Komunikasi Pemangku Kepentingan Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Komunikasi
Pemangku Kepentingan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota
Banjar Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
.
Bogor, Mei 2016
NIM I362110031

ADHI IMAN SULAIMAN. Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat.
Dibimbing oleh DJUARA P LUBIS, DJOKO SUSANTO dan NINUK
PURNANINGSIH.
Tuntutan dan tantangan di era demokratisasi dan otonomi daerah telah
terjadi perubahan paradigma pembangunan dari sentralistik menjadi partisipatif.
Pembangunan memberikan kesempatan lebih luas dan terbuka bagi aspirasi
masyarakat di tingkat lokal melalui forum komunikasi antar pemangku

kepentingan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
Pemangku kepentingan adalah pelaku utama yang menentukan proses,
pelaksanaan hasil dan evaluasi pembangunan dalam Musrenbang. Tujuan
penelitian ini: (1) Mendeskripsikan kegiatan Musrenbang desa/kelurahan. (2)
Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik pemangku kepentingan, aspirasi,
dan akses media informasi dalam Musrenbang desa/kelurahan. (3) Menganalisis
hubungan karakteristik pemangku kepentingan, aspirasi dan akses media
informasi dengan intensitas komunikasi pemangku kepentingan dalam
Musrenbang desa/kelurahan. (4) Menganalisis efektivitas komunikasi dan
kepuasan pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan.
Penelitian menggunakan metode campuran sekuensial (
) dengan tahapan penelitian dimulai dari metode kualitatif deskriptif dan
studi kasus. Pengumpulan data kualitatif melalui observasi langsung, analisis
dokumentasi dan wawancara dengan pemilihan informan secara
. Menggunakan analisis deskriptif, analisis interaktif dan analisis SWOT.
Tahap selanjutnya menggunakan metode kuantitatif survei ekplanatif. Data
kuantitatif melalui kuesioner dengan pengambilan sampel secara bertahap yaitu
sampling klaster, rumus Slovin dan sampel berstrata. Menggunakan analisis uji
Mann7Whitney dan uji korelasi Pearson dengan program SPSS 19.0, serta analisis
jalur dengan program Lisrel 8.80. Lokasi penelitian di Desa Balokang dan

Kelurahan Mekarsari di Kecamatan Banjar, Desa Rejasari dan Kelurahan
Muktisari di Kecamatan Langensari di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan: (1)Musrenbang desa/kelurahan menghasilkan
program pembangunan yang berorientasi pada pembangunan infrastruktur,
pengadaan barang dan perlengkapan dibandingkan dengan program untuk
pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan. Musrenbang pada kegiatan pembukaan
bersifat formal dan komunikasi linier. Pada kegiatan musyawarah kelompok
bidang pembangunan bersifat informal, dialogis dan dinamis. (2) Karakteristik
pemangku kepentingan umumnya memiliki berusia tua (46755 tahun), tingkat
pendidikan menengah (SMP7SMA), berpengalaman berorganisasi dan
pengalaman mengikuti Musrenbang serta motif yang kuat mengikuti Musrenbang
desa/kelurahan. Aspirasi paling penting adalah hasil Musrenbang
dusun/lingkungan. Pemangku kepentingan memiliki intensitas tinggi pada media
informasi surat resmi dari pemerintah desa/kelurahan. Strategi yang dapat
mendukung Musrenbang desa/kelurahan yaitu pembangunan sumber daya
manusia, pembangunan berpusat pada rakyat dan pembangunan untuk
keterbukaan media informasi dan akuntabilitas publik.

Musrenbang dapat diselenggarakan sebagai forum komunikasi pembangunan
untuk menyatukan kepentingan partisipatif dan teknokratis melalui pendekatan

komunikasi deliberatif. (3) Faktor7faktor yang menentukan intensitas komunikasi
pemangku kepentingan dalam proses dan pelaksanaan hasil Musrenbang adalah
karakteristik pemangku kepentingan dari aspek pengalaman mengikuti
Musrenbang dan intensitas mengakses media informasi dari surat resmi
pemerintah desa/kelurahan dan papan pengumuman. Aspirasi berdasarkan hasil
Musrenbang dusun/lingkungan menentukan intensitas komunikasi pemangku
kepentingan dalam proses Musrenbang dan aspirasi yang sesuai dengan
kepentingan masyarakat menentukan intensitas komunikasi dalam pelaksanaan
hasil Musrenbang desa/kelurahan. (4) Karakteristik pemangku kepentingan pada
tingkat pendidikan, pengalaman organisasi, pengalaman Musrenbang dan motif
mengikuti Musrenbang untuk kepentingan masyarakat berpengaruh terhadap
efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui dan partisipasi dalam Musrenbang
desa/kelurahan. Motif mengikuti Musrenbang untuk kepentingan organisasi
berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mempercayai dan
partisipasi dalam Musrenbang desa/kelurahan.
Aspirasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan
berdasarkan program yang belum terlaksanakan dan kepentingan organisasi
berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek partisipasi. Aspirasi
berdasarkan usulan dari masyarakat berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi
pada aspek mengetahui dan mempercayai.

Aspirasi
berdasarkan hasil
Musrenbang dusun/lingkungan berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada
aspek mengetahui dan partisipasi. Aspirasi berdasarkan besaran anggaran
berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi dari aspek mempercayai dan
partisipasi dalam Musrenbang desa/kelurahan.
Akses media informasi dari surat resmi dan papan pengumuman di kantor
pemerintah desa/kelurahan berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada
aspek mengetahui, mempercayai dan partisipasi dalam Musrenbang
desa/kelurahan. Akses media informasi dari radio lokal berpengaruh terhadap
efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui, akses media informasi dari
spanduk dan baliho berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek
mengetahui dan partisipasi dalam Musrenbang desa/kelurahan.
Intensitas komunikasi pemangku kepentingan dengan pemerintah
desa/kelurahan dan tokoh masyarakat berpengaruh terhadap efektivitas
komunikasi dalam Musrenbang desa/kelurahan pada aspek mempercayai dan
aspek partisipasi. Berkomunikasi dengan perwakilan organisasi, fasilitator dan
panitia penyelenggara berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek
mengetahui dalam Musrenbang desa/kelurahan.
Efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui dan partisipasi berpengaruh

terhadap kepuasan pemangku kepentingan dalam proses Musrenbang
desa/kelurahan dan pelaksanaan hasil. Efektivitas komunikasi pada aspek
mempercayai berpengaruh terhadap kepuasan dalam pelaksanaan hasil
Musrenbang desa/kelurahan.
Kata kunci: komunikasi deliberatif, media informasi, musyawarah,
pemangku kepentingan

