Performa gerak crankbait berdasarkan sudut diving lip, kecepatan tarik dan panjang tali pancing tonda (Troll Line)

PERFORMA GERAK CRANKBAIT BERDASARKAN SUDUT
DIVING LIP, KECEPATAN TARIK DAN PANJANG TALI
PANCING TONDA (TROLL LINE)

GUNAWAN WICAKSONO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul Performa Gerak
Crankbait Berdasarkan Sudut Diving Lip, Kecepatan Tarik dan Panjang Tali
Pancing Tonda (Troll Line) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir thesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Gunawan Wicaksono
NIM C451090091

ABSTRACT

Troll line is one of the traditional fishing gear that used for catch pelagic
fish with high economical value. Troll line operation by dragging in the water
with constant speed, so fish will attracted to the lure and chase it. One of lure that
common used in this methode of fish catching is crankbait type of Artificial bait.
Artificial bait is more popular than the natural bait, because this kind of bait have
more resistant and easy to control it than using the natural bait, and crankbait
type is common used because of it characteristic that when this type of lure being
dragging by boat, it will be dive to certai depth. This research is to indentify
factors that influence the depth of this lure. The results shows that the angel of
diving lip have a big influence to the depth of the lure,with the best angel of diving
lip is 10º. Other factor that show big differences of lures depth is the amount of
the line. The model of the lure with dragging speed and range and the line can be
specified with D = - 0.984 + 0.0601 X1 + 0.852 X2 . This result may be vary

depend on kind of bluff body of the lure, and other conditions.
Keywords: Troll lines, line length, crankbait, diving lip,towing speed

RINGKASAN
GUNAWAN WICAKSONO. Performa Gerak Crankbait Berdasarkan Sudut
Diving Lip, Kecepatan Tarik dan Panjang Tali Pancing Tonda (Troll Line).
Dibimbing oleh SULAEMAN MARTASUGANDA dan DINIAH
Crankbait merupakan umpan buatan yang digunakan dalam pengoperasian
pancing tonda. Sampai tahun 2013 ini semakin banyak diminati oleh nelayan
tonda, karena lebih tahan lama dibandingkan umpan alami. Keberhasilan
operasional pancing tonda menggunakan crankbait sangat ditentukan oleh
performanya didalam air. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Performa crankbait saat pengoperasian pancing tonda dipengaruhi oleh
sudut diving lip dan kecepatan penarikan. Sementara posisinya di dalam air
diduga sangat terkait dengan panjang tali pancing tonda yang digunakan.
Kurangnya informasi tentang pengaruh diving lip, kecepatan penarikan dan
panjang tali pancing tonda terhadap performa crankbait di dalam air, maka
penelitian ini dilakukan.
Penelitian bertujuan untuk: (1) Menentukan panjang tali pancing pada saat
penarikan crankbait agar mendapatkan posisi kedalaman umpan yang optimal; (2)

Menentukan kecepatan penarikan pancing agar crankbait mencapai kedalaman
yang optimal; (3) Menentukan besar sudut diving lip terhadap kedalaman
crankbait untuk mencapai kedalaman perairan yang diinginkan; (4) Menentukan
formula hubungan antara panjang tali dan kecepatan tarik terhadap posisi
kedalaman umpan buatan yang optimal.
Penelitian ini dilakukan dengan metode uji coba atau eksperimental. Uji
coba dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama di Laboratorium
menggunakan flume tank, dan tahap selanjutnya di lapangan. Pengujian di
laboratorium flume tank berlangsung selama 5 (lima) bulan dimulai dari
November 2011 sampai dengan Maret 2012. Uji coba di lapangan dilaksanakan
selama 1 bulan dan berlangsung pada Mei 2012.
Pengujian di flume tank dilakukan untuk mengetahui sifat umpan buatan
tipe crankbait terhadap kedalaman dengan faktor panjang tali, sudut diving lip dan
kecepatan arus. Kecepatan arus yang digunakan di flume tank berkisar antara 0.1
m/s sampai dengan 0.6 m/s yang dihasilkan dari pengaturan mesin ke 4, 5 dan 6.
Hasil terbaik dari pengujian di flume tank selanjutnya diujicobakan di lapangan.
Pengaruh panjang tali, kecepatan penarikan dan sudut diving lip dianalisis
menggunakan uji deskriptif eksperimental. Perlakuan kecepatan penarikan oleh
kapal yang diberikan adalah: 1 knot, 2 knot, 3 knot, 4 knot dan 5 knot. Perlakuan
panjang tali yang diulurkan adalah: 10 m, 20 m, 30 m, 40 m dan 50 m. Posisi

crankbait di perairan dipantau menggunakan echo sounder.
Hasil pengujian crankbait di flume tank menunjukkan bahwa ketiga faktor
yang diujikan menghasilkan perbedaan kedalaman yang berbeda nyata.
Penambahan sudut diving lip berpengaruh negatif terhadap kedalaman crankbait,
penambahan panjang tali berpengaruh positif terhadap kedalaman crankbait,
sedangkan penambahan kecepatan arus berpengaruh positif terhadap kedalaman
hingga kecepatan 0.3 – 0.4 m/s. Sudut diving lip yang memiliki respon terbaik
adalah 10º, sehingga besaran sudut ini digunakan untuk pengujian posisi crankbait
di lapangan.

Hasil pengujian crankbait di lapangan menunjukkan bahwa penambahan
panjang tali dan kecepatan penarikan berpengaruh nyata terhadap kedalaman
crankbait. Penambahan panjang tali berpengaruh positif terhadap kedalaman
crankbait. Penambahan kecepatan penarikan berpengaruh positif terhadap
kedalaman crankbait hingga mencapai titik maksimum pada kecepatan penarikan
4 – 5 knot. Penarikan crankbait pada kecepatan melebihi 5 knot akan
mengakibatkan posisi crankbait semakin dangkal. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Nozomu et al. (2001) bahwa umpan akan mencapai
kedalaman maksimal ketika sudut gaya yang bekerja pada umpan berada pada
20º-40º. Penambahan kecepatan arus setelah mencapai titik kritis akan

menyebabkan kedalaman umpan berkurang.
Model kedalaman crankbait dihasilkan dalam formula D = - 0.984 + 0.0601
X1 + 0.852 X2 dengan X1 = panjang tali dan X2 = kecepatan penarikan pada
tingkat kepercayaan 95%.
Kata kunci: Pancing tonda, panjang tali, crankbait, diving lip, kecepatan
penarikan

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERFORMA GERAK CRANKBAIT BERDASARKAN SUDUT
DIVING LIP, KECEPATAN TARIK DAN PANJANG TALI
PANCING TONDA (TROLL LINE)


GUNAWAN WICAKSONO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil.

Judul Tesis

:


Nama Mahasiswa
NIM

:
:

Performa Gerak Crankbait Berdasarkan Sudut Diving
Lip, Kecepatan Tarik dan Panjang Tali Pancing Tonda
(Troll Line)
Gunawan Wicaksono
C451090091

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Sulaeman Martasuganda, B.fish, M.Sc.
Ketua

Dr.Ir. Diniah,M.Si.
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Tangkap

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc.

