Sistem Kontrol Elektropnumatik
8
Teknik Otomasi Industri
CONTROL
CONTINUOUS DISCRETE
LINEAR NON-LINEAR
E.g. PID E.g.
MRAC E.g.
FUZZY LOGIC
BOOLEAN SEQUENTIAL
EXPERT SYSTEM TEMPORAL
EVENT BASED
E.g. TIMERS
E.g. COUNTERS
CONDITIONAL
Gambar 1.1 Spektrum Sistem Kontrol Otomatik
Untuk keperluan otomatisasi manufaktur dan proses di industri diperlukan sistem kontrol yang sesuai, agar diperoleh efektifitas dan efisiensi produksi yang tinggi.
Tugas 1: Spektrum Sistem Kontrol otomatik Berdasarkan segmentasi spectrum system control otomatik di atas. Cari dan
jelaskan pengertian dari setiap jenis system control.Berikan contoh aplikasinya dan jelaskan melalui diskusi kelompok.
Tugas 2 : Cascade Control Ketika nanti anda menelaah rangkaian control elektropneumatik yang terdiri dari
banyak actuator akan dapat diselesaikan melalui strategi cascade control. Mungkin anda sudah pernah mendengar istilah “Cascade control”.Carilah
pengertian dan deskripsinya secara jelas.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
9
Teknik Otomasi Industri
1.1 Sistem Kontrol Berbasis Data Diskrit Sistem kontrol diskrit gambar 1.1 terbagi menjadi dua kategori, yaitu sistem
kontrol kondisional dan sistem kontrol sekuensial. Sistem kontrol kondisional dibedakan menjadi dua kategori, yaitu Boolean systemExpert system.Sistem
kontrol sekuensial terbagi menjadi dua kategori yaitu temporal berbasis waktu dan berbasis kejadian event base. Sistem kontrol sekuensial banyak diterapkan
pada sistem manufaktur dan proses di Industri. Hampir 90 sistem otomatisasi manufaktur dan proses produksi di industri menerapkan sistem kontrol
sekuensial. Data diskrit pada sistem ini berupa sinyal diskrit yang diperoleh dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh berbagai piranti deteksi, seperti limit
switch, thermostat, pressure switch, float switch, dll. Besaran sinyal pengukuran yang dilakukan oleh berbagai piranti deteksi tersebut berupa sinyal digital yang
hanya memberikan dua kemungkinan yaitu High atau Satu dan Low atau nol atau dalam istilah lain Ondan Off.
Sistem kontrol berbasis data diskrit ini secara tradisionil dilakukan dengan menggunakan piranti elektromekanik seperti rele, timer dan sequencer. Pada
kendali otomatik berbasis rele ini, maka sirkit kendali dilakukan secara Hard wired dan bila logika kendali akan dirubah fungsinya maka harus dilakukan
pengawatan ulang. Untuk mengatasi masalah fleksibilitas ini, maka mulai tahun 1970-an dikenalkan sistem otomatisasi baru berbasis Programmable Controller,
dengan PLC sebagai kendali utamanya. PLC merupakan microprocessor-based process-control computer yang dapat dihubungkan langsung dengan piranti
eksternal seperti saklar, tombol tekan, motor, rele, dan solenoid. Piranti IO interface PLC yang digunakan pada sistem kontrol berbasis data
diskrit ini adalah digital input interface DI, dan digital output interface DO. Sistem pengawatan untuk piranti DI dan DO diperlihatkan pada gambar berikut :
Sistem Kontrol Elektropnumatik
10
Teknik Otomasi Industri
a. Input b. Output Gb. 1.2 Wiring piranti InputOutput berbasis data diskrit.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
11
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.3 Wiring piranti Input Diskrit PLC Dengan DC Voltage
Gb. 1.4 Wiring Piranti output diskrit PLC dengan AC Voltage
Selain sistem kontrol otomatis berbasis PLC kita juga dapat mengimplementasikan sistem kontrol berbasis relai. Pada implementasi dengan
PLC kita membuat
program kontrol sedangkan pada sistem kontrol berbasis
relai kita terlebih dahulu membuat diagram control. Gambaran Program kontrol
dan diagram kontrol adalah sebagai berikut :
Sistem Kontrol Elektropnumatik
12
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.5 Program kontrol PLC fungsi StartStop menggunakan sebuah Pushbutton
+24V
0V STARTSTOP
K0 K0
K3
K2
K1 K3
K0
K1
K2 K2
K0
K3 K2
LA MP
1 2
3 4
5 6
2 3
5 3
2 4
6 2
3
Sistem Kontrol Elektropnumatik
13
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.6 Diagram kontrol Relai fungsi StartStop menggunakan sebuah Pushbutton
1.2 Sistem Kontrol Berbasis Data Kontinyu Sistem kontrol kontinyu juga terbagi menjadi dua, yaitu sistem kontrol linier dan
sistem kontrol non-linier.Sistem kontrol kontinyu ini menggunakan IO Analog. Sistem kontrol kontinyu ini banyak digunakan pada control proses manufaktur.