ADHI IMAN SULAIMAN. Stakeholders Communication in Development
Planning Consultation Forum in Banjar City, West Java Province. Supervised by
DJUARA P LUBIS, DJOKO SUSANTO and NINUK PURNANINGSIH.
Demands and challenges in the era of democratization and decentralization
are the reasons why development paradigm has changed from centralized to
participatory. The development have gives more opportunities for people at local
level to express their aspirations through a communication forum among
stakeholders in Development Planning Consultation Forum (
). The
stakeholders are the main actors of development that determine the process and
the implementation of the results and evaluation of
. The aims of this
research are (1) To describe the

activity. (2) To describe and analyze
the characteristics of stakeholders, aspirations, and access of information media in
at a village/urban community level. (3) To analyze the relation of
stakeholders’ characteristics, aspirations, and access of information media with
the intensity of stakeholders’ communication in
at a village/urban
community level. (4) To analyze the effectiveness of communication and the
satisfaction of stakeholders in
at a village/urban community level.
This study used sequential mixed methods that is the research stages are
started from descriptive qualitative methods and case studies. Qualitative data
were collected through direct observation, analysis of documents, and interviews,
the informants had been chosen through purposive sampling. The study used
descriptive analysis, interactive analysis, and SWOT analysis. The next stage used
quantitative method of explanative survey. Quantitative data were collected
through questionnaires and samples were taken gradually by using cluster
sampling, Slovin formula, and stratified sampling. The study quantitative methods
used Mann7Whitney analysis, Pearson corelational analysis with 19.0 SPSS
program, and path analysis with 8.80 Lisrel program. The research took place in
Balokang Village and Mekarsari Urban Community in Banjar Sub7district; and in

Rejasari Village and Muktisari Urban Community in Langensari Sub7district,
Banjar City, West Java Province.
The result of the research show that: (1) The
had been more
oriented to development program of infrastructure, procurement of goods and
equipment as compared to programs for the empowerment of people lived in
villages/urban communities. Musrenbang have formal opening activity and linear
communication. The group discussion activity of the development fields have
informal, dialogical and dynamic. (2) The stakeholders, majority were old (46755
years old) and had middle educational level (Junior7Senior High School). They
had a lot of experience in organizing and attending
and also had a
strong motive for joining the forum that was for community interest. The most
important aspirations were the results of
at the hamlet level. The
stakeholders had high intensity of information media access through the official
letter from the village/urban community government. The Strategy could be
supporting of
that is human resource development, people centered
development and the development of information media openness and public

accountability.
could be held as a development communication
forum to unite participative and technocratic interests through deliberative

communication approach. (3) Factors that determined the intensity of
stakeholders’ communication in the process and implementation of the results of
are the characteristic of stakeholders from the aspect of experience in
attending
and the intensity in accessing information media like
official letter from the village/urban community government and information
board. Aspiration based on the results of
at the hamlet level
determined the intensity of stakeholders’ communication in the process of
and the ones that were in accordance with people interests
determined the intensity of communication in the implementation of the results of
at the village/urban community level. (4) Stakeholders’ characteristic
related to educational level, experience in joining organization, experience in
attending
at the village/urban community level, and the motive for
attending

that was for people interests affected the effectiveness of
communication in the aspect of understanding and participation in
at
the village/urban community level. Meanwhile, motive for attending
that was for organization’s interests influenced the effectiveness of
communication in the aspect of trust and participation in
at the
village/urban community level.
Stakeholders’ aspirations in
at the village/urban community
level based on programs that had not been realized yet and organization’s interest
affected the effectiveness of communication in the aspect of participation.
Aspirations based on the suggestion from society affected the effectiveness of
communication in the aspect of understanding and trusting. Aspirations based on
the results of
at the hamlet level influenced the effectiveness of
communication in the aspect of understanding and participation. Meanwhile the
ones related to budget influenced the effectiveness of communication in the aspect
of trust and participation in
at the village/urban community level

The access of information media through official letters and announcement
board in the village/urban community office affected the effectiveness of
communication in the aspect of understanding, trusting and participation in
at the village/urban community level. The access of information
media through local radio affected the effectiveness of communication in the
aspect of understanding, while banners and billboards affected the effectiveness of
communication in the aspect of understanding and participation in
at
the village/urban community level
The intensity of stakeholders’ communication with the village/urban
community government and public figures affected the effectiveness of
communication during
at the village/urban community level in the
aspect of trust and participation. Their communication with the representatives of
organizations, facilitator and organizers influenced the aspect of understanding in
at the village/urban community level
The effectiveness of communication in the aspect of understanding and
participation affected stakeholders’ satisfaction in the process and results of the of
at the village/urban community level. That in the aspect of trust
influenced stakeholders’ satisfaction in the implementation of the results of the

at the village/urban community level.
Keywords: consultation forum, deliberative communication, information media,
stakeholder

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang7Undang

!
"

#

"

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Penguji Luar Komisi
pada Ujian Tertutup

: Prof Dr Engkus Kuswarno, MS
(Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad)
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasojo, MS
(Dosen FEMA IPB)

Angota Luar Komisi
pada Sidang Promosi

: Prof (Ris) Tri Ratnawati, PhD
(Prof Riset Emeritus LIPI Jakarta)
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasojo, MS
(Dosen FEMA IPB)

Judul Disertasi : Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat
Nama
: Adhi Iman Sulaiman
NIM
: I362110031
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Ketua

Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM
Anggota

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Djuara P Lubis, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian Tertutup : 26 April 2016
Tanggal Sidang Promosi: 31 Mei 2016

Tanggal Lulus:

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia7Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas belajar dan penulisan disertasi dengan
judul Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat. Disertasi menghasilkan rekomendasi
bagi Musrenbang desa/kelurahan untuk dapat menjalankan konsep komunikasi deliberatif
yaitu menyatukan program pembangunan yang partisipatif dan teknokratis secara dialogis
serta egaliter untuk membangun pemahaman dan keputusan bersama secara mufakat.
Maka penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada Yth:
1. Dr Ir Djuara P Lubis, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof (Ris) Dr Djoko
Susanto, SKM dan Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai Anggota Komisi
Pembimbing, yang telah memberikan perhatian, motivasi, ilmu pengetahuan dan
pengalaman dalam proses penyusunan disertasi.
2. Ketua Porgram Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Dr Ir Djuara
P Lubis, MS dan Wakil Ketua Program Studi KMP Dr Ir Amiruddin Saleh, MS, atas
kebijakannya yang sangat membantu dalam proses studi dan penyelesaian disertasi
3. Prof Dr Engkus Kuswarno, MS (Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad, Prof (Ris) Tri
Ratnawati, PhD (Prof Riset Emeritus LIPI Jakarta) dan Dr Ir Sarwititi Sarwoprasojo,
MS (Dosen FEMA IPB) atas waktu yang diberikan dan kesediaannya menjadi penguji
luar serta saran yang sangat penting dan bermanfaat bagi disertasi ini.
4. Staf pengajar di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
atas ilmu pengetahuan dan pengalaman yang diberikan selama proses studi.
5. Sekretariat Prodi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Ibu Lia
Mulyawati S dan Ibu Hetti Setia) atas pelayanan prima, keramahan dan bantuan yang
diberikan dalam proses studi dan penyelesaian disertasi.
6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikian Tinggi (Ristekdikti) yang telah memberikan beasiswa selama delapan
semester dan Yayasan Supersemar yang memberikan bantuan pada semester sembilan,
semoga tetap dapat berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
7. Rektor Universitas Jenderal Soedirman dan Dekan FISIP Unsoed yang memberikan
dukungan kebijakan dan bantuan untuk tugas belajar.
8. Prof Dr Engkus Kuswarno, MS (Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad), Prof Dr Ir Mas
Yedi Sumaryadi, MS (Wakil Rektor I Unsoed) dan Prof Dr Imam Santoso, MSi (Guru
Besar Sosiologi Politik Unsoed ) yang telah memberikan rekomendasi S3 di IPB
9. Orang Tua dan keluarga tercinta (istri dan anak) yang telah memberikan motivasi, doa,
dan waktu yang diberikan untuk penyelesaian studi ini.
10. Teman7teman seperjuangan KMP 2011 (Budhi Waskito, Dwi Agus Susilo, Dame
Trully Gultom, Firdanianty, Sri Wahyuni, Natalina Nilamsari, Nurhayati dan
Rahmawati) dan KMP 2010 dalam berbagi cerita dan pengalaman.
11. Kepada sahabat dan kolega Dr Bambang Kuncoro, MS, Drs Bambang Suswanto, MS,
Ahmad Sabiq, SIP., MA, Dr Toto Sugito, MS, Dr Masrukin, MS, Waluyo Handoko,
SIP.,MSc dan Dr Sofa Marwah, MSi (Tim Merapi dan Tim Pemberdayaan), Dadi
Ahmadi, S.Sos., MIkom (LPPM Unisba), Dr Iwan Setiawan (Unpad), Suyitno, S.IP.,
MSi (Bappeda Kota Banjar), Chandra Firmanto, S.IP., MSi (Pemkot Banjar), dan
Dewi Kania, ST (Pemprov Jawa Barat) atas kebaikan dan dukungannya dalam
menyelesaikan studi ini serta disertasi.
12. Bappeda Kota Banjar, kepala desa dan kelurahan serta para pemangku kepentingan
sebagai responden/informan di lokasi penelitian atas penerimaan, keramahan dan
kerjasamanya ketika proses penelitian disertasi.
Semoga disertasi ini dapat bermanfaat untuk penelitian lanjutan, proses pengajaran
kajian dan rekomendasi kebijakan khususnya tentang komunikasi pembangunan dan
Musrenbang desa/kelurahan.
Bogor, Mei 2016
Adhi Iman Sulaiman

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan Penelitian ($

)

2 TINJAUAN PUSTAKA
Musrenbang dalam Tahapan Perencanaan Pembangunan
Musrenbang
Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan
Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang

1
1
3
4
4
4
6
6
7
8
9

Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan

10

Model Komunikasi Konvergensi
Komunikasi Deliberatif dalam Musrenbang
Karakteristik Individu
Aspirasi Pemangku Kepentingan
Media Informasi
Intensitas Komunikasi
Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang
Kepuasan dalam Musrenbang
Analisis Penelitian Terdahulu dan Kerangka Penelitian
Hipotesis

10
11
13
14
15
15
16
18
19
22

3 METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi Penelitian
Penentuan Informan
Pengumpulan Data Kualitatif
Analisis Data Kualitatif
Keabsahan Data Kualitatif
Populasi dan Sampel Penelitian Kuantitatif
Pengumpulan Data Kuantitatif
Instrumen Penelitian
Konsep dan Definisi Operasional
Validitas dan Reliabilitas
Analisis Data Kuantitatif

23
23
24
25
25
25
26
27
28
29
29
32
35

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kota Banjar sebagai Daerah Otonomi Baru
Gambaran Umum dan Sejarah Kota Banjar
Gambaran Umum Empat Lokasi Penelitian

