Peran Serta Masyarakat dalam Penghijauan Studi Kasus DAS Jeneberang di Sulawesi Selatan

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah lingkungan hidup di Indonesia adalah kerusakan sumber daya alam, hutan, tanah, dan air. Sumber daya alam tersebut merupakan salah satu modal dasar
pembangunan nasional yang mempunyai arti sangat penting
bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kerusakan
sumber daya alam lahan berupa lahan kritis telah terjadi
di berbagai daerah di Indonesia. Lahan kritis adalah lahan
yang karena sifat tanah, kemiringan lereng, curah hujan,
dan kekurangan penutup tanah, jelas memperlihatkan adanya
gejala erosi tanah pada tingkat sedang sampai berat. Lahan
kritis merupakan lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media tata air dan unsur produksi sesuai dengan peruntukannya (Departemen Kehutanan, 1986).
Lahan-lahan kritis meliputi areal yang tandus atau
kering, padang alang-alang, dan belukar. Kerusakan lahan
yang terjadi di Propinsi Sulawesi Selatan adalah akibat
pemanfaatan lahan melampaui kemampuan lahannya, teknik
pertanian tanpa penerapan prinsip-prinsip konservasi tanah,
penebangan hutan tanpa upaya peremajaan yang memadai, perladangan berpindah, pengolahan di lahan yang miring pada
pertanian yang sifatnya berpindah maupun yang menetap.

Dampak lahan kritis terhadap lingkungan hidup terutama
menyebabkan produktivitas lahan menurun, dan keadaan hidroorologis kritis. Produktivitas lahan yang menurun mengaki-

batkan pendapatan petani pun menurun. Keadaan ini mendorong
petani di desa mencari pekerjaan di luar desanya. Petani yang
melakukan pekerjaan ini tidak didukung oleh pengetahuan dan
keterampilan khusus yang memadai, sehingga mereka susah
mendapatkan pekerjaan layak yang hasilnya diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Keadaan hidroorologis kritis menyebabkan banjir pada
waktu musim hujan, kekeringan pada waktu musim kemarau, dan
erosi. Banjir dapat merusak: sarana angkutan, lahan pertanian, pemukiman, dan lain-lain. Akibat kekeringan sangat
mempengaruhi irigasi dan pertanian. Erosi menyebabkan pendangkalan sungai, danau, pelabuhan, sehingga menghambat
sarana angkutan sungai dan laut. Selain itu erosi pun dapat
meningkatkan kerawanan banjir, dan lahan semakin kritis.
Di seluruh Indonesia terdapat lebih kurang 43 juta
hektar lahan tidak produktif, yaitu lahan kosong, areal
gundul, alang-alang dan belukar, hutan tidak produktif dan
lain-lain


. Di

antaranya terdapat lebih kurang 20 juta

hektar lahan yang keadaannya hidroorologis kritis, terletak
di wilayah kritis, yang setiap tahunnya bertambah lebih
kurang 500.000 hektar. Lahan kritis yang telah diidentifikasi melalui feasibility studv dan inventarisasi lahan
kritis sampai dengan akhir Pelita I11 di 36 Satuan Wilayah
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP DAS) Prioritas yang
meliputi 79 DAS adalah lebih kurang 1 0 , 4 juta hektar. Selanjutnya, lahan kritis yang mempunyai urgensi tinggi untuk
ditangani di 36 SWP DAS dari 163 DAS dan sub-DAS prioritas
terpilih adalah lebih kurang 4,9 juta hektar yang merupakan

usulan dari daerah. Dalam Pelita IV, berdasarkan kemampuan
dana dan penyelenggaraan akan ditangani 3,l juta hektar
lahan kritis, yang terkonsentrasi pada 163 DAS dan sub-DAS
Prioritas terpilih dalam 36 SWP DAS Prioritas. Di antaranya
ada 1,6 juta hektar lahan kritis terletak dalam 22 DAS Super
Prioritas (Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1985).
Di Propinsi Sulawesi Selatan terdapat tiga buah DAS,

yaitu: DAS Jeneberang-Kelara, DAS Saddang, DAS Bila-Walanae
yang dinyatakan sebagai DAS Prioritas terpilih untuk ditangani dengan mengutamakan kegiatan konservasi tanah dalam
Pelita IV. Lokasi ketiga DAS tersebut dapat dilihat
pada Gambar .I.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Sub-Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (SBRLKT) Jeneberang tahun 1986 menunjukkan bahwa lahan kritis di DAS Jeneberang
secara keseluruhan sudah mencapai 65.620,14 ha atau 59,7 X
dari seluruh wilayah DAS Jeneberang. Kerusakan lahan di
daerah ini pada umumnnya disebabkan penyerobotan kawasan
hutan, perladangan berpindah, kebakaran hutan, dan pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan teknologi rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT).
Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya pemanfaatan lahan yang merusak. Faktor-faktor tersebut antara
lain: sangat tingginya ketergantungan petani terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidup, kurangnya pengetahuan
dan keterampilan, serta sikap petani terhadap lingkungan
hidup, terutama hutan dan air, yang tidak memperhatikan

I.DAS SAODANG
11. DAS BlLA WALANAE
111. DAS JENEBERANG

Garrlhar 1 . Peto DAS Super p r i o r i t a s di Sulawesi Selatan


kelestariannya. Selain itu, kemampuan petani sangat terbatas untuk membiayai penerapan teknologi RLKT secara swadaya pada usaha taninya.
Penduduk Indonesia sebagian besar bekerja dalam sektor
pertanian, sehingga hutan, tanah, dan air mempunyai peranan
yang besar dalam usaha peningkatan taraf hidup masyarakat.
Kerusakan yang terjadi di lahan-lahan pertanian menimbulkan risiko terhadap lingkungan dan kelangsungan hidup masyarakat

.

Ditinjau dari segi usaha peningkatan kemakmuran masyarakat, kerusakan sumber daya alam berarti menurunnya
daya dukung sumber daya alam tersebut terhadap lingkungan
dan kehidupan masyarakat. Tingkat kemakmuran masyarakat
menurut Soerianegara (1977) adalah sumber daya alam yang
tersedia dibagi dengan banyaknya penduduk yang memanfaatkannya. Artinya kemampuan sumber daya alam dan lingkungan
hidup untuk menunjang kehidupan manusia adalah terbatas.
Odum (1977) memberikan definisi daya dukung adalah jumlah populasi manusia yang optimal, yang dalam jangka panjang dapat dipenuhi kebutuhannya oleh suatu satuan lingkungan hidup atau sumber daya alam secara lestari. Semakin
kritis sebidang lahan menyebabkan semakin kecil daya dukungnya. Daya dukung mempunyai dua konponen yaitu besarnya populasi manusia dan luas sumber daya alam dan lingkungan hidup yang dapat memberikan kemakmuran kepada populasi manusia.
Upaya-upaya untuk mengatasi dan mengendalikan kerusakan sumber daya alam telah ditempuh pemerintah, di antaranya

upaya konservasi tanah dan rehabilitasi lahan kritis melalui proyek penghijauan dan reboisasi. Sejak tahun anggaran
1976/1977 organisasi Proyek Penghijauan dan Reboisasi mengikuti Instruksi Presiden atau Inpres (Haeruman, 1979).

