahatani dari kedua
jenis petani tersebut. Identifikasi biaya dilakukan agar biaya produksi yang
dikeluarkan dalam usahatani dapat diketahui. Harga jual juga diperlukan karena
merupakan komponen penerimaan dari kegiatan usahatani. Keuntungan diperoleh
dari total penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan. Penerimaan yang
diterima untuk setiap satuan unit biaya yang dikeluarkan dapat dihitung dengan
pendekatan rasio R/C.
Hasil dari analisis diatas, bertujuan untuk mengetahui keadaan usahatani
melon petani SOP maupun petani non SOP. Selain itu, hasil analisis ini
diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Kota
Cilegon khususnya Dinas Pertanian dalam menentukan kebijakan yang akan
diambil untuk pengembangan usahatani. Kerangka pemikiran terkait dengan
permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumusan sebelumnya
digambarkan dalam suatu bagan alur kerangka pemikiran pada Gambar 1.
Peluang dan potensi :
 Kondisi sumber daya alam yang cocok untuk
Kkkk
budidaya melon apollo di Kota Cilegon.
 Permintaan pasar domestik.
 Berperan dalam meningkatkan pendapatan daerah
(harga jual tinggi), meningkatkan pendapatan
petani, memfungsikan sebagian lahan yang
tersedia dan berguna untuk konservasi tanah dan
air.

Tantangan :
 Persaingan kualitas dan
kuantitas.
 Fluktuasi produksi

Program
Peningkatan
kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas produksi
sesuai standar mutu.

Petani non SOP

Petani SOP

Pendapatan Usahatani

 Return to Family Labor
 Return to Capital

Efisiensi Usahatani

Uji beda

Analisis R/C Rasio

Kesimpulan

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

12

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Cilegon pada tujuh kecamatan yaitu
Grogol, Citangkil, Cibeber, Pulomerak, Purwakarta, Jombang, dan Cilegon.
pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan metode purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa Cilegon merupakan daerah yang berpotensi memproduksi
melon apollo. Pengumpulan data dilakukan bulan September 2014 hingga
Oktober 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder, baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner serta pengamatan langsung di
lapangan. Wawancara akan dilakukan kepada petani melon apollo. Data sekunder
akan dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Banten dan BPS Pusat dalam informasi data mengenai luas
lahan, produktivitas, jumlah pohon, kondisi ekspor dan impor,dan lainnya.
Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan kepada petani melon
apollo yang terdapat di Kota Cilegon. Jumlah sampel petani responden adalah 14
orang yang terdiri dari 6 orang petani SOP dan 8 orang petani non SOP.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan survey karena jumlah nama yang
didapat dari Dinas Pertanian saat ini hanya 5 orang yang masih mengusahatanikan
melon apollo dan 9 responden lainnya didapat dengan metode snowball.
Pengambilan sampel dilakukan dengan survey kriteria-kriteria yang
dipertimbangkan dan rekomendasi pihak terkait. Kriteria sampel petani responden
untuk petani SOP dan tidak menerapkan SOP adalah petani yang mengusahakan
melon apollo dengan periode agustus 2013 - oktober 2014 dengan masa panen
terakhir dalam satu kali musim tanam.
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran
umum serta menjelaskan biaya dan penerimaan petani melon apollo di lokasi
penelitian yang diuraikan secara deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk
mengetahui biaya-biaya dan pendapatan petani, analisis rasio penerimaan dan
biaya, dan analisis titik impas pada usahatani melon apollo.

