HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KONFORMITAS PADA KOMUNITAS HIJABERS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu sifat manusia adalah sebagai makhluk sosial disamping
sebagai

makhluk

individual.

Sebagai

makhluk

individual

manusia

mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan
dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai

dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia
mempunyai dorongan sosial. Seperti juga dikemukakan oleh Murray bahwa
manusia mempunyai motif atau dorongan sosial (lih. Crider, dkk, 1983;
Morgan, dkk, 1984). Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada
manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan
hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian maka akan
terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain yang
disebut interaksi sosial (Walgito, 2003).
Namun, dalam perkembangan selanjutnya interaksi akan dipengaruhi
oleh proses belajar. Karena itu, interaksi dapat berkembang. Berkaitan
dengan hal tersebut ada orang yang interaksinya baik, sebaliknya ada orang
yang interaksinya kurang baik. Dalam kehidupan sehari-hari ada orang yang
lekat hubungannya, namun ada juga orang yang kurang lekat hubungannnya.
Hal ini akan membawa perbedaan dalam jarak sosial. Keadaan ini akan
berpengaruh pada interaksinya. Lekat tidaknya hubungan atau baik tidaknya
interaksi seseorang dengan orang lain dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu
segi frekuensi interaksi, segi intensitas interaksi, dan segi popularitas
interaksi (Walgito, 2011).
Belakangan ada kabar yang mengungkapkan bahwa dikalangan
muslimah terdapat komunitas. Bahkan tanpa ragu mereka menyebut

kelompok mereka sebagai sosialita muslimah. Pada dasarnya, Islam melarang
eksklusivitas, pamer harta ataupun penampilan sampai sikap berlebihan dalam
melihat harta. Tapi peradaban berjalan dengan logika materialnya. Realitas

1

2

kebendaan menjadi tak bisa dielakkan. Walaupun mengakumulasi kekayaan
dan pengaruh sosial juga tidak diharamkan dalam Islam. Namun sosialita
(apalagi ditambah kata “muslimah”) di Indonesia secara sosiologis memang
hal baru (Wakhid, Indri, dkk, 2012).
Sosialita muslimah, dalam soal gaya dan kode gaul lainnya juga tak
jauh berbeda dengan sosialita pada umumnya. Mereka menyukai fashion,
barang-barang branded, hanya saja jenis barangnya seputar busana muslim,
jilbab dan aksesoris pendukungnya yang menjadi acuan tren muslimah secara
umum. Mereka juga memiliki gaya hidup islami dan kontribusi bagi
masyarakat muslim. Secara garis besar sosialita muslim dapat dicirikan
sebagai berikut : menampilkan atribut fesyen yang trendy dan tidak
kampungan, dan memiliki kelompok pengajian atau taklim sehingga

mendapatkan muatan positif bagi pencerahan pemikiran yang nantinya akan
berimbas pada perubahan dan kemajuan baik secara individu maupun
masyarakat (Wakhid, Indri, dkk, 2012).
Dan sejatinya keberadaan sosialita muslim menjadi bless in disguished
ketika diarahkan untuk membawa masyarakat untuk melakukan perubahan ke
arah yang positif. Komunitas Hijabers terlepas pro-kontra yang menyebut
mereka sebagai sosialita muslimah, komunitas ini mampu memberikan
sesuatu yang berbeda dalam gerak fashion muslim Indonesia. Dari sisi
fashion style-nya, mereka sangat kreatif dalam menciptakan style-style baru
yang “out-of-the-box”, lain dari biasanya. Beberapa style adaptasi perpaduan
dari style fashion muslimah dari timur-tengah. Mereka berhasil menciptakan
tren fashion style ala Hijabers yang uniquely modern dan stylish, mendobrak
pakem dan membuktikan bahwa berbusana muslim justru akan menambah
cantik dan anggun penampilan seorang muslimah. Tak salah jika style
berbusana ala Hijabers saat ini banyak dijadikan inspirasi gaya busana
muslimah Indonesia (Quanesha, 2011).
Menurut Wakhid, Indri, dkk (2012), sebenarnya kelompok-kelompok
sosialita sudah ada sejak 10 tahun terakhir, dan semakin kesini, semakin
banyak dan bervariasi. Dari kelompok-kelompok sosialita ada yang
menonjolkan keglamoran. Tak pelak banyak yang meninggalkan jati dirinya,