Luas lahan kritis sebagai sasaran penghijauan dan
reboisasi dalam Pelita IV pada SWP DAS di Propinsi Daerah
Tingkat I Sulawesi Selatan, yaitu: DAS Jeneberang-Kelara DS
(Dan Sekitarnya) 60.800 ha (27.200 ha di luar kawasan hutan
dan 33.600 ha di dalam kawasan hutan), DAS Saddang DS 92.500
ha .(61.600 ha di luar kawasan hutan dan 30.900 ha di dalam
kawasan hutan), dan DAS Bila-Walanae DS 85.900 ha (45.900
ha di luar kawasan hutan dan 40.000 di dalam kawasan hutan)
(Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1985).
Struktur Organisasi penyelenggaraan penghijauan sampai
tahun 1983/1984 telah mengalami beberapa kali perubahan
dan penyempurnaan sesuai dengan kondisi dan situasi serta
sasaran yang ingin dicapai. Selanjutnya dalam organisasi
tahun 1984 dengan,Inpres Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
1984, disebutkan bahwa:" Tujuan penghijauan adalah: merehabilitasi lahan kritis, meningkatkan kesuburan dan produktivitas lahan, mengendalikan erosi dan banjir, melestarikan
sumber daya alam, meningkatkan pendapatan petani, serta
membina perilaku petani sebagai pelestari sumber daya alam.
Kegiatan penghijauan dilakukan di lahan-lahan kritis di
luar kawasan hutan atau di lahan milik atau yang dikuasai
penduduk."

Melihat bahwa tujuan, lokasi, dan pelaksanaan proyek
penghijauan menyangkut langsung kepentingan petani, dan

petani adalah pemilik dan atau penggarap lahan, yang merupakan subjek dan objek penghijauan, maka peran serta mereka
adalah kunci penentu keberhasilan pencapaian tujuan penghijauan.
Peran serta masyarakat merupakan faktor penting dalam
pencapaian tujuan penghijauan. Slamet (1985) mengemukakan
bahwa peran serta masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya
pembangunan, dan merupakan bagian pokok dalam strategi
pembangunan masyarakat terpadu, khususnya di pedesaan.
Pentingnya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan, karena adanya keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh antara lain:
a. peran serta dapat mencerminkan penerimaan masyarakat
terhadap program yang dilaksanakan, sehingga akan terdapat keserasian antara keinginan masyarakat dengan tujuan
program ;
b. peran serta dapat menumbuhkan saling pengertian antara
golongan dalam.pelapisan (stratifikasi) sosial;
c. peran serta dapat mengembangkan keterampilan, dan selanjutnya menumbuhkan rasa percaya diri sendiri untuk
bertindak dan bekerja, serta tidak apatis;

d. peran serta mencerminkan pengakuan eksistensi seseorang

dalam masyarakat sebagai subjek yang ikut bertanggung
jawab dalam pelaksanaan program pembangunan.
Proyek penghijauan merupakan program nasional yang
perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaannya agar berhasil baik, serta demi efektivitas penggunaan dana pemba-

ngunan. Perhatian dan dukungan bukan hanya dari aparat birokrasi, tetapi juga dari masyarakat yang kegiatannya berkaitan langsung dengan penghijauan. Dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 Tentang KetentuanKetentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab 111 Pasal

5.2 disebutkan bahwa:" Setiap orang berkewajiban meme.lihara lingkungan hidup, dan mencegah, serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya." Bab I11 Pasal 6.1:

"

Setiap

orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang baik."
Mengingat setiap tahun areal lahan kritis bertambah
luas dan akibatnya sangat merugikan lingkungan hidup, maka
penghijauan merupakan program yang harus ditangani dengan
sungguh-sungguh. Karena itu, proyek penghijauan memerlukan
tenaga, biaya, waktu, sarana dan prasarana yang cukup, dan

organisasi yang mantap, juga didukung peran serta masyarakat.
Masyarakat akan berperan serta secara suka rela dalam
kegiatan penghijauan apabila masyarakat mempunyai motivasi
untuk berperan serta. Motivasi inilah yang berfungsi sebagai pendorong, sehingga timbul gerak nyata berupa kegiatan
penghijauan. Tumbuh dan berkembangnya motivasi masyarakat
memerlukan dukungan: pemahaman akan manfaat penghijauan,
ada kesempatan dan kemampuan masyarakat untuk berperan
serta dalam penghijauan.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terwujudnya
peran serta masyarakat terhadap proyek penghijauan yang
memerlukan perhatian dan penanganan sungguh-sungguh, baik
dari pemerintah maupun dari masyarakat. Lokasi penghijauan

di lahan milik masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat,
dan di lahan terlantar milik negara di luar kawasan hutan,
yang memerlukan tenaga kerja dan bantuan masyarakat, karena
itu keberhasilan proyek tersebut sangat ditentukan oleh
peran serta masyarakat. Dengan demikian peran serta masyarakat mempunyai peranan penting, karena itu merupakan masalah yang perlu diteliti.

B. Masalah


,

Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun

1984 Tentang Petunjuk Administrasi Pelaksanaan Bantuan
Penghijauan dan Reboisasi Pasal 74 Ayat 1 dan 2 disebutkan
bahwa:

"

Kegiatan Proyek Penghijauan dilaksanakan secara

terkonsentrasi dalam Unit Pengembangan pada tingkat kecamatan
dan desa. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan dilakukan secara terpadu oleh pemilik atau penggarap lahan atau masyarakat desa yang bersangkutan sebagai peserta penghijauan."
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di desa mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan penghijauan, karena merekalah yang terutama yang akan menerima
manfaat penghijauan secara langsung.
Tujuan penghijauan akan dicapai apabila masyarakat
mempunyai motivasi untuk berperan serta secara suka rela,
disertai pemahaman akan manfaat penghijauan, mempunyai

kesempatan dan kemampuan untuk melaksanakan penghijauan,
serta didukung oleh birokrasi penghijauan yang mempertimbangkan kondisi lingkungan hidup setempat dalam manajemen
penghijauan yang dilaksanakannya. Besar kecilnya motivasi

s e s e o r a n g akan m e n e n t u k a n ' b e s a r k e c i l p e r a n s e r t a n y a dalam
penghi jauan.
P e t a n i d i d a e r a h p e n e l i t i a n p a d a umumnya t e r g o l o n g
p e t a n i yang m a s i h r e n d a h t i n g k a t pendapatan dan p e n d i d i k a n nya.

Karena i t u , u n t u k meningkatkan p e r a n s e r t a mereka yang

sudah ada, dibutuhkan modal, percontohan, penyuluhan, s e r t a
p r a s a r a n a dan s a r a n a t e r u t a m a j a l a n dan p a s a r untuk menjual
h a s i l u s a h a t a n i n y a , s e r t a d a p a t memenuhi k e b u t u h a n s a r a n a
p r o d u k s i , ' a n t a r a l a i n : b i b i t , pupuk,

insektisida.

Sejak dilaksanakannya proyek penghijauan s e c a r a besarb e s a r a n m e l a l u i s i s t e n I n p r e s d a r i t a h u n 1976/1977 h i n g g a
s e k a r a n g t e l a h b e r u m u r l e b i h k u r a n g 11 t a h u n , p e n c a p a i a n

t u j u a n p e n g h i j a u a n m a s i h mengalami hambatan-hambatan.

