Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian mengenai tingkat perpindahan kerja sampai saat ini masih tetap merupakan suatu proses yang berkembang dan berlanjut. Secara umum diyakini bahwa cukup banyak karyawan yang berpindah-pindah perusahaan dalam kurun waktu yang relatif singkat. Banyak alasan bagi job hunter tersebut untuk berpindah-pindah perusahaan, akan tetapi seakan-akan ada kesamaan persepsi yang dianut oleh para kalangan profesional muda sekarang, yaitu “kalau perusahaan memecat kita sewaktu-waktu, maka bolehlah kalau kita juga meninggalkan perusahaan kapan saja”. Menurut Mobley, Horner dan Hollingworth dalam Munandar Ashar Sunyoto 2001: 365-366 mengemukakan bahwa : Setelah tenaga kerja menjadi tidak puas terjadi beberapa tahap misalnya berfikir untuk meninggalkan pekerjaan sebelum keputusan untuk meninggalkan pekerjaan diambil yang menunjukkan bahwa tingkat dari kepuasan kerja berkorelasi dengan pemikiran untuk meninggalkan pekerjaan, dan bahwa niat untuk meninggalkan kerja berkorelasi dengan meninggalkan pekerjaan secara aktual. Hasil penelitian Dalton dan Todor 1993, dalam Rivai H. A. 2001: 335-352 memberikan dukungan bahwa: “Dampak negatif Perpindahan kerja adalah pada kualitas dan kemampuan untuk menggantikan replaceability 1 individu yang meninggalkan atau keluar organisasi”. Tingkat perpindahan kerja yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, seperti menciptakan ketidakstabilan terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya manusia. Hal tersebut menjadikan organisasi tidak efektif karena perusahaan kehilangan karyawan yang berpengalaman dan perlu melatih kembali karyawan baru. Sebagai Negara yang mencetak prestasi pertumbuhan ekonomi gemilang yang berdampak pada peningkatan demand untuk pekerja terampil, Indonesia juga tidak lepas dari fenomena ini. Meskipun belum ada statistika resmi, ditaksir bahwa annual turnover rate pekerja di Indonesia melampaui 10. Pada kenyataan perusahaan, perpindahan kerja yang meningkat tersebut telah menurunkan perolehan laba mereka, dan mempengarui efisiensi bisnis secara keseluruhan. Secara langsung yang diderita peruasahaan akibat tingginya tingkat perpindahan karyawan ini antara lain berupa waktu yang terbuang untuk rekrutmen, seleksi, dan training bagi pegawai atau karyawan baru, sedangkan yang ditanggung antara lain peningkatan beban kerja workload pada personil tertentu yang ditugaskan untuk mengambil alih pekerjaan yang ditinggalkan pejabatnya, munculnya goncangan organisasi yang dapat mempengaruhi moral kerja karyawan secara keseluruhan, dan juga citra perusahaan yang buruk akibat publisitas negatif high turnover rate tersebut. Beberapa kerugian lain yang dapat muncul antara lain tidak adanya atau kurangnya kepercayaan konsumen terhadap kemampuan karyawan yang baru direkrut, berkurang atau hilangnya kerjasama tim yang sudah terbentuk. Menurut Steer dan Porter dalam Yulianto 2001: 56-57 komitmen organisasi diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda antara lain: 1. Komitmen organisasi dipengarui oleh pekerjaan itu sendiri. 2. Komitmen organisasi dipengarui oleh faktor yang berhubungan dengan lingkungan kerja termasuk diantaranya hubungan baik dengan supervaisor dan adanya suasana saling percaya antara karyawan denga majikan. Semakin tinggi level tanggung jawab dan otonomi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut, semakin rendah repetitive, dan semakin menarik pekerjaan tersebut akan lebih tinggi tingkat komitmen yang diperlihatkan oleh individu. Disamping itu, semakin kecil peluang promosi dan semakin besar tension dan ambiguitas yang berkaitan dengan pekerjaan, semakin rendah tingkat komitmen yang ada. Menurut dalam Ashar Sunyoto Munandar 2001: 366-367 mengemukakan bahwa: Ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja karyawan dapat diungkapkan kedalam berbagai macam cara, misalnya selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat mengeluh , membangkang, mencuri barang milik organisasi, menghindari sebagian dari tanggung jawab pekerjaan mereka. Masalah mengenai keinginan berpindah karyawan dipilih dalam penelitian ini karena tingginya tingkat perputaran terutama karyawan yang potensial menimbulkan berbagai potensi biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat kinerja yang harus dikorbankan serta biaya rekruitmen dan pelatihan kembali. Menurut Ratnawati dan Indara W. Kusuma 2002: 277-290 mengemukakan bahwa: “Data menunjukkan bahwa sekitar 85 professional akuntansi yang bergabung dengan Kantor Akuntan Publik KAP besar telah meninggalkan pekerjaannya untuk mencari pekerjaan alternatif lain”. Menurut Ratnawati dan Indra W. Kusuma 2002: 1-12 mengemukakan bahwa: “pada umumnya variabel yang secara konsisten ditemukan berhubungan dengan keinginan berpindah akuntan pada KAP adalah komitmen organisasi dan kepuasan kerja.”sedangkan menurut Trisnaningsih, Sri 2002: 199-216 mengemukakan bahwa: “suatu komitmen