3

yang tadinya sederhana, sekarang bersemangat untuk menyamakan
penampilannya dengan kelompok sosialita. Penyesuaian yang dilakukan
disebut konformitas. Konformitas adalah penyesuaian yang dilakukan dengan
mengubah perilaku sesuai dengan kelompok. Dasar utama dari konformitas
adalah ketika individu melakukan aktifitas dimana terdapat tendensi yang
kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun
tindakan tersebut dilakukan secara terpaksa.
Sekalipun sebuah kelompok tidak sepenuhnya bersifat koersif, sesuatu
pasti akan terjadi pada diri kita jika kita bergabung dengan kelompok
tersebut. Kita akan berperilaku berbeda dibanding dengan diri kita yang
sebenarnya, terlepas dari apakah kelompok tersebut bertujuan untuk
mengatasi masalah dan membuat keputusan, atau hanya sekedar berkumpul
untuk bersenang-senang ; terdiri dari orang lain yang tidak kenal atau anggota
dari sebuah chat room di internet, atau hanya sekedar kumpulan orang yang
menghabiskan waktu di bar. Keputusan yang kita buat dan tindakan yang kita
lakukan lebih sedikit dipengaruhi oleh keinginan pribadi daripada oleh
keputusan yang berasal dari struktur dan dinamika kelompok itu sendiri

(Wade & Tavris, 2007).
Penelitian Solomon Asch pada tahun 1951 dan 1955 disebut sebagai
salah satu penelitian klasik dalam konformitas. Partisipan dalam penelitian ini
diminta untuk mengindikasikan yang mana dari ketiga garis pembanding
yang sama persis dengan sebuah garis standar. Beberapa orang dari partisipan
adalah asisten peneliti yang tidak diketahui oleh partisipan lainnya. Pada saatsaat yang disebut sebagai critical trials, para asisten peneliti tersebut dengan
sengaja menjawab salah pertanyaan yang diajukan. Mereka memilih garis
yang salah sebagai garis yang sesuai dengan garis standar. Lebih dari itu,
mereka menyatakan jawaban salah tersebut terlebih dahulu sebelum
partisipan yang lain memberikan jawaban. Hasilnya adalah bahwa ternyata
partisipan yang lain kemudian terpengaruh dan memberikan jawaban yang
sama dengan yang dikatakan oleh para asisten peneliti tersebut. Pada titik ini
terjadilah apa yang disebut dengan konformitas (Hurlock, 1980).

4

Wade dan Tavris (2007) menjelaskan bahwa satu hal yang seseorang
lakukan ketika berada dalam sebuah kelompok adalah konform, yaitu
melakukan tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya tekanan
kelompok yang nyata maupun yang persepsikan. Individu yang mempunyai

tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak tergantung pada peraturan
didalam kelompoknya, sehingga individu cenderung mengatribusikan setiap
aktivitasnya sebagai usaha kelompok, bukan usahanya sendiri. Dalam kondisi
seperti ini, dapat dikatakan bahwa motivasi untuk menuruti ajakan dan aturan
kelompok cukup tinggi, karena menganggap aturan kelompok adalah yang
paling benar serta ditandai dengan berbagai usaha yang dilakukan individu
agar diterima dan diakui keberadaannya dalam kelompok.
Apalagi komunitas Hijabers ini bisa dikatakan sebagai yang pertama di
Indonesia. Dan ini, tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Hal ini dapat
dilihat dari semakin banyak yang bergabung dan secara tidak langsung
meningkatnya jumlah perempuan muslim yang menggunakan jilbab karena
penggunaan style berbusana ala Hijabers saat ini banyak dijadikan inspirasi
gaya busana muslimah Indonesia (Novriyadi, 2011).
Munculnya komunitas Hijabers dan muslimah lainnya tak ditampik
membuat tren berbusana tersendiri yang akhirnya menjadi “happening”.
Alhasil, era berbusana para muslimah pun kini makin modis dan gaya.
Tengoklah beberapa tahun ke belakang. Keberadaan para pemakai kerudung
atau hijab mungkin masih sangat minim, sehingga model busana muslim pun
masih sangat konservatif dan tidak sevariatif sekarang. Seiring perjalanan
waktu, busana muslim mulai menampakkan gaungnya dengan berbagai

pilihan busana trendi.
Namun sayangnya hal ini tidak ikuti dengan meningkatnya akidah para
pemakainya. Mereka menggunakan hijab hanya karena alasan mengikuti
trend berbusana muslim ala Hijabers, sehingga modis dan gaya yang menjadi
alasan utama mereka menggunakan hijab. Bahkan dalam komnunitas
Hijabers Banjarmasin itu sendiri masih terdapat anggota yang on-off dalam
menggunakan hijab. Komitmen dalam menggunakan hijab yang rendah
membuat individu menggunakan hijab hanya ketika mengikuti kegiatan

