kegiatan  yang  dapat  memperkuat  otot  dan  tulang  minimal  3  kali seminggu, seperti push-up, sit-up, dan angkat beban WHO, 2015b.
3. Gambaran  Asupan  Piridoksin  B
6
pada  Siswi  SMA  112  Jakarta Tahun 2015
Vitamin  B
6
merupakan  salah  satu  jenis  vitamin  larut  air  yang memiliki  tiga  bentuk;  piridoksin,  piridoksal,  dan  piridoksiamin
Almatsier,  2010.  Namun  bentuk  yang  paling  umum  dari  vitamin  ini adalah piridoksin, sedangkan piridoksiamin dan piridoksal merupakan
bentuk lain dari piridoksin Almatsier, 2010. Dalam keaddan tertentu piridoksin  berperan  sebagai  koenzim  dalam  berbagai  reaksi  di  dalam
tubuh Almatsier, 2010. Berdasarkan  hasil  penelitian  diketahui  bahwa  sebagian  besar
siswi SMA 112 Jakarta memiliki asupan piridoksin kurang asupan  1 mghari,  yakni  sebesar  68,5  87  orang  grafik  5,7,  dengan  nilai
tengah  0,7  mg  tabel  5.4.  Prevalensi  ini  lebih  besar  dibandingkan dengan  hasil  penelitian  sebelumnya,  yakni  60,3  Septiani,  2009,
49,4  Siantina,  2010,  12  Pujihastuti,  2012,  46  Setianingsih, 2012, dan 3,2 Kusumatutik, 2013.
Rendahnya  asupan  piridoksin  ini  disebabkan  oleh  kurangnya konsumsi  makanan  sumber  piridoksin  pada  siswi  SMA  112  Jakarta.
Dimana  berdasarkan  hasil  record  dan  recall,  sebagian  besar  asupan responden  adalah  makanan  yang  kurang  bergizi,  seperti  makanan
ringan  snack,  fast  food,  dan  junk  food.    Hal  ini  sejalan  dengan
pernyataan  Almatsier  2011  yang  mengemukakan  bahwa  umumnya remaja lebih banyak mengonsumsi junk food.
Tingginya  konsumsi  terhadap  makanan  rendah  zat  gizi  dapat disebabkan  oleh  mudahnya  akses  remaja  untuk  memperoleh  jenis
makanan tersebut, khususnya di kota besar seperti Jakarta ini. Padahal sumber  utama  piridoksin  terdapat  pada  kecambah,  gandum,  hati,
ginjal,  serealia,  kacang-kacangan,  kentang  dan  pisang  Almatsier, 2010,  yang  tentunya  harus  dikonsumsi  dalam  keadaan  segar  tidak
dibekukan,  karena  kandungkan  piridoksin  akan  hilang  sebesar  36- 55 pada suhu beku Almatsier, 2010.
Di  samping  itu,  dari  hasil  record  dan  recall  asupan  makanan, diketahui  bahwa  sebagian  besar  responden  juga  memiliki  waktu  dan
frekuensi  makan  yang  tidak  teratur.  Hal  ini  diperkuat  dengan pernyataan  Almatsier  2011,  yang  mengemukakan  bahwa  sebagian
besar  remaja  memiliki  kecenderungan  untuk  mengabaikan  dan melewatkan makan pagi danatau makan siang, khususnya pada remaja
putri  yang  sedang  berusaha  untuk  diet.  Sehingga  hal  ini  juga  dapat menjadi salah satu yang mempengaruhi kurangnya asupan piridoksin.
