Strategi Pengembangan Peternakan Kambing Perah Untuk Mendukung Agribisnis Susu Kambing

STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN KAMBING
PERAH UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS
SUSU KAMBING

LUCIA CYRILLA E.N.S DEKRITYANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Strategi
Pengembangan Peternakan Kambing Perah untuk Mendukung Agribisnis Susu
Kambing adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016
Lucia Cyrilla E.N.S Dekrityana
NIM D161110061

RINGKASAN
LUCIA CYRILLA E.N.S DEKRITYANA. Strategi Pengembangan Peternakan
Kambing Perah untuk Mendukung Agribisnis Susu Kambing. Dibimbing oleh
BAGUS PRIYO PURWANTO, DEWI APRI ASTUTI, AFTON ATABANY dan
ANGGRAINI SUKMAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi manajemen usaha yang
dilakukan peternak kambing perah dengan cara mengidentifikasi permasalahan
yang ada, serta potensi yang dimiliki peternakan kambing perah, (2) mengevaluasi
kualitas susu kambing yang diproduksi oleh peternak, dan mengidentifikasi faktor
yang mempengaruhi kualitas susu kambing, (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang
terkait dengan pengembangan peternakan kambing perah untuk merumuskan
strategi pengembangan agribisnis susu kambing khususnya untuk Kota dan
Kabupaten Bogor.Penelitian dilaksanakan di 3 (tiga) peternakan kambing perah
yang ada di Kota dan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan sampel

peternak dilakukan secara purposive yaitu peternakan yang memiliki populasi
kambing perah lebih dari 100 ekor. Pengumpulan data dilakukan selama bulan
Februari-Mei 2014. Evaluasi terhadap manajemen usaha dilakukan dengan
mengevaluasi penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP). Evaluasi kualitas
susu kambing dilakukan menggunakan Fishbone Diagram dan House of Quality.
Perumusan strategi pengembangan peternakan kambing perah dianalisis
menggunakan Matriks Internal-Eksternal, Competitive Profile Matrix, SPACE
Matrix dan Grand Strategy Matrix.
Secara umum aplikasi praktek peternakan yang baik atau Good Dairy
Farming Practice (GDFP) yang meliputi aspek bibit dan reproduksi, manajemen
pakan dan air minum, pengelolaan, kandang dan peralatan, kesehatan hewan, dan
kesejahteraan hewan di peternakan kambing perah di Kabupaten Bogor tergolong
baik. Namun masih ada peternakan yang belum menerapkan praktek peternakan
kambing perah yang baik (Good Dairy Farming Practice/GDFP) sepenuhnya,
terutama dalam hal konstruksi kandang yang baik, pemberian air minum dan
kesempatan bagi ternak untuk mengekspresikan tingkah laku alamiahnya.
Susu kambing yang dihasilkan dari peternakan yang diteliti semuanya sudah
memenuhi standar mutu khususnya dilihat dari beberapa komponen utama dalam
kualitas susu, yaitu berat jenis, kadar lemak, bahan kering, protein dan bahan kering
tanpa lemak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas susu

kambing adalah : (1) Manusia (peternak, pemerah dan karyawan); (2) Ternak
(kualitas bibit, jumlah anak, status kebuntingan, bentuk dan ukuran ambing, lama
laktasi, status kesehatan ternak); (3) Pakan dan Air Minum (jenis, kualitas dan
kuantitas); (4) Peralatan dan Fasilitas (kelengkapan, kebersihan, keakuratan); (5)
Kandang dan Lingkungannya (kebersihan, suhu, kelembaban). Atribut susu
kambing yang dinilai penting oleh konsumen berturut-turut adalah kandungan gizi,
informasi kedaluarsa, rasa, kemudahan memperoleh, aroma, kepraktisan
mengkonsumsi, desain kemasan, ukuran kemasan, harga dan warna susu kambing.
Respons teknis yang sudah dilakukan dan merupakan perhatian utama peternakan
dalam menjamin kualitas susu kambing yang dihasilkan meliputi kualitas susu,
kualitas dan kondisi kesehatan ternak, keterampilan dan kinerja peternak dan
karyawan, kualitas pakan ternak, kebersihan dan kelengkapan peralatan peternakan,

serta kebersihan dan higiene kandang dan lingkungannya. Berdasarkan Rumah
Mutu Susu Kambing dapat disimpulkan bahwa baru atribut kandungan gizi, ukuran
kemasan dan warna susu kambing yang sudah mampu mencapai target kepuasan
konsumen. Respons teknis keterampilan dan performa peternak dan pekerja
merupakan prioritas pertama yang memerlukan perbaikan.
Faktor internal utama yang berperan penting dalam pengembangan peternakan
kambing perah adalah kualitas susu kambing, serta faktor sifat peternak yang sangat

kreatif, inovatif dan memiliki jiwa wirausaha. Faktor kepuasan pelanggan yang
tinggi adalah faktor eksternal utama yang merupakan peluang bagi peternakan
kambing perah, namun terdapat ancaman utama berupa kontinyuitas ketersediaan
bibit dari pemasok yang masih belum terjamin.
Posisi strategis peternakan kambing perah di Kabupaten Bogor berada pada
kuadran I yaitu pada strategi agresif dalam SPACE matrix. Berdasarkan matriks
Grand strategy peternakan kambing perah berada dalam posisi yang sangat bagus
untuk memanfaatkan berbagai kekuatan internalnya untuk menarik keuntungan dari
peluang-peluang eksternal, mengatasi kelemahan internal, dan menghindari
beragam ancaman eksternal. Peternakan kambing perah mempunyai kekuatan lebih
besar daripada kelemahan dan mempunyai ancaman lebih besar daripada peluang.
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, peternakan kambing perah memiliki
keunggulan sumberdaya. Strategi terbaik yang berpeluang besar untuk diterapkan
di peternakan kambing perah adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Kata kunci:kambing perah, susu kambing, kepuasan konsumen, fishbone diagram,
House of Quality, Competitive Profile Matrix, SPACE matrix, Grand
Strategy matrix.

SUMMARY

LUCIA CYRILLA E.N.S DEKRITYANA. Development Strategy of Dairy Goat
Farms in Supporting Goat Milk Agribusiness. Supervised by BAGUS PRIYO
PURWANTO, DEWI APRI ASTUTI, AFTON ATABANY and ANGGRAINI
SUKMAWATI.
The present study was done for 4 months since February to May 2014. The
aims of the study were: (1) to evaluate the implementation of dairy goat
management practices by the farmers through identifying the existing problems, as
well as the potential of the farms, (2) to evaluate its milk quality, and (3) to identify
the factors/attributes those affected the quality of the milk, and to identify the
factors which associated with the development of dairy goat farms in order to
formulate strategies of goat milk agribusiness development for Bogor region. The
study was conducted in 3 (three) dairy goat farms in Bogor, West Java. The data
were collected base on purposive sampling from the dairy goats’ farms which kept
the goats more than 100 heads. The evaluation of the farm management practices
was done according to Good Dairy Farming Practice (GDFP). Evaluation of the
factors associate with the milk quality was analyzed using Fishbone Diagram and
House of Quality. Formulation of strategies for goat milk agribusiness development
was done using the Internal-External Matrix, Competitive Profile Matrix, SPACE
Matrix, and Grand Strategy Matrix.
Generally the application of GDFP in the studied farms was applied well.