5

komunitas. Hal ini juga dapat dilihat pada saat diadakan pertemuan rutin
setiap bulan yaitu kegiatan pengajian untuk anggota komunitas Hijabers.
Kegiatan ini bukan hanya bertujuan sebagai sarana silaturahmi para anggota
tetapi juga sebagai upaya menyeimbangkan agar tidak hanya fisik yang
didandani tetapi juga rohani. Namun setiap diadakannya kegiatan pengajian
tersebut hanya sebagian anggota yang hadir, yang lain tidak hadir dengan
berbagai macam alasan, padahal pengurus komunitas selalu mencari
pembicara dan topik yang menarik dan kegiatan tersebut tidak dipungut biaya
tidak seperti kegiatan hijab class yang diadakan setiap 3 bulan dan dipungut

biaya minimal Rp. 250,000,00 namun anggota yang mengikutinya lebih
banyak daripada kegiatan pengajian yang diadakan setiap bulan dan free.
Menurut Wade dan Tavris (2007) secara alami, setiap orang membawa
kepribadiannya masing-masing disertai dengan minat pada peran tertentu
yang mereka mainkan. Namun demikian, aturan dalam suatu peran sosial
sedemikian kuatnya sehingga sering kali aturan itu menyebabkan individu
berperilaku dalam cara yang bukan seperti diri yang sebenarnya. Inilah yang
disebut konformitas, individu menyesuaikan perilakunya sesuai dengan
norma kelompok. Selanjutnya Myers (1996), mengatakan konformitas yang
dimunculkan oleh setiap individu pada umumnya dapat dikategorikan
menjadi dua bentuk,

yaitu menurut (compliance) dan penerimaan

(acceptance). Menurut (compliance) merupakan bentuk konformitas yang
dilakukan individu dengan cara mengubah perilakunya didepan publik agar
sesuai dengan tekanan kelompok, tetapi secara diam-diam tidak mengubah
pendapat

pribadinya.


Keseragaman

perilaku

yang

ditunjukan

pada

konformitas bentuk menurut (compliance) dilakukan individu untuk
mendapat hadiah, pujian, rasa penerimaan, serta menghindari hukuman dari
kelompok. Penerimaan (acceptance) merupakan bentuk konformitas yang
dilakukan individu dengan cara menyamakan sikap, keyakinan pribadi,
maupun perilakunya didepan publik dengan norma atau tekanan kelompok.
Perubahan keyakinan maupun perilaku individu terjadi apabila dirinya
sungguh-sungguh percaya bahwa kelompok memiliki opini atau perilaku
yang benar. Kurangnya informasi yang didapat individu menyebabkan


6

individu melakukan konformitas penerimaan (acceptance). Karena individu
melakukan atas dasar keinginan untuk berbuat benar.
Seperti juga kepatuhan (obedience), konformitas juga memiliki sisi
positif dan negatif. Masyarakat akan berfungsi dengan lebih baik ketika
orang-orang tahu bagaimana berperilaku pada situasi tertentu, dan ketika
mereka memiliki kesamaan sikap dan tata cara dalam berperilaku.
Konformitas dalam berpakaian, pilihan hidup, dan ide-ide yang ada
menunjukan adanya perasaan “seirama” dengan rekan-rekan dan kerabat
kerja. Namun konformitas juga dapat menghambat kreatifitas berpikir kritis.
Dalam kelompok, banyak orang akan menyangkal kepercayaan pribadi
mereka dan sepakat akan pemahaman yang tidak masuk akal, yang bahkan
bertentangan dengan nilai-nilai pribadi mereka (Wade & Tavris, 2007).
Menurut Rakhmat (2008) konformitas terjadi karena dipengaruhi oleh
faktor situasional dan faktor personal. Faktor kepribadian merupakan internal
yang sangat memainkan peranan yang penting menentukan perilaku
seseorang (Pudjijogyanti, 1985). Sedangkan menurut Hurlock (1980), inti
dari pola kepribadian adalah konsep diri. Konsep diri merupakan suatu
asumsi-asumsi atau skema diri mengenai kualitas personal yang meliputi

