BAB 16 AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN : PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA

RESUME BAB 16

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN : PENGUJIAN
SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA
Tugas resum ini dibuat untuk memenuhi Mata Kuliah:
PENGAUDITAN II

Disusun Oleh

Nama
NIM
Kelas

: Indah Rahmawati
: 2014017035
: 4A2

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA

2016

BAB 16
AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN : PENGUJIAN SUBSTANTIF
TERHADAP SALDO UTANG USAHA
DESKRIPSI UTANG USAHA
Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua kewajiban
yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca atau
dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam
aktiva lancer atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar digolongkan
menjadi 6 kelompok yaitu:
1) Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku cadang,
dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang usaha dapat digolongkan menjadi 2
golongan :


utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account
payable) dan




utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan
untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau notes payable).

2) Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3) Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk sebagai pemungut
pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak
Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.
5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
 Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
 Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang
dijual dengan garansi.
 Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa,
pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya deplesi
sumber alam.
6)

Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang bank (kredit

modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan
utang deviden.
Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Aktiva Lancar

1) Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan aktiva
tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini sering kali didorong
oleh motif untuk memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik sehingga kelihatannya
perusahaan memiliki likuiditas yang baik.Gambaran modal kerja yang baik ini juga dapat
ditempuh dengan menurunkan nilai hutang lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat
hutang lancar sehingga terdapat hutang yang tidak tercatat tanggal neraca.
2) Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur- nsur aktiva lancar
per tanggal neraca..
Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Hutang Lancar dengan

Pengujian sunstantif

Terhadap Aktiva Lancar
1) Pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian
hutang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya, sedangkan pengujian
substantive terhadap aktiva lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva

lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya.
2) Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan
kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan ke
dalam neraca
PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN UTANG LANCAR DI
NERACA
Sebelum membahas penyajian subtantif terhadap utang usaha, perlu diketahui terlebih dahulu
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian utang lancar di neraca berikut ini :
 Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
 Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus dipisahkan
dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
 Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
 Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
 Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
TUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP UTANG USAHA
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang
usaha.

2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang

usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan
saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
PROGRAM PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP UTANG USAHA
Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk
mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas. Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari
pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci. Berbagai
prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:
Prosedur audit awal
Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan
rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang
mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi
utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya.
Oleh karena itu, auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi
informasiutang usaha dineraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:
a. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang bersangkutan
di dalam buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.
c. Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun aktiva
tetap dan akumulasi depresiasinya
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang bersangkutan.
f.

Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control utang usaha di buku besar

Prosedur analitik
Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan
audit lebih intensif. Untuk itu auditor melakukan perhitugan berbagai ratio berikut:

Ratio

Formula

Tingakat perputaran utang usaha


��������� ÷ ������ ����� ���ℎ�

Rasio utang usaha dengan utang lancar

����� ����� ���ℎ� ÷ ����� ������

Pengujian terhadap transaksi rinci
1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke dokumen yang mendukung
timbulnta transaksi tersebut.
2. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas keluar (voucher), laporan
penerimaan barang, dan surat order pembelian.
3. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar, memo debit untuk
retur pembelian
4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur pembelian
5. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit
dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
6. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
7. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
8. Periksa adanya utang usaha yang tidak di catat.

Pengujian terhadap saldo akun rinci
Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:
a. Keberadaan dan keterjadian.
b. Kelengkapan.
c. Kewajiban.

d. Penyajian dan pengungkapan.
Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca di buktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi
utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari
kreditur.
1. Lakukan konfirmasi utang usaha.
2. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha setelah tangal neraca.
3. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke peryataan piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari debitur.

Verifikasi Penyajian dan pengungkapan
1. Periksa klasifikasi utang usaha di neraca.
Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika jumlahnya
material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga golongan: a. Utang usaha kepada

kreditur usaha b. Utang usaha kepada perusahaan afiliasi c. Utang usaha kepada direksi,
pemegang saham utama, manager, dan karyawan perusahaan.
2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non usaha.
Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak lancar, maka
jumlah utang ini tetap disajikan di neraca dalam kelompok utang jangka panjang, bukan utang
lancar untuk menghindari pengaruh signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi
keuangan (modal kerja).
3. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha.
Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di neraca atau
dalam penjelasan laporan keuangan.
4. Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkap dan utang
bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang usaha tersebut.

5. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaiaan pekerjaan lapangan.
Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan berpotensi menimbulkan utang
bersyarat.
6. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.
7. Mintalah informasi dari pengacar klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan klien.
8. Kirimkan konfirmasi ke bank.
Auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban bersyarat yang menjadi tanggung

jawab klien pada tanggal neraca.
9. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.