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc, M.Agr.

Tanggal Ujian : 10 Juli 2013

Tanggal Lulus:

Judul Tesis

Nama Mahasiswa
NIM


Performa Gerak Crankbait Berdasarkan Sudut Diving
Lip, Kecepatan Tarik dan Panjang Tali Pancing Tonda
(Troll Line)
Gunawan Wicaksono
C451090091

Disetujui
Komisi Pembimbing

セ@

Dr. Sulaeman Martasuganda, B.fish, M.Sc.
Ketua

Diketahui

Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Tangkap


Tanggal Ujian : 10 Juli 2013

Tanggal Lulus:

0L

Lセ@ UG

t01 3

PRAKATA

Thesis ini mengungkapkan hasil penelitian terkait performa gerak crankbait
yang dilihat dari perbedaan sudut diving lip, kecepatan tarik dan panjang tali
pancing tonda (Troll Line) saat dioperasikan. Hal- hal yang diungkapkan antara
lain menyangkut rekonstruksi umpan buatan tipe crankbait dan pergerakannya
secara vertikal, serta faktor yang berpengaruh terhadap posisi kedalaman umpan
pada saat operasi penangkapan ikan berlangsung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1) Dr. Sulaeman Martasuganda, B.Fish, M.Sc. dan Dr.Ir. Diniah, M.Si. selaku

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan serta
perhatian selama penelitian berlangsung hingga rampungnya thesis ini.
2) Prof.Dr.Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. yang mewakili Komisi Pendidikan S2 TPT
Departemen PSP dan Dr.Ir. Ronny Irawan Wahju, M.Phil. sebagai penguji
tamu atas masukan- masukannya untuk penyempurnaan thesis ini.
3) Semua pihak yang telah membantu dalam pengumpulan data baik di
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB maupun di
Pelabuhanratu Sukabumi.
4) Ayahanda dan Ibunda tersayang, serta seluruh keluarga, atas segala bantuan,
doa dan kasih sayangnya
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua bantuannya,
amin.
Penulis berharap kritik dan saran untuk menyempurnakan thesis ini. Akhir
kata, semoga thesis ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

Gunawan Wicaksono

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Februari 1987, sebagai anak
ke tiga dari tiga bersaudara dari ayah Ahmad Hadjib dan ibu Nurwati Hadjib.
Pada tahun 1998 penulis lulus Sekolah Dasar Negeri Polisi I Kota Bogor. Tahun
2001 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Kota Bogor dan
Tahun 2004 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota Bogor. Pada tahun 2004
penulis melanjutkan S1 di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2009
penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi S2 di Program Studi Teknologi
Perikanan Tangkap Sekolah Pascasarjana IPB Bogor.

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
METODOLOGI
Pengujian di laboratorium (flume tank)
Bahan dan alat
Metode pengambilan data
Flume tank
Crankbait
Pengujian crankbait di lapangan
Bahan dan alat
Metode pengambilan data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian
Penentuan arus di flume tank
Pengujian crankbait di flume tank
Pengujian crankbait di lapangan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hal.
1
1
2
3
3
3
3
5
5
6
10
10
12
15
15
17
19
19
19
22
31
33
41
41
41
42
45

DAFTAR TABEL
Hal.
1 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 4
2 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 5
3 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 6

19
20
21

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5

Kerangka berpikir pengujian umpan buatan tipe crankbait
Flume tank: (a) Tangki; (b) ruang pengamatan
Flowmeter
Bentuk Plug atau Crankbait
Ukuran dan bentuk umpan buatan tipe crankbait

Hal.
4
7
7
8
9

6 Pembagian titik amatan berdasarkan panjang ruang pengamatan
11
7 Crankbait dengan perlakuan sudut diving lip
12
8 Perlakuan pemberian kecepatan arus dan panjang tali pada umpan
13
9 Contoh pergerakan ketidak stabilan dari umpan buatan
13
10 Echosounder Furuno FCV 620
16
11 GPS Garmin eTrex
16
12 Sketsa pengujian crankbait di lapangan
17
13 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 4 di dalam ruang pengamatan 20
14 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 5 di dalam ruang pengamatan 21
15 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 6 di dalam ruang pengamatan 21
16 Pengaruh kecepatan arus pada performa crankbait
23
17 Perubahan posisi kemiringan saat dilakukan penambahan
kecepatan arus
24
18 Performa crankbait dengan sudut diving lip pada kecepatan
arus terukur
25
19 Pengaruh kecepatan arus terhadap posisi kedalaman
crankbait perlakuan dengan sudut diving lip
27
20 Kedalaman umpan pada pengujian lapangan sudut diving lip 10º terhadap
kecepatan penarikan
32
21 Kedalaman umpan pada pengujian lapangan sudut diving lip 10º terhadap
panjang tali
32
22 Gerakan crankbait dengan ilustrasi gaya yang mempengaruhi
gerakannya
36

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rancangan percobaan pengujian crankbait di flume tank
2 Data kedalaman pengujian umpan buatan tipe crankbait di flume tank
3 Perhitungan statistika data kedalaman crankbait menggunakan
software minitab
4 Data kedalaman pengujian umpan buatan tipe crankbait di perairan
5 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan

Hal.
46
48
49
51
52

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pancing tonda (troll line) digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar
yang bernilai ekonomis tinggi, contohnya tuna, tenggiri dan kuwe. Alat ini
dioperasikan dengan cara ditarik sehingga ikan yang tertarik pada umpan akan
mengejar umpan yang dipasang dan memakannya.
Umpan yang digunakan dalam pengoperasian pancing tonda adalah umpan
alami dan umpan buatan. Penggunaan umpan alami jarang digunakan, karena
cepat busuk dan mudah lepas dari mata pancing. Umpan buatan lebih diminati
nelayan, karena lebih kuat dan lebih awet ketika dioperasikan. Selain itu, ukuran
dan bentuk umpan buatan dapat disesuaikan dengan ikan sasaran penangkapan.
Umpan buatan yang digunakan dalam pancing tonda harus memiliki sifat mirip
dengan umpan alami.
Umumnya ikan sasaran operasi unit penangkapan ikan pancing tonda adalah
ikan pelagis, terutama ikan pelagis besar. Jenis ikan pelagis besar biasa hidup di
kolom perairan mendekati permukaan. Agar umpan dapat mencapai kolom
perairan tempat hidup persebaran ikan pelagis besar, maka dilakukan penyesuaian
konstruksi pada umpan buatan, panjang tali dan pengaturan kecepatan kapal. Jenis
umpan buatan bermacam- macam. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah
umpan tipe crankbait. Tipe crankbait ini memiliki alat bantu berupa diving lip
atau lidah penyelam yang berfungsi untuk membantu umpan untuk menyelam dan
mendekati kedalaman ikan sasaran penangkapan.
Di beberapa tempat di perairan Indonesia, penggunaan umpan buatan untuk
keperluan pengoperasian pancing tonda cukup banyak. Sebagian besar nelayan
membengkokkan lidah dari umpan buatan lebih ke bawah dengan asumsi bahwa
semakin besar sudut lidah, maka akan semakin besar pula kedalaman umpan di
suatu perairan. Besarnya kecepatan penarikan oleh kapal dilakukan atas dasar
perkiraan pengalaman nelayan, sehingga umpan akan mencapai kedalaman
tertentu. Kurangnya informasi tentang pengaruh dari sudut kemiringan diving lip
kecepatan arus dan panjang tali pancing terhadap posisi umpan di dalam air,
mengakibatkan pengoperasian crankbait selama ini hanya berdasarkan perkiraan.

