BAB 1. PENDAHULUAN RISET Rendam Kaki Air Hangat

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menyerang pada sistem
kardiovaskuler. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat
dikontrol dan dijaga kestabilannya melalui pengobatan dan perawatan baik oleh
tenaga profesional maupun perawatan secara mandiri. Indikator kestabilan status
kardiovaskuler pasien hipertensi berupa nilai heart rate, respiation rate, tekanan
darah, dan ancle branchial indeks yang berada dalam rentang normal serta tidak
terjadi kenaikan atau penurunan yang signifikan. Adanya kestabilan nilai dari
status kardiovaskuler akan mempekecil risiko komplikasi pada pasien dan dapat
meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas harian. Kestabilan
nilai itu dapat tercapai apabila pasien memiliki komitmen dan ketelatenan untuk
melakukan pola hidup sehat, pemeriksaan secara berkala serta menghindari faktor
penyebab hipertensi.
Menurut Jaya (2009), faktor penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor
yang dapat dikontrol meliputi; merokok, obesitas, dan stress. Namun, dalam
kenyataannya kestabilan status kardiovaskuler pada pasien hipertensi tidak dapat
dipantau dengan baik. Banyak terdapat kasus dimana pasien hipertensi mengalami
komplikasi stroke akibat tidak mampu mengontrol pola makan, rokok dan stress.
Dalam beberapa kasus juga terdapat pasien yang memiliki riwayat hipertensi

justru mengalami hipotensi. Hipotensi ini terjadi akibat kekhawatiran yang
berlebihan,

sehingga

pasien

selain

mengkonsumsi

obat-obatan

juga

mengkonsumsi herbal yang tujuannya untuk menurunkan tekanan darah tanpa
melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan. Dari uraian diatas
ditemukan masalah yang sering terjadi pada kasus hipertensi yaitu status
kardiovaskuler pada pasien hipertensi sulit dipantau agar tetap stabil.


Salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki angka hipertensi cukup
tinggi, yaitu Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sebanyak 272.350 orag
(26,5%) dari 1.027.736 orang yang diambil sebagai sampel Riskesdas (Kemenkes
RI., 2013a). Beberapa provinsi di Indonesia yang mengalami prevalensi hipertensi
di atas angka nasional (25,8%), yaitu provinsi Jawa Timur, Bangka Belitug, Jawa
Tengah, Sulawesi Tengah, D.I Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan
Tengah, dan Nusa Tenggara Barat (Departemen Kesehatan RI., 2008a). Provinsi
Jawa Timur termasuk dalam kategori provinsi dengan prevalensi di atas angka
nasional yang memiliki prevalensi sebesar 25519 jiwa (26,2%) dari 97.339
anggota rumah tangga yang didata (Kemenkes RI., 2013a). Di wilayah Jember
sendiri, hipertensi primer menduduki peringkat ketiga terbanyak di Jawa Timur
paa tahun 2011, yaitu mencapai 61.523 kasus dengan prosentase 44,2% kasus
berada pada kelompok usia pertengahan (45-59 tahun) (Dinkes Kabupaten
Jember, 2012).
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor, namun pada dasarnya disebabkan
oleh adanya aktifitas saraf simpatis berlebih (Corwin, 2008). Aktivitas saraf
simpatis berlebih menyebabkan pelepasan asetilkolin yang mampu melepaskan
norepinefrin ke pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 1996). Rangsangan tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh respon emosi yang secara bersamaan akan

merangsang kelenjar adrenal untuk mengsekresi epinefrin, kortisol, dan steroid
lainnya

yang

menyebabkan

vasokontriksi.

Adanya

vasokontriksi

yang

menyebabkan penurunan aliran darah ginjal mampu merangsang pelepasan renin
dan melakukan mediasi pada angiostensin II untuk meretensi natrium sehingga
terjadi peningkatan cairan intravaskuler dan volume plasma. Peningkatan volume
plasma tersebut menyebabkan peningkatan volume sekuncup kronis yang
mempengaruhi preload dan afterload jantung sehingga menimbulkan peningkatan

tekanan darah atau hipertensi (Corwin, 2008). Adanya peningkatan tekanan
pembuluh darah menyebabkan pecahnya pembuluh darah arteri di otak, hipertrofi
jantung akibat kompensasi miokard, kerusakan kapiler glomerulus akibat
peningkatan tekanan darah kapiler glomerulus, dan penumpukan cairan intertisial

pada otak, serta kondisi arterosklerosis yang menyertai sehingga menimbulkan
berbagai komplikasi.
Hipertensi dapat diobati secara farmakologis dan non farmakologis.
Pengobatan secara farmakologis biasanya menggunakan obat-obatan yang
mengandung efek samping. Pengobatan non farmakologis meliputi menghentikan
kebiasaan merokok, menurunkan konsumsi alkohol berlebih, menurunkan asupan
garam dan lemak, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, penurunan berat badan
berlebihan, latihan fisik dan terapi komplementer. Terapi komplementer ini
bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi
nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupressur,
aromaterapi, refleksiologi dan hidroterapi (Sudoyo, 2006). Berbagai jenis
hidroterapi, metode yang umum digunakan dalam hidroterapi yaitu mandi
rendam, sitzbath, pijat air, membungkus dengan kain basah, kompres, merendam
kaki (Chaiton, 2002).
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama

berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah
menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang akan
menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh (Hembing,
2000). Air hangat mempunyai dampak fisiologi bagi tubuh sehingga rendam kaki
air hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot
sendi yang kaku serta menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui kesadaran
dan kedisiplinan (Peni,2008). Hidroterapi rendam hangat ini sangat mudah
dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal, dan tidak
memiliki efek samping yang berbahaya (Perry & Potter, 2006).
Prinsip kerja dari hidroterapi rendam air hangat ini yaitu dengan
menggunakan air hangat yang bersuhu sekitar 40,5 – 43 oC secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga akan
membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar pembuluh darah
akibatnya lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan yang mengalami
pembengkakan dan ketegangan otot. Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar
sirkulasi getah bening sehingga membersihkan tubuh dari racun. Oleh akrena itu

orang-orang yang menderita penyakit seperti rematik, radang sendi, linu panggul,
sakit punggung, insomnia, kelelahan, stress, sirkulasi darah yang buruk
(hipertensi), nyeri otot, kram, kaku, terapi air bisa digunakan untuk meringankan

masalah tersebut. Dari penelitian juga telah diamati bahwa hidroterapi rendam air
hangat mampu meringankan denyut nadi dan tekanan darah yang meningkat
dengan mengurangi tingkat stress dan memperbaiki pembengkakan sendi.
Hidroterapi rendam air hangat

mengurangi rasa sakit dengan merangsang

produksi endorphine, yang merupakan zat kimia saraf yang memiliki sifat
analgesik. Melihat manfaat dari terapi rendam air hangat ini, peneliti terpacu
untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh rendam air hangat terhadap status
kardiovaskuler pasien hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah
yang dapat diangkat dalam penelitian yaitu apakah ada pengaruh rendam air
hangat pada kaki terhadap status kardiovaskuler klien dengan hipertensi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi rendam air
hangat pada kaki terhadap status kardiovaskuler klien dengan hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi.
b. Mengidentifikasi status kardiovaskuler klien sebelum diberikan terapi
rendam air hangat pada kaki.
c. Mengidentifikasi status kardiovaskuler klien setelah diberikan terapi
rendam air hangat pada kaki.
d. Mengidentifikasi perbedaan status kardiovaskuler klien saat observasi
awal dan observasi akhir setelah diberikan terapi rendam air hangat pada
kaki.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Manfaat penelitian ini bagi institusi pendidikan adalah menambah
informasi dan sebagai tambahan referensi serta penembangan penelitian

tentang pengaruh terapi rendam air hangat pada kaki terhadap status
kardiovaskuler klien sekaligus juga sebagai dasar untuk pembentukan
program pencegahan komplikasi kronik hipertensi khususnya pada status
kardiovaskuler.
1.4.2 Manfaat bagi Instansi Kesehatan
Manfaat penelitian bagi instansi kesehatan khususnya Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Puskesmas adalah data dan hasil yang diperoleh dari

penelitian dapat dijadikan suatu gambartan bahwa terapi rendam air hangat
pada kaki secara rutin dapat digunakan untuk meningkatkan status
kardiovaskuler pada klienhipertensi sekaligus juga sebagai dasar untuk
pembentukan program pencegahan komplikasi kronik hipertensi khususnya
pada status kardiovaskuler.
1.4.3 Manfaat bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam
melakukan upaya dengan membentuk suatu program pencegahan komplikasi
kardiovaskuler pada hipertensi dengan melakukan terapi rendam air hangat
pada kaki.
1.4.4 Manfaat bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat adalah dapat menambah dan
meningkatkan wawasan serta pengetahuan terhadap pentingnya terapi
komplementer khususnya terapi rendam air hangat pada kaki terhadap status
kardiovaskuler pasien hiperensi untuk mencegah komplikasi kardiovaskuler.
1.4.5 Manfaat bagi Peneliti
Manfaat bagi penelitian adalah menambah pengetahuan dan wawasan
terkait pengaruh terapi rendam air hangat pada kaki terhadap status
kardiovaskuler. Penelitian ini juga sekaligus sebagai dasar untuk embentukan
program pencegahan komplikasi kronik hipertensi pada status kardiovaskuler

serta pengembangan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif di dalam
pelayanan kesehatan yang lebiih luas di masyarakat.

1.5 Keaslian Penelitian
Terdapat berbagai penelitian mengenai terapi rendam air hangat yang
mendasari penelitian ini, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Anita Purnama Dewi dengan judul Pemberian Terapi Rendam Kaki Air
Hangat Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental dengan
pendekatan one-group pe-test-post test desain, teknik pengambilan data
menggunakan purposive sampling sebanyak 22 responden penderita
hipertensi. Data diuji selama satu kali uji analisis menggunakan wilcoxon test
signifikansi mean standar deviasi dengan p