Piridoksin  ini  sangat  penting  untuk  metabolism  protein, pembentukan  precursor  hem  dalam  hemoglobin,  dan  pembentukan
serotonin  yang  berkaitan  dengan  kejadian  PMS  Almatsier,  2010. Sehingga apabilatubuh mengalami kekurangan piridoksin, akan terjadi
gejala-gejala  yang  berhubungan  dengan  metabolism  protein,  seperti lemah, mudah tersinggung, dan sukar tidur yang merupakan gejala dari
PMS  Almatsier,  2010.  Dalam  jangka  panjang  dapat  menyebabkan gangguan pertumbuhan, gangguan fungsi motorik, anemia, peradangan
lidah, penurunan antibodi, bahkan kerusakan otak Almatsier, 2010. Sebenarnya  kekurangan  piridoksin  di  dalam  tubuh  jarang
terjadi  dan  biasanya  terjadi  bersamaan  dengan  kekurangan  beberapa jenis  vitamin  B-kompleks  lainnya  Almatsier,  2010.  Hal  ini
dikarenakan  vitamin  B-kompleks  memiliki  keterkaitan  dalam fungsinya  di  dalam  tubuh,  sehingga  saling  membantu  dalam
penggunaannya  Almatsier,  2010.  Kekurangan  piridoksin  di  dalam tubuh  umumnya  terjadi  dikarenakan  konsumsi  obat  tertentu,
kecanduan  alkohol,  penyakit  kronik,  dan  gangguan  absorbsi Almatsier, 2010.
Walaupun  kekurangan  piridoksin jarang  terjadi,  tetapi  asupan
piridoksin  tetap  harus  diperhatikan,  khususnya  pada  remaja  yang berada  dalam  masa  pertumbuhan.  Karena  pada  hakikatnya  remaja
membutuhkan  konsumsi  zat  gizi  yang  cukup,  untuk  memaksimalkan pertumbuhan  dan  perkembangan.  Oleh  karena  itu,  perlu  adanya
semacam  kegiatan  seperti  penyuluhan  dan  konseling  gizi  untuk meningkatkan  pengetahuan  dan  kesadaran  siswi  SMA  112  Jakarta
terhadap konsumsi makanan yang kaya akan zat gizi.
4. Gambaran  Asupan  Kalsium  Ca  pada  Siswi  SMA  112  Jakarta
Tahun 2015
Kalsium merupakan mineral yang tersebar luas di dalam tubuh Almatsier,  2010.  Dalam  keadaan  seimbang,  kalsium  memiliki
konsentrasi  kurang  lebih  2,25-2,60  mmoll  9-10,4  mg100  ml  di dalam  tulang  Almatsier,  2010.  Di  dalam  cairan  ekstraselular  dan
intraselular  kalsium  memiliki  peranan  penting  dalam  mengatur  fungsi sel Almatsier, 2010.
Berdasarkan  hasil  penelitian  ditemukan  bahwa  sebagian  besar siswi  SMA  112  Jakarta  memiliki  asupan  kalsium  kurang    920
mghari,  yakni  sebesar  82,7  105  orang  grafik  5.8.  Prevalensi asupan  kalsium  yang  kurang  tersebut  jauh  lebih  besar  dibandingkan
dengan  hasil  penelitian  sebelumnya,  yaitu  sebesar  82,2  Septiani, 2009,  52,4Siantina,  2010,  54  Pujihastuti,  2012,  dan  21
Kusumatutik, 2013. Bila  dibandingkan  dengan  angka  pemusatan,  diketahui  bahwa
asupan  kalsium  pada  penelitian  ini  sebesar  297  mg,  dengan  angka penyebaran  antara  38-1198  mg  grafik  5.5.  Sedangkan  berdasarkan
penelitian sebelumnya angka pemusatan asupan kalsium sebesar 276,3 mg,  dengan  angka  penyebaran  59,3-870,7  mg  Nurmiaty  dkk.,  2011.
Sehingga  dapat  disimpulkan  peneltian  ini  memiliki  asupan  kalsium yang lebih baik.
Sama halnya dengan piridoksin, rendahnya asupan kalsium ini disebabkan  oleh  kurangnya  konsumsi  makanan  sumber  kalsium  pada
siswi  SMA  112  Jakarta.  Dimana  berdasarkan  hasil  record  dan  recall, sebagian besar asupan responden adalah makanan yang kurang bergizi,
seperti  makanan  ringan  snack,  soft  drink,  fast  food,  dan  junk  food. Padahal konsumsi soft drink yang biasa dikonsumsi oleh remaja dapat