Kecepatan arus yang terjadi ketika pengoperasian pancing tonda adalah kecepatan
arus karena pergerakan kapal dan juga kecepatan arus perairan.
Penelitian ini perlu dilakukan karena kurangnya informasi mengenai
pengaruh besarnya sudut diving lip pada umpan buatan tipe crankbait dan
kecepatan arus terhadap kedalaman umpan. Hal ini sangat diperlukan agar dapat
mengefektifkan operasi penangkapan ikan dengan memposisikan umpan tepat
berada pada daerah persebaran vertikal ikan sasaran penangkapan, sehingga
pengoperasian pancing tonda menjadi lebih efektif.

Perumusan Masalah
Keberhasilan operasi penangkapan ikan akan memberi dampak peningkatan
produksi ikan di suatu daerah, selanjutnya produksi ikan akan mempengaruhi
kesejahteraan nelayan itu sendiri. Usaha yang dilakukan oleh nelayan harus
diimbangi dengan tingkat keberhasilan penangkapan ikan yang efektif.
Metode operasi penangkapan ikan yang tepat dan efisien sangat dibutuhkan
agar dapat berjalan dengan baik. Pada pengoperasian pancing tonda, penyesuaian
metode dapat dilakukan dengan cara penyesuaian pada kecepatan penarikan
umpan, panjang tali yang efektif dan penyesuaia n pada umpan buatan itu sendiri.
Umpan yang digunakan adalah umpan buatan tipe crankbait. Rekonstruksi umpan
dan pengaturan diving lip dilakukan agar umpan dapat berada pada kedalaman
yang sesuai dengan posisi ruaya ikan sasaran penangkapan, sehingga diharapkan
keberhasilan penangkapan bisa meningkat dan efisien.
Berdasarkan uraian ini, dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan yang
diujikan sebagai berikut :
1) Berapa panjang tali pancing agar crankbait mencapai kedalaman yang
optimal?
2) Berapa kecepatan penarikan kapal agar crankbait mencapai kedalaman yang
optimal?
3) Bagaimana penyesuaian sudut diving lip agar umpan dapat bekerja secara
optimal?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Menentukan panjang tali pancing pada saat penarikan crankbait agar
mendapatkan posisi kedalaman umpan yang optimal;
2) Menentukan kecepatan penarikan pancing agar crankbait mencapai kedalaman
yang optimal;
3) Menentukan besar sudut diving lip terhadap kedalaman crankbait untuk
mencapai kedalaman perairan yang diinginkan;
4) Menentukan formula hubungan antara panjang tali dan kecepatan tarik
terhadap posisi kedalaman crankbait yang optimal.

Hipotesis Penelitian
Penelitian ini memakai hipotesis sebagai berikut:
a) Kecepatan penarikan dan panjang tali pancing mempengaruhi posisi
kedalaman crankbait;
b) Perubahan sudut diving lip pada crankbait akan mempengaruhi posisi
kedalaman umpan buatan dan penampilannya di dalam air.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1) Untuk memberi informasi dalam mengefektifkan pengoperasian pancing
tonda menggunakan crankbait dengan pengaturan diving lip;
2) Sebagai informasi dalam kegiatan rekonstruksi crankbait yang optimal.

Kerangka Pe mikiran
Pengoperasian pancing tonda menggunakan umpan buatan memerlukan
posisi dan penampilan umpan buatan yang optimal. Menurut Ayodhyoa (1981),
beberapa kelemahan dalam pengoperasian pancing tonda antara lain: (1) jumlah
hasil tangkapan yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan jenis alat tangkap lain;
dan (2) keahlian perorangan dalam menentukan waktu dan tempat.
Umpan buatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe crankbait.
Penempatan crankbait pada kedalaman yang optimal sesuai dengan swimming

layer ikan sasaran dipengaruhi oleh panjang tali pancing dan kecepatan penarikan
pancing. Selain itu, penampilan crankbait diduga dipengaruhi oleh besar sudut
diving lip.
Besar sudut diving lip yang optimal pada crankbait diuji di dalam flume
tank. Sudut yang diujikan adalah sebesar 10º, 20º, 30º, 40º, 50º dan 60º. Posisi
sudut yang sesuai dipengaruhi oleh kecepatan penarikan. Besar kecepatan
penarikan di dalam flume tank dianalogikan sebagai kecepatan arus yang
digunakan, sehingga dalam kondisi ini posisi crankbait pasif.
Hasil uji di flume tank diambil yang terbaik dan selanjutnya diujikan dalam
kondisi sebenarnya di lapangan. Pengujian di lapangan dalam kondisi aktif dengan
mengatur kecepatan penarikan dan panjang tali pancing yang digunakan. Hasil uji
di lapangan diharapkan dapat menyempurnakan konstruksi crankbait untuk
pengoperasian pancing tonda. Lebih sistematis dan jelas uraian kerangka
pemikiran dapat dilihat dalam Gambar 1.

Penampilan Crankbait dalam
pengoperasian pancing tonda

Swimming layer ikan sasaran
tangkap

Panjang tali pancing
Kecepatan penarikan
Sudut diving lip
Flumetank (Kondisi pasif):
1. Besaran sudut diving lip
2. Kecepatan arus (konstan dan berubah)
Lapangan (Kondisi aktif):
1. Panjang tali pancing
2. Kecepatan penarikan
Sudut diving lip
Panjang tali pancing
Kecepatan penarikan

OPTIMAL

Gambar 1 Kerangka berpikir pengujian umpan buatan tipe crankbait

METODOLOGI

Umpan buatan tipe crankbait adalah umpan yang biasa terbuat dari kayu atau
plastik yang bersifat mengapung. Bentuk umpan buatan tipe crankbait menyerupai
ikan atau makanan ikan yang pada bagian ujung depannya terdapat diving lip mini
(Schultz 2010). Menurut Preston et al. (1998), umpan buatan tipe crankbait adalah
diving lures yang didesain untuk menyelam. Umpan ini dilengkapi dengan diving
board mini atau lidah pada bagian ujung depan umpan, atau memiliki bagian hidung
atau kepala yang membentuk sudut untuk memberi tekanan pada umpan agar
bergerak turun ketika dioperasikan.
Umpan buatan tipe crankbait biasa disebut plugs, memiliki tiga kategori:
floating/diving, sinking dan surface. Kategori tersebut digunakan untuk memancing
di bawah permukaan air pada kedalaman tertentu, dimana umpan kategori sinking
memiliki variasi lebih sedikit dibandingkan dengan kategori floating/diving yang
memiliki bentuk sangat banyak.
Umpan crankbait kategori floating/diving akan berada di permukaan air ketika
tidak dilakukan penarikan dan akan bergerak menyelam pada kedalaman tertentu
ketika ditarik atau trolling. Pergerakan ini biasanya bergantung pada ukuran dan
bentuk dari diving lip dan kecepatan penarikan umpan oleh kapal.
Penelitian ini dilakukan dengan uji coba penangkapan ikan. Uji coba
dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama di Laboratorium menggunakan
flume tank, dan tahap selanjutnya di lapangan. Pengujian di laboratorium flume tank
berlangsung selama 5 (lima) bulan diulai dari November 2011 sampai dengan Maret
2012. Uji coba di lapangan dilaksanakan selama 1 bulan dan berlangsung pada Mei
2012.