Apa

b i l a hambatan t e r s e b u t t i d a k s e g e r a mendapat p e r h a t i a n d a r i
p e m e r i n t a h maupun m a s y a r a k a t , maka p e r a n s e r t a y a n g d i h a rapkan akan s u l i t terwujud. Masalah yang p e r l u d i t e l i t i
dalam p e r a n s e r t a m a s y a r a k a t dalam p e n g h i j a u a n d a p a t disimp u l k a n dalam b e b e r a p a p e r t a n y a a n ,

sebagai berikut:

a . Sampai b e r a p a j a u h k a h m a s y a r a k a t t e l a h b e r p e r a n s e r t a
dalam p e n g h i j a u a n ?
b . M o t i v a s i a p a k a h y a n g mendorong r a s y a r a k a t u n t u k b e r p e r a n
s e r t a dalam p e n g h i j a u a n ?
c. Apakah y a n g menghambat m a s y a r a k a t u n t u k b e r p e r a n s e r t a

dalam p e n g h i j a u a n ?
d. Adakah p e r u b a h a n s i k a p a t a u k e b i a s a a n p e t a n i d a l a m u s a h a
t a n i r e r e k a k a r e n a masuknya t e k n o l o g i r e h a b i l i t a s i l a h a n
dan k o n s e r v a s i t a n a h m e l a l u i p e n g h i j a u a n ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. cara pengembangan peran serta masyarakat agar
tujuan penghijauan dapat dicapai;
b. faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menumbuhkan
dan mengembangkan motivasi agar masyarakat berperan
serta dalam penghijauan;
c. bentuk-bentuk hubungan antarfaktor tersebut, sehingga
melahirkan peran serta masyarakat dalam penghijauan;
d. hambatan-hambatan yang paling berpengaruh terhadap
peran serta masyarakat dalam penghijauan;
Hasil penelitian diharapkan berguna untuk:
a. memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang lingkungan hidup;
b. menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Propinsi Daerah
Tingkat I Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Daerah Tingkat

I1 Gowa untuk menumbuhkan, menggerakkan, dan mendorong
peran serta masyarakat untuk pencapaian tujuan penghijauan;
c. menjadi bahan pertimbangan Pemerintah Pusat atau Lembaga
di Tingkat Pusat dalam perumusan kebijaksanaan pengelolaan proyek penghijauan.

11. TINJAUAN PUSTAKA
Pengkajian mengenai peran serta masyarakat dalam penghijauan menitikberatkan aspek materi pustaka mengenai:

A. Program Penghijauan meliputi: pengertian penghijauan;
penghijauan sebagai pengelolaan lingkungan hidup; ,serta
agroforestry dalam penghijauan.

B. Peran Serta Masyarakat meliputi: pengertian peran serta;
arti pentingnya peran serta; jenis-jenis peran serta, dan
motivasi untuk berperan serta.
Uraian mengenai aspek-aspek tersebut merupakan bahan
yang menjadi landasan pemikiran dalam pengkajian mengenai
peran serta masyarakat dalam penghijauan.

A. Program Penghijauan
Upaya pemulihan sumber daya alam berupa: rehabilitasi
kemampuan lahan, penghijauan, dan penerapan cara usaha
tani yang memperhatikan teknologi RLKT merupakan kegiatan
untuk pemulihan keseimbangan lingkungan hidup. Kerusakan
lahan yang terjadi khususnya di DAS mendorong munculnya
proyek penghijauan yang diprioritaskan di kawasan tersebut.
Program penghijauan untuk menanggulangi lahan kritis
di Indonesia telah dilaksanakan sebelum Pelita I, tetapi
penanganan secara besar-besaran mulai dilaksanakan pertengahan Pelita I1 (1976-1977) melalui Program Bantuan Penghijauan dan Reboisasi (Haeruman, 1979). Sesuai dengan Inpres, penghijauan dilakukan di lahan kritis milik atau yang
dikuasai penduduk, dan lahan terlantar di luar kawasan hutan.

1. Pengertian Penghijauan
Penghijauan adalah suatu usaha menanami lahan-lahan
kritis, baik dari segi hidroorologis, fisik, teknis maupun
sosial ekonomi, dengan jenis tanaman tahunan atau perumputan,
serta pembuatan bangunan pencegah erosi tanah di areal yang
tidak termasuk areal hutan negara (Manan, 1978).
Dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, dan Menteri Pekerjaan Umum, tanggal 19 Juni
1984 Nomor 127/KPTS-II/1984, Nomor 212/KPTS/1984 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Penghijauan disebutkan
bahwa penghijauan dilaksanakan di lahan-lahan kritis di
luar kawasan hutan, atau di areal lain yang tidak direncanakan untuk hutan negara, atau di luar areal hak guna usaha
yang terletak di DAS atau sub-DAS prioritas terpilih, dengan kriteria sebagai berikut:
a. daerah yang hidroorologis kritis, yaitu daerah yang ditandai oleh besarnya tingkat fluktuasi debit air sungai
serta tingkat kerusakan tanah yang tinggi;
b. daerah di mana yang telah, sedang, atau akan dibangun bangunan vital dengan investasi besar, antara lain: waduk,
bendungan, dan bangunan air lainnya;
c. daerah yang rawan terhadap banjir dan kekeringan;
d. daerah perladangan berpindah dan atau daerah dengan penggarapan yang merusak tanah dan lingkungan;
e. daerah yang tingkat kesadaran masyarakatnya terhadap usaha
konservasi tanah dan air masih rendah;

f. daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.

Untuk merehabilitasi lahan kritis, yaitu lahan yang
karena keadaannya sedemikian rupa, sehingga lahan tersebut
tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya, baik sebagai media produksi maupun sebagai media tata
air, pemerintah memakai sistem agroforestry dan teknologi
rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT). Teknologi
RLKT adalah setiap usaha manusia untuk memulihkan, memelihara, mempertahankan, meningkatkan kondisi lahan, agar
lahan dapat berfungsi dan dimanfaatkan secara optimal sebagai faktor produksi pertanian, pengatur tata air, dan pelindung lingkungan hidup, melalui metode tanam-menanam atau
metode vegetatif, dan pembuatan bangunan pencegah erosi
atau metode teknis sipil (Departemen Kehutanan, 1986).
Lahan kritis dapat dibedakan atas tiga tipe, yaitu:
lahan kritis fisik, lahan kritis kimia, dan lahan kritis
vegetatif. Lahan kritis fisik adalah lahan yang karena sifat-sifat fisiknya tidak mampu mendukung suatu pertumbuhan di atasnya. Lahan kritis fisik ini dapat disebabkan oleh
faktor alami, seperti bahan induk dan lain-lain, atau diakibatkan oleh teknik pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuannya. Lahan kritis kimia adalah lahan yang secara
kimiawi tidak mampu untuk mendukung suatu pertumbuhan di
atasnya secara optimal. Lahan kritis vegetatif adalah lahan
yang tidak mampu untuk mendukung suatu pertumbuhan di atasnya secara optimal (BRLKT, 1986).
Pelaksanaan agroforestry harus memperhatikan keadaan
lahan (fisik, kimia, vegetatif) yang terdapat di daerah itu,
dan semuanya dipertimbangkan baik-baik, agar tujuan peng-