37
37
37
41

5 KEGIATAN MUSRENBANG DI KOTA BANJAR JAWA BARAT
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Peserta Musrenbang Desa/Kelurahan di Lokasi Penelitian
Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan
Musrenbang sebagai Model Komunikasi Deliberatif
Simpulan
Saran
6 KARAKTERISTIK, ASPIRASI DAN AKSES MEDIA INFORMASI
DALAM MUSRENBANG DESA/KELURAHAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Pembukaan Akses Penelitian dan Identitas Pemangku Kepentingan
Karakteristik Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang
Aspirasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang
Akses Media Informasi tentang Musrenbang
Strategi dalam Mendukung Kegiatan Musrenbang Desa/Kelurahan
Simpulan
Saran
7

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, ASPIRASI DAN AKSES MEDIA
INFORMASI DENGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM
MUSRENBANG DESA/KELURAHAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang
Hubungan Karakteristik dengan Intensitas Komunikasi dalam
Musrenbang
Hubungan Aspirasi dengan Intensitas Komunikasi dalam Musrenbang
Hubungan Media Informasi dengan Intensitas Komunikasi Musrenbang
Simpulan
Saran

44
44
44
45
46
47
47
49
58
63
65
66
67
67
68
68
71
71
71
76
85
93
103
107
108

109
109
109
110
112
112
112
116
118
121
124
125

8 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DAN KEPUASAN PEMANGKU
KEPENTINGAN DALAM MUSRENBANG DESA/KELURAHAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Pengaruh Karakteristik Pemangku Kepentingan terhadap Efektivitas
Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Pengaruh Aspirasi Pemangku Kepentingan terhadap Efektivitas
Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Pengaruh Akses Media Informasi terhadap Efektivitas Komunikasi
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Pengaruh Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan terhadap
Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Kepuasan Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Pengaruh Efektivitas Komunikasi terhadap Kepuasan dalam
Musrenbang Desa/Kelurahan
Pentingnya Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Simpulan
Saran

126
126
126
127
129
129
129
140
143
147
153
158
165
169
174
175

9 PEMBAHASAN UMUM
Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan
Karakterisrik Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang
Aspirasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang
Akses Media Informasi tentang Musrenbang
Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang
Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang
Kepuasan Pemangku Kepentingan dalam Proses dan Hasil Musrenbang

176
176
179
180
181
183
184
186

10 IMPLIKASI PENELITIAN
Implikasi Teoritis
Implikasi Bagi Penelitian Lanjutan

188
188
194

Implikasi Praktis

195

11 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

196
196
200

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

202
217
229

1 Penentuan Populasi dan Sampel
2 Definisi Operasional
3 Hasil Uji Validitas
4 Hasil Uji Reliabilitas
5 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Banjar
6 Jumlah Penduduk Menurut Usia di Kora Banjar
7 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Lokasi Penelitian
8 Jumlah Penduduk Menurut Usia di Lokasi Penelitian
9 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Lokasi Penelitian
10 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Lokasi Penelitian
11 Status Pemangku Kepentingan sebagai Peserta Musrenbang
dalam Pembukaan
12 Sumber Pendanaan Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan
13 Program Pembangunan Bidang Pemerintahan
14 Program Pembangunan Bidang Sosial dan Budaya
15 Program Pembangunan Bidang Ekonomi
16 Program Pembangunan Bidang Infrastruktur/Fisik
17 Identitas Pemangku Kepentingan sebagai Peserta Musrenbang
18 Jumlah dan Persentase Karakteristik Pemangku Kepentingan
19 Analisis Uji Beda Karakteristik Pemangku Kepentingan
20 Jumlah dan Persentase Aspirasi yang diusulkan Pemangku Kepentingan
21 Jumlah dan Persentase Aspirasi yang dihasilkan Pemangku Kepentingan
22 Analisis Uji Beda Aspirasi Pemangku Kepentingan
23 Jumlah dan Persentase Media Informasi yang diakses
Pemangku Kepentingan
24 Uji Beda Akses Media Informasi dalam Musrenbang
25 Analisis SWOT dan Strategi dalam Mendukung Desa/Kelurahan
26 Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang
27 Hubungan Karakteristik dengan Intensitas Komunikasi dalam Musrenbang
28 Hubungan Aspirasi dengan Intensitas Komunikasi dalam Proses
Musrenbang Desa/Kelurahan
29 Hubungan Aspirasi dengan Intensitas Komunikasi dalam
Pelaksanaaan Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan
30 Hubungan Akses Media Informasi dengan Intensitas Komunikasi
31 Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dari Aspek Mengetahui
32 Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dari Aspek Mempercayai
33 Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dari Aspek Partisipasi
34 Pengaruh Karakteristik Pemangku Kepentingan terhadap Efektivitas
Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
35 Pengaruh Aspirasi Pemangku Kepentingan terhadap Efektivitas
Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan

28
30
33
34
39
39
42
42
43
43
47
59
61
62
62
63
73
77
83
85
87
91
94
100
105
114
116
119
120
122
131
136
138
140
143

36 Pengaruh Akses Media Informasi terhadap Efektivitas Komunikasi
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
37 Pengaruh Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan terhadap
Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
38 Kepuasan Pemangku Kepentingan dalam Proses
Musrenbang Desa/Kelurahan
39 Kepuasan Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan Hasil Musrenbang
40 Pengaruh Efektivitas Komunikasi terhadap Kepuasan
Pemangku Kepentingan
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
41 Hasil dekomposisi faktor7faktor yang mempengaruhi intensitas komunikasi,
efektivitas komunikasi dan kepuasan dalam Musrenbang desa/kelurahan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Kerangka Pemikiran
Komponen7Komponen Analisis Data Model Interaktif
Diagram Jalur Hubungan Kausal
Lokasi Penelitian
Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional
Arena Musrenbang Desa/Kelurahan pada Sesi Pendahuluan
Arena Musrenbang Desa/Kelurahan pada Sesi Musyawarah Kelompok
Strategi dalam Mendukung Musrenbang Desa/Kelurahan
Kerangka Pemikiran Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan
dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Kerangka Pemikiran Efektivitas Komunikasi dan Kepuasan
Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Pentingnya Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan
Diagram Jalur Hubungan Kausal
Model faktor7faktor yang mempengaruhi intensitas komunikasi,
efektivitas komunikasi dan kepuasan dalam Musrenbang desa/kelurahan