2. Prosedur Implementasi Pada hakekanya sistem kontrol merupakan suatu upaya yang dilakukan secara
sistematis untuk memecahkan masalah-masalah di bidang otomasi proses manufaktur. Jadi sistem kontrol merupakan sebuah proses pemecahan masalah
problem solving otomasi. Para pengguna user harus memulai proses problem solving dengan mendefinisikan control task, yakni menentukan what needs to
be done ?. Informasi ini akan memberikan fondasi dan landasan untuk pembuatan kontrol program.
Bila saat ini aktivitas control task dilakukan secara manual atau menggunakan sistem kontrol berbasis hard wired control relay logic, maka programmer
userharus mereview urutan langkah step dari sistem manual tersebut termasuk aktivitas pengembangannya bila ada. Walaupun sistem berbasis hard
wired dapat diubah secara langsung ke sistem berbasis PLC, tetapi step sequence-nya harus di re-disain, bila memungkinkan, untuk melihat kebutuhan
plant saat ini dan untuk membuat kapitalisasi penerapan sistem berbasis programmable controller.
Setelah control taskselesai didefinisikan, maka perancangan proyek untuk membuat solusi cerdas dapat dimulai. Prosedur ini lazimnya mencakup
Sistem Kontrol Elektropnumatik
14
Teknik Otomasi Industri
penentuan control strategy, dan urutan langkah step-sequence yang diinginkan. Urutan step harus dapat dipenuhi oleh control program untuk menghasilkan
output control yang diinginkan. Kegiatan pengembangan ini lazim disebut juga sebagai
pengembanganalgoritma.
Strategi implementasi kontrol baik menggunakan PLC maupun relai logic untuk memenuhi control task yang diinginkan mengikuti tata cara tersebut berdasarkan
Algoritma Kontrol. Dengan adanya urutan langkah yang logis dan sistematis algoritma, maka memudahkan programmer useruntuk membangun sistem
kontrol. Dalam hal ini programmer harus dapat menterjemahkan control algoritma melalui serangkaian penerapan instruksi Basic and advance
instruction untuk mengimplementasikan program kontrol. Teknik yang digunakan untuk membangun kontrol program bervariasi sesuai
kreatifitas programmer. Walaupun begitu, para programmer harus mengkuti salah satu cara yang lazim digunakan orang.
Berikut ini diberikan pedoman yang lazim dilakukan banyak programmer ketika harus membuat desain baru atau membuat modifikasi suatu manufactured plant.
Merancang Sistem Manufactured Plant
Memahami fungsi sistem Me-review kemungkinan penggunaan metode kontrol tertentu dan untuk
optimalisasi proses produksi. Membuat flowchart algoritma untuk poroses operasi yang diinginkan.
Mengimplementasikan flowchart dengan menerapkan relai logic diagram
atau ladder diagram.
Menentukan internal interface addresses, dan operator interface addresses.
Menterjemahkan algoritma kontrol control algorithm ke dalam sistem
pengkodean PLC atau step-sequencial control berbasis relai.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
15
Teknik Otomasi Industri
Memodifikasi Sistem Manufactured Plant
Memahami actual process atau fungsi mesin Me-review operasi mesin dan upaya optimalisasinya.
Menentukan internal interface addresses, dan operator interface addresses.