hijauan dapat dicapai. Aparat birokrasi dengan segala kemampuannya akan meneliti sebab-sebab terjadinya lahan kritis
di suatu daerah, sehingga dapat diciptakan pola penanganannya yang tepat untuk daerah tersebut.
2. Penghijauan sebagai Pengelolaan Lingkungan HidupPengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk memelihara

kemampuan lingkungan, agar dapat mendukung kehidupan

yang tinggi. Untuk itu lingkungan hidup harus dikelola secara bijaksana, supaya kebutuhan dasar manusia untuk kelangsungan hidupnya, seperti: air, udara, pangan, dan papan
dapat tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang cukup.
Pengertian pengelolaan dalam kaitan dengan kelestarian
sumber daya alam dikemukakan oleh Tjondronegoro (1983)
sebagai cara manusia mengatur alam untuk dimanfaatkan sumber dayanya, dan juga untuk kelestariannya guna kelanjutan
hidup manusia dalam lingkungannya.
Pada umumnya kerusakan lahan disebabkan oleh ulah manusia yang mempunyai usaha tani tanpa merperhatikan teknologi RLKT, sehingga erosi dan pencucian hara dari tanah
berjalan terus. Hal ini menyebabkan lahan garapan menjadi
kurus, dan tingkat produksinya menurun terus-menerus. Kebutuhan hidup yang tidak berkurang menyebabkan penggarapan
lahan yang makin sering, sehingga petani tidak sempat menperbaiki lahan dengan rotasi atau teras, yang mengakibatkan
lahan semakin kritis. Lahan-lahan kritis terutarna yang terdapat di hulu sungai dan daerah-daerah curam atau miring di
daerah aliran sungai (DAS) merupakan sumber bahan endapan

yang masuk ke sungai-sungai, ke danau sampai ke laut.
Dalam SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, dan
Menteri Pekerjaan Umum tanggal 4 April 1984 disebutkan bahwa
yang menjadi sasaran penghijauan dan reboisasi lahan kritis
diarahkan pada 36 Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran
dan telah

disepakati adanya 22 SWP DAS yang dinyatakan

Super Prioritas yaitu DAS yang berada di propinsi:
D.I.

Aceh: DAS Krueng Aceh DS (DS

= Dan Sekitarnya); Suma-

tera Utara: DAS Asahan Barumun DS dan DAS Wampu Sei Ular
DS; Riau: DAS Indragiri Rokan DS; Lampung: DAS Way Seputih
DS dan DAS Way Sekampung DS; Jawa Barat: DAS Ciliwung Cisadane Cimandiri DS, DAS Citarum DS, DAS Cimanuk DS, DAS
Citanduy-Cisanggarung DS, dan DAS Ciujung Teluk Lada DS;
Jawa Tengah: DAS Solo DS, DAS Brantas DS,DAS Jratun Seluna
DS, DAS Serayu Luk Ulo DS, dan DAS Pemali Coma1 DS; Jawa
Timur: DAS Brantas DS dan DAS Sampean DS; Sulawesi Selatan
DAS Saddang DS, DAS Bila-Walanae DS, dan DAS JeneberangKelara DS; Kalimatan Selatan: DAS Barito Riam Kanan DS.
Dengan melihat jumlah DAS Super Prioritas yang ada di
Indonesia, maka keadaan lingkungan hidup semakin kritis
yang perlu segera ditangani dengan sungguh-sungguh.
Penentuan sasaran penghijauan dan reboisasi di DAS
cukup beralasan, sebab adanya keselarasan tujuan penghijauan dan tujuan pengelolaan DAS. Manan (1983) mengemukakan
bahwa tujuan pengelolaan DAS antara lain adalah untuk perbaikan tata air; pemeliharaan keseimbangan hubungan turnbuhan, tanah dan air; pencegahan erosi serta perbaikan
ekosistem secara umum. Selanjutnya dikemukakannya, bahwa

DAS merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah
topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah
hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara
ke danau atau lautan. Pemisah topografi adalah punggung
bukit. Di bawah tanah ada juga pemisah bawah tanah berupa
batuan. Sebuah DAS merupakan kumpulan dari banyak sub-DAS
yang lebih kecil. Sub-DAS merupakan bagian dari DAS yang
menerima air hujan, dan mengalirkannya melalui anak sungai
ke sungai utama.
DAS yang merupakan suatu satuan manajemen sumber daya
air adalah suatu satuan fisik yang ideal sekali bagi perencanaan regional yang berhubungan erat dengan penggunaan
sumber alam air. Manan (1983) mengartikan manajemen DAS
sebagai manajemen sumber daya alam yang dapat pulih (renewable), seperti: air, tanah, dan vegetasi dalam sebuah
DAS, dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan DAS agar dapat menghasilkan air untuk kepentingan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan masyarakat, yaitu air minum, industri, irigasi,
tenaga listrik, rekreasi, dan sebagainya.
Dalam usaha penghijauan menurut Manan (1978) jenis
tanaman yang akan dipergunakan sedapat mungkin dipilihkan
jenis tanaman yang mempunyai arti ekonomis bagi rakyat
setempat, dan tanaman tersebut dapat mengembalikan kesuburan tanah dan tata air. Selanjutnya dijelaskannya bahwa
penghijauan harus memperhatikan faktor:
a. pemilihan prioritas lokasi di bagian hulu sungai, kemudian berangsur-angsur pindah ke bagian tengah DAS;

b. persemaian perlu tersebar mengingat belum sempurnanya di
bidang prasarana;
c. tenaga setempat untuk menanam perlu cukup tersedia sebe-

lum cara mekanis dapat dipergunakan;
d. produksi benih dan cara penyimpanannya sangat bergantung
pada tegakan benih dan fasilitas dry cold storage 'di
pusat-pusat kegiatan penyuluhan;
e. untuk beberapa daerah di luar Pulau Jawa sistem penanaman
selain tumpang sari, misalnya block corridor system
perlu dikembangkan;

f. adanya organisasi yang mantap dan berorientasi lapangan
perlu dikembangkan.
Haeruman (1979) mengemukakan bahwa usaha pemulihan
sumber daya alam yang berupa rehabilitasi kemampuan tanah,
penghijauan, reboisasi, dan penggunaan cara-cara bercocok
tanam yang baik merupakan sebagian usaha untuk memulihkan
keseimbangan dalam sistem DAS yang rusak menuju ke suatu
keseimbangan optimal yang diharapkan. Pembangunan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, energi, dan pemukiman, merupakan pembangunan yang berhubungan erat sekali
dengan penggunaan sumber daya alam air. Kawasan suatu DAS
merupakan daerah tangkapan air. Dengan demikian kemampuan
maksimum dari suatu DAS untuk menghasilkan air merupakan
faktor pembatas untuk pembangunan daerah tersebut.
Selanjutnya Haeruman (1979) mengemukakannya bahwa
dalam DAS terdapat empat lingkungan yang saling berkaitan,
yaitu lingkungan pemukiman-industri, lingkungan perlindung-