penampilan fisik (tinggi, pendek, berat, ringan, dsb), trait/kondisi psikis
(pemalu, kalm, pencemas, dsb) dan kadang-kadang juga berkaitan dengan
tujuan dan motif utama. Konsep diri dapat diartikan merupakan sekumpulan
informasi kompleks yang berbeda yang dipegang oleh seseorang tentang
dirinya (Baron & Byrne, 2005).
Self dapat dipandang dari perspektif ABC yaitu Affection, Behavior, dan
Cognition atau afeksi, kognisi, dan perilaku (Brehm & Kassin, 1993).
Komponen kognitif dari sikap adalah bagaimana seseorang mengetahui diri
sendiri dan mengembangkan konsep diri. Komponen afektif dari self adalah
bagaimana cara seseorang mengevaluasi diri sendiri, meningkatkan harga
diri, dan mengatasi ancaman-ancaman terhadap harga diri. Komponen
perilaku dari self adalah bagaimana cara seseorang mempresentasikan diri
sendiri kepada orang lain dan meregulasikan perilakunya sesuai dengan
tuntutan interpersonal (Helmi, 1999).

7

Dalam perspektif kognitif, yang menentukan informasi sosial
diperhatikan, diorganisasi, dan diingit kembali disebut dengan skema. Skema
ini memungkinkan orang mengevaluasi atribut-atributnya secara individual
dan melakukan kategori sosial. Skema mempunyai peran yang sangat penting
dalam persepsi diri dan proses kategori sosial karena dengan skema tersebut,
mengarahkan perhatian terhadap informasi sosial yang relevan, mengarahkan
struktur untuk dievaluasi, dan membantu mengakses kategori-kategori di
dalam memori. Skema memberikan cara yang efisien dalam memahami diri
dan lingkungan. Skema yang berkaitan dengan persepsi diri adalah selfschema sedangkan yang berkaitan dengan persepsi sosial meliputi person
schema (Helmi, 1999).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Annisa Ismaranti (2012),
tentang Konsep Diri Anggota Committe Hijabers Community yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana keikutsertaan dan kesamaan hobi akan fashion
dapat mempengaruhi konsep diri anggota committee Hijabers community.
Hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif ini menunjukan bahwa motif
bergabungnya anggota committee Hijabers community beragam, diantaranya
motif ingin membuat wadah bagi wanita muslim untuk bersilaturahmi, diajak,
dan motif dari diri sendiri. Simpulan penelitian adalah motif anggota
committee Hijabers community untuk bergabung adalah didorong oleh
berbagai alasan, bisa dari dorongan internal maupun eksternal. Serta konsep
diri mereka terus berlangsung secara bertahap disesuaikan dengan
lingkungannya.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ikawati (2007)

tentang

Hubungan Konsep Diri Muslimah dengan Intensitas Memakai Jilbab pada
Mahasiswi UNISMA, mendapatkan koefisien korelasi r = 0,656 dan p =
0,000. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukan adanya hubungan
yang positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan
intensitas memakai jilbab pada remaja. Hal ini berarti konsep diri yang
dimiliki remaja muslimah berkaitan dengan tingkat kecenderungan remaja
untuk memakai jilbab.