13
Analisis Usahatani
Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai, penerimaan yang
diperhitungkan, dan penerimaan total. Secara matematis persamaan dari
penerimaan dapat ditulis (Soekartawi 1986) :
=
× �
Keterangan :
TR
= Total Penerimaan
Y
= Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py
= Harga komoditas Y yang dihasilkan
Pengeluaran Usahatani
Pengeluaran usahatani adalah seluruh pengorbanan yang dikeluarkan
dalam kegiatan usahatani untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan. Perhitungan pengeluaran usahatani dapat dirumuskan (Soekartawi
1986) :
= �
×
Keterangan :
TC
= Total biaya
Px
= Harga Input
X
= Jumlah Input
Pendapatan Usahatani
Dalam Soekartawi et al. (1986), Pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan biaya. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya
tunai dan pendapatan atas biaya total. Perhitungan analisis pendapatan usahatani
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Perhitungan analisis pendapatan usahatani
No.
Keterangan
1
Penerimaan Tunai
2
Penerimaan yang diperhitungkan
3
Total Penerimaan
4

Biaya Tunai

5

Biaya yang diperhitungkan

6
7
8
9
10
11
12

Total Biaya
Pendapatan atas biaya tunai
Pendapatan atas biaya total
Pendapatan bersih
Return to total capital
Return to Labour
R/C

Sumber : Soekartawi et al. 1986

Perhitungan
Harga x Hasil Panen dijual (kg)
Harga x Hasil Panen dikonsumsi (kg)
Jumlah seluruh penerimaan tunai dan
yang diperhitungkan
a. Biaya sarana produksi
b. Biaya tenaga kerja luar keluarga
a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga
b. Penyusutan peralat
(4) + (5)
(1) – (4)
(3) – (6)
(8) – Bungan pinjaman
(9) - (5)
(9) - Bungan Modal
R/C atas biaya tunai dan R/C biaya total

14
Analisis Biaya Penyusutan
Penilaian alat-alat dan bangunan yang mempunyai daya tahan lama,
biasanya dilakukan dengan menghitung penyusutannya. Menurut Hernanto (1989)
ada beberapa metode dalam menghitung penyusutan yang dapat dipakai, yaitu
metode garis lurus (straight line method), double declining balance method, dan
sum of year digit method. Dalam analisis ini digunakan metode garis lurus dengan
perhitungan :
���

�=

� −�


Keterangan :
NB : Nilai Beli Alat dan Bangunan
NS : Tafsiran Nilai Sisa Alat dan Bangunan
UE : Umur Ekonomis

Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)
Analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya dilakukan untuk
mengetahui efisiensi dan kelayakan dari kegiatan usahatani yang dilakukan
(Soekartawi et al. 1986). Secara teoritis manfaat ini dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
R/C Ratio Total =
R/C Ratio Tunai =
Keterangan :
Y
= Total Produksi
Py
= Harga Produk
BT
= Biaya Tunai
BD
= Biaya Diperhitungkan

�� � �

�� � �
�� � �
�� �



=

�.��

��
�.��

= ��+��

Analisis Imbalan kepada Tenaga Kerja
Imbalan bagi tenaga kerja (Return to Labor) diperoleh dari hasil
mengurangkan nilai produksi dengan semua biaya produksi kecuali biaya faktor
produksi tenaga kerja yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

= . � − ∑ �. � �
�=

¢i;i= , , …n

Keterangan :
Rtb
= Return to Labor (Rp)
b
= Faktor Produksi tenaga kerja
b¢i
= Faktor produksi tenaga kerja tidak tercakup dalam i

15
Analisis Imbalan kepada Pemilik Modal
Imbalan bagi modal (Return to Capital) diperoleh dari hasil
mengurangkan nilai produksi dengan semua biaya produksi kecuali biaya
produksi modal, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

= . � − ∑ �. � �
�=

¢i;i= , , …n

dimana:
RtC
= Return to Capital (Rp)
C
= Faktor produksi modal

Uji Beda
Analisis perbandingan rata-rata digunakan untuk melihat adakah
perbedaan rata-rata. Dalam hal ini, yang akan dilihat adalah perbedaan rata-rata
pendapatan yang diterima oleh petani SOP dan petani Non SOP, dengan rumus
sebagai berikut :