Pengujian di laboratorium (flume tank)
Flume tank adalah suatu ruang tertutup yang berfungsi untuk memutar suatu
fluida air sehingga menghasilkan arus pada kecepatan tertentu. Fluida yang berada di
dalam flume tank bergerak memutar pada sepanjang ruang tersebut, dalam hal ini

6

fluida yang dimaksud adalah air. Pengujian di flume tank dilakukan untuk mengetahui
sifat umpan buatan tipe crankbait terhadap kedalaman dengan faktor panjang tali,
sudut diving lip dan kecepatan arus dari mesin pembangkit arus flume tank. Pengujian
ini dimaksudkan untuk melihat pergerakan yang terjadi pada umpan crankbait saat
diberi perlakuan.
Bahan dan alat
Alat yang dipergunakan dalam melakukan pengujiian umpan buatan pada
Laboratorium flume tank adalah sebagai berikut:
1) Flume tank (Gambar 3)
2) Flowmeter (Gambar 4)
3) Penggaris panjang 1.5 m
4) Umpan buatan tipe crankbait
Bahan yang dipergunakan dalam melakukan pengujiian umpan buatan pada
Laboratorium flume tank adalah sebagai berikut:
1) Tali nylon monofilamen berkekuatan 20 lbs berdiameter 0.082 cm.
2) Air tawar 27.000 liter
3) Bahan bakar solar
4) Oli mesin
Flume tank adalah suatu bejana fluida yang didesain untuk menggerakkan
fluida air di dalamnya pada kecepatan arus tertentu. Flume tank yang digunakan
dalam penelitian ini adalah flume tank yang dimiliki oleh Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor yang memiliki kapasitas 30.000 liter dengan mesin pembangkit arus diesel.
Flume tank ini memiliki ruang pengamatan dengan dimensi 1 m x 1 m x 3.5 m.
Flowmeter yang digunakan adalah 280-FP Flow Probe. Alat ini digunakan
untuk mengukur kecepatan arus fluida yang ada di daerah terbuka dan pengukuran
dilakukan pada arus yang masuk pada pipa pengukuran di bawahnya. Alat ini
digunakan dengan cara memasukkan bagian pipa pengukur pada kedalaman posisi
tertentu yang ingin diketahui kecepatannya. Pada pipa tersebut terdapat propeller

7

yang akan menghitung kecepatan arus yang terjadi pada fluida tersebut. Nilai
kecepatan arus yang terjadi akan muncul pada panel di atasnya. Alat ini memiliki
spesifikasi: (1) menampilkan kecepatan arus dalam ft/sec atau m/sec; (2) mencatat 30
set data untuk kemudian dicatat nanti ;(3) ringan, berbentuk tongkat silinder; (4)
Kisaran data antara 0.3-19.9 FPS (0.1-6.1 MPS); (5) Akurasi data pengukuran dengan
ketelitian 1 FPS.

(a)
(b)
Gambar 2 Flume tank: (a) Tangki; (b) ruang pengamatan

Gambar 3 Flowmeter

Crankbait adalah jenis umpan buatan yang secara khusus didesain agar dapat
menyelam. Umpan ini biasanya dibuatkan suatu papan penyelam kecil pada bagian

8

depan dari umpan, atau pada bagian hidung depan membentuk sudut agar mendorong
umpan menyelam ketika sedang dioperasikan (Preston et al. (1987).
Crankbait (Sternberg 2003) adalah umpan buatan yang memiliki bentuk tubuh
menyerupai ikan. Pergerakan crankbait yang terjadi ketika ditarik melewati perairan
adalah terjadinya beberapa macam gerakan yang disebabkan oleh ketidak-stabilan
dinamika air. Selain itu, dapat terjadi akibat adanya scoop (bidang mendatar) pada
bagian bawah kepala crankbait, biasa disebut sebagai diving lip.

Gambar 4 Bentuk Plug atau Crankbait
Sumber: www.wikipedia.com/crankbait
Umpan buatan tipe crankbait ini digunakan dalam pengoperasian pancing
tonda. Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan atau stimulus yang bersifat
fisik maupun kimia yang dapat memberikan respons bagi jenis ikan tertentu pada
proses penangkapan ikan. Tertariknya ikan terhadap ump an disebabkan oleh
rangsangan berupa warna, gerak, bentuk, rasa dan bau.
Pada umumnya ikan mendeteksi mangsa melalui reseptor yang dimilikinya, dan
hal ini bergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan
tersebut. Oleh karena itu, pemilihan umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan
sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendeteksi makanan (Gunarso
1985). Berdasarkan kondisinya, umpan dapat dibedakan sebagai umpan hidup (live
bait) dan umpan mati (dead bait). Menurut sifat asalnya, umpan dibedakan sebagai
umpan alami (natural bait) dan umpan buatan (artificial bait) (Leksono 1983).

9

Penggunaan umpan buatan tipe crankbait lebih popular dibandingkan umpan
alami karena:
1) Harga relatif murah dan mudah didapat,
2) Dapat dipakai berulang - ulang,
3) Dapat disimpan dalam waktu yang lama,
4) Warna dapat memikat ikan,
5) Ukuran dapat disesuaikan dengan bukaan mulut ikan
Umpan buatan tipe crankbait yang digunakan memiliki panjang 18 cm pada
bagian bodi umpan dan tebal 3.5 cm, dan diving lip pada bagian ujung depan
berbentu elips berukuran 12.5 cm x 4.75 cm. Sudut diving lip dapat diubah besarnya.
Ukuran dan bentuk umpan buatan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Ukuran dan bentuk umpan buatan tipe crankbait
Secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis besar
yang bernilai ekonomis tinggi seperti tuna dan cakalang yang sering bergerombol.
Kebiasaan hidup bergerombol (schooling) tuna dilakukan sewaktu mencari makan.
Hampir semua spesies tuna yang dilaporkan, berada dalam schooling campuran dari
dua atau lebih spesies. Schooling ikan umumnya berisi ikan yang berukuran sama,
karena ikan yang lebih kecil tidak dapat mengikuti kecepatan renang ikan yang lebih
besar (Gunarso 1991).