Menterjemahkan algoritma kontrol control algorithm ke dalam sistem
pengkodean PLC atau step-sequencial control berbasis relai.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa pemahaman proses atau operasi mesin merupakan langkah awal di dalam pendekatan sistematik untuk
menyelesaikan masalah-masalah kontrol. 3. Organisasi Program
Organisasi merupakan kata kunci ketika melakukan pemrograman dan mengimplementasikan suatu solusi masalah kontrol.Semakin besar
permasalahan kontrol semakin besar pula organisasi yang diperlukan, terutama bila melibatkan sekelompok personil.Keberhasilan sebuah solusi masalah kontrol
tergantung juga pada kemampuan mengimplementasikannya.Seorang programmer ataupun teknisi pelaksana di bidang control, harus memahami
prinsip kerja sistem secara keseluruhan, mampu memilih komponen dengan benar hardware and software, dan memilih piranti kontrol yang
digunakan.Begitu persyaratan awal ini dipenuhi, maka programmer dapat memulai dengan membuat sketsa untuk membuat control program maupun
diagram kontrol.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
16
Teknik Otomasi Industri
Merancang Algoritma Kontrol Untuk menyatakan suatu algoritma kontrol dapat digunakan beberapa cara.
Selain flowchart ada beberapa cara lain yaitu :timing diagram, logic gate diagram, state diagram atau bentuk lain yang sangat popular yakni ladder
diagram. Logic gate mengimplementasikan sequence logika output melalui penerapan gerbang-gerbang logika, sedangkan ladder diagrammelalui simbologi
elemen-elemen grafis berupa contact dan coil, yang secara langsung mengimplementasikan logika tersebut untuk mengekseskusi output. Gambar 1.7
memperlihatkan sebuah algoritma kontrol furnance system berbasis flowchart.
Gb. 1.7 Flowchart for Furnace Example
Sistem Kontrol Elektropnumatik
17
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.8FlowchartSorting system
Tugas 3. Aplikasi Flowchart Tahukah anda bahwa “algoritma control” itu memiliki peranan yang sangat
penting dalam mendesain system control, berupa urutan langkah-langkah yang sistmatis. Algoritma merupakan pegangan dan sekaligus referensi dalam
perancangan system yang akan dibangun, dapat menjadi landasan bagi pemodelan system control.
Cari Contoh algoritma dari sebuah plant system controldengan flow chart. Amati dan deskripsikan secara jelas melalui diskusi
kelompok.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
18
Teknik Otomasi Industri
STARTSTOP
ProsesOperation
Decision
DATA IO
Subroutine
Direct Data
Predefined Process
Flowcharting merupakan teknik yang sering digunakan ketika merancang sebuah control algorithm setelah deskripsi secara tulisan selesai dikembangkan.
Sebuah flowchart adalah representasi secara grafikal yang memuat beberapa kegiatan antara lain: pencatatan, analisis, dan informasi pengukuran data, serta
menjelaskan proses operasi dalam urutan logis. Gambar 1.9 memperlihatkan berbegai elemen grafis yang ada pada sebuah flowchart.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
19
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.9Simbol Flowchart
Gambar 1.10 memperlihatkan algoritma kontrol berbasis state transisi diagram
Gb. 1.10State Transition Diagram for Furnace Example Gambar 1.11 memperlihatkan sebuah algoritma control berbasis timing diagram
rangkaian startstop pada gambar 1.5 dan gambar 1.6.
Input
StartStop
t Output
Sistem Kontrol Elektropnumatik
20
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.11Timing Diagram rangkaian startstop menggunakan sebuah pushbutton Gambar 1.12 memperlihatkan sebuah algoritma kontrol berbasis Logic gates
diagram.