148
154
158
161
166
236

21
26
35
38
50
53
56
106
111
129
173
235
236

!" # $%
Semangat demokrasi dan otonomi daerah menjadi tuntutan, kebutuhan dan
tantangan dalam proses pembangunan di era pasca reformasi, dengan perubahan
paradigma pembangunan dari sentralistik menjadi partisipatif mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.
Proses pembangunan melibatkan peran penting dari pemangku kepentingan
(
) baik perorangan maupun kelompok dan organisasi yang secara aktif
terlibat dalam kegiatan, terkena dampak positif dan negatif dari hasil pelaksanaan
kegiatan (Iqbal 2007, Nurcholis
. 2009, Mardikanto 2010). Pemangku
kepentingan dalam proses pembangunan memiliki peran sebagai pelaku
pembangunan, komunikator pembangunan dan agen pembaharu atau
%
dalam pembangunan (Nair & White 2004, Sumarto 2004, Dilla 2007,
Leeuwis 2009, Nasution 2009, Mardikanto 2010).
Pemangku kepentingan melakukan komunikasi dalam pembangunan dengan
berbagai pihak yaitu masyarakat dan pemerintah dalam proses musyawarah
perencanaan pembangunan (Musrenbang) mulai dari tingkat desa, kelurahan,
kecamatan, kabupaten dan kota untuk mengatasi masalah, menentukan tujuan dan
kesejahteraan bersama. Berdasarkan Undang7Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa Musrenbang adalah
forum antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan
rencana pembangunan daerah.
Komunikasi diperlukan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat
yang memiliki kemampuan memecahkan masalahnya sendiri dan mengkondisikan
masyarakat bebas berpendapat, berekspresi serta mengungkapkan diri secara
terbuka (Sulistyowati
. 2005). Brody dan Portney yang dikutip Hawkins dan
Wang (2011) menyatakan secara teoritis dan empiris, kolaborasi partisipasi para
pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, khususnya oleh penduduk
setempat, sangat penting untuk perencanaan pembangunan dan pelaksanaan
proyek yang berhasil.
Pemangku kepentingan sebagai aktor pelaku dari lingkungan sosial yang
beragam disatukan ke dalam satu proses penetapan aturan untuk menggabungkan
sumber daya, kompetensi, dan pengalamannya. Proses ini memungkinkan ada
persaingan kepentingan untuk bernegosiasi dan bermusyawarah (Bostrom &
Hallstrom 2013). Komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi
komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara
semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan terutama antara masyarakat
dengan pemerintah dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap
pembangunan (Nasution 2009). Dalam pembangunan, semua pemangku
kepentingan yang relevan harus dilibatkan dalam proses partisipatif, memiliki
kesempatan yang sama untuk berbicara dengan bebas, pemberdayaan partisipan,
dan persetujuan keputusan bersama dengan saling menghormati (Leeuwis 2009).
Komunikasi pembangunan dilakukan bukan sebagai pesan komunikasi saja,
melainkan sebagai dialog emansipasi yang egaliter dari pelaku pembangunan
(Melkote 2001).

2
Komunikasi pembangunan untuk perubahan sosial yaitu masyarakat
menentukan kebutuhan dan perbaikan melalui proses dialog publik untuk
mengidentifikasi masalah dan pengambilan keputusan secara bersama, serta
implementasi solusi pada masalah pembangunan (Servaes 2008).
Musrenbang sebagai komunikasi pembangunan dari pemangku kepentingan
sebagai perwakilan masyarakat diharapkan dapat dilaksanakan secara demokratis
dan deliberatif. Gastil dan Black (2008) menyatakan konsep deliberatif, tidak
hanya tentang substansi pertukaran pendapat, tetapi mengacu pada proses sosial
untuk berkomunikasi secara bersama diantara peserta yang memiliki hak dan
kesempatan yang sama. Nabatchi (2010a) menjelaskan dalam proses demokrasi
deliberatif mentransformasikan pilihan dan nilai7nilai individu, sehingga
keputusan dan kebijakan harus mewakili lebih dari agregasi kepentingan individu,
artinya lebih mementingkan kepentingan bersama.
Hasil dari Musrenbang diharapkan menciptakan kepuasan di tingkat akar
rumput (
) yaitu pelayanan publik, pemberdayaan sumber daya dan
kelembagaan untuk kesejahteraan bagi masyarakat di desa/kelurahan.
Mahdavinejad dan Amini (2011) menyatakan landasan pembangunan
berkelanjutan tidak cukup dengan merekonstruksi tetapi pentingnya partisipasi
dan kepuasan masyarakat untuk memenuhi tujuan pembangunan. Menurut Alam
(2012) pembangunan yang dilaksanakan harus dapat mewujudkan kesejahteraan
rakyat dan ketahanan budaya menjadi agenda pembangunan yang penting dan
strategis dengan penetapan kebijakan yang efektif.
Terdapat permasalahan dalam proses dan pelaksanaan hasil Musrenbang
yaitu Musrenbang masih bersifat formalitas tahunan, dominasi dari beberapa
pemangku kepentingan dan belum efektifnya pencapaian program yang dihasilkan
(Susanti 2009, Ma’rif
. 2010, Satries 2011, Indrajat
. 2012). Penurunan
partisipasi peserta musyawarah dikarenakan pertimbangan tingkat pendapatan,
pendidikan dan status sosial dilakukan secara random (Levine
. 2005).
Musyawarah telah menjadi fokus penting dari penelitian, teori, dan praktik, tetapi
masih dalam konsep sempit dengan membatasi musyawarah dalam bentuk
interaksi diskusi kelompok kecil yang terpisah dan tidak bersinergi (Gastil &
Black 2008). Musyawarah masih terdapat masalah informasi dan penanganan
masalah publik (Carcasson
. 2010). Penerapan komunikasi interaksional
masih kurang dari aspek kemampuan komunikasi, peranan komunikator,
ketepatan realisasi pada program pembangunan dan intesitas pada unsur umpan
balik (Salahuddin 2012). Musyawarah memiliki masalah dalam pengambilan
suara terbanyak, hubungan yang tidak harmonis antar warga dan antara warga
dengan pemerintah, serta ketidakmampuan pemerintah untuk mengatasi masalah
kebijakan (Nabatchi 2014). Tahap pelaksanaan dalam Musrenbang desa tidak
mendiskusikan kebutuhan yang menjadi perioritas program pembangunan dan
pemerintah desa masih mendominasi usulan perioritas program pembangunan
(Rafsanzani
. 2013, Wirawan
. 2015). Model perencanaan tidak mampu
memuaskan semua pihak, karena desain Musrenbang masih sentralistis (
&
) yaitu adanya penyeragaman ( %
) perencanaan di pusat dan
daerah, disiplin waktu pelaksanaan Musrenbang yang kaku dan cenderung
dipaksakan, serta ketergantungan daerah terhadap alokasi anggaran dan program
pemerintah pusat (Sunarti 2015).