10

Alat tangkap pancing tonda digunakan untuk tujuan penangkapan ikan pelagis
besar yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti ikan tuna, yellowfin, skipjack,
sword fish, dorado dan jenis ikan pelagis besar lainnya. Tuna digolongkan menjadi 7
spesies yaitu yellowfin tuna, bigeye tuna, southern bluefin tuna, albacore, northern
bluefin tuna, longtail tuna dan blackfin tuna.
Ikan tuna dan cakalang menyebar di seluruh Indonesia dan memiliki sifat
oseanik. Daerah penyebaran secara horizontal meliputi perairan selatan dan barat
Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Laut Banda dan Flores,
Laut Sulawesi dan Perairan barat Papua. Penyebaran ikan secara vertikal sangat
dipengaruhi oleh suhu dan swimming layer (Nakamura l969).
Penelitian

tentang

kedalaman

umpan

sudah

dilakukan

oleh

Nozomu et al. (2001) dengan judul “Retrieving Depth of Crank Bait Lure Controlled
by Tied-eye Position” yang menggunakan flume tank sebagai tempat pengujian
dengan kecepatan arus 40, 60 dan 80cm/s. Penelitian ini tentang hubungan antara area
rasio diving lip dan kecepatan arus terhadap kedalaman, dan melihat olah gerak
umpan pada pengujian di flume tank dan di lapangan, serta melihat karakteristik
hidrodinamika yang bekerja pada badan umpan. Dalam penelitian tersebut didapatkan
bahwa terdapat hubungan yang erat antara rasio ukuran diving lip, tempat mengikat
tali utama pada diving lip dan ketegangan tali.

Metode pengambilan data
Data yang diambil berupa data primer, yaitu data pengamatan terhadap
kecepatan arus dalam flume tank, dimaksudkan agar dapat ditentukan tingkah laku
flume tank yang dapat disesuaikan dengan pengujian umpan buatan jenis crankbait.
Umpan crankbait yang digunakan akan diberi perlakuan berupa kecepatan arus dan
panjang tali untuk dicatat kedalaman yang dihasilkan.

1) Flume tank
Pengujian di flume tank dilakukan untuk mencatat kecepatan arus pada tiap
bagian titik pengamatan dan menghitung tingkat laminar arus dengan menggunakan

11

flowmeter. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah arus yang dihasilkan pada
flume tank bersifat laminar atau turbulensi. Pengukuran kecepatan arus dilakukan
pada

beberapa titik di ruang pengamatan. Pembagian titik amatan pada ruang

pengamatan flume tank diperlihatkan di Gambar 6.

Gambar 6 Pembagian titik amatan berdasarkan panjang ruang pengamatan

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa:
1) Ruang pengamatan dibagi menjadi 8 bidang amatan;
2) Lebar bidang amatan dibagi menjadi empat titik pengamatan;
3) Berdasarkan kedalaman flume tank dibagi menjadi empat titik pengamatan.
Pengukuran kecepatan arus pada tiap titik pengamatan di ruang pengamatan flume
tank dilakukan dengan kecepatan mesin yang berbeda. Pengaturan mesin ditetapkan
menggunakan tiga kecepatan pengaturan terbesar dikarenakan mesin memiliki
putaran mesin yang konstan ketika pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6.
Tingkat laminar arus dihitung menggunakan rumus Reynolds sebagai berikut:

Keterangan:
Re = bilangan Reynolds
v s = kecepatan fluida,
L = panjang karakteristik, Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik
adalah diameter pipa, jika penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik,
untuk penampang tak bulat.
μ = viskositas absolut fluida dinamis,
= viskositas kinematik fluida: = μ / ρ,
ρ = kerapatan (densitas) fluida.

12

Pengujian terhadap arus yang dihasilkan dihitung nilai bilangan Reynolds yang
ada. Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos
(μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut denga n suatu kondisi
aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang
berbeda, yaitu termasuk aliran yang bersifat laminar atau aliran yang bersifat
turbulen. Aliran yang laminar terjadi dimana aliran yang dihasilkan bersifat lurus dan
perubahan arah aliran kecil, sedangkan aliran yang turbulensi terjadi pada kondisi di
flume tank aliran tidak memiliki arah yang jelas dan cenderung acak. Apakah suatu
aliran arus bersifat laminar atau turbulensi, maka digunakan bilangan Reynolds
sebagai titik acuan untuk mengetahuinya.
Pengujian terhadap performa flume tank dilakukan untuk mengetahui tingkat
laminar arus dan selanjutnya menjadi acuan untuk menentukan perlakuan kecepatan
arus pada pengujian umpan buatan tipe crankbait.

2) Crankbait
Pembuatan contoh uji crankbait dilakukan dengan mengambil contoh umpan
buatan tipe plug atau crankbait yang banyak digunakan di daerah Palabuhanratu.
Ukuran panjang umpan buatan, yaitu 18 cm. Perlakuan sudut diving lip digunakan
sebesar 10˚, 20˚, 30º, 40º, 50º dan 60˚. Pada saat pengujian umpan buatan diberi
perlakuan kecepatan arus, sedangkan panjangnya tali utama yang digunakan
disesuaikan. Dari perlakuan ini diukur posisi kedalaman crankbait menggunakan
penggaris dan mengamati pergerakannya. Gambar 7 menunjukkan contoh uji umpan
buatan dengan perlakuan sudut diving lip terhadap crankbait. Gambar 8 menunjukkan
ilustrasi pengujian dengan perlakuan kecepatan arus dan panjang tali yang digunakan.

Gambar 7 Crankbait dengan perlakuan sudut diving lip

13

Neraca Pegas

Kecepatan Arus

crankbait

Gambar 8 Perlakuan pemberian kecepatan arus dan panjang tali pada crankbait

Pengamatan terhadap pola gerak crankbait dilakukan dengan tujuan melihat
tingkah laku alat ketika diberi perlakuan kecepatan arus. Pengujian ini untuk
mengetahui kecepatan tertentu saat crankbait mencapai kedalaman maksimal, dan
pergerakan lainnya yang terjadi saat pemberian perlakuan.
Pergerakan secara horizontal terhadap crankbait yang terjadi dilakukan dengan
menjelaskan secara deskriptif terhadap gerakan-gerakan yang terjadi. Pergerakan ini
terjadi karena ketidaksetimbangan posisi crankbait ketika diberi perlakuan arus.
Pengamatan terhadap gerakan dilakukan ketika dilakukan pengujian crankbait
terhadap arus dan dilihat apakah gerakan tersebut mempengaruhi kedalaman yang
dihasilkan. Gambar 9 menunjukkan contoh pergerakan crankbait secara horizontal
ketika dilakukan pengujian.