Gb. 1.12Logic Gates Diagram
Untuk memahami logic gates diagram, terlebih dahulu harus memahami teori aljabar Boolean. Secara singkat digambarkan sebagai berikut :
Sistem Kontrol Elektropnumatik
21
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.13Logic Gates symbol Gambar 1.14 memperlihatkan sebuah algoritma kontrol berbasis Ladder diagram
dari Forward-Reverse Motor.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
22
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.14Relay Ladder Diagram
Aplikasi Kontrol secara umum sangat tergantung pada karakteristik plant yang akan di atur. Untuk mendukung keperluan ini maka desain sistem kendali
sangatlah diperlukan agar plant bekerja sesuai dengan set point yang ditentukan. Berikut ini diberikan urutan langkah yang harus dilakukan ketika akan mendesain
kendali task, sebagai berikut : Langkah 1: Memahami sistem yang harus dikendalikan Plant
Langkah 2: Menentukan variable yang dikendalikan process variable Langkah 3: Menentukan persyaratan teknis yang diperlukan
Langkah 4: Menentukan IO yang dibutuhkan.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
23
Teknik Otomasi Industri
4. Displacement Step Diagram dan Desain sequence Control
Pada pokok bahasan sebelumnya, kita telah membahas mengenai displacement step diagram. Yaitu suatu metode untuk menjabarkan diagram
langkah, posisi dan transisi dari rangkaian multiple actuator yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gb. 1.15.Diagram step multiple actuator
Kita masih ingat urutannya langkahnya sebagai berikut : A+,B+,B-,A-, C+,C- Yang menjadi bahan pertanyaan sekarang bagaimana kita menentukan dan
menganalisis urutan sequence rangkaian tersebut.Berarti kita harus memiliki acuan berupa algoritma yang tepat.
Contoh:
1. Rangkaian Elektropneumatik “proses Riveting”:
4 2
1 3
Y3_B+ Y4_B-
B0 B1
50 50
9 A0
A1
50 50
4 2
1 3
Y1_A+ Y2_A-
4
Sistem Kontrol Elektropnumatik
24
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.16.Rangkaian Elektropneumatik
2. Diagram Langkah step dan diagram fungsi riveting
Keterangan : Kontrol Katup Arah KKA yang digunakan pada kedua actuator adalah KKA Double Solenoida simbol Y. Dengan fungsi :
Y1 A+ Y2 A-
Y3 B+ Y4 B-
Sertadilengkapi sensor posisi mundurtepi bawah dan majutepi atas simbol a dan b, sebagai berikut:
Aktuator A a0 dan a1 Aktuator B b0 dan b1
Sistem Kontrol Elektropnumatik
25
Teknik Otomasi Industri
a
Sistem Kontrol Elektropnumatik
26
Teknik Otomasi Industri
b
Gb. 1.17a dan b.Diagram Langkah step Analisis Gambar 17b, perhatikan elips warna merah :Urutan langkahnya
sebagai berikut:
Silinder A maju A+ saat Sensor a0 aktif
Silinder B maju B+ saat Sensor a1 aktif
Silinder B mundur B- saat sensor b1 aktif
Silinder A mundur A- saat sensor bo aktif
1 Clamping
A+ S
+ a1
2 Riveting
B+ S
+ b1
3 Riveting
B- S
+ b0
4 Unclamping
A- S
+ a0
Initial position
a1
b1
b0 Start
Sistem Kontrol Elektropnumatik
27
Teknik Otomasi Industri
Gb. 1.18.Diagram fungsi proses Riveting
3. Rangkaian Kontrol Rele
Langkah 1
Gb. 19a.Rangkaian Kontrol ReleLangkah 1 Analisis Gambar 19a.
Perhatikan pada rangkaian rele tersebut secara sequence flow control Gambar 6.18, sebelum melanjutkan ke step berikut jangan lupakan step awal yang
sangat penting dalam sebuah control sequence yaitu “Initialisasi” atau kondisi awal asumsi awal system control.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
28
Teknik Otomasi Industri
Inisial : Sensor a0 Normally Open yang aktif, sehingga kondisi awal bernilai “1”, dalam keadaan tertekan atau aktif
Saat Push button Start PBS ditekan maka rele K1 bekerja dan memicumengaktifkan solenoida Y1 A+. PBS dipasang seri dengan
sensor a0.
Aktuator A maju A+, saat yang sama sensor a0 terbuka dan mengaktifkan sensor a1 sebagai syarat aktif solenoidaY3. actuator A
mempertahankan posisi tepi atas selama Y2 belum aktif.
Y3 aktif maka Aktuator B maju B+, lalu menyentuh sensor b1 sebagai syarat aktif solenoid Y4.
Y4 aktif maka Aktuator B mundur B-, lalu menyentuh sensor b0 sebagai syarat aktif Y2.