Evaluation of GDFP in the farms was important to ensure that produced milk was
milked from healthy animals with regard to animal welfare, sustainability, social,
economic and environmental perspectives. Therefore a good implementing of
GDFP will reduces management risk in the future for short and long terms
development of the dairy farming
Goat milk which produced on the all farms already meet the standards of goat
milk quality, in view of density, milk fat, total solid, protein and solid nonfat
contents. The quality could be classified into the premium class. Factors those
affect milk yield and its quality were human (farmer itself/manager/owner,
milkman and farm’s workers), animal (genetic, litter size, pregnancy, shape and
size of udder, lactation and animal health), feeds and drinking water (composition,
number and quality), equipment and facilities (completeness, cleanness and
correctness), and animal housing and its environmental conditions (cleanness,
ambient temperature and humidity). The important attributes of goat' milk
considered by milk’s consumers, in order, were nutrition facts, expire date
information, taste, easiness to obtain, practicality consume, packaging design and
its size, price and color. Technical response already done in the all farms and was
major concern of the farms in guaranteeing produced milk including milk quality,
animal health, skill and workers performance, feed quality, hygiene and
completeness of farm equipment, as well as cleanliness and hygiene of housing and

its environment. According to house of quality, it was showed that only attribute
of nutrient contents, packaging size and milk color those has been able to achieve
consumer satisfactory target. Technical response of skill and performance of farmer
and worker was the first priority to be improved.

Main internal factors those play role in the development of dairy goat farms
was milk quality as well as the characteristics of farmers such as creativity,
innovation and entrepreneurial spirit. Areas of high customers satisfaction was the
main external factors which represents opportunities for dairy goat farms, but there
was major threat in the form of continuity of young stocks availability from a
supplier which still not guaranteed.
The strategic position of dairy goat farms in Bogor Regency was located in an
aggressive strategy in the SPACE matrix. Based on Grand strategy matrix, it was
revealed that dairy goat farms were in an excellent position to take advantage of the
opportunities, overcome internal weaknesses and avoiding multiple external
threats. Dairy goat farms have many resource advantages, despite facing various
threats. The best strategies to be selected for dairy goat farms were market
penetration and product development.
Keywords: dairy goats, goat’s milk, customer satisfaction, fishbone diagrams,
House of Quality, Competitive Profile Matrix, SPACE Matrix, Grand

Strategy Matrix.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN KAMBING
PERAH UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS
SUSU KAMBING

LUCIA CYRILLA E.N.S DEKRITYANA

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor

pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Dr Epi Taufik, SPt MVPH MSi
2. Dr Ir Burhanuddin, MM

Penguji pada Promosi Doktor:1. Prof (Riset) Dr Ir I Ketut Sutama
2. Dr Ir Burhanuddin, MM

Judul Disertasi: Strategi Pengembangan Peternakan Kambing Perah untuk
Mendukung Agribinis Susu Kambing
Nama
: Lucia Cyrilla E.N.S. Dekrityana
NIM
: D161110061


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Bagus Priyo, MAgr
Ketua

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS
Anggota

Dr Ir Afton Atabany, MSi
Anggota

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Salundik, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga atas segala
rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama bulan Februari
sampai dengan Mei 2014 ini ialah pengembangan kambing perah, dengan judul
Strategi Pengembangan Peternakan Kambing Perah untuk Mendukung Agribinis
Susu Kambing.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bagus Priyo Purwanto,
MAgr; Ibu Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS; Bapak Dr Ir Afton Atabany, MSi; dan
Ibu Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM selaku pembimbing, yang telah banyak
memberi saran dan masukan untuk penyempurnaan penelitian ini. Terimakasih dan
penghargaan juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Rarah Ratih Ajie Maheswari
(almh) dan Prof Dr Ir Toto Toharmat yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis pada tahap-tahap awal penelitian. Saran dan masukan dari beliau berdua
sangat membantu penulis dalam menyusun penelitian ini. Ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Dr Epi Taufik SPt MVSc dan Dr Ir Burhanuddin
MM sebagai penguji pada ujian tertutup, serta Prof (Riset) Dr Ir I Ketut Sutama dan
Dr Ir Burhanuddin MM sebagai penguji pada promosi doktor. Penghargaan juga
penulis sampaikan kepada Bapak Bangun Dioro dari Bangun Karso Farm, mas Ary
Wahyurahman SPt dari Caprito Agrindo Farm, Bapak Syauqi Masyhal dan mas Eko
Yulianto AMd dari Cordero Farm, serta Bapak Agus Susanto dari Ciangsana Farm
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Penulis
menyampaikan terimakasih kepada pimpinan Institut Pertanian Bogor yang telah
mengijinkan penulis melanjutkan studi dengan dukungan BPPDN. Terimakasih
penulis sampaikan kepada rekan-rekan angkatan 2011 yaitu Dr Ir Komariah, MSi.,
Ir Sri Rahayu, MSi., Dr Zuraida Hanum, SPt. MSi., Dr Heni Rizqiati, SPt. MSi.,
mbak Nandari Dyah Suretno, SPt. MSi. dan mbak Hartati SPt. MSi. untuk
persahabatan dan kerjasama yang baik selama menempuh pendidikan di program
doktor ini. Akhirnya ungkapan terima kasih penulis haturkan kepada suami tercinta
Kolonel Cpl. Ir. Stepanus Usmarwanto, MM., kedua buah hati tercinta Yohanes
Andika Ruswan Putranto ST. dan Valentina Andini Putri Utami, kedua orangtua
bapak Petrus Soeparjiyono dan ibu Maria Sabora Yaman, kedua mertua bapak
Usmarus Mujimin dan ibu Maria Muginah (almh) serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2016
Lucia Cyrilla E.N.S. Dekrityana

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
iv
SUMMARY
vi
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1 PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Kebaharuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
Kerangka Pemikiran Penelitian
4
2 KEADAAN UMUM PETERNAKAN
6
Peternakan A
6
Peternakan B
7
Peternakan C
8
3 EVALUASI PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE DI
PETERNAKAN KAMBING PERAH
10
Pendahuluan
10
Metode Penelitian
10
Hasil dan Pembahasan
11
Aspek Bibit dan Reproduksi
11
Aspek Manajemen Pakan dan Air Minum
14
Aspek Pengelolaan
16
Aspek Kandang dan Peralatan Peternakan
17
Aspek Kesehatan Hewan
18
Aspek Kesejahteraan Hewan
20
Simpulan
20
4 EVALUASI KUALITAS SUSU KAMBING DAN KAITANNYA
21
DENGAN KEPUASAN KONSUMEN
Pendahuluan
21
Metode Penelitian
21
Instrumen Pengumpulan Data
21
Metode Analisis Data
22
Hasil dan Pembahasan
23
Kualitas Susu Kambing
23
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Kualitas
Susu Kambing
25
Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Susu Kambing
28

Respons Teknis Peternakan Kambing Perah
Rumah Kualitas Susu Kambing
Simpulan
5 STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN KAMBING
PERAH
Pendahuluan
Metode Penelitian
Desain Penelitian
Metode Analisis Data
Hasil dan Pembahasan
Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal Peternakan Kambing
Perah
Analisis Competitive Profile Matrix (CPM)
Analisis Strategic Position and Action Evaluation (SPACE)
Matrix
Analisis Grand Strategy Matrix
Simpulan
6 PEMBAHASAN UMUM
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

30
31
34
35
35
36
36
37
40
40
44
45
47
50
51
54
60
76

DAFTAR TABEL
3.1 Hasil evaluasi aspek Good Dairy Farming Practices peternakan yang
diteliti
3.2 Komposisi kambing perah di peternakan yang diteliti
3.3 Karakteristik produksi dan reproduksi kambing Peranakan Etawah
(PE)
3.4 Kandungan nutrisi bahan pakan kambing perah yang diteliti
4.1 Standar mutu susu
4.2 Populasi, produksi susu dan kualitas susu kambing peternakan yang
diteliti
4.4 Perbandingan komposisi susu kambing, susu sapi dan ASI
4.5 Kualitas susu kambing dari penelitian terdahulu
4.6 Uji validitas atribut kepuasan konsumen
4.7 Tingkat kepentingan atribut susu kambing1
4.8 Tingkat kepuasan konsumen susu kambing
4.9 Hubungan antar respons teknis
5.1 Evaluasi faktor internal
5.2 Evaluasi faktor eksternal
5.3 Penentuan bobot variabel-variabel strategis
5.4 Fomat Competitive Profile Matrix (CPM)
5.5 Matriks evaluasi faktor internal peternakan kambing perah
5.6 Matriks evaluasi faktor eksternal peternakan kambing perah
5.7 Competitive Profile Matrix (CPM) peternakan kambing perah
5.8 Rekapitulasi alternatif strategi pengembangan peternakan kambing
perah

12
13
13
15
23
24
24
25
28
30
30
33
37
37
38
38
41
42
44
48

DAFTAR GAMBAR
1.1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
4.1
4.2
4.3
4.4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8

Kerangka Pemikiran Penelitian
(a) Kandang kambing A; (b) Kambing Saanen Pet. A
(a) Rumput Gajah; (b) Ampas tahu
(a) Kandang kambing B; (b) Kambing Saanen
Kandang kambing peternakan C
(a) Kaliandra; (b) Indigofera
Kambing Peranakan Etawah di peternakan yang diteliti
Pelet indigofera yang diberikan di peternakan yang diteliti
Ruangan penanganan susu di peternakan yang diteliti
Kandang kambing di peternakan yang diteliti
Obat-obatan dan peralatan kesehatan di peternakan yang diteliti
Diagram Sebab-Akibat
Struktur matriks rumah mutu
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas susu kambing
Rumah mutu susu kambing
Format matriks Internal-Eksternal (IE)
Struktur SPACE matrix
Struktur Grand Strategy matrix
Matriks Internal-Eksternal (IE) peternakan kambing perah di
Wilayah Kabupaten Bogor
Posisi strategis peternakan kambing perah di Kabupaten Bogor
berdasarkan SPACE Matrix
Posisi strategis peternakan kambing perah A dan B berdasarkan
SPACE Matrix
Posisi strategis peternakan kambing perah C berdasarkan SPACE
Matrix
Posisi strategis peternakan kambing perah di Kabupaten Bogor
berdasarkan Grand Strategy Matrix

5
7
7
8
9
9
13
15
17
18
19
22
23
29
33
38
39
39
43
45
46
47
48

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Karakteristik Produsen Susu Kambing
Lampiran 2 Kuesioner Evaluasi Good Dairy Farming Practice
Kambing Perah
Lampiran 3 Kuesioner Kepuasan Konsumen Susu Kambing
Lampiran 4 Laporan Hasil Uji TPC

61
65
71
75

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan suatu negara yang berbasis agribisnis dalam menghadapi era
persaingan bebas harus menekankan pada kemampuan untuk menghasilkan komoditas
unggulan yang baik dan khas. Kondisi ini harus didukung dengan pemanfaatan faktor
sumberdaya domestik serta sistem agribisnis yang produktif dan efisien. Melalui hal
tersebut diharapkan daya saing produk dapat ditingkatkan yang sekaligus mampu
meminimalisasi ancaman dari negara-negara pesaing penghasil komoditas sejenis.
Susu adalah adalah satu komoditas peternakan yang memiliki prospek untuk
dikembangkan khususnya di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Barat menyumbang 32 persen
produksi susu nasional, terbesar kedua setelah Provinsi Jawa Timur (53%). Konsumsi
susu segar tahun 2014 sebesar 0.156 liter kapita-1 minggu-1, atau mengalami peningkatan
sekitar 50 persen dari konsumsi tahun 2013 sebesar 0.104 liter kapita-1 minggu-1.
Konsumsi kalori dari telur dan susu pada tahun 2014 sebesar 54.94 kkal kapita-1 hari-1,
meningkat sebesar 2.69 persen dibandingkan konsumsi tahun 2013 (53.50 kkal kapita-1
hari-1). Konsumsi protein dari telur dan susu pada tahun 2014 sebesar 3.17 gram kapita-1
hari-1, atau meningkat sebesar 2.92 persen dibandingkan konsumsi tahun 2013 sebesar
3.08 gram kapita-1 hari-1 (DPKH 2015).
Susu segar menurut SNI 3141.1:2011 (BSN 2011) adalah cairan yang berasal dari
ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang
kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat
perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu umumnya bersumber dari sapi dan kambing,
selain itu kerbau, domba dan onta juga menghasilkan susu yang dapat dikonsumsi oleh
manusia. Kambing perah menjadi pilihan alternatif usahaternak penghasil susu dengan
mempertimbangkan keunggulan yang dimiliki ternak tersebut. Menurut Sudono dan
Abdulgani (2002) beberapa keuntungan dalam memelihara ternak kambing perah adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan lahan untuk memelihara ternak kambing tidak terlalu luas.
2. Kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai lingkungan,
sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan baik di dataran tinggi maupun
dataran rendah bahkan di daerah kering dengan sumber makanan kasar
sekalipun.
3. Kambing memiliki perkembangbiakan yang cepat. Umur 1,5 tahun sudah mulai
beranak dan dalam dua tahun dapat beranak tiga kali. Setiap kali beranak dapat
melahirkan dua ekor. Selain daging dan susu, kambing dapat diambil kulitnya
untuk kebutuhan industri.
4. Limbah kotoran kambing dapat digunakan sebagai pupuk pertanian.
5. Kambing merupakan sumber uang tunai yang sewaktu-waktu lebih mudah dijual.
6. Susu kambing mengandung kadar protein dan lemak yang lebih tinggi daripada
susu sapi.
7. Investasi yang dibutuhkan untuk memelihara ternak kambing lebih kecil
daripada ternak besar seperti sapi perah.

2

Susu kambing memiliki keunggulan spesifik yang tidak dimiliki produk susu dari
ternak lain misalnya sapi perah, karena susu kambing selain dikonsumsi untuk menjaga
kesehatan juga diyakini berkhasiat untuk pengobatan dan kecantikan. Keunikan susu
kambing dibandingkan susu sapi juga mempunyai nilai tersendiri. Susu kambing dan susu
sapi mempunyai ukuran globula lemak antara 1-10 μm, namun jumlah globula lemak
yang berukuran lebih kecil dari 5 μm lebih banyak terdapat pada susu kambing (±80%)
dibandingkan pada susu sapi (±60%). Lemak susu kambing mampu membentuk emulsi
lebih sempurna, dan tidak membentuk kluster seperti globula lemak pada susu sapi (Park
2009). Susu kambing mengandung asam lemak rantai sedang, yaitu asam kaproat (C6:0),
asam kaprilat (C8:0), dan asam kaprat (C10:0) (Bara-Herczegh et al. 2009). Susu
kambing telah direkomendasikan sebagai pengganti susu sapi yang paling baik, terutama
untuk mereka yang alergi pada susu sapi. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Park
dan Haenlein (2006) yaitu susu kambing memiliki sifat-sifat biologis aktif yang khas,
seperti sangat mudah dicerna, sifat hypoallergenic, memiliki peptida yang bersifat
antihypertensive, kapasitas buffer yang tinggi, dan memiliki kemampuan mengobati
penyakit tertentu (therapeutic). Selain itu hasil penelitian Nurliyani et al. (2013)
menunjukkan bahwa susu kambing mengandung komponen bioaktif yang berperan
sebagai immunomodulator dan prebiotik. Hal ini yang menyebabkan harga jual susu
kambing masih cukup tinggi, yaitu antara Rp25 000–60 000 liter-1.
Secara keseluruhan nilai gizi susu kambing lebih tinggi dibandingkan susu sapi.
Susu kambing mempunyai karakteristik warnanya lebih putih, globul lemak susunya
lebih kecil dan beremulsi dengan susu sehingga mudah dicerna, dan mengandung mineral
(Ca, P), vitamin A, E, dan B kompleks yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi
(Ciappesoni et al. 2004, Park 2009). Kualitas susu ditentukan oleh warna, bau, rasa, uji
masak, uji penyaringan (kebersihan), berat jenis, kadar lemak, bahan kering tanpa lemak
dan kadar protein.
Permintaan pasar akan susu kambing mulai meningkat beberapa tahun terakhir ini,
tetapi belum dapat terpenuhi akibat produksi yang masih terbatas. Hal ini selain
disebabkan masih rendahnya produktivitas kambing perah yang ada, juga disebabkan
populasi kambing perah yang belum banyak. Saat ini belum tersedia dokumentasi yang
lengkap tentang total produksi dan pangsa pasar susu kambing di Indonesia. Informasi
dari beberapa peternak kambing perah menunjukkan bahwa permintaan akan susu
kambing cukup tinggi khususnya di perkotaan, namun di sisi lain masih ada peternak yang
masih kesulitan untuk memasarkan produknya. Persepsi positif konsumen terhadap susu
kambing diharapkan memberi andil besar dalam perkembangan usaha kambing perah di
Indonesia.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan kambing
perah yang mampu mendukung agribinis susu kambing khususnya untuk wilayah
Kabupaten Bogor dan sekitarnya.
Tujuan umum tersebut dibagi menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut :
1. Mengevaluasi manajemen usaha yang dilakukan peternak kambing perah
dengan cara mengidentifikasi permasalahan yang ada, serta potensi yang
dimiliki peternakan kambing perah.

3

2. Mengevaluasi kualitas susu kambing yang diproduksi oleh peternak,
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kualitas susu kambing dari sisi
produsen maupun konsumen, serta mengukur kepuasan konsumen terhadap
kualitas susu kambing.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan
peternakan kambing perah untuk merumuskan strategi pengembangan
peternakan kambing perah khususnya untuk Kabupaten Bogor.
Kebaharuan Penelitian
Penelitian ini menghasilkan kebaharuan sebagai berikut:
1. Evaluasi dan identifikasi kualitas susu kambing yang penting untuk dijadikan
dasar penyusunan SNI susu kambing yang saat ini belum ada.
2. Pengembangan metode evaluasi penerapan praktik peternakan yang baik.
3. Identifikasi harapan konsumen terhadap susu kambing.
4. Rumusan strategi pengembangan peternakan kambing perah khususnya untuk
Kabupaten Bogor dan sekitarnya.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terkait dengan pengembangan peternakan kambing perah khususnya yang ada di
Kabupaten Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan semua pihak (stakeholders) yang terkait
dengan pengembangan peternakan kambing perah di wilayah Kabupaten Bogor yang
meliputi peternak, kelompok peternak, koperasi atau asosiasi peternakan, pemasok
sapronak, konsumen, industri pengolahan susu, dan pemerintah daerah Kabupaten Bogor.
Penelitian dilaksanakan di 3 (tiga) peternakan kambing perah rakyat skala menengah yang
ada di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan sampel peternak dilakukan
secara purposive yaitu peternakan yang memiliki populasi kambing perah lebih dari 100
ekor. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari sampai dengan Mei 2014.
Penelitian ini terdiri dari tiga aspek yaitu: (1) manajemen produksi peternakan kambing
perah; (2) manajemen mutu susu kambing; dan (3) strategi pengembangan agribisnis susu
kambing.
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sistem agribisnis berbasis peternakan mencakup empat sub-sistem utama yaitu: (1)
sub-sistem agribisnis hulu peternakan, sub-sistem ini merupakan kegiatan ekonomi yang
menghasilkan sarana produksi peternakan (sapronak), (2) sub-sistem agribisnis budidaya
peternakan, kegiatan ekonomi yang menggunakan sapronak untuk menghasilkan

4

komoditi peternakan primer, (3) sub-sistem agribisnis hilir peternakan, kegiatan ekonomi
yang mengolah komoditi peternakan primer menjadi produk olahan, (4) sub-sistem
agribisnis pemasaran/perdagangan ternak dan produk olahannya. Dengan demikian
sistem agribisnis merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan mulai dari hulu
sampai hilir, dimana keberhasilan pengembangan agribisnis sangat bergantung pada
kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai pada setiap simpul yang menjadi sub sistemnya.
Pengembangan agribisnis susu kambing harus dibarengi dengan kemampuan bisnis
susu kambing ini untuk bersaing dalam menghadapi permintaan konsumen. Oleh karena
itu evaluasi terhadap manajemen usaha yang selama ini diterapkan peternak kambing
perlu dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan apa yang ada, dan
bagaimana potensi yang dimiliki peternakan kambing perah. Kualitas produk susu
kambing juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan peternak dalam upaya
menjaga kepercayaan konsumen dan keberlanjutan usahanya. Bagaimana pengendalian
mutu yang telah diterapkan oleh produsen maupun pengolah susu kambing masih menjadi
pertanyaan. Berdasarkan hal itu studi yang terkait dengan topik tersebut perlu dilakukan.
Pada akhirnya suatu sistem agribisnis susu kambing yang dapat menunjang industri
persusuan harus dirumuskan dalam suatu strategi pengembangan peternakan kambing
perah yang dapat menunjang agribisnis susu kambing. Perumusan strategi tersebut harus
didasarkan pada faktor-faktor eksternal maupun faktor-faktor internal yang terkait erat
dengan pengembangan peternakan kambing perah. Alur pemikiran penelitian
diperlihatkan pada Gambar 1.1.

5

Potensi dan Daya Saing Peternakan Kambing Perah

Evaluasi Kualitas Susu
Kambing Perah

Diagram
Sebab
Akibat

Rumah
Mutu
(QFD)

Evaluasi Manajemen
Peternakan Kambing
Perah

Implementasi Good
Dairy Farming
Practice

Strategi Pengembangan
Bisnis Peternakan
Kambing Perah

Matriks
Internal
Eksternal

Rekomendasi Pengembangan
Peternakan Kambing Perah

Agribisnis Susu Kambing

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran penelitian

CPM,
SPACE &
General
Strategy
Matrix

6

2 KEADAAN UMUM PETERNAKAN
Populasi kambing di Indonesia mengalami peningkatan dalam empat tahun terakhir,
dari 16.9 juta ekor di tahun 2011 menjadi 18.6 juta ekor di tahun 2014. Menurut Astuti
(2013) dari total populasi kambing hanya sekitar 32 persen yang merupakan kambing tipe
perah. Populasi kambing tersebar ke 33 provinsi di Indonesia. Provinsi Jawa Barat
memiliki populasi ternak kambing terbesar ketiga di Indonesia setelah Provinsi Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra peternakan
kambing di Jawa Barat. Populasi kambing Peranakan Etawah yang tercatat dalam laporan
kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2014 berjumlah 5 856 ekor, yang
keberadaannya tersebar di Kecamatan Tamansari, Caringin, Cijeruk, Cigombong,
Ciampea, Babakanmadang dan Sukamakmur. Peternakan kambing perah memiliki
peranan besar dalam mendukung kegiatan perekonomian di Kabupaten Bogor. Usaha
ternak kambing di Kabupaten Bogor kebanyakan diusahakan oleh rakyat. Kambing betina
dipelihara terutama untuk tujuan diperah dan menghasilkan anak (cempe) dan sebagian
kecil dipelihara untuk tujuan mengikuti kontes ternak.
Peternakan A
Peternakan kambing perah A berlokasi di Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor. Total
luas lahan yang dimiliki peternakan ini sekitar 4.7 ha. Lahan seluas 3 ha digunakan untuk
mendirikan kandang kambing, rumah dan mess karyawan, kantor dan gudang, serta kebun
rumput, sisa lahan digunakan untuk kebun sengon (Albizia chinensis). Peternakan ini
didirikan pada tahun 1999 setelah pemiliknya mendapat pelatihan beternak kambing
perah. Saat penelitian dilakukan populasi kambing perah yang dibudidayakan di
peternakan A berjumlah 279 ekor yang terdiri dari bangsa kambing Saanen, kambing
Peranakan Etawah, dan Kambing Alpine (Tabel 2.1). Mayoritas bangsa kambing perah
yang dikembangkan adalah kambing Saanen. Peternakan A memilih bangsa Saanen
dengan alasan produksi susunya yang lebih tinggi dibandingkan bangsa kambing lainnya.
Bibit kambing yang dipelihara dibeli dari peternakan lain yang ada di sekitar Bogor
(Tapos dan PT Fajar Taurus), maupun dari daerah di luar Bogor (Daerah Istimewa
Yogyakarta). Sarana produksi lainnya yang dibutuhkan peternakan, seperti pakan
diperoleh dari pemasok di daerah Cikalong Cianjur, sementara obat-obatan dan peralatan
dibeli dari pemasok yang ada di daerah Mekarsari Bogor.
Pemberian pakan berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum), dedaunan campur
dan konsentrat (ampas bir, ampas tahu dan dedak). Pemerahan susu kambing dilakukan
dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Rataan produksi susu 1.2±0.3 liter ekor-1 hari-1.
Ternak kambing yang ada di peternakan A berumur antara 3–3.5 tahun (I3–I4), dengan
laktasi ketiga dan keempat. Umur dan periode laktasi kambing ditentukan melalui
pendugaan dari gigi seri rahang bawah ternak. Setiap hari rata-rata produksi susu yang
dihasilkan dari seluruh ternak kambing yang sedang laktasi 110±30 liter. Harga jual susu
segar di kandang untuk pembelian minimum 30 liter berkisar Rp18 000–22 500 liter-1.
Peternakan A memproduksi beberapa merek susu kambing kemasan 200 ml. Perbedaan
merek tersebut yang menyebabkan adanya variasi harga jual susu segar. Harga susu segar
yang dijual di distributor (agen) adalah Rp35 000 liter-1.

7

a

b

Gambar 2.1 (a) Kandang kambing A; (b) Kambing Saanen peternakan A

(a)

(b)

Gambar 2.2 (a) Rumput Gajah (Pennisetum purpureum); (b) Ampas tahu

Peternakan B
Peternakan kambing perah B berlokasi di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.
Wilayah sekitar peternakan memiliki ketinggian antara 400–600 meter di atas permukaan
laut dengan kondisi topografi berbukit dan kemiringan lahan yang cukup bervariasi. Suhu
rata-rata 22.9°C dengan curah hujan rata-rata bulanan 310.2 mm. Kelembaban rata-rata
di wilayah ini cukup tinggi yakni 83.4 persen. Peternakan B berdiri tahun 1997. Luas total
lahan yang dimiliki peternakan ini sekitar 6.27 ha. Hal yang mendorong pemiliknya
mendirikan peternakan tersebut adalah karena kecintaannya kepada ternak, dan ditunjang
oleh keterampilan beternak yang diperoleh dari pelatihan di Balitnak Ciawi.
Tabel 2.1 memperlihatkan total populasi kambing yang dipelihara di Peternakan B
pada saat penelitian dilakukan adalah 238 ekor, yang terdiri dari bangsa kambing
Peranakan Etawah, Saanen (pure bred), Sapera dan Alpine. Bibit kambing diperoleh
peternak dari Daerah Kaligesing dan Purwokerto. Pakan konsentrat jadi dan bahan pakan
lainnya (onggok, dedak, ampas tahu, kulit bawang, dan lain-lain) dibeli peternak dari
sekitar wilayah Bogor. Rumput didapatkan dari kebun yang dimiliki. Peternak juga
memberikan hijauan berupa campuran dedaunan (singkong karet, kaliandra, gamal dan
indigofera). Produksi susu peternakan B rata-rata 22.2±2.5 liter hari-1 atau rataan produksi
1.01±0.25 liter ekor-1 hari-1. Susu ini dipasarkan ke konsumen di Bogor dan sekitarnya.
Permintaan konsumen susu kambing ke peternakan B sekitar 120 liter per minggu.
Permintaan tersebut dicukupi oleh produksi susu di peternakan B sendiri, namun apabila

8

permintaan jauh melebihi jumlah tersebut peternak membeli dari peternakan lain untuk
memenuhinya. Harga jual susu kambing di peternakan B cukup bervariasi yaitu antara
Rp 22 500–27 500 liter-1. Perbedaan harga ini tergantung pada jenis konsumennya. Susu
yang diproduksi peternakan B belum memiliki label atau merek, karena hanya dikemas
di dalam plastik dengan ukuran 200 ml kemasan-1.

b

a

Gambar 2.3 (a) Kandang kambing B; (b) Kambing Saanen

Peternakan C
Peternakan kambing perah C berlokasi di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Kecamatan Tamansari berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut,
temperatur lingkungan sekitar 25-270C, kelembaban udara sekitar 70-80 persen dan
curah hujan rata-rata 3500-4000 mm tahun-1. Peternakan ini didirikan pada tahun 2007
karena pemilik senang memelihara ternak. Luas total lahan yang dimiliki peternakan C
saat penelitian dilakukan adalah 11.5 hektar. Lahan tersebut digunakan untuk kandang,
gudang, tempat tinggal karyawan dan kebun rumput. Kandang di peternakan C dibangun
mengikuti kontur tanah yang ada, yaitu dibangun di tebing dan bertingkat. Populasi ternak
kambing yang dipelihara di Peternakan C saat penelitian dilakukan berjumlah 158 ekor,
yang terdiri dari bangsa kambing Etawah, Saanen, dan Alpine (Tabel 2.1). Total produksi
susu kambing peternakan C 40.5±7.5 liter hari-1 atau rata-rata 0.92±0.2 liter ekor-1 hari-1.
Pakan yang diberikan di peternakan C adalah adalah hijauan dan konsentrat.
Hijauan yang diberikan berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum), sedangkan
konsentrat yang diberikan merupakan campuran dari ampas tempe, ampas kurma, jinten
hitam (habatussauda) yang dicampurkan dengan konsentrat buatan pabrik. Pemberian
pakan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari setelah dilakukan pemerahan
susu yaitu sekitar pukul 07.30 WIB dan sore hari sebelum dilakukan pemerahan susu
yaitu sekitar pukul 16.00 WIB. Pemerahan dilakukan secara manual dengan
menggunakan tangan. Pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari
pukul 06.30 WIB dan sore hari pukul 17.30 WIB.
Rataan produksi susu peternakan C adalah 40.5 ± 7.5 liter hari-1 atau 0.92 ± 0.2 liter
ekor-1 hari-1. Susu yang dihasilkan ini sebagian besar dijual ke konsumen di wilayah kota
Jakarta yang mayoritas merupakan komunitas keturunan Arab. Harga jual susu kambing
di wilayah Jakarta bisa mencapai Rp60 000-70 000 liter-1.

9

Gambar 2.4 Kandang kambing peternakan C

a

b

Gambar 2.5 (a) Kaliandra (Caliandra calothyrsus); (b) Indigofera
(Indigofera zollingeriana)

10

3 EVALUASI PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE
DI PETERNAKAN KAMBING PERAH
Pendahuluan
Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari produksi, mengolah
hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian dalam arti
luas. Pengembangan agribisnis susu kambing harus dibarengi dengan kemampuan para
peternak kambing perah untuk bersaing dalam menghadapi permintaan konsumen. Saat
ini belum ada data atau dokumentasi yang lengkap tentang jumlah peternak kambing
perah, total produksi dan pangsa pasar susu kambing di Indonesia. Informasi dari
beberapa peternak kambing perah menunjukkan bahwa permintaan akan susu kambing
cukup tinggi khususnya di perkotaan, namun di sisi lain masih ada peternak yang masih
kesulitan untuk memasarkan produknya. Persepsi positif konsumen terhadap susu
kambing diharapkan memberi andil besar dalam perkembangan usaha kambing perah di
Indonesia. Permintaan pasar akan susu kambing mulai meningkat beberapa tahun terakhir
ini, tetapi belum dapat terpenuhi akibat produksi yang masih terbatas. Hal ini selain
disebabkan masih rendahnya populasi dan produktivitas kambing perah yang ada, juga
kemungkinan disebabkan peternak belum menerapkan prinsip budidaya ternak yang baik
(Good Farming Practices).
Good Farming Practice (GFP) menurut Kementan (2010) adalah suatu pedoman
yang menjelaskan cara budidaya tumbuhan/ternak yang baik agar menghasilkan pangan
bermutu, aman dan layak dikonsumsi. Berdasarkan FAO/IDF (2010) aspek-aspek yang
harus ada dalam penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) adalah animal health
(kesehatan hewan), milking hygiene (higiene pemerahan), nutrition/ feed and water
(nutrisi/ pakan dan air minum), animal welfare (kesejahteraan hewan), environment
(lingkungan), dan socio-economic management (manajemen sosial ekonomi).
Department of Agriculture, Food and Rural Development Irlandia (2001) menyatakan
bahwa GFP mencakup di dalamnya aturan yang berlaku di lingkungan, higiene atau
sanitasi, kesejahteraan ternak, identifikasi dan registrasi ternak serta kesehatan ternak.
Aspek-aspek utama dalam GFP yaitu manajemen nutrisi, manajemen lahan rumput,
perlindungan sungai dan sumber air, pemeliharaan habitat liar, pemeliharaan batas
peternakan, penggunaan pestisida dan bahan kimia yang berhati-hati, perlindungan situssitus bersejarah, pemeliharaan penampakan visual peternakan dan lingkungannya,
pemeliharaan catatan peternakan, kesejahteraan ternak, higiene atau sanitasi, tidak
menggunakan bahan yang dilarang dan penggunaan obat hewan yang bertanggung jawab.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerapan GDFP di peternakan kambing
perah yang ada di sekitar Kota dan Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam agribisnis susu
kambing mengenai permasalahan-permasalahan yang ada, dan bagaimana solusi yang
dapat dilakukan dalam rangka pengembangan peternakan kambing perah di masa
mendatang.

11

Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk mengevaluasi penerapan Good Dairy Farming
Practices (GDFP) adalah modifikasi dari metode FAO/IDF (2010) dan Andriyadi (2012).
Aspek GDFP yang diamati dalam penelitian ini meliputi aspek bibit dan reproduksi,
manajemen pakan dan air minum, pengelolaan, kandang dan peralatan, kesehatan hewan,
dan kesejahteraan hewan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang diperlihatkan pada Lampiran 1. Penilaian masing-masing aspek GDFP
dihitung dengan memberikan skor dengan memberikan nilai 4, 3, 2, 1 dan 0. Nilai setiap
aspek kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Klasifikasi performa peternak
secara umum dilihat dari rataan skor performa responden yang dihasilkan, dan
dikelompokkan sebagai berikut:
1) jika nilai rataan performa kinerja peternak
GDFP di peternakan tersebut buruk,
2) jika nilai rataan performa kinerja peternak
GDFP di peternakan kurang baik;
3) jika nilai rataan performa kinerja peternak
GDFP di peternakan cukup baik;
4) jika nilai rataan performa kinerja peternak
GFP di peternakan tersebut baik.

0,00–1,00 maka artinya penerapan
1,01–2,00 maka artinya penerapan
2,01–3,00 maka artinya penerapan
3,01–4,00 maka artinya penerapan

Hasil dan Pembahasan
Aspek Bibit dan Reproduksi
Hasil evaluasi penerapan GDFP di peternakan kambing perah yang diteliti untuk
aspek bibit dan reproduksi, manajemen pakan dan air minum, pengelolaan, kandang dan
peralatan, kesehatan hewan, dan kesejahteraan hewan disajikan pada Tabel 3.1. Rataan
skor penerapan GDFP untuk aspek bibit dan reproduksi adalah 3.52 yang berarti termasuk
dalam kategori baik.
Jenis kambing perah yang banyak dipelihara di peternakan yang diteliti adalah
kambing Peranakan Etawah (PE) (Tabel 3.2). Kambing PE banyak terdapat di daerah Kali
Gesing, Purworejo, Jawa Tengah. Kambing PE merupakan hasil kawin tatar (grading-up)
antara kambing Kacang dengan kambing Etawah, sehingga mempunyai sifat diantara
tetuanya (Atabany 2001). Heryadi (2004) menyatakan kambing PE merupakan hasil
persilangan yang tidak terarah dan kurang terpola antara kambing Etawah asal India dan
kambing lokal yaitu kambing Kacang dengan karakteristik yang lebih mendekati ke arah
performa kambing Etawah. Kambing Etawah merupakan jenis yang memiliki
produktivitas tinggi dan daya tahan yang lebih baik. Kambing Etawah berasal dari
Jamnapari India sedangkan kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia.
Kambing perah lain yang sedang dikembangkan di Indonesia adalah kambing Saanen
yang berasal dari Swiss. Karakteristik produksi dan reproduksi kambing PE disajikan
pada Tabel 3.3.
Ternak kambing yang ada di peternakan A berumur antara 3–3.5 tahun (I3–I4),
dengan laktasi ketiga dan keempat. Umur kambing ditentukan melalui pendugaan dari
gigi seri rahang bawah ternak. Pemilihan bibit unggul merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam usaha ternak kambing perah. Bila hal ini diabaikan usaha akan menemui
kegagalan walaupun sarana dan prasarana di peternakan tersebut sudah baik.

12

Tabel 3.1 Hasil evaluasi aspek Good Dairy Farming Practices peternakan yang diteliti
No.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
5.
a.
b.
c.
6.
a.
b.
c.
d.
e.

Aspek GDFP
Aspek Bibit dan Reproduksi
Bangsa kambing yang dipelihara
Cara seleksi
Cara pengawinan
Pengetahuan berahi
Umur beranak pertama kali
Saat dikawinkan setelah beranak
Interval beranak
Rata-rata skor
Aspek Manajemen Pakan & Air Minum
Cara pemberian hijauan
Jumlah pemberian hijauan
Kualitas hijauan
Frekuensi pemberian hijauan
Cara pemberian konsentrat
Jumlah pemberian konsentrat
Kualitas konsentrat
Frekuensi pemberian konsentrat
Pemberian air minum
Rata-rata skor
Aspek Pengelolaan
Frekuensi membersihkan kambing
Cara membersihkan kambing
Membersihkan kandang
Cara pemerahan
Penanganan pasca panen
Pemeliharaan kambing dara
Pengeringan kambing laktasi
Pencatatan usaha
Manajemen kotoran (limbah)
Rata-rata skor
Aspek Kandang dan Peralatan
Tata letak kandang
Konstruksi kandang
Drainase kandang
Tempat kotoran
Peralatan kandang
Peralatan susu
Rata-rata skor
Aspek Kesehatan Ternak
Pengetahuan penyakit
Pencegahan penyakit
Pengobatan penyakit
Rata-rata skor
Aspek Kesejahteraan Hewan
Bebas dari rasa lapar dan haus
Bebas dari ketidaknyamanan
Bebas dari rasa sakit, kecelakaan, penyakit
Bebas dari rasa takut
Bebas mengekspresikan tingkah laku alaminya
Rata-rata skor

A

Skor
B

C

Rataan
peternakan

4
4
2
4
4
4
4
3.71

4
4
2
4
4
4
4
3.71

3
2
2
4
4
4
3
3.14

3.52

4
4
3
4
4
4
3
4
2
3.67

4
4
3
4
4
4
4
4
4
3.89

4
3
3
4
4
4
3
4
1
3.33

3.63

4
3
2
4
4
4
4
2
3
3.33

4
3
2
4
4
4
4
3
4
3.56

2
4
4
3
3
4
3
4
2
3.22

3.37

4
4
3
4
4
2
3.5

4
4
4
4
4
3
3.83

2
1
2
2
2
3
2

3.11

4
4
4
4

4
4
4
4

3
3
4
3.33

3.78

4
4
4
4
4
4

4
4
4
4
4
4

4
3
3
3
2
3.36

3.79

13

Tabel 3.2 Komposisi kambing perah di peternakan yang diteliti
Kode
Peternakan
A
B
C

Jumlah
Kambing
Laktasi (ekor)
90
22
44

Sumber: Data Primer (2014)

Persentase
Kambing Laktasi
(%)
67
49
63

Populasi Kambing Perah (ekor)
Peranakan
Saanen/
Alpine
Etawah
Sapera
54
203
22
130
105
3
154
4

Tabel 3.3 Karakteristik produksi dan reproduksi kambing Peranakan Etawah (PE)
Sumber
Parameter
Atabany et
Budiarsana
Suranindyah
Badriyah
Umur kawin pertama (bulan)
Selang beranak (hari)
Persentase kelahiran (%)
a. Anak jantan
b. Anak betina
c. Anak tunggal
d. Anak kembar (2,3 atau 4)
Rataan berat lahir (kg)
a. Anak jantan
b. Anak betina
Bobot sapih (kg)
Mortalitas anak (%)
Lama kebuntingan (hari)
Lama hari kosong (hari)
Umur beranak pertama (bulan)
Kawin setelah beranak (hari)
Siklus berahi (hari)
Angka kawin per kebuntingan
Produksi susu per laktasi
(ml/hari)
Lama laktasi (hari)

al. (2001)
13.44
259.36

et al.( 2007)
-

et al. (2009)
14.90
300.00

et al. (2011)
256.00

51.96
48.04
14.54
85.46
3.84
3.97
3.73
148.87
110.09
21.44
64.20
22.76
1.95
964.91

67.70
32.30
41.20
58.80
3.06
12.20
14.70
679.83

3.04
14.10
10.70
23.00
774

3.31
3.41
3.17
16.35
9.50
108.35
-

170.07

207

-

Gambar 3.1 Kambing Peranakan Etawah di peternakan yang diteliti

-

14

Peternak di lokasi penelitian pada umumnya memilih bibit ternak yang sudah
memasuki umur siap kawin yaitu dara siap kawin dan pejantan unggul (Hedrich 2008,
Heryadi 2004, Sutama dan Budiarsana 2009). Tujuannya ialah agar peternak memiliki
waktu untuk mengembalikan kondisi dan mengupayakan ternak tersebut beradaptasi
dengan lingkungan barunya. Walaupun demikian ada juga peternak yang menginginkan
ternak yang sedang laktasi, atau bahkan cempe. Pedoman memilih kambing perah yang
baik tergantung tujuan dan kepentingan usaha masing-masing peternak. Pemilihan bibit
unggul merupakan kegiatan utama dan pokok dalam upaya mencapai keberhasilan
beternak. Oleh karena itu peternak wajib menguasai teknik pemilihan dan standard
kualitas kambing bibit, dan keahlian tersebut secara umum sudah dimiliki para peternak
yang diteliti.
Secara teoritis ada beberapa teknik yang dapat dipilih untuk mendapatkan bibit
unggul yang benar-benar bermutu. Dua teknik diantaranya adalah seleksi berdasarkan uji
tilik ternak atas performa dan kelengkapan informasi silsilah ternak tersebut serta seleksi
berdasarkan pengamatan kasat mata. Seleksi berdasarkan uji tilik ternak atas performa
dan kelengkapan data atau informasi tentang silsilah ternak bersangkutan memang sangat
ideal karena tingkat akurasinya sangat tinggi. Bila bibit yang diperoleh merupakan hasil
perkawinan pejantan unggul dengan induk berproduksi susu tinggi dan sering melahirkan
dua anak maka kemungkinan besar bibit tersebut mempunyai karakteristik produktivitas
yang sama dengan induknya. Namun sayang di Indonesia pelaksanaan tertib administrasi
dalam pendataan ini belum membudaya. Seleksi berdasarkan pengamatan kasat mata
sudah sangat umum dilakukan di pasar hewan, baik oleh peternak maupun pedagang atau
juru taksir (belantik). Teknik ini sudah membudaya dan selalu dipraktekan para peternak
yang diteliti. Tingkat keberhasilan memilih bibit terbaik dengan teknik ini tergantung
keterampilan peternak (belantik) tersebut. Ketrampilan seperti ini memang memang
membutuhkan ketelitian, kecermatan, intuisi, dan pengalaman peternak itu sendiri.
Menurut para peternak pengalaman memilih dapat tercipta bila mereka terbiasa
mengunjungi pasar hewan.
Patokan ukuran untuk menilai kambing yang berkualitas memang berbeda sesuai
umur. Beberapa standar ukuran kambing PE betina yang spesifik yang digunakan para
peternak adalah : a) Telinga panjang terjuntai minimal 28 cm dari lekukannya; b) Kontur
telinga lemas turun kebawah; c) Panjang badan minimal 85 cm; d) Tinggi badan minimal
78 cm; e) Cekung hidung minimal 22 cm; f) Lingkar perut minimal 100 cm; g) Bobot
timbang hidup minimal 60 kg; h) Gelambir panjang dan lebar; i) Bulu belakang paha lebat
dan panjang; j) Ekor melengkung keatas; k) Bibir atas dan bibir bawah sejajar saat
mulutnya menutup; l) Ambing susu sedang dan menyambung serta puting susu seperti
botol yang keduanya tergantung lurus, sejajar, dan simetris. Postur ambing dan puting
seperti ini biasanya mampu berproduksi rata-rata 3 liter hari-1 dan umumnya diperoleh
dari induk yang sudah laktasi ketiga.
Aspek Manajemen Pakan dan Air Minum
Pakan adalah input yang menyumbang ±70 persen dalam biaya produksi
peternakan. Kecukupan nutrisi pokok pada ternak kambing perah harus diperhatikan.
Kebutuhan nutrisi tersebut digunakan untuk pertumbuhan, reproduksi, laktasi, gerak dan
kerja. Pemberian pakan haruslah memperhitungkan semua kebutuhan tersebut. Hijauan
merupakan pakan utama bagi ternak kambing perah. Namun demikian, pemberian pakan
penguat (konsentrat) sangat diperlukan agar ternak dapat berproduksi optimal (Delaney

15

2012, Morand et al. 2007, Sodiq dan Setianto 2009). Berdasarkan evaluasi penerapan
GDFP untuk aspek pakan dan air minum (Tabel 3.1) dapat dikatakan bahwa rata-rata
performa peternakan termasuk kategori baik (skor rata-rata 3.63).
Pemberian pakan di Peternakan A berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum),
rumput lapang, dedaunan dan konsentrat (ampas bir, ampas tahu dan dedak). Ternak
kambing perah di Peternakan B diberi pakan konsentrat jadi yang dicampur dengan dedak
padi, ampas tahu, dan kulit bawang kering yang dibeli peternak dari wilayah sekitar
Bogor. Peternak juga memberikan hijauan berupa rumput gajah dan campuran dedaunan
(singkong karet, kalian