Gambar 9 Contoh pergerakan ketidak stabilan dari crankbait

14

Analisis yang digunakan pada pengujian di flume tank adalah analisis deskriptif
dengan menjelaskan pergerakan crankbait secara visual. Pergerakan umpan diamati
terhadap pergerakan yang terjadi ketika dilakukan perngujian, baik gerakan secara
vertikal maupun gerakan secara horizontal saat bergoyang. Gerakan vertikal dilihat
dengan mendeskripsikan gerakan crankbait terhadap kedalaman, sedangkan gerakan
horizontal dilihat dengan mendeskripsikan gerakan crankbait yang bergoyang
menyerupai gerakan ikan. Analisis statistika dilakukan untuk mengetahui adanya
perbedaan antara tiap perlakuan terhadap kedalaman crankbait.
Rancangan percobaan untuk kedalaman crankbait yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan tiga
perlakuan (Lampiran 1). Perlakuan pertama adalah besarnya sudut diving lip yaitu
10˚, 20˚, 30˚, 40˚, 50˚ dan 60˚. Perlakuan kedua adalah kecepatan arus yaitu 0.2 m/s,
0.3 m/s, dan 0.5 m/s terhadap kedalaman crankbait di flumetank. Perlakuan ketiga
adalah panjang tali utama yang digunakan yaitu 50 cm – 150 cm dengan selang 10
cm, yaitu ada 11 perlakuan. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah
Yijkl = µ + αi +

j+

k



ij + α ik

+

jk



ijk

+ εijkl

Keterangan :
Yijkl = Nilai pengamatan perlakuan sudut diving lip ke- i, kecepatan arus ke-j,
panjang tali utama ke-k dan ulangan ke-l
µ
= Nilai rata-rata
αi
= Pengaruh perlakuan sudut diving lip ke- i (1,2,3,4,5,6)
= Pengaruh kecepatan arus ke-j (1,2,3,4)
j
= Pengaruh panjang tali utama ke-k (1,2,3,4,5,4,5,6,7,8,9,10,11)
k
α ij = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke-i dengan pengaruh
kecepatan arus ke-j
α ik = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke- i dengan pengaruh panjang
tali utama ke-k
= Interaksi pengaruh kecepatan arus ke-j dengan pengaruh panjang tali utama
jk
ke-k
α ijk = Interaksi pengaruh perlakuan sudut diving lip ke-i, interaksi kecepatan arus
ke-j, dan pengaruh panjang tali utama ke-k
εijkl = Galat percobaan
Analisis ini dilakukan dengan asumsi bahwa keadaan tali ketika dilakukan
pengujian di flumetank dalam keadaan tegang sempurna dan lurus. Hasil dari analisis

15

ini akan dibandingkan dengan kedalaman pada pengujian di lapangan. Hal ini
dilakukan agar mendapatkan seberapa besar pengaruh panjang tali terhadap
kedalaman yang dihasilkan.

Pengujian crankbait di lapangan
Pengujian crankbait di lapangan adalah pada keadaan yang sebenarnya. Hal ini
dimaksudkan

mendapat

gambaran

gerakan

umpan

crankbait

saat

operasi

penangkapan ikan berlangsung. Umpan buatan yang digunakan pada pengujian ini
adalah umpan crankbait dengan sudut terbaik dari hasil pengujian di flumetank.

Bahan dan alat
Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian di lapangan adalah sebagai
berikut:
1) Kapal PSP01 dan kapal jukung
2) 1 set Echosounder Furuno FCV 620.
3) GPS Garmin eTrex® H.
Bahan yang digunakan untuk melakukan pengujian di lapangan adalah sebagai
berikut:
1) Umpan buatan tipe crankbait dengan sudut diving lip yang terbaik dari hasil uji di
flume tank
2) Tali nilon monofilamen berkekuatan 20 lbs berdiameter 0.082 cm.

Kapal PSP01 adalah kapal milik Departemen Pemanfaatan sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor yang
ditujukan sebagai kapal latih dan kapal riset. Kapal ini bertonase 10 GT dengan
tenaga penggerak utama 75 PK dan mampu bergerak dengan kecepatan lebih dari 5
knot.
Kapal jukung adalah kapal berukuran kecil dengan tonase kurang dari 3 GT dan
tenaga penggerak mesin tempel. Kapal jukung berfungsi sebagai pembawa

16

echosounder untuk mendeteksi kedalaman perairan dan posisi kedalaman crankbait
yang diujikan.
Echosounder Furuno FCV 620 (Gambar 10) memiliki dua frekuensi, yaitu 50
kHz dan 200 kHz. LCD-nya berwarna berukuran 5.6’ dan dapat memperlihatkan
kondisi di bawah air. Echosounder ini dapat membedakan antara “fog”, ikan dan
kedalaman perairan dengan keterangan kedalamannya.

Gambar 10 Echosounder Furuno FCV 620

Penggunaan GPS (Gambar 11) untuk menentukan posisi awal penarikan dan
kecepatan pergerakan kapal ketika dilakukan penarikan crankbait di perairan. Pada
layar GPS akan diperlihatkan posisi awal penarikan, arah dan kecepatan pergerakan
kapal ketika dilakukan penarikan. Hal ini agar perlakuan kecepatan dapat dilakukan
secara lebih akurat.

Gambar 11 GPS Garmin eTrex

17

Metode pengambilan data
Data yang diambil adalah hasil dari operasi penangkapan ikan menggunakan
alat tangkap pancing tonda yang menggunakan crankbait. Dalam operasi
penangkapan ikan diberikan dua perlakuan yang berbeda, yaitu kecepatan tarik
pancing tonda dan panjang tali pancing. Kecepatan tarik tonda yang diberikan adalah
1 knot, 2 knot, 3 knot, 4 knot dan 5 knot. Sementara perlakuan panjang tali yang
diberikan adalah 10 m, 20 m, 30 m, 40 m dan 50 m.
Tahap-tahap operasi penangkapan ikan adalah sebagai berikut:
1) Kapal jukung ditambatkan menggunakan tali pada kapal PSP01 agar arah dan
kecepatan pergerakan kapal sama. Kapal jukung dilengkapi dengan echosounder
untuk mendeteksi kedalaman crankbait.
2) Kapal PSP01 melakukan penempatan contoh uji di air, kemudian diberi
perlakuan panjang tali dan kecepatan penarikan. Kapal jukung yang ada di
belakangnya menggunakan echosounder mengukur kedalaman umpan.
3) Perlakuan kecepatan penarikan kapal adalah 1 – 5 knot, dengan selang perlakuan
1 knot
4) Perlakuan panjang tali yang dikeluarkan adalah 10 - 50 m, dengan selang 10 m.
Gambar 11 menunjukkan proses pengujian crankbait di lapangan.

Gambar 11 Sketsa pengujian crankbait di lapangan

Rancangan percobaan untuk kedalaman crankbait yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan.
Perlakuan pertama adalah kecepatan arus, yaitu 1,2,3,4 dan 5 knot terhadap
kedalaman umpan di perairan. Perlakuan kedua adalah panjang tali utama yang

18

digunakan, yaitu 10, 20, 30, 40 dan 50 m. Model rancangan percobaan yang
digunakan adalah:
Yijkl = µ + αi +

j+

α

ij +

εijkl

Keterangan :
Yijk
µ
αi
j

α

ij

εijkl

= Nilai pengamatan perlakuan kecepatan arus ke- i dan panjang tali utama ke-j
dan ulangan ke-k
= Nilai rata-rata
= Pengaruh (1,2,3,4,5)
= Pengaruh panjang tali utama ke-j (1,2,3,4,5)
= Interaksi pengaruh perlakuan kecepatan arus ke- i dengan pengaruh panjang
tali ke-j
= Galat percobaan