an, lingkungan serba usaha, dan lingkungan produksi. Lingkungan produksi merupakan landasan bagi lingkungan pemukiman-industri. Pada umumnya lingkungan produksi ini merupakan
sistem produksi pertanian yang menghasilkan bahan nakanan,
bahan baku industri, dan sebagainya. Lingkungan perlindungan menghasilkan perlindungan bagi kelestarian fungsi lingkungan produksi dan pemukiman-industri. Lingkungan pemukiman-industri memberikan kemungkinan bagi kelangsungan fungsi
lingkungan produksi dan perlindungan. Lingkungan serba guna
yang merupakan sistem kompromi memungkinkan kelangsungan
fungsi lingkungan yang lain. Kelangsungan fungsi suatu
lingkungan atau sistem hanya mungkin tercapai apabila kelangsungan fungsi lingkungan lainnya terjamin. Keempat
lingkungan tersebut perlu berada dalam keseimbangan demi
ketahanan seluruh sistem tersebut. Kepentingan manusia
dalam hubungan dengan keempat lingkungan dalam DAS tersebut
akan mempertahankan keseimbangan optimal dalam tingkat
produktivitas optimal. Salah satu usaha untuk menjaga terpeliharanya keseimbangan keempat lingkungan tersebut adalah
melaksanakan program penghijauan.
Mudikdjo (1983) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi
yang selalu diharapkan untuk mencapai laju yang cukup memuaskan mempunyai konsekuensi peningkatan peranfaatan sumber
daya alam yang terus-menerus. Perkembangan penduduk, dan
meningkatnya taraf hidup menimbulkan masalah terkurasnya
sumber daya alam yang menjadikan suatu masalah yang nyata.
Desakan peningkatan kebutuhan dan perkembangan ekonomi
dari kegiatan pertanian menyebabkan terjadinya penggunaan

lahan yang seharusnya dihijaukan atau perlu rotasi penanaman, tetapi tetap diolah. Akibat dari keadaan ini timbullah
dampak negatif bagi lingkungan hidup.
Salah satu aspek yang berkaitan dengan kegiatan pertanian adalah tata guna tanah, air, dan ruang. Hutan, tanah,
dan air merupakan sumber daya alam, dan sekaligus sebagai
lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya alam menanggung
beban yang berat. Karena itu tindakan rehabilitasi lahan
dan konservasi tanah adalah bijaksana guna meningkatkan
produktivitas lahan dan pelestarian sumber daya alam.
Dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, dan Memteri Pekerjaan Umum Nomor 127/KPTSII/1984; HK 320/402/KPTS/6/1984; 212/KPTS/1984 Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Bantuan Penghijauan, disebutkan bahwa
tujuan penghijauan adalah:
a. merehabilitasi lahan-lahan kritis, dan mempertahankan
serta meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah;
b. meningkatkan pendapatan petani;
c. terbinanya petani sebagai pelestari sumber daya alam;
d. terkendalinya erosi, banjir, serta lestarinya sumber
daya alam.
Bila dikaji tujuan penghijauan, maka terdapat tiga aspek yang ingin dicapai secara bersamaan dalam proses penghijauan, yaitu aspek biogeofisik, sosial ekonomi, dan sosial
budaya.

Aspek biogeofisik merupakan suatu usaha untuk mere-

habilitasi ekosistem dalam kaitan pemanfaatan dengan pelestarian tanah dan air, serta flora dan fauna. Dalam tujuan

penghijauan aspek i n i t e r c e r m i n pada usaha r e h a b i l i t a s i lah a n k r i t i s , p e n i n g k a t a n k e s u b u r a n d a n p r o d u k s i l a h a n , pengend a l i a n e r o s i , b a n j i r , s e r t a p e l e s t a r i a n sumber d a y a a l a m .
Aspek s o s i a l ekonomi t e r c e r m i n p a d a u s a h a p e n i n g k a t a n pendapatan petani.

Aspek s o s i a l b u d a y a t e r c e r m i n p a d a u s a h a

pembinaan p e r i l a k u p e t a n i s e b a g a i p e l e s t a r i s u m b e r d a y a a l a m .
T u j u a n p e n g h i j a u a n merupakan s u a t u k e s a t u a n y a n g i s i - m e n g i s i .
P e n g h i j a u a n a d a l a h p r o g r a m y a n g merupakan s u a t u u s a h a
u n t u k r e m p e r b a i k i l i n g k u n g a n h i d u p , s u m b e r d a y a alam h u t a n ,
t a n a h dan a i r . J i k a p e m e r i n t a h s a j a yang n e n a n g a n i program
i n i t e n t u t i d a k cukup, sebab a r e a l yang p e r l u d i h i j a u k a n
s a n g a t l u a s dan j a n g k a p a n j a n g , s e r t a menyebar hampir d i
s e l u r u h kepulauan I n d o n e s i a . Karena i t u s a n g a t d i p e r l u k a n
p e r a n serta n a s y a r a k a t yang menyeluruh dan berkesinambungan
d a l a n p e n g h i j a u a n demi p e r b a i k a n l i n g k u n g a n h i d u p .
3. A g r o f o r e s t r v d a l a m P e n g h i j a u a n

P e r k e n b a n g a n j u m l a h penduduk y a n g p e s a t r e n y e b a b k a n
p e n i n g k a t a n penggunaan l a h a n , y a i t u u n t u k l a h a n :
kehutanan, peternakan,

pemukiman,

pertanian,

i n d u s t r i , dan l a i n - l a i n .

Banyak kawasan h u t a n y a n g s e h a r u s n y a d i h u t a n k a n k e m b a l i ,
dijadikan lahan pertanian.

Sering t e r j a d i teknik pertanian

y a n g d i g u n a k a n t i d a k s e s u a i d e n g a n k e a d a a n s e t e n p a t , yank!
rengakibatkan merosotnya keseirbangan lingkungan, berupa
renurunnya kesuburan t a n a h , t i n b u l n y a e r o s i dan b a n j i r ,
a t a u d a y a p r o d u k s i y a n g b e r a n g s u r menurun. B e r k u r a n g n y a
kawasan h u t a n menyebabkan p u l a b e r k u r a n g n y a p o t e n s i h a s i l
kayu-kayuan

u n t u k b a h a n p e r u m a h a n , b a h a n i n d u s t r i , makanan

t e r n a k , p e r s e d i a a n a i r , kayu b a k a r , dan l a i n - l a i n ,

sedang-

kan j u m l a h k e b u t u h a n t e r u s m e n i n g k a t .
S e l a n j u t n y a , untuk menyelaraskan hutan dan n a s y a r a k a t
t i m b u l p e n d e k a t a n b a r u dalam s t r a t e g i p e n g e l o l a a n h u t a n
yang d i s e b u t f o r e s t r y f o r l o c a l connmunity development,
f o r e s t r y f o r f o o d , f o r e s t r y f o r p e o p l e dan s e b a g a i n y a .
K i n g ( 1 9 7 8 ) m e n j e l a s k a n bahwa f o r e s t r y f o r l o c a l community development merupakan s u a t u k e b i j a k s a n a a n b a r u d a r i