3
Berdasarkan permasalahan dalam musyawarah perencanaan pembangunan,
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang komunikasi pemangku kepentingan
dan efektivitas komunikasi dalam Musrenbang di tingkat desa dan kelurahan.
Komunikasi efektif memiliki kekuatan untuk memecahkan permasalahan
dengan melibatkan individu secara bersama7sama, sehingga dapat meningkatkan
kolaborasi suatu program kegiatan (Dainty
. 2006). Komunikasi efektif
menjadi faktor mendasar untuk membantu keterlibatan semua elemen dan strategi
perubahan yang sesuai serta diterima semua pihak (Smith & Mounter 2008).
Pengembangan studi tentang efektivitas musyawarah secara deliberatif seperti
keterwakilan kelompok, kemampuan peserta untuk memberikan kontribusi dalam
diskusi, menilai kualitas hasil musyawarah dan menetapkan kriteria untuk
meningkatkan upaya evaluasi adalah unsur penting bagi kajian lanjutan (Carman
2015). Keefektifan komunikasi ditentukan oleh etos komunikator yang
terdiri dari unsur (1) Kognisi (
) sebagai proses memahami (
%
& ) yang menyangkut pikiran; Afeksi ( %%
) sebagai perasaan yang
ditimbulkan oleh stimulus dari luar; dan (3) Konasi (
) sebagai upaya yang
diusahakan atau tindakan (Effendy 2008).

! &'&( $

( " )

Perumusan masalah penelitian berdasarkan permasalahan dari beberapa
hasil penelitian yang telah dibahas dalam latar belakang penelitian dan hasil studi
pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif untuk pembukaan akses, perijinan, wawancara kepada
informan penelitian, dokumentasi dan pengamatan langsung dalam Musrenbang
tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan Kota Banjar pada Januari sampai Maret
2014 dan 2015. Hasil studi pendahuluan menunjukan pelaksanaan Musrenbang
desa/kelurahan dalam proses komunikasi terdapat dominasi beberapa pemangku
kepentingan yang memiliki keberanian dan kemampuan untuk berkomunikasi,
peran fasilitator dan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau dinas
pemerintah daerah yang kurang aktif melakukan komunikasi untuk memberikan
informasi data penting tentang rencana pembangunan dalam proses Musrenbang
desa/kelurahan. Belum efektifnya komunikasi pemangku kepentingan dalam
Musrenbang desa/kelurahan yaitu format usulan program pembangunan dan
alokasi dana yang diusulkan masih berbeda7beda, sehingga masih terjadi
ketidaksamaan dan kesalahfahaman. Hasil Musrenbang masih berorientasi pada
bidang infrastruktur, pengadaan barang dan peralatan dibandingkan dengan
pemberdayaan sumber daya ekonomi dan masyarakat.
Penelitian ini memfokuskan pada kegiatan Musrenbang untuk penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahunan pada tingkat desa dan
kelurahan. Pertimbangannya, mulai dari proses perencanaan dan pelaksanaan hasil
lebih terfokus dan mendalam pada agenda serta program pembangunan dalam satu
tahun. Musrenbang di desa dan kelurahan merupakan realitas proses komunikasi
pemangku kepentingan yang lebih nyata dan dinamis dalam memperjuangkan
rencana, pelaksanaan serta evaluasi program pembangunan, maka dapat dibuat
rumusan permasalahan penelitian yaitu :

4
1. Bagaimana kegiatan Musrenbang di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat?
2. Bagaimana karakteristik, aspirasi, dan akses media informasi pemangku
kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan di Kota Banjar Provinsi Jawa
Barat?
3. Bagaimana hubungan karakteristik, aspirasi dan akses media informasi
dengan intensitas komunikasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang
desa/kelurahan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat?
4. Bagaimana efektivitas komunikasi dan kepuasan pemangku kepentingan
dalam Musrenbang desa/kelurahan di Provinsi Jawa Barat?
&*& $ !$!"+ + $
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kegiatan Musrenbang di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik, aspirasi, dan akses media
informasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan.
3. Menganalisis hubungan karakteristik, aspirasi dan akses media informasi
dengan intensitas komunikasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang
desa/kelurahan.
4. Menganalisis efektivitas komunikasi dan kepuasan pemangku kepentingan
dalam Musrenbang desa/kelurahan.
$,

!$!"+ + $

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif berupa
temuan7temuan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang bermanfaat, yaitu :
1. Manfaat Akademis, sebagai bahan kajian dan referensi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan serta penelitian lanjutan khususnya tentang efektivitas
komunikasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang.
2. Manfaat Praktis, sebagai bahan referensi, kajian dan rekomendasi bagi
pemangku kepentingan dalam proses perencanaan, pembuatan dan
pengambilan
kebijakan serta pelaksanaan pembangunan di daerah,
khususnya mengenai komunikasi pembangunan dan Musrenbang.
!- & $ !$!"+ + $ .
1.