Analisis yang digunakan pada pengujian di lapangan adalah analisis deskriptif
terhadap kedalaman crankbait yang dihasilkan pada setiap perlakuan. Pergerakan
vertikal crankbait diamati pada echosounder lalu menganalisis data yang dihasilkan
dengan menggunakan statistika untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan
panjang tali dan kecepatan penarikan terhadap kedalaman crankbait.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian
Penentuan arus di Flume tank
Hasil pengukuran kecepatan arus pada tiap pengaturan kecepatan mesin,
didapatkan bahwa pada mesin pembangkit arus memiliki 6 pengaturan kecepatan
mesin. Pada pengaturan kecepatan mesin ke 1, 2 dan 3 keadaan mesin tidak stabil,
sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran kecepatan arus. Pengukuran
kecepatan arus flume tank dilakukan pada pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6. Pada
pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6, baling-baling pembangkit arus di flume tank
memiliki nilai kecepatan perputaran baling-baling rata-rata sebesar masing- masing
317 rpm, 538 rpm dan 799.9 rpm. Terlihat bahwa selang perputaran rata-rata tiap
pengaturan kecepatan memiliki selang yang hampir sama. Hasil pengukuran
kecepatan arus pada pengaturan kecepatan ke 4, pengaturan kecepatan ke 5 dan
pengaturan kecepatan ke 6 seperti tercantum pada Tabel 1, 2 dan 3.
Kecepatan arus pada pengaturan ke 4 hampir sama pada kedalaman 20, 40 dan
60 cm, yaitu berkisar antara 0.1 – 0.2 m/s (Tabel 1 dan Gambar 14). Pada kedalaman
80 cm kecepatan arus berkisar antara 0.1 – 0.3 m/s. Hal ini mencerminkan bahwa
pembedaan lapisan kecepatan pada tiap kedalaman dimana titik paling besar
perbedaannya terjadi pada kedalaman 80 cm dan terletak pada posisi mendekati kaca
bidang amatan posisi ke I dan II.
Tabel 1 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 4
Posisi
1
2
3
4
5
6
7
8

Kedalaman 20cm
I
II III IV
0.2 0.2 0.1 0.1
0.2 0.2 0.1 0.1
0.2 0.2 0.2 0.1
0.2 0.2 0.1 0.2
0.2 0.2 0.1 0.1
0.2 0.2 0.1 0.1
0.2 0.2 0.1 0.1
0.2 0.2 0.1 0.1

Kedalaman 40cm
I
II III IV
0.2 0.2 0.2 0.1
0.2 0.2 0.1 0.1
0.2 0.2 0.2 0.1
0.2 0.2 0.2 0.1
0.2 0.2 0.2 0.2
0.2 0.2 0.2 0.2
0.2 0.2 0.1 0.1
0.2 0.2 0.2 0.1

Kedalaman 60cm
I
II III IV
0.2 0.2 0.1 0.2
0.2 0.2 0.1 0.1
0.2 0.2 0.2 0.1
0.2 0.2 0.2 0.2
0.2 0.2 0.2 0.1
0.2 0.2 0.2 0.1
0.2 0.2 0.2 0.1
0.2 0.2 0.2 0.2

Kedalaman 80cm
I
II III IV
0.3 0.2 0.1 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.2 0.2 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2

20

INLET

OUTLET

Kecepatan Arus (m/s)

Gambar 13 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 4 di dalam bidang pengamatan

Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 5 menyebar relatif rata
pada seluruh titik pengamatan. Kecepatan arus berkisar antara 0.2 m/s – 0.3 m/s
(Tabel 2 dan Gambar 15). Pada titik yang mendekati bagian kaca pengamatan
memiliki kecepatan arus rata-rata 0.3 m/s, sedangkan pada titik amatan yang
menjauhi kaca pengamatan memiliki rata-rata kecepatan arus 0.2 m/s. Berdasarkan
tinggi ruang pengamatan, kecepatan arus dari atas ke bawah relatif sama.

Tabel 2 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 5
Posisi
1
2
3
4
5
6
7
8

Kedalaman 20cm
I
II III IV
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2

Kedalaman 40cm
I
II III IV
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2

Kedalaman 60cm
I
II III IV
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2
0.3 0.2 0.2 0.2

Kedalaman 80cm
I
II III IV
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2
0.3 0.3 0.2 0.2

Kecepatan arus pada bidang pengamatan dengan pengatur kecepatan mesin ke 6
memiliki pola yang tidak jelas (Tabel 3 dan Gambar 16). Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi turbulensi yang mengakibatkan ketidak- merataan arus di tiap titik pengamatan.
Arus yang dihasilkan memiliki kecepatan antara 0.3 – 0.6 m/s.

21

OUTLET

INLET

Kecepatan Arus (m/s)

Gambar 14 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 5 di dalam bidang pengamatan
Tabel 3 Kecepatan arus pada pengaturan kecepatan mesin ke 6
Posisi
1
2
3
4
5
6
7
8

Kedalaman 20cm
I
II III IV
0.6 0.5 0.4 0.4
0.6 0.5 0.4 0.4
0.6 0.4 0.5 0.4
0.6 0.4 0.5 0.4
0.6 0.5 0.5 0.4
0.5 0.5 0.4 0.4
0.6 0.5 0.4 0.3
0.5 0.5 0.5 0.3

Kedalaman 40cm
I
II III IV
0.5 0.5 0.4 0.4
0.5 0.5 0.4 0.4
0.5 0.4 0.4 0.3
0.6 0.4 0.4 0.3
0.5 0.4 0.4 0.3
0.5 0.4 0.4 0.3
0.5 0.5 0.4 0.3
0.5 0.5 0.4 0.3

Kedalaman 60cm
I
II III IV
0.3 0.5 0.4 0.3
0.3 0.5 0.3 0.3
0.3 0.4 0.4 0.3
0.3 0.5 0.4 0.3
0.4 0.4 0.4 0.4
0.4 0.4 0.4 0.4
0.4 0.5 0.4 0.4
0.4 0.5 0.4 0.4

Kedalaman 80cm
I
II III IV
0.6 0.4 0.3 0.4
0.5 0.4 0.4 0.3
0.5 0.4 0.3 0.3
0.5 0.5 0.3 0.3
0.6 0.5 0.3 0.3
0.5 0.5 0.3 0.3
0.5 0.5 0.4 0.3
0.5 0.5 0.4 0.3

OUTLET

INLET

Kecepatan Arus (m/s)

Gambar 15 Persebaran arus pada pengaturan mesin ke 6 di dalam ruang pengamatan
Pengaturan kecepatan ke 4, 5 dan 6 pada flume tank menghasilkan kecepatan
arus yang stabil dan keadaan kecepatan arus relatif laminar. Kecepatan arus yang
dihasilkan dari pengaturan kecepatan tersebut berkisar antara 0.1 – 0.6 m/s.

22

Hasil analisis bilangan Reynolds memperlihatkan bahwa pada pengaturan
mesin ke 4, 5 dan 6 memiliki bilangan Reynolds, yaitu: (1) 200.28 pada pengaturan
mesin ke 4; (2) 265.91 pada pengaturan mesin ke 5, dan; (3) 460.23 pada pengaturan
mesin ke 6. Ketiga bilangan Reynolds untuk tiga pengaturan mesin pembangkit
kecepatan arus flume tank ini menunjukkan bahwa pada tiga pengaturan mesin
tersebut menghasilkan arus yang laminar, sehingga dapat dilakukan pengujian
lanjutan, yaitu pengujian crankbait.