FA0 yang b e r o r i e n t a s i kepada r a k y a t untuk mengikutsertakann y a d a l a m p r o s e s p e n g a m b i l a n k e p u t u s a n y a n g l a n g s u n g mempen g a r u h i k e h i d u p a n n y a . Dengan d e m i k i a n r a k y a t m e n j a d i d i n a m i s s e k a l i g i s mampu memberikan sumbangan y a n g l e b i h b e s a r

t e r h a d a p b e b e r a p a k e g i a t a n yang b e r r a n f a a t untuknya, a n t a r a
l a i n peningkatan pendapatan.
S e s u d a h d i p e r k e n a l k a n k o n s e p f o r e s t r y f o r l o c a l comm u n i t y d e v e l o p m e n t , r u n c u l l a h b e r b a g a i k o n s e p pengembangannya,

t e r u t a n a d i n e g a r a s e d a n g b e r k e r b a n g , d i s e s u a i k a n dengan

k o n d i s i dan s i t u a s i s e t e m p a t , a n t a r a l a i n : s o c i a l f o r e s t r y ,
community f o r e s t r y , p r o s p e r i t y a p p r o a c h d a n a g r o f o r e s t r y .
Noronha ( 1 9 8 2 ) t i d a k membedakan a n t a r a p e n g e r t i a n
s o c i a l f o r e s t r y d a n community f o r e s t r y . Keduanya b e r a r t i :
mencakup p e m a n f a a t a n h a s i l h u t a n d a l a m ekonomi d a n nonekonomi; m e l i b a t k a n p e r a n s e r t a l a n g s u n g p i h a k p e n e r i m a manf a a t yang b e r s a n g k u t a n ; p e t u g a s k e h u t a n a n bukan l a g i b e r t u gas relindungi hutan terhadap serobotan rakyat,

tetapi

h a r u s b e k e r j a s a m a d e n g a n r a k y a t d a l a m b u d i d a y a pohonp o h o n a n , b a i k s e c a r a p e r o r a n g a n maupun b e r k e l o m p o k .

Menurut Atmosudarjo (1977) p r o s p e r i t y a p p r o a c h d i
I n d o n e s i a m e r u p a k a n p r o g r a m pembangunan m a s y a r a k a t d e s a
s e k i t a r hutan yang k e g i a t a n n y a a d a l a h :

i n t e n s i f i k a s i tun-

pang s a r i (Inmas tumpang s a r i ) dalam pembuatan tanaman
h u t a n ; pembuatan m a g e r s a r e n b a r u ( b a s e camps) u n t u k b u r u h
k e h u t a n a n ; penanaman rumput g a j a h u n t u k memperbaiki u s a h a
p e t e r n a k a n s e k a l i g u s menghindarkan penggembalaan t e r n a k d i
h u t a n ; u s a h a m e n c u k u p i k e p e r l u a n b a h a n b a k a r d e n g a n penanaman jenis-jenis

kayu b a k a r ; memperkenalkan t e r n a k l e b a h r a d u

secar.a m o d e r n ; s e r t a p e m b i n a a n m a s y a r a k a t u n t u k m e n g h a s i l k a n

s u t e r a alam d a n b a h a n p a k a i a n s u t e r a .
M e n g e n a i a ~ r o f o r e s t r yd a l a m SKB M e n t e r i K e h u t a n a n ,
M e n t e r i P e r t a n i a n d a n M e n t e r i P e k e r j a a n Umum t a n g g a l 1 9
J u n i 1 9 8 4 Nomor 1 2 7 / K P T S - I I / 1 9 8 4 ,

HK 3 2 0 / 4 2 0 / K P T S / 6 / 1 9 8 4

t e n t a n g P e t u n j u k Teknis Pelaksanaan Bantuan Penghijauan
d i j e l a s k a n bahwa:

Pembuatan h u t a n r a k y a t a t a u kebun r a k y a t

y a n g d i s e b u t a g r o f o r e s t r y a d a l a h penanaman tanaman t a h u n a n
termasuk tanaman buah-buahan,

tanaman kayu-kayuan,

tanaman

i n d u s t r i a t a u tanaman k e r a s d i l a h a n k r i t i s s e b a g a i upaya
untuk p e r b a i k a n , p e r l i n d u n g a n dan p e r a n f a a t a n lahan.

Pola

tanam kebun r a k y a t dan h u t a n r a k y a t d i a t u r a g a r d a p a t d i l a k u k a n secara k o m b i n a s i d e n g a n k e g i a t a n u s a h a t a n i l a i n n y a ,
m i s a l n y a p e n a n a r a n t a n a m a n semusim secara tumpang s a r i
dengan tanaman t a h u n a n l a i n n y a .

J e n i s tanaman pokok a d a l a h

j e n i s t a n a m a n t a h u n a n y a n g mempunyai s i f a t : b e r f u n g s i u n t u k
p e n g a w e t a n t a n a h d e n g a n p e r s y a r a t a n tumbuh y a n g s e s u a i
d e n g a n k e a d a a n l o k a s i n y a ; mempunyai n i l a i e k o n o m i s y a n g
b a i k d i masa m e n d a t a n g s e r t a d i s u k a i m a s y a r a k a t s e t e m p a t ;

24

d a l a m w a k t u t i d a k t e r l a l u lama d a p a t d i p e r o l e h h a s i l n y a .
J e n i s tanaman pokok p e n g h i j a u a n t e r s e b u t a d a l a h : kayu--kayuan,
s e p e r t i : A k a s i a , Mahoni, K a l i a n d r a ; buah-buahan,
Adpokat, D u r i a n , J e r u k ;
seperti: Kemiri,

seperti:

tanaman k e r a s a t a u tanaman i n d u s t r i

J a m b u Mete, C e n g k i h ; d a n r u m p u t p e n g u a t t e r a s .

D a l a m I n p r e s P e n g h i j a u a n No.

8 t a h u n 1980 t e n t a n g

Bantuan Penghijauan dan R e b o i s a s i tahun 1980/1981 d i j e l a s k a n
bahwa:

Pembuatan h u t a n r a k y a t a d a l a h u s a h a pembuatan h u t a n

d i areal k r i t i s m i l i k r a k y a t yang d i t e r l a n t a r k a n dengan
menanam j e n i s k a y u - k a y u a n

s e p e r t i halnya pada r e b o i s a s i .

Pembuatan h u t a n r a k y a t d i r e n c a n a k a n a t a s p e r s e t u j u a n a t a u
atas permintaan pemilik lahan yang bersangkutan,

dan d i l a k -

s a n a k a n d e n g a n cara u p a h h a r i a n .
Menurut K a r t a s u b r a t a (1986) a g r o f o r e s t r y s e b e t u l n y a
mempunyai r u a n g l i n g k u p y a n g b e r l a i n a n ,

y a i t u merupakan

s i s t e m p e n g a u n a a n l a h a n , s e d a n g k a n s o c i a l f o r e s t r y , comm u n i t y f o r e s t r y , d a n p e n d e k a t a n p r o g r a m p e r b a n g u n a n masyar a k a t d e s a s e k i t a r h u t a n yang d i s e b u t

p r o s p e r i t y approach

merupakan d i m e n s i t e r t e n t u d a r i p e n g e l o l a a n h u t a n .
D a l a m pelaksanaan penghijauan d i Indonesia dipakai

s i s t e m a g r o f o r e s t r y , k a r e n a h a n y a menyangkut penggunaan
l a h a n k r i t i s yang d i m i l i k i i a k y a t a t a u m i l i k negara yang
t e r l a n t a r d i l u a r kawasan h u t a n .

Dalam p e n u l i s a n t e s i s i n i

hanya akan d i j e l a s k a n a g r o f o r e s t r y yang a d a hubungannya
dengan proyek penghijauan s e s u a i dengan I n p r e s Penghijauan
d a r i t a h u n d i m u l a i n y a p r o y e k p e n g h i j a u a n (1976/ 1977) Sam-p a i s e k a r a n g ( 1 9 8 7 ) , d a n SKB M e n t e r i K e h u t a n a n , M e n t e r i
P e r t a n i a n d a n M e n t e r i P e k e r j a a n Umum.