/

Hasil penelitian menghasilkan kebaruan dalam penelitian ini adalah
Musrenbang desa/kelurahan adalah forum komunikasi yang ideal sebagai
ruang publik yang merubah komunikasi pembangunan dari kekuasaan elit
sentralistik menjadi elit lokal di tingat desa/kelurahan, sehingga jarak
kekuasaan ( &
) antara pemerintah, pemangku kepentingan dan
masyarakat idealnya menjadi lebih dekat untuk beraspirasi secara terbuka
(transparan), melibatkan semua pihak (partisipatif), setara (egaliter) dan
terjadi konsensus atau kemufakatan (konvergen).

5
2.

3.

4.

Musrenbang desa/kelurahan sebagai forum komunikasi pembangunan dari
pemangku kepentingan yang mewakili masyarakat untuk mengaspirasikan
dan menghasilkan rencana program pembangunan secara prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik dan konvergen, namun komunikasi deliberatif
belum dapat dilaksanakan dengan masih kuatnya kewenangan teknokratis
(
& ) dalam menentukan program pembangunan dan masih adanya
dominasi dari beberapa pemangku kepentingan, sehingga jarak kekuasaan
( &
) masih besar.
Komunikasi yang terbuka, dialogis dan setara (egaliter) dalam Musrenbang
desa/kelurahan untuk mengusulkan program pembangunan adalah bentuk
pemberdayaan masyarakat lokal itu sendiri dan sebagai budaya kearifan lokal
masyarakat.
Musrenbang desa/kelurahan dapat menjadi forum komunikasi yang ideal
dalam proses pembangunan dengan konsep komunikasi deliberatif yaitu
dapat menyatukan kepentingan partisipatif dari masyarakat dan pemangku
kepentingan di tingkat desa/kelurahan dengan kepentingan teknokratis dari
pemerintah daerah secara dialogis dan egaliter untuk membangun
pemahaman serta keputusan bersama secara mufakat dan berkesinambungan.

6

&( !$- $% 0 " '

) 1 $ ! !$2 $ $ !'- $%&$ $

Tahapan perencanaan pembangunan nasional meliputi penyusunan rencana,
penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana, dan evaluasi pelaksanaan
rencana (dalam Pasal 8 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional). Penjelasannya: (1) Tahap penyusunan
rencana, dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang
siap untuk ditetapkan yang terdiri dari empat langkah di antaranya (i) Penyiapan
rancangan awal rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan
terukur. Masing7masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja
dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
(ii) Musyawarah perencanaan pembangunan melibatkan masyarakat yaitu
pemangku kepentingan untuk menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing7masing jenjang pemerintahan; (iii) Penyusunan rancangan
akhir program pembangunan. (2) Tahap penetapan rencana pembangunan menjadi
produk hukum untuk mengikat semua pihak melaksanakannya. (3) Tahap
pengendalian pelaksanaan rencana dimaksudkan untuk menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan7
kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana. (4) Tahap evaluasi
pelaksanaan rencana merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan
yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk
menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan (Susanti 2009).
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) merupakan bagian
dari tahapan pertama mengenai penyusunan rencana setelah kegiatan pelaksanaan
penyiapan rancangan awal rencana pembangunan yang teknokratik oleh
pemerintah dengan partisipatif dengan melibatkan pemangku kepentingan sebagai
perwakilan masyarakat. Musrenbang terdiri dari beberapa level pelaksanaan, yaitu
(1) Level penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional
dan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. (2) Level penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) adalah dokumen perencanaan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk periode 5 (lima) tahun. (3) Level
penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional atau disebut Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) untuk tingkat nasional dan Rencana Pembangunan
Tahunan Daerah atau disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
merupakan dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Penelitian ini fokus pada kegiatan Musrenbang untuk penyusunan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahunan pada tingkat desa dan kelurahan.
Pertimbangannya, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan hasil dari
perencanaan pembangunan tersebut lebih mendalam dan fokus pada satu periode
pembangunan. Lokasi Musrenbang di desa atau kelurahan merupakan fenomena
komunikasi pemangku kepentingan di tingkat lokal dan akar rumput (
)
yang lebih nyata atau faktual dalam memperjuangkan rencana, pelaksanaan dan
evaluasi program pembangunan.

7
&( !$- $%
Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana
pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Pada sistem
perencanaan pembangunan nasional terdapat satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana7rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah baik provinsi
maupun kabupaten/kota (Undang7Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional).
Nurcholis
. (2009) menjelaskan jenis Musrenbang sebagai berikut:
, Musrenbang Desa/Kelurahan yang dilaksanakan pada bulan Januari
adalah (1) Forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh
para pemangku kepentingan '
( desa/kelurahan (pihak yang
berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa/kelurahan dan pihak yang
akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan
tahun anggaran berikutnya; (2) Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan dengan
memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah desa/kelurahan, kinerja
implementasi rencana kegiatan tahun berjalan, serta masukan dari narasumber dan
peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang sedang dihadapi.
,
Musrenbang Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Februari adalah forum
musyawarah pemangku kepentingan kecamatan untuk mendapatkan masukan
prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta menyepakati kegiatan lintas
desa/kelurahan di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) kabupaten/kota pada tahun
berikutnya.
, Musrenbang Kabupaten/Kota yang dilaksanakan bulan Maret
merupakan usulan yang dibuat satuan kerja pemerintah daerah (Renja SKPD)
yang dicocokkan dengan usulan dari tiap kecamatan. SKPD harus mengacu pada
visi dan misi kabupaten/kota. Proses ini menghasilkan tiga agenda yaitu: (1)
Agenda Masyarakat adalah kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan dan
dikelola oleh masyarakat sendiri, pihak pemerintah menjadi fasilitator dan tidak
mengintervensi ke komunitas. (2) Agenda Kemitraan, yang mencakup kegiatan
pembangunan yang ditangani bersama oleh masyarakat, pemerintah dan atau
swasta. Pemerintah kabupaten/kota harus pro aktif mencari mitra yang dapat
membantu merealisasikan usulan proyek. (3) Agenda Pemerintah kabupaten/kota,
merupakan rangkaian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan langsung oleh
pemerintah kabupaten/kota.
Tujuan penyelenggaraan Musrenbang secara umum menurut Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 0507187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang), yaitu: (1) Mendukung pelibatan para pemangku
kepentingan dalam proses pengambilan keputusan perencanaan (RKPD). (2)
Mengidentifikasi dan membahas isu7isu dan permasalahan pembangunan dan
pencapaian kesepakatan prioritas pembangunan daerah yang akan dilaksanakan
pada tahun rencana. (3) Optimalisasi pemanfaatan dana yang tersedia terhadap
kebutuhan pembangunan. (4) Menfasilitasi pertukaran (
) informasi,
pengembangan konsensus dan kesepakatan atas penanganan masalah
pembangunan daerah. (5) Menyepakati mekanisme untuk mengembangkan
kerangka kelembagaan, menguatkan proses, menggalang sumber daya yang
diperlukan untuk mengatasi isu dan permasalahan prioritas pembangunan daerah.