organisasi menunjukkan suatu daya dari seseorang dalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi”. Oleh karena itu komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki sense of belonging bagi pekerja terhadap organisasi. Komitmen karyawan pada organisasi dapat dijadikan sebagai salah satu jaminan untuk menjaga kelangsungan organisasi dapat dijadikan sebagai salah satu jaminan untuk menjaga kelangsungan organisasi atau perusahaan tersebut. Dalam sebuah komitmen terjadi ikatan yang mengarah kepada tujuan yang lebih luas, dalam hal ini tujuan organisasi. Menurut Steer dalam Yulianto 2001: 101 mengemukakan bahwa: “Komitmen merupakan peristiwa dimana individu sangat tertarik pada tujuan, nilai-nilai dan sasaran majikannya”. Sedangkan Mathiew dan Zajak dalam Yulianto 2001: 35 menyatakan bahwa: “dengan adanya komitmen karyawan yang tinggi, perusahaan akan mendapatkan dampak positif seperti meningkatkan produktivitas, kualitas kerja, kepuasan kerja, serta menurunnya tingkat keterlambatan, absensi dan turnover”. Kepuasan kerja sangat penting karena menyumbang keberhasilan organisasi, antara lain dapat meningkatkan produktivitas dengan produk dan pelayanan yang berkualitas, dan juga dapat menurunkan tingkat absensi. Disamping itu kepuasan kerja sangat penting karena dapat meningkatkan komitmen organisasi dan prestasi kerja. Komitmen organisasi mengharapkan produktivitas yang tinggi sehingga dapat meningkatkan dan menyebabkan terjadinya kepuasan kerja. Kepuasan kerja penting karena dapat meningkatkan komitmen organisasi dan prestasi kerja dan prestasi kerja. Meskipun hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasional telah didapatkan beberapa penelitian memberikan dukungan bahwa komitmen organisasi menyebabkan kepuasan kerja. Ada satuan kerja yang para tenaga kerjanya masing-masing memiliki tugas yang dapat mereka lakukan secara mandiri dikoordinasi oleh pemimpin satuan kerja. Misalnya, bagian penjualan sales. Setiap pramuniaga bekerja sendiri melayani calon pembeli. Di sinipun rekan sejawat yang bekerja dalam ruangan yang sama terutama memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial masing-masing. Penelitian lain tentang keinginan berpindah kerja dilakukan oleh Yulianto 2001 dengan sampel karyawan perusahaan asuransi di Surakarta. Pada penelitian tersebut menguji pengaruh kepuasan kerja, loyalitas karyawan, komitmen organisasi terhadap keinginan berpindah kerja, dan ditemukan bahwa hanya kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang secara signifikan mempengaruhi keinginan berpindah kerja. Penelitian ini berusaha menguji kembali pengaruh komitmen organisasi dan kepuasan kerja,secara individual maupun bersama-sama terhadap tingkat perpindahan kerja, pengujian terhadap pola hubungan tersebut secara khusus menarik untuk dilakukan, terutama dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan budaya yang berbeda. Dari uraian diatas bisa diketahui betapa pentingnya komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk membuat perencanaan tentang struktur organisasi yang baik dan hubungan yang baik antara karyawan dengan atasan agar sesuai dengan segmen perusahaan. Demikian juga dengan kepuasan kerja harus diperhatikan faktor yang mempengarui yang mungkin menentukan kepuasan kerja dan keinginan berpindah kerja. Dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KEINGINAN BERPINDAH KERJA” Survey pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Surakarta

B. Pembatasan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis kinerja auditor dari perspektif gender pada kantor akuntan publik di Jakarta (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta)

3 32 147

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR (Survey Pada Auditor Di Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta Dan Yogyakarta).

0 0 22

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey di Kantor Akuntan Publik di Karisidenan Surakarta dan Yogyakarta).

0 0 9

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KEINGINAN BERPINDAH KERJA PADA RUMAH SAKIT DI SURAKARTA.

0 0 7

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI SEBAGAI PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Karesidenan Surakarta dan Yogyakarta).

0 1 6

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KEINGINAN BERPINDAH KERJA PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KEINGINAN BERPINDAH KERJA.

0 1 10

PENDAHULUAN PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KEINGINAN BERPINDAH KERJA.

0 0 8

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KEINGINAN BERPINDAH KERJA.

0 0 20

PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP KEINGINAN BERPINDAH AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI JAWA TIMUR ipi9597

0 0 15

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA DAN KEINGINAN BERPINDAH AUDITOR (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang) - Unika Repository

0 0 15