King dan C h a n d l e r ( 1 9 7 8 ) m e n d e f i n i s i k a n a g r o f o r e s t r y
s e b a g a i s u a t u s i s t e r penggunaan l a h a n yang l e s t a r i u n t u k
r e n i n g k a t k a n h a s i l , dengan c a r a meradukan p r o d u k s i h a s i l
tanaman p a n g a n , t e r r a s u k h a s i l pohon-pohonan,

dengan t a n a -

r a n h u t a n , dan k e g i a t a n p e t e r n a k a n , b a i k s e c a r a b e r s a r a a n
r a u p u n b e r u r u t a n yang d i l a k s a n a k a n p a d a a r e a l l a h a n yang

sama, dengan menggunakan c a r a - c a r a p e n g e l o l a a n yang s e s u a i
dengan p o l a kebudayaan penduduk s e t e m p a t .
C a s t i l l o (1983) b e r p e n d a p a t bahwa a d a empat t u j u a n
agroforestry,
a. untuk

yaitu:

menciptakan

keseimbangan

yang

harmonis

antara

kon-

s e r v a s i s u r b e r d a y a a l a r dengan p r o d u k s i ;
b.

u n t u k mengurangi k e s e n j a n g a n a n t a r a p a s o k a n

supply^

dan p e r m i n t a a n ;
c. u n t u k p e l a k s a n a a n program t a t a guna l a h a n yang b e r d a s a r -

kan p e r t i m b a n g a n e k o l o g i , s o s i a l , ekonomi dan d e r o g r a f i ;
d. u n t u k mencegah k e r u s a k a n h u t a n l e b i h l a n j u t .
Wassink ( 1 9 7 7 ) r e n d e f i n i s i k a n a g r o f o r e s t r y s e b a g a i s u a t u s i s t e r t a t a guna l a h a n yang permanen, yang d a p a t r e n i n g katkan h a s i l a t a u produksi d a r i pengelolaan lahan. D i lahan
t e r s e b u t d i t a n a r i t a n a r a n y a n g b e r u r u r pendek dan yang b e r u r u r l e b i h d a r i s a t u t a h u n y a n g umumnya pohon p e n g h a s i l kayu
secara bergiliran.

S e l a i n i t u , tanaman l i a r d a p a t d i r a n f a a t -

kan dengan a t a u t a n p a p e m e l i h a r a a n t e r n a k . P e n g e l o l a a n dan
o r g a n s i s a s i a ~ r o f o r e s t r yi n i s e j a u h r u n g k i n d i s e s u a i k a n
dengan p o l a kebudayaan m a s y a r a k a t s e t e r p a t .
Wiersum (1981) m e n d e f i n i s i k a n a g r o f o r e s t r y dengan
s i n g k a t , y a i t u s e t i a p b e n t u k t a t a guna l a h a n yang t e t a p

a t a u permanen, d i mana pohon-pohon

d i t a n a m dengan dicampur-

k a n tanaman p e r t a n i a n secara b e r s a n a - s a m a

atau bergilir,

dan j u g a kombinasi dengan u s a h a peternakan.

Melalui sister

a g r o f o r e s t r y d a p a t d i p e r o l e h keuntungan-keuntungan:
a. e k o l o g i s : p e n g g u n a a n s u r b e r d a y a a l a r dengan l e b i h e f i s i e n ;

b.

e k o n o r i : jumlah p r o d u k s i l e b i h t i n g g i , kenaikan p r o d u k s i
kayu, dan pengurangan b i a y a u n t u k memelihara kayu;

c. s o s i a l : k e s e m p a t a n k e r j a ' s e p a n j a n g t a h u n , m e n g h a s i l k a n
panen kayu pada waktu p a c e k l i k p e r t a n i a n , renyebarkan
f a k t o r r i s i k o , produksi yang diarahkan untuk keperluan
s e n d i r i dan a t a u untuk p a s a r ;
d. p s i k o l o g i s : p e r u b a h a n y a n g r e l a t i f k e c i l d a r i c a r a b e r t a n i t r a d i s i o n a l , d a n l e b i h r u d a h d a p a t d i t e r i m a penduduk
d a r i p a d a t e k n i k p e r t a n i a n b e r l a n d a s k a n sister monokultur;
e. p o l i t i s :

s e b a g a i alat untuk remberikan pelayanan s o s i a l

yang l e b i h b a i k , dan kondisi-kondisi

yang l e b i h b a i k

bagi para petani.
H u x l e y ( 1 9 8 0 ) r e n j e l a s k a n bahwa s i s t e r a g r o f o r e s t r y
dapat remberikan dua keuntungan, y a i t u peningkatan produksi
secara k e s e l u r u h a n , s e r t a p e r l i d u n g a n t a n a h d a r i p e n g h a n y u t -

a n o l e h p u k u l a n a i r h u j a n , d a n p e r l i n d u n g a n t a t a a i r . Pendap a t i n i s e j a l a n d e n g a n Soemarwoto ( 1 9 7 5 ) y a n g r e n g e r u k a k a n
bahwa d e n g a n a d a n y a k e a n e k a r a g a m a n t a n a r a n p a d a p o l a a d r o I

f o r e s t r ~m e r u n g k i n k a n t e r b e n t u k n y a s t r a t i f i k a s i t a j u k y a n g
berlapis-lapis

yang akan r e r p e r t a h a n k a n dan r e n a i k k a n k e r a r -

puan l a h a n d a r i e r o s i a k i b a t h e r p a s a n a i r h u j a n , s e h i n g g a
p r o d u k t i v i t a s l a h a n t e t a p t e r j a m i n , bahkan d a p a t meningkat.
S e l a i n i t u , j e n i s t a n a r a n s e b a g a i p e n u t u p t a n a h , cara peng-

o l a h a n t a n a h s a n g a t menpengaruhi k e s u b u r a n t a n a h , dan b e s a r n y a e r o s i yang d i t i m b u l k a n n y a . Mahbub (1978) t e l a h mengadakan p e n e l i t i a n mengenai j e n i s tanaman p e n u t u p t a n a h dan
e r o s i yang d i t i m b u l k a n n y a yang h a s i l n y a s e p e r t i pada T a b e l 1.
T a b e l 1. J e n i s Tananan P e n u t u p Tanah d a n E r o s i yang D i t i m b u l k a n n y a

: Hutan dan J e n i s Tananan: P e r s e n t a s e A i r H u j a n : B e s a r n y a E r o s i :
: P e n u t u p Tanah
d i A t a s Tanah
: (ton/ha/thn) :
I

;

----------------

:

Hutan l e b a t

I

.-------*---------------------I---------------'

I
I

098

20

I
I

I
I

I

I

: Hutan t e r b a k a r
I
I

: Tanah. berumput
I

I
I

I

:

Tanaman j a g u n g

I

1

I
I

17,6

I
I

I

:

I

Tanaman k a p a s

I

I
I

I

41.500

8

I
I

19,9

I
I

I

1

I

:

Tanah g u n d u l
I
49,O
;--------------------------------------------------------------S u r b e r : B a d a r u d i n Mahbub, 1978.

tanaran.