8

Menurut Juneman (2010) berbagai macam alasan mengapa seseorang
menggunakan jilbab. Sebagian memutuskan berjilbab setelah melalui
perjuangan panjang dan meyakini bahwa itulah pakaian yang diwajibkan
Islam. Jadi, alasannya sangat teologis. Sebagian karena alasan psikologi,
tidak merasa nyaman karena semua orang dilingkungannya memakai jilbab.
Sebagian lagi menggunakan jilbab karena dipaksa oleh aturan. Bahkan modis
menjadi salah satu alasan perempuan menggunakan hijab, agar tampak cantik
dan trendi sebagai respon terhadap tantangan dunia model yang sangat akrab
dengan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat diketahui
bahwa intensitas memakai jilbab ataupun keikutsertaan seseorang dalam
komunitas Hijabers salah satunya dipengaruhi oleh konsep diri yang
dimilikinya.
Pembentukan konsep diri individu itu sendiri dipengaruhi oleh
penerimaan terhadap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Sejauhmana
individu menyadari dan menerima segala kelebihan maupun kekurangan yang
ada pada dirinya, maka akan mempengaruhi pembentukan konsep dirinya.
Kalau dia mampu menerima kelebihan dan kekurangan tersebut, dalam diri
individu akan tumbuh konsep diri positif, sebaliknya yang tak mampu
menerimanya, maka cenderung akan menumbuhkan konsep diri yang negatif.
Konsep diri yang baik, akan mempengaruhi kemampuan individu dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya dengan baik. Sebaliknya, yang
konsep dirinya negatif, cenderung menghambat dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan sosialnya (Dariyo, 2004).
Kita mempelajari siapakah diri kita adalah melalui pengalaman,
khususnya interaksi kita dengan orang lain. Salah satu cara kita mempelajari
tentang diri kita dari interaksi sosial adalah dengan menemukan apa yang
orang lain pikirkan tentang kita. Proses presepsi mengenai sisi baik atau jelek
berdasar pada apa yang orang lain pikirkan tentang kita disebut dengan
penaksiran yang direfleksikan. Ini adalah proses yang paling penting yang
mempengaruhi konsep diri kita (Dayakisni & Hudaniah, 2006).
Wulan (2005), melakukan penelitian tentang Hubungan Antara
Penerimaan Kelompok Sebaya dengan Konsep Diri pada Remaja di SMUN 1

9

Probolinggo. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif dan
sangat signifikan antara penerimaan kelompok sebaya dengan konsep diri
pada remaja dengan koefisien korelasi (r) = 0,799 dan p = 0,000. Artinya
semakin tinggi penerimaan kelompok sebaya maka akan semakin positif
konsep diri pada remaja. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah penerimaan
kelompok sebaya maka semakin negatif konsep diri.
Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada individu
atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari
stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus
eksternal maupun stimulus internal. Namun demikian sebagian terbesar dari
perilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal (Walgito,
2003). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka konsep diri seseorang
terbentuk dari stimulus eksternal yaitu salah satunya adalah kelompok
sebaya.
Bandura (dalam Walgito, 2003) mengatakan perilaku, lingkungan, dan
individu itu sendiri saling berinteraksi satu dengan yang lain. Ini berarti
bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, disamping
itu perilaku juga dapat berpengaruh pada lingkungan, demikian pula
lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati, Siswati, dkk (2007), tentang
Hubungan Konsep Diri dengan Konformitas terhadap Kelompok Teman
Sebaya pada Aktivitas Clubbing dan memperoleh r = 0,340 dan p = 0,02 (p <
0,05). Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa arah hubungan negatif
menunjukan bahwa semakin positif konsep diri maka konformitas terhadap
kelompok teman sebaya pada aktivitas clubbing semakin rendah. Sehingga
dalam penelitian ini terdapat korelasi negatif antara konsep diri dengan
konformitas terhadap kelompok teman sebaya pada aktivitas clubbing.
Berdasarkan penelitian diatas menunjukan bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh individu itu sendiri. Konsep diri seseorang berpengaruh
terhadap konformitas yang dilakukan. Atau dengan kata lain perilaku yang
dimunculkan oleh individu sebagai respon stimulus internal yaitu konsep diri
yang dimiliki oleh seseorang.