Pengujian crankbait di flumetank
Gambaran pergerakan crankbait ditampilkan dengan perlakuan kecepatan arus
yang sama dengan pengujian sebelumnya, yaitu antara 0.2 – 0.5 m/s dengan selang
0.1 m/s. Pengujian crankbait dilakukan dengan menempatkan umpan pada posisi
dimana kecepatan arus stabil dan tetap.
Pada kecepatan arus sama dengan nol, crankbait mengapung di permukaan air
flume tank. Ketika diberikan kecepatan arus 0.2 m/s, crankbait dengan sudut diving
lip 10-60º menyelam ke kedalaman tertentu dan membutuhkan waktu sekitar 1 menit
untuk stabil. Ketika kecepatan arus ditambah, crankbait akan menyelam lebih dalam
hingga kecepatan 0.3 m/s, namun kedalaman crankbait berkurang ketika diberikan
perlakuan arus 0.4 m/s dan 0.5 m/s.
Gerakan crankbait ketika diberikan perlakuan arus terjadi goyangan seperti
ikan. Gerakan ini akan semakin sering ketika diberikan kecepatan arus yang lebih
besar, namun dengan simpangan yang semakin mengecil. Kemiringan crankbait tidak
berubah ketika gerakan ini terjadi.
Perlakuan panjang tali yang diberikan ketika pengujian, memberikan kedalaman
yang lebih besar pada semua crankbait dengan sudut diving lip 10 – 60º. Perlakuan
sudut diving lip memberikan perbedaan gerakan yang terjadi pada crankbait. Pada
sudut diving lip 10º, crankbait memiliki gerakan bergoyang lebih sedikit
dibandingkan crankbait dengan sudut diving lip lebih besar. Gambar 16 menunjukkan
posisi kedalaman umpan crankbait ketika kecepatan penarikan 0 m/s dan ketika
diberi perlakuan kecepatan arus.

23

(a) Tanpa arus

(b) Dengan kecepatan arus
Gambar 16 Pengaruh kecepatan arus pada performa crankbait

Kemiringan crankbait dipengaruhi oleh adanya gaya tekan dari tahanan air
terhadap badan crankbait dan diving lip crankbait. Semakin besar kecepatan arus,
maka semakin mendatar posisi crankbait. Hal ini seperti ditunjukkan pada Gambar 17
ketika kecepatan awal dan kecepatan arus meningkat.

24

(a) Kecepatan awal

(b) Kecepatan arus ditingkatkan

Gambar 17 Perubahan posisi kemiringan saat dilakukan penambahan kecepatan arus

Perubahan kemiringan terjadi pada setiap ada perubahan kecepatan arus.
Semakin tinggi kecepatan arus yang diberikan, maka semakin datar posisi crankbait
yang dihasilkan. Kemiringan posisi crankbait juga disertai dengan perubahan
kedalaman yang dihasilkan. Perlu dilakukan pengujian lanjutan terhadap gaya

25

hidrodinamika yang bekerja pada crankbait agar dapat terlihat pengaruh gaya
hidrodinamika terhadap kemiringan badan crankbait dan kedalaman.
Hasil pengujian crankbait dengan perlakuan sudut diving lip dan panjang tali
yang berbeda menunjukkan bahwa crankbait dengan sudut diving lip 10º memberikan
respon kedalaman tertinggi pada empat kecepatan yang diujikan. Gambar 18
menunjukkan respon kedalaman crankbait terhadap panjang tali pada setiap
kecepatan arus.

Kedalaman (cm)

80
Derajat
10
Derajat
20
Derajat
30
Derajat
40

60
40
20
0
40

90
Panjang tali

Kedalamana (cm)

100

100

80

Derajat
10
Derajat
20
Derajat
30
Derajat
40

60
40

20
0

40

140

(a)Varus = 0.2 m/s

90
140
Panjang tali (cm)

(b)Varus = 0.3 m/s

120

120
Kedalamana (cm)

Derajat
10
Derajat
20
Derajat
30
Derajat
40
Derajat
50

80

60
40
20

0

Kedalamana (cm)

100

100

Derajat
10
Derajat
20
Derajat
30
Derajat
40
Derajat
50

80
60
40
20
0

40

90
140
Panjang tali (cm)

(c) Varus = 0.4 m/s

40

90
140
Panjang tali (cm)

(d) Varus = 0.2 m/s

Gambar 18 Performa crankbait dengan sudut diving lip pada kecepatan arus terukur

26

Respon kedalaman crankbait dengan sudut diving lip 10° hingga 60°
mengalami penambahan kedalaman pada setiap perlakuan penambahan panjang tali.
Crankbait dengan diving lip 10° memiliki respon kedalaman terbesar dibandingkan
crankbait dengan diving lip lebih besar pada setiap kecepatan arus. Pada perlakuan
kecepatan arus, respon terbesar diberikan crankbait dengan diving lip 10° pada
kecepatan penarikan 0.4 m/s. Respon terkecil diberikan crankbait dengan sudut
diving lip 60° dengan kecepatan penarikan 0.5 m/s.
Respon terbesar diberikan oleh crankbait dengan sudut diving lip 10º untuk
kedalaman yang maksimal, yaitu 108.5 cm dengan menggunakan panjang tali 150
cm. Respon kedalaman terkecil diberikan oleh crankbait dengan sudut 60º dan
panjang tali 50 cm sebesar 5 cm. Respon kedalaman crankbait dengan semua sudut
diving lip memiliki karakteristik yang sama, yaitu setiap penambahan kecepatan arus
akan memberikan kedalaman lebih besar hingga pada titik antara kecepatan 0.3 m/s
dan 0.4 m/s. Secara lengkap sebaran kedalaman umpan terhadap kecepatan arus pada
setiap panjang tali pada sudut diving lip 10º, 20º, 30º,40º,50º dan 60º sebagaimana
terlihat dalam Gambar 29.
Hasil analisis statistika menunjukkan adanya pengaruh diving lip, kecepatan
arus dan panjang tali terhadap posisi crankbait di dalam air. Hubungan tersebut
ditunjukkan dengan persamaan:
Y = - 3.48 - 8.15 X1 - 0.523 X2 + 0.706 X3 ; R2 = 92,5 %
Keterangan:
Y = Kedalaman crankbait (cm)
X1 = Kecepatan arus (m/s)
X2 = Sudut diving lip (10˚, 20˚, 30˚, 40˚, 50˚, 60˚)
X3 = Panjang tali (cm)

27

50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150

120
Kedalaman (cm)

100
80
60
40
20
0
0

0.2
0.4
Kecepatan arus (m/s)

100

80
Kedalaman (cm)

50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150

60

40
20
0
0

0.6

(a) Sudut diving lip 10º

(b) Sudut diving lip 20º
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150

Kedalaman (cm)

80
60
40
20
0
0

0.2
0.4
kecepatan arus (m/s)

80
70
60
50
40
30
20
10
0

50
60
70
8