Y2 aktif maka Aktuator A mundur A- sehingga kembali ke posisi initial. Saat proses sequence berhenti sampai kembali di posisi initial maka tidak
ada rele maupun solenoid yang aktif bertegangan. Rele dan solenoid hanya aktif karena pengaktifan sensorlimit switch
karena proses itu sendiri.
Langkah 2
Sistem Kontrol Elektropnumatik
29
Teknik Otomasi Industri
Gb. 19b.Rangkaian Kontrol Rele Langkah 2
Pertanyaan: Perhatikan rangkaian di atas menggunakan kontak rangkaian latchingpengunci. Mengapa demikian ?
Langkah 3
Sistem Kontrol Elektropnumatik
30
Teknik Otomasi Industri
Gb. 19c.Rangkaian Kontrol Rele Langkah 3
Langkah 4
Sistem Kontrol Elektropnumatik
31
Teknik Otomasi Industri
Gb. 19d.Rangkaian Kontrol Rele Langkah 4
Langkah 5
Gb. 19e.Rangkaian Kontrol Rele Langkah 5
Sistem Kontrol Elektropnumatik
32
Teknik Otomasi Industri
Gb. 19f.Rangkaian Kontrol Rele Langkah 6
Pertanyaan: Apabila rangkaiannya dibuat seperti Gb. 19f, maka bagaimanakah siklus sekuence yang terjadi. ?
Tugas 4 Berdasarkan displacement step berikut. Gambarkan diagram kontrolnya.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
33
Teknik Otomasi Industri
Gb. 20.Mesin pendorong
Tugas 5 Berikut sebuah alat pengangkat. Gambarkan diagram kontrolnya berdasarkan
informasi diagram stepnya. Sebuah alat angkat digunakan untuk memindahkan benda kerja dari konveyor
bawah ke konveyor yang lebih tinggi atas.
Silinder A1 untuk mengangkat benda kerja. Silinder 2A untuk mendorong benda kerja ke konveyor diatasnya.
Silinder 3A sebagai menahan, melepas dan interupsi suplai benda
kerja.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
34
Teknik Otomasi Industri
Gb. 21.Alat pengangkat Sistem kontrol alat angkat harus dijalankan secara kontinyu atau satu siklus.
Fungsi operasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Emegency Stop, ketika dioperasikan tidak hanya power supply listrik yang mati tetapi daya pneumatik juga.
Reset, mengembalikan sistem ke posisi awal, yaitu batang torak silinder 1A dan 2A mundur dan silinder 3A maju.
Siklus kontinyu OFF, ini memberhentikan proses siklus kontinyu. Jika terdapat benda kerja yang tertinggal di alat harus ditransfer ke konveyor
diatasnya, silinder 1A dan 2A mundur dan alat kembali pada posisi awal.
5. Pengenalan Rangkaian Cascade dan Stepper Sequencer Perhatikan beberapa rangkaian tersebut dan carilah aplikasi yang menggunakan
rangkaian ini. 5.1 Rangkaian Kaskade
Desain diagram rangkaian Secara metodik dengan pemotongan sinyal melalui
katup memori
Sistem Kontrol Elektropnumatik
35
Teknik Otomasi Industri
Gb. 22.Desain Rangkaian Kaskade Kondisi Kotak hitam
Jumlah sinyalinput sama dengan jumlah sinyal output
Satu sinyal output harus ditentukan ke masing-masing sinyal output
Sinyal output harus disimpan, artinya sinyal output yang d
iinginkan harus
tetap keluar jika sinyal input dimatikan.
Hanya boleh satu sinya yang keluar pada saat yang sama
Sinyalinput hanya boleh efektif pada urutan yang sama, misalnya 1-2-3-4-1
RANGKAIAN KASKADE Rangkaian Dengan 4 Sinyal Output
Sistem Kontrol Elektropnumatik
36
Teknik Otomasi Industri
Gb. 23. Rangkaian Kaskade
Hanya satu sinyal output yang aktif Pada kondisi awal, sinyal terakhir yang aktif
Cara kerja sinyal berurutan Jumlah sinyal input = jumlah sinyal output
Jumlahkatuppembalik= jumlahsinyal output -1
Rangkaian Dengan 4 Sinyal Output DenganKatup Fungsi “AND”
Sistem Kontrol Elektropnumatik
37
Teknik Otomasi Industri
Gb. 24. Rangkaian Kaskade dengan katup fungsi “AND” Katup fungsi “AND” digunakan agar sinyal input e
n
hanya dapat lewat jika sinyal output sebelumnya S
n-1
telah digunakan.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
38
Teknik Otomasi Industri
Gb. 24. Rangkaian Kaskade dengan 2 dan 3 sinyal output
Tugas 6 Setelah anda perhatikan prinsip kerja rangkaian kaskade di atas. Dapatkah anda
mendeskripsikan fungsi rangkaian tersebut secara jelas.?