8
!' $%#&

!1!$ +$% $ 0 " ' !'- $%&$ $

Pemangku kepentingan berawal dari kajian bidang menejemen suatu
perusahaan atau organisasi bisnis dan pada program
(CSR), sebagaimana beberapa definisi tentang pemangku
kepentingan dalam Mitchell
. (2010) dan menurut Dempsey (
Littlejohn
& Foss 2009), pemangku kepentingan memiliki latar belakang atau konsep dasar
di dalam studi bisnis dan organisasi serta merupakan istilah umum yang
menggambarkan upaya untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan mengkaji
hubungan serta tanggung jawab organisasi, termasuk bagi aktor atau pelaku
lainnya.
Pemangku kepentingan dapat didefiniskan sebagai organisasi, kelompok
dan individu yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi dalam pencapaian tujuan
organisasi. Rhenman yang dikutip Freeman
. (2010) mendefiniskan
pemangku kepentingan sebagai kelompok atau individu dalam organisasi yang
memiliki ketergantungan untuk melanjutkan keberlangsungan jalannya suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan kepentingan dan eksistensinya. Slemp
. (2012) menyatakan komunitas pemangku kepentingan di daerah antara
perkotaan dan pedesaan adalah pengambil keputusan di tingkat lokal, para
profesional, pendidik, perwakilan dari pembisnis dan produsen (seperti pada
bidang pertanian) yang menentukan pertumbuhan dan kualitas hidup di
daerahnya.
Pemangku kepentingan dalam pembangunan dapat berperan sebagai aktor
atau pelaku dan agen pembaharu dalam pembangunan. Sumarto (2004)
menjelaskan pembangunan sebagai proses interaksi (komunikasi) dan aksi
(tindakan) yang terencana untuk lebih menyejahterakan kehidupan, tidak lepas
dari peran aktor pembangunan itu sendiri. Aktor pembangunan yang dimaksud
adalah para pemangku kepentingan atau pemangku kepentingan yang beraspirasi,
mengakomodasi, bernegosiasi, melakukan loby dan sosialisasi, membuat
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pembangunan. Karena dalam
komunikasi pembangunan melibatkan pemangku kepentingan pembangunan,
yaitu semua individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan,
terlibat atau dipengaruhi (secara positif maupun negatif) oleh suatu kegiatan atau
program pembangunan. Menurut Mardikanto (2010) terdapat pelaku7pelaku
pembangunan yang disebut pemangku kepentingan atau
Komunikasi untuk pembangunan mensyaratkan ada pelaku pembangunan
(
) harus terlibat dalam struktur yang berasal dari masyarakat
dalam setiap tingkat proses dari perencanaan dan pelaksanaan proyek7proyek
pembangunan (Buddenhagen & Baldwin 2011).
Pemangku kepentingan sebagai agen pembaharu atau perubahan (
%
) dalam pembangunan, menurut Nasution (2009) usaha7usaha
pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh ada sejumlah orang yang
mempelopori, menggerakan dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut.
Orang7orang itu dalam kepustakaan ilmu sosal dikenal dengan sebutan agen
perubahan (
). Dilla (2007) menyatakan strategi komunikasi dalam
perubahan sosial dan pembangunan, dibutuhkan langkah7langkah operasional
dalam penerapannya. Langkah ini ditempuh dengan melibatkan berbagai pihak
yang berkompeten dan berkepentingan atau pemangku kepentingan yang disebut
agen perubahan (
%
), sehingga seluruh program pembangunan bisa
berjalan sesuai dengan tujuannya.

9
!' $%#&

!1!$ +$% $ 0 " '

&( !$- $%

Konsep pemangku kepentingan juga dapat diadopsi dan digunakan untuk
kebutuhan penelitian ini yaitu dalam konteks komunikasi pembangunan yang
banyak disebut dengan istilah pemangku kepentingan atau pihak7pihak yang
berkepentingan. Menurut Iqbal (2007) pemangku kepentingan adalah perorangan
dan kelompok yang secara aktif terlibat dalam kegiatan, atau yang terkena
dampak, baik positif maupun negatif, dari hasil pelaksanaan kegiatan. Nurcholis
. (2009) menjelaskan pemangku kepentingan sebagai pihak7pihak yang
berkepentingan dan mempunyai keterkaitan terhadap hasil dan dampak
perencanaan pembangunan. Mardikanto (2010) menyatakan pelaku7pelaku
pembangunan disebut pemangku kepentingan atau
.
Konsep pemangku kepentingan yang di sebut pemangku kepentingan,
terdapat di dalam beberapa peraturan, seperti pada Peraturan Pemerintah Nomor
20 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional,
bahwa pemangku kepentingan '
( adalah pihak7pihak yang terkait
dalam kegiatan Musrenbang yaitu berasal dari semua aparat penyelenggara
Negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, kaum rohaniwan, pemilik
usaha, kelompok profesional, organisasi non7pemerintah, dan lain7lain.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor. 0507187/Kep/Bangda/2007
tentang Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan
Musrenbang, bahwa pemangku kepentingan atau pemangku kepentingan adalah
pihak7pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau
dampak dari pelaksanaa