I

46.500

a

I

I

I

I

514.000

,
I

S a r i n g a n ( 1 9 7 9 ) r e m b e r i k a n p e r s y a r a t a n yang h a r u s d i r i l i k i
t a n a r a n , y a i t u : cepkt t u r b u h ; r a n p u h i d u p d i t e r p a t terseb u t ; s i s t e m p e r a k a r a n yang r e l e b a r , k u a t , dalam, dan b e r a k a r s e r a b u t c u k u p banyak; mudah d i t a n a m ; t i d a k banyak m e m e r l u k a n p e m e l i h a r a a n ; b e r t a j u k l e b a t ; rampu r e m b e r i s e r a s a h
yang banyak; mampu memperbaiki t a n a h , t e r u t a r a t e r h a d a p
kandungan u n s u r n i t r o g e n ; b e r n i l a i ekonomis; dan dalam
j a n g k a pendek d a p a t r e n g h a s i l k a n b a h a n r a k a n a n .
agroforestry

cocok u n t u k menanggulangi l a h a n k r i t i s dan m e n i n g k a t k a n pendapatan p e t a n i .

I

I

Kunkel ( 1 9 7 8 ) d a l a m A l r a s j i d dan

Departemen P e r t a n i a n ( 1 9 8 1 ) r e n j e l a s k a n :

1
1

I

Untuk b e r h a s i l n y a s i s t e m a g r o f o r e s t r y d i p e r l u k a n pemilihan jenis-jenis

I

Tujuannya a d a l a h : m e n i n g k a t k a n p r o d u k t i v i t a s

I

a

l a h a n d i l a h a n k e h u t a n a n dan l a h a n p e r t a n i a n ; u n t u k r e n d a p a t k a n j e n i s pohon y a n g s e r b a g u n a , d a n d a p a t memenuhi kebut u h a n majemuk, s e p e r t i : k a y u b a k a r , . k a y u p e r t u k a n g a n , b a h a n
pangan, dan s e b a g a i n y a ; memelihara keseimbangan lingkungan
h i d u p ; serta m e n p e r l u a s lapangan k e r j a dan meningkatkan
pendapatan untuk k e s e j a h t e r a a n p e t a n i pemilik.
P e n g a m a t a n d i d a e r a h p e n e l i t i a n memberi g a r b a r a n bahwa
k e g i a t a n a g r o f o r e s t r y s u d a h lama d i k e n a l o l e h p e t a n i . Bent u k pengolahan l a h a n b e r k a i t erat dengan k e b i a s a a n p e t a n i
s e t e q p a t . B e r t o l a k d a r i b e b e r a p a rumusan p e n g e r t i a n a g r o f o -

r e s t r y , d a n m e l i h a t k e a d a a n p e l a k s a n a a n a g r o f o r e s t r y d i daer a h p e n e l i t i a n , r a k a d a p a t dirumuskan p e n g e r t i a n a d r o f o r e s t s e b a g a i s u a t u b e n t u k p e n g g u n a a n l a h a n y a n g mengusahakan
p e r p a d u a n t a n a m a n semusim d e n g a n t a n a m a n t a h u n a n , d a n rumput-rumputan

dan a t a u dengan p e m e l i h a r a a n t e r n a k d i l a h a n

y a n g Sara, d i k e r j a k a n secara b e r s a m a a n a t a u b e r u r u t a n ,

dan

r e n j a g a k e l e s t a r i a n sunber daya a l a n .
B.

Peran S e r t a Masyarakat

1. P e n g e r t i a n P e r a n S e r t a
P e r a n serta b i a s a d i s i n o n i m k a n dengan p a r t i s i p a s i .
B e b e r a p a p e n u l i s memberikan p e n g e r t i a n p e r a n s e r t a s e b a g a i
berikut :
a. Peran serta a d a l a h k e i k u t s e r t a a n seseorang a t a u s e k e l o r pok o r a n g u n t u k r e n g a m b i l b a g i a n d a l a m s u a t u k e g i a t a n b e r sama-sara

dengan k e l o r p o k l a i n n y a (The New G r o l i e r Webster

International Dictionary,

1 9 7 5 , volume 1 1 , p.

691).

b. Menurut Ram P. Yadav (1980):

"People's participation

means involvement of the people in the development
process voluntarily and willingly." Dalam pengertian ini,
peran serta yang dimaksud hanya terbatas pada peran serta
yang bersifat langsung, atau bukan peran serta yang tidak
langsung yang renggunakan wakil. Kemudian aktivitas peran
serta itu bukan berlangsung di bawah tekanan atau paksaan.
c. Dusseldorp (1981):"

Participation is one of the basic

human activities or social actions and is, therefore,
one of the major if not the most important object ~f
such fields of science as sociology, social psychology,
political and public administrative sciences."
d. Slamet (1985) : "Peran serta dalam pembangunan dapat diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan, ikut serta dalam memanfaatkan hasil, dan menikmati hasil pembangunan yang nyata."
e. Cohen dan Uphoff (1980) : " Participation is the involvement of a significant number of persons in situations
or actions which enhance their well-being, e.q. their
income, security or self-esteem."
f. Ouchi dan Campbell (1985) :"Participation means taking
part in a certain process of groups activities."
g. J.C.G.

Zamor (1985) : "Participation as the involvement

of the projects beneficiaries in decision making, implementation, and evaluation."
h. Dalam laporan yang dibuat oleh CIRDAP/ANGO (1985) dikemukakan pula pengertian peran serta dalam kaitan pembangunan desa scbagai berikut: "Participation refers to the

involvement of the respondents (people) in social activities within their villages; the activities ranged
from joining village organizations to involvement in
the different village undertaking."
Dalam kaitan pengertian peran serta tersebut, Cohen dan
Uphoff (1980) lebih jauh mengemukakan bahwa dalam peran serta
terdapat tiga dimensi yaitu:
a. apa bentuk peran serta yang diharapkan;
b. siapa yang berperan serta;
c. cara bagaimana peran serta itu berlangsung.
Tjondronegoro (1983) mengemukakan bahwa bentuk peran
serta dapat berupa pengorbanan waktu, uang, tenaga dan materi. Peran serta ini dipengaruhi oleh kebutuhan, motivasi,
dan struktur sosial.
Orang yang akan berperan serta menyangkut adanya kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan, dan meningkatkan statusnya. Mengenai siapa yang berperan serta dapat meliputi seluruh masfarakat, dan secara khusus adalah mereka
yang akan menerima manfaat dari suatu kegiatan (Cohen dan
Uphoff, 1980; Dusseldorp, 1981; Castillo, 1983; Zamor, 1985
Slamet, 1985). Cara bagaimana peran serta itu berlangsung
dapat dilihat dari beberapa pendapat. Menurut Yadav (1980)
peran serta yang dilaksanakan oleh masyarakat harus bersifat langsung, bebas, dan suka rela. Inti pengertian peran
serta dalam ha1 ini ialah peran serta secara langsung,
bukan yang menggunakan wakil, maka hanya dapat berlangsung
di tingkat lokal.

Slamet (1985) mengemukakan bahwa syarat tumbuhnya peran
serta dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
a. ada kesempatan untuk ikut dalam pembangunan;
b. ada kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan;
c. ada kemauan untuk berperan serta.
Untuk menumbuhkan atau meningkatkan peran serta, maka- kesempatan, kemampuan, dan kemauan untuk berperan serta dalam pembangunan perlu digarap sek