= 2
2
+




Keterangan :
x1
= rata-rata sampel 1
s1
= Simpangan baku sampel 1
x2
= rata-rata sampel 2
s2
= Simpangan baku sampel 2
2
2
s1
= varians sampel 1
s2
= Varian sampel 2
r
= Korelasi
Hipotesis :
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata variabel (pendapatan) antara kelompok
SOP dan Non SOP
H1 : terdapat perbedaan rata-rata variabel antara kelompok SOP dan Non SOP.
Hasil analisis uji-t dapat digunakan untuk mengetahui hipotesis nol (H0)
diterima atau ditolak, maka dibandingkan t hitung dengan t tabel. Jika –t tabel ≤ t
hitung ≤ t tabel maka H0 diterima atau pendapatan usahatani melon apollo SOP
sama dengan pendapatan usahatani melon non SOP, jika sebaliknya maka H0
ditolak atau pendapatan usahatani melon apollo SOP lebih besar dibandingkan
dengan pendapatan usahatani melon non SOP. Begitu juga dengan nilai
signifikansi apabila lebih kecil dari 0,1 maka Tolak H0. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata pendapatan antara kelompok SOP dan Non SOP, pada taraf
nyata 90 persen, jika sebaliknya maka H0 diterima.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Gambaran Umum wilayah penelitian
Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada dibagian ujung sebelah
barat dari Pulau Jawa yang terletak pada posisi 5º 52’ 24” – 6º 04’ 07” Lintang

16
Selatan (LS) dan 105º 54’ 05” – 106º 05’ 11” Bujur Timur (BT). Batasan ruang
lingkup wilayah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 luas
wilayah administrasi 17 550 Ha dengan 4 kecamatan yang telah dimekarkan
menjadi 8 kecamatan (Kecamatan Ciwandan, Citangkil, Pulomerak, Grogol,
Purwakarta, Cilegon, Jombang, dan Cibeber) yang terdiri atas 43 kelurahan. Kota
Cilegon mempunyai batas-batas sebagai berikut :
1. Utara : Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara (Kabupaten Serang)
2. Barat : Selat Sunda
3. Selatan : Kecamatan Anyer dan Mancak (Kabupaten Serang)
4. Timur :Kecamatan Kramatwatu dan Waringin Kurung (Kabupaten
Serang)
Sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
kewenangan daerah kota terhadap laut adalah 1/3 dari wilayah laut Provinsi (yaitu
12 mil laut), atau 4 mil laut (1 mil laut = 1.852 m, sehingga 4 mil laut = 7.408 m).
Panjang pantai Kota Cilegon yang menghadap ke Selat Sunda adalah sekitar 25
km. Sehingga secara tentatif luas laut yang menjadi kewenangan Kota Cilegon
sekitar 185 km2, atau sedikit lebih luas dari wilayah daratan.
Pada wilayah laut terletak pulau-pulau, yaitu Pulau Merak Besar, Pulau Merak
Kecil, Pulau Rida, dan Pulau Ular. Morfologi Kota Cilegon berada pada
ketinggian antara 0-553 meter di atas permukaan laut (dpl). Wilayah tertinggi
berada di bagian utara Kecamatan Pulomerak (Gunung Gede), sedangkan
terendah berada di bagian barat yang merupakan hamparan pantai. Berdasarkan
karakteristik morfologi daratan dan kemiringan lahan, secara garis besar
Karakteristik fisik Kota Cilegon dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu :
 Bentuk dataran, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 0-2% hingga
2–7%, tersebar di sepanjang pesisir pantai barat dan bagian tengah Kota
Cilegon.
 Bentuk perbukitan-sedang, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara
7-15%, terdapat di wilayah tengah kota, tersebar di bagian utara dan
selatan
kecamatan Cilegon dan Cibeber, serta bagian selatan
Kecamatan Ciwandan dan Citangkil.
 Bentuk perbukitan-terjal, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara
15–40% hingga lebih dari 40%, tersebar di bagian utara Kota Cilegon
(Kecamatan Pulomerak dan Grogol) dan sebagian kecil wilayah barat
Kecamatan Ciwandan
Dengan luas 175.5 km2, Kota Cilegon dibagi menjadi ke dalam delapan
kecamatan dan 43 kelurahan. Kota Cilegon memiliki iklim tropis dengan
temperatur berkisar antara 21.9oC-33.5oC dan curah hujan rata-rata 100 mm
perbulan. Luasan wilayah sebanyak 0.15% dimanfaatkan sebagai lahan
perkebunan, sebanyak 4.28% dimanfaatkan sebagai hutan Negara, sebanyak
7.63% dimanfaatkan sebagai lahan kering, sebanyak 11.20% sebagai lahan sawah,
sebanyak 31.96% sebagai pekarangan, sebanyak 25.27% sebagai tegal//kebun,
dan sebanyak 11.39% sebagai ladang.
Berdasarkan hasil pencatatan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah
usaha pertanian di Kota Cilegon sebanyak 7 788 dikelola oleh rumah tangga dan
sebanyak 4 unit dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan
hukum. Kegiatan usahatani di Kota Cilegon memanfaatkan lahan pesawahan
untuk menanam beberapa komoditi seperti jagung, padi sawah, padi ladang,