5.2 STEPPER SEQUENCER Prinsip Kerja Stepper sequencer dengan 4 sinyal output
Sistem Kontrol Elektropnumatik
39
Teknik Otomasi Industri
Gb. 25. Rangkaian Stepper sequencer
Gb. 26. Rangkaian Stepper sequencer dengan katup “AND” Prinsip kerja stepper sequencer dengan katup “AND”,
Katup fungsi “AND” digunakan agar sinyal input e
n
hanya dapat lewat jika sinyal output sebelumnya S
n-1
telah digunakan .
Tugas 7 Setelah anda perhatikan prinsip kerja rangkaian stepper sequencer di atas.
Dapatkah anda mendeskripsikan fungsi rangkaian tersebut secara jelas.?
Gb. 26. Rangkaian Stepper sequencer dengan “reset”
Sistem Kontrol Elektropnumatik
40
Teknik Otomasi Industri
Modul Stepper sequencer
Gb. 27.Modul Stepper sequencer type TAA
Gb. 28.Modul Stepper sequencer type TAB
Sistem Kontrol Elektropnumatik
41
Teknik Otomasi Industri
6. Timer dan Counter
Pada proses control Pneumatik, kaitannya dengan aksi actuator maka akan dihadapkan kepada kondisi kapan actuator tersebut bekerja dan kapan berhenti
pada posisinya. Hal ini erat kaitannya dengan pewaktu timerdelay. Begitu juga dalam proses produksi pada system otomasi manufaktur erat kaitannya dengan
jumlah itemobjek produksi yang dihasilkan, baik dalam proses distributing, sorting maupun packing. Dalam hal ini diperlukan komponen control pencacah
Counter.
B. Rangkuman
Pada hakekanya sistem kontrol merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sistematis untuk memecahkan masalah-masalah di bidang
otomasi proses manufaktur. Jadi sistem kontrol merupakan sebuah proses pemecahan masalah problem solving otomasi. Para pengguna
user harus memulai proses problem solving dengan mendefinisikan control task, yakni menentukan what needs to be done ?. Informasi ini
akan memberikan fondasi dan landasan untuk pembuatan kontrol program.
Bila saat ini aktivitas control task dilakukan secara manual atau menggunakan sistem kontrol berbasis hard wired control relay logic,
maka programmer user harus mereview urutan langkah step dari sistem manual tersebut termasuk aktivitas pengembangannya bila ada.
Walaupun sistem berbasis hard wired dapat diubah secara langsung ke sistem berbasis PLC, tetapi step sequence-nya harus di re-disain, bila
memungkinkan, untuk melihat kebutuhan plant saat ini dan untuk membuat kapitalisasi penerapan sistem berbasis programmable
controller.
Sistem Kontrol Elektropnumatik
42
Teknik Otomasi Industri
Setelah control task selesai didefinisikan, maka perancangan proyek untuk membuat solusi cerdas dapat dimulai. Prosedur ini lazimnya
mencakup penentuan control strategy, dan urutan langkah step- sequence yang diinginkan. Urutan step harus dapat dipenuhi oleh control
program untuk menghasilkan output control yang diinginkan. Kegiatan pengembangan ini lazim disebut juga sebagai
pengembanganalgoritma.
Pada rangkaian control sequence, lazim sesuai namanya maka perlu adanya pengaturan kerja rangkaian secara bertingkat maupun berurut.
Hal ini dapat diatasi dengan pengaturan sinyal secara kaskade maupun urutan step Step sequencer. Untuk step sequencer telah tersedia dalam
bentuk modul rangkaian.