10

Individu yang mampu menerima kelebihan dan kekurangannya, dalam
diri individu akan tumbuh konsep diri positif, sebaliknya yang tak mampu
menerimanya, maka cenderung akan menumbuhkan konsep diri yang negatif.
Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku
individu, yaitu individu akan bertingkahlaku sesuai dengan konsep diri yang
dimiliki. Dalam kaitannya dengan konformitas, konsep diri yang positif
membuat individu akan memiliki rasa percaya diri yang baik dan memiliki
konsistensi diri dengan apa yang di yakini. Dengan memiliki konsep diri yang
positif maka individu akan dapat memilah atau menentukan kapan sebaiknya
harus konform dan kapan harus memegang teguh pendirian untuk tidak
mengikuti anjuran kelompok sehingga akan menempatkan individu secara
luwes dalam pergaulan tanpa menimbulkan kerugian bagi diri individu
maupun kelompok (Rakhmat, 2008).
Semakin berkembangnya seseorang, semakin mampu mengatasi
lingkungan, ia semakin mengerti siapa dirinya, lalu ia mengembangkan sikap
serta perilakunya. Tajfel (dalam Arishanti, 2006) berpandangan bahwa untuk
memahami perilaku sosial perlu mempertimbangkan kelompok sebagai
entitas sederhana yang nyata, karena keanggotaan dalam kelompok
merupakan bagian integral dari konsep diri (self-concept).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunitas Hijabers telah
memberikan warna baru dalam dunia fashion terutama dalam dunia fashion
busana muslim. Motif untuk bergabung dengan komunitas Hijabers ini pun
beragam, baik dorongan internal maupun eksternal. Salah satunya yaitu
konsep diri yang merupakan hal yang penting dalam diri seseorang. Konsep
diri akan mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku sesuai dengan
pendapatnya tentang dirinya sendiri. Konsep diri membantu seseorang untuk
menentukan kapan sebaiknya harus konform dan kapan harus memegang
teguh pendirian untuk tidak mengikuti anjuran kelompok. Oleh karena itu
peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan
Antara Konsep Diri dengan Konformitas pada Komunitas Hijabers”.

11

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
hubungan antara konsep diri dengan konformitas pada komunitas Hijabers ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diungkap, maka tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan
konformitas pada komunitas Hijabers.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Untuk mengembangkan atau menambah konsep-konsep atau teori
yang mendukung dalam perkembangan psikologi perkembangan,
psikologi kepribadian, maupun psikologi sosial.
2. Secara Praktis
Diharapkan sebagai masukan bagi anggota komunitas Hijabers untuk
memahami konsep diri dan konformitas yang positif dan negatif. Agar
tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, dan hendaknya anggota
komunitas Hijabers dapat memiliki konsep diri yang positif. Karena
konsep diri merupakan salah satu hal penting dalam menentukan perilaku
termasuk dalam hal berpenampilan.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN
KONFORMITAS PADA KOMUNITAS HIJABERS

SKRIPSI

Oleh :
Mutia Andriani
08810023

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KONFORMITAS
PADA KOMUNITAS HIJABERS

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Mutia Andriani
08810023

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala
kebesaran-Nya, karunia dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Shalawat dan salam selalu tercurah pada kekasih Allah SWT, Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat dan pengikut jejak langkahnya sampai hari akhir nanti.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Konsep Diri dengan Konformitas
pada Komunitas Hijabers”. Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu
syarat menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan petunjuk serta bentuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Siti Suminarti, M.Si dan Ibu Ni’matuzahroh, M.Si selaku pembimbing I
dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Dra. Djudiyah, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan
memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
4. Seluruh

dosen

dan

staff

pengajar

Fakultas

Psikologi

Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah membantu penulis sejak awal
perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
5. Komunitas Hijabers Banjarmasin yang telah memberikan ijin kepada penulis
hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan, khususnya Yohana yang telah
membantu penulis selama proses pengambilan data.
6. Kedua orang tuaku, H. Adiansyah dan Hj. Mastainah yang senantiasa
mengiringi dengan doa, kasih sayang, dorongan, dukungan, nasehat, dan
perhatian yang tidak pernah berhenti hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Kalian adalah motivasi ku, terimakasih yang tak terhingga untuk
semua yang telah kalian berikan. U’r my everything..
7. Jagoan-jagoan yang kakak sayang, Al-Hafizh Muhajir, Arif Hidayatullah dan
Alfaris Muammar terimakasih atas dukungan semangat maupun doa kalian
selama ini.
8. Untuk Dwi Bakti, terimakasih atas doa, semangat, pengertian, perhatian,
dukungan, nasehat dan cinta kasih yang telah diberikan selama kebersamaan
kita sampai akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. U’r my endless
love..
9. Bubuhan Buncis terutama Saptyna dan Dante, terima kasih atas kebersamaan
saat suka maupun duka selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih atas perhatian dan dukungan kalian selama ini.
Unyuuukk.....
10. Kos 99 yang sudah menjadi tempat berteduh selama penulis kuliah. Bapakibu kos dan anak-anak kos, Mb dhe, Mb tiwi, Mb pima, Mb tamy, Mb ayu
munel, Ayu ndut, Hesky, