Strategi Kebijakan untuk Penanggulangan Kegiatan Illegal, Uizreported, U~zregulated (IUU) Fklziitg di Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia Utara Papua

STRATEGI KEBIJAKAN UNTUK PENANGGULANGAN
KEGIATAN ILLEGAL, UNREPORTED, UNREGULATED
(IUU) FISHING DI PERAIRAN ZONA EKONOMI
EKSKLUSIF (ZEE) INDONESIA UTARA PAPUA

ALFI RAMDHANI LATAR

SKRIPSI

PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

STRATEGI KEBIJAKAN UNTUK PENANGGULANGAN
KEGIATAN ILLEGAL, UNREPORTED, UNREGULATED
(IUU) FISHING DI PERAIRAN ZONA EKONOMI
EKSKLUSIF (ZEE) INDONESIA UTARA PAPUA

Oleh :

ALFI RAMDHANI LATAR
C05400013

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Pemanfataan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

ALFI RAMDHANI LATAR. C05400013. Strategi Kebijakan untuk
Penanggulangan Kegiatan Illegal, Uizreported, U~zregulated(IUU) Fklziitg di
Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia Utara Papua. Dibimbing
oleh TRI WIJI NURANI dan DANIEL R. MONINTJA
Konvensi Hukum Laut 1982 telah memberikan hak-hak tertentu yang bersifat
eksklusif kepada negara-negara pantai untuk mengelola sumber-sumber perikanan

yang terdapat di bagian-bagian lautan yang berbatasan dengan pantainya. Rezim Zona
Ekonomi Ekslusif dengan batas wilayah tidak lebih dari 200 mil diukur dari garis
pangkal laut teritorial, meinberikan tambahan perairan yurisdiksi bagi negara-negara
pantai untuk melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang terkandung
didalamnya secara bertanggung jawab. Indonesia telah mengklaim hak akan rezim
Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) berdasarkan konvensi tersebut yang diratifikasi
dengan Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS.
Potensi sumberdaya ikan dari 2,7 juta kilometer perairan ZEE Indonesia
diperkirakan mencapai 2,3 juta ton per tahunnya. Potensi sumberdaya ikan di ZEE
tersebut b a r - 27 persen dimanfaatkan oleh Indonesia. Berkaitan dengan ha1 diatas
bahwa negara Indonesia belum mampu untuk mengelola perairan ZEE, terbuka
peluang pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di bagi negara lain (pasal62
UNCLOS 1982).
Pennasalahan IUU Jishing yang kini marak terjadi terutama di perairan ZEE
Indonesia merupakan implikasi dari kurang mantapnya manajemen pengelolaan
perikanan dan kelautan negara Indonesia. IUU Jishing

akhir-akhir ini menjadi

sorotan dunia terutama diberbagai forum seperti FAO, CCSBT (The Comission on

Conservation of Southern Bluefin Tuna), IOTC (Indian Ocean Tuna Comission) dan
lain sebagainya. Indonesia sangat dirugikan dari adanya kegiatan IUU ini, baik dilihat
dari kerugian negara yang diperkirakan 1,3 - 4 milyar USD per tahun, citra di mata
dunia maupun kemungkinan terkena embargo dari negara importir produk ikan
Indonesia.

Perairan ZEE Indonesia Utara Papua merupakan salah satu perairan yang
mengalaini ancaman kemerosotan stok sumberdaya ikan pelagis, yakni terjadinya gap
estimasi stok dengan potensi sebenamya beberapa jenis ikan. Hal ini terjadi karena
pendekatan perhitungan stok ikan tersebut berdasarkan tangkapan per unit (CPUE=
catch per unit effort) hanya dari kapal-kapal yang berijin. Indikasi ini menunjukkan
bahwa telah marak terjadi praktek IUUfishing di perairan tersebut. Selain itu menurut
informasi nelayan-nelayan lokal yang beroperasi di sekitar perairan ini bahwa telah
banyak terjadi aktifitas eksploitasi masal terhadap sumberdaya ikan oleh kapal-kapal
asing secara IUU. Untuk itu sangat perlu dilakukan pengkajian mengenai strategi
kebijakan yang terbaik untuk lnenanggulangi permasalahan IUU fishing di Indonesia,
khususnya di perairan ZEE Indonesia Utara Papua.
Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk 1. mengkaji faktor-faktor penting yang
mempengaruhi upaya penanggulangan kegiatan IUU fishing di perairan ZEE
Indonesia Utara Papua; dan 2. menyusun strategi yang tepat untuk penanggulangan

IUU fishing di perairan ZEE Indonesia Utara Papua. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Juni 2003 dan Mei 2004. Metode yang digunakan dalarn penelitian ini adalah
studi kasus (case study). Data yang diperoleh dianalisis mengunakan analisi;
sbength, weakness, opportunities, threats (SWOT). Dalam analisis SWOT ini, faktorfaktor internal didekati menggunakan metode pendekatan sistem dan faktor-faktor
ekstemal didekati menggunakan 5 faktor kunci ektemal menurut David (2002).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi upaya penanggulangan IUUfishing di
Perairan ZEEI Utara Papua ini, antara lain 1. Undang-undang No. 9 tahun 1985
tentang perikanan; 2. Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP); 3. hukum adat; 4. peran aparat penegak
hukum TNI AL; 5. dukungan lembaga perikanan nasional; 6 ) koordinasi antar intansi
terkait belum terpadu; 7) kurangnya sumberdaya manusia, sarana prasarana dan
teknologi MCS yang memadai; 8. implementasi hukum lemah; 9. armada
penangkapan lokal belum memadai; 10. kewenangan dalam pengawasan dan
penyidikan belum jelas; dan 11. penanganan masih melibatkan banyak instansi.

Hasil matriks IFAS diperoleh nilai 2,l (5 2,5), ini berarti bahwa faktor-faktor
internal pada sistem penanggulangan IUU,fishing ini berada pada posisi yang lemah.
Hasil matriks EFAS diperoleh nilai 2,2 (5 2,5) yang berarti sistem belum mampu
merespon situasi eksternal yang ada. Secara keseluruhan, lingkungan sistem
membutuhkan kerja keras untuk merealisasikan strategi yang dibuat.
Beberapa strategi berdasarakan urutan prioritas untuk menanggulangi kegiatan

penangkapan ilegal di perairan ZEEI Utara Papua yang dirumuskan melalui analisis
(SWOT) dan matriks quantitative shategic planning management (QSPM), antara
lain 1. penguatan armada penangkapan lokal di wilayah di perairan ZEE Indonesia
Utara Papua; 2. peningkatan kegiatan pengawasan; 3. memaksimalkan peran TNI AL
dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan kegiatan

pengawasan sumberdaya

perikanan.; 4. pemberian sanksi yang tegas guna memberikan efek jera kepada oknum
pelanggaran bidang

perikanan.; 5. meningkatkan upaya pengimplementasian

Undang-undang tentang pengelolaan sumberdaya perikanan secara menyelumh dan
kontinu; 6 . pembangunan prasarana pelabuhan yang memadai di sekitar perairan ZEE
Indonesia Utara Papua; dan 7. meningkatkan kerjasama regional dan internasional