Wawancara Mendalam Teknik Pengumpulan Data

110 Stainback, S Sugiyono, 2009: 227 menyatakan: “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what the say, and participates in their activities.” Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Agar hasil observasi dapat membantu menjawab tujuan penelitian yang sudah digariskan, maka dalam penelitian ini peneliti memperhatikan apa yang diungkapkan oleh Merriam bahwa dalam observasi harus ada lima unsur penting, yaitu sebagai berikut: 1. Latar setting, 2. Pelibat participant, 3. Kegiatan dan interaksi activity and interaction, 4. Frekuensi dan durasi frequency and duration, dan 5. Faktor substil subtle factor. Al-Wasilah, A. 2009: 215-216 Selama melakukan pengamatan, peneliti mencatat setiap fenomena yang ditemukan. Kemudian, untuk mengkonfirmasi dan menindaklanjuti temuan-temuan pada saat observasi, selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan siswa.

2. Wawancara Mendalam

Esterberg mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meaning of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic.” Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu Sugiyono, 2009: 231. Sementara Mulyana, D 2006: 128 mendefinisikan wawancara sebagai bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi 111 dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur yang sering juga disebut sebagai wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang berupa rangkaian pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya, hal ini dimaksudkan agar pertanyaan tetap terarah kepada fokus penelitian. Namun, dalam praktiknya terjadi perubahan susunan pertanyaan, susunan kata-kata bahkan mungkin terdapat beberapa pertanyaan tambahan seiring dengan fenomena baru yang mencuat. Esterberg Sugiyono, 2009: 233 wawancara tak terstruktur unstructured interview adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Mulyana, D 2006: 181 menjelaskan bahwa wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dsb responden yang dihadapi. Tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah informan atau partisipan yang akan diwawancarai. Sebagai aturan umum, peneliti akan berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh. 112 Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka peneliti menggunakan alat-alat sebagai berikut: 1. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data. 2. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. 3. Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informansumber data.

3. Dokumentasi