17
kacang merah, ubi kayu, cabe, tomat, buncis, kacang-kacangan, timun, oyong,
melon, pepaya, dan sayur-sayur lainnya. Kecamatan Cibeber, Pulomerak, dan
Ciwan dan merupakan tiga kecamatan dengan urutan teratas yang mempunyai
jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu masing-masing 1 237
rumah tangga, 1 164 rumah tangga, dan 1 129 rumah tangga. Sedangkan
Kecamatan Jombang merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah rumah tangga
usaha pertaniannya, yaitu sebanyak 555 rumah tangga.
Tabel 8 Usaha pertanian Kota Cilegon tahun 2013
Kecamatan
Ciwandan
Citangkil
Pulomerak
Purwakarta
Grogol
Cilegon
Jombang
Cibeber
Total

(*)

RTP
1 129
1 006
1 164
1 013
1 124
560
555
1 237
7 788

Usaha pertanian
Perusahaan
1
1
2
4

Sumber : (Sensus Pertanian) Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon, 2014
(*) Rumah Tangga Petanian

Kota Cilegon tidak memiliki perusahaan pertanian berbadan hukum yang
ada adalah usaha pertanian selain perusahaan dan rumah tangga. Usaha pertanian
non rumah tangga ada sebanyak 4 unit yang semua dikelola oleh yayasan
islam/pondok pesantren. Jumlah usaha pertanian tersebut terdapat di tiga
Kecamatan yaitu Kecamaan Cibeber sebanyak 2 unit dan Kecamatan Citangkil
dan Kecamatan Cilegon masing-masing 1 unit.
Berdasarkan data baik dari BPS dan Sensus Pertanian, maka dapat
diketahui bahwa sebagian besar wilayah di Kota Cilegon dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian dengan jumlah RTP lebih banyak dari pada jumlah jumlah
perusahaan yang unit usahanya dibidang pertanian.
Rata-rata kepadatan penduduk Kota Cilegon adalah 2 269 jiwa/km2.
Jumlah penduduk Kota Cilegon pada tahun 2013 sebesar 398 304 jiwa yang
terdiri dari 203 502 jiwa laki-laki dan 194 802 jiwa perempuan. Populasi
penduduk di Kota Cilegon terdapat pada Tabel 9.
Tabel 9 Populasi penduduk Kota Cilegon menurut umur tahun 2013
Umur (tahun)
Jumlah Jiwa
0 -14
114 401
15- 34
147 682
34- 44
64 179
44 -59
62 185
> 60
9 857
398 304
Sumber : BPS, 2014

18
Data dari Tabel 9, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Cilegon
didominasi oleh mereka yang berusia produktif (15–44 tahun) sebanyak 147 682
jiwa untuk usia 15-34 tahun dan sebanyak 64 178 jiwa untuk usia 34-44 tahun.
selanjutnya disusul oleh anak–anak dan remaja (0–15tahun) sebanyak 114 401
jiwa, kemudian orang tua (46 – >60 tahun). Berkaitan dengan upaya
pengembangan usaha hortikultura di Kota Cilegon maka komposisi penduduk
pada Tabel 9 cukup mendukung.
Tabel 10 Sebaran mata pencaharian masyarakat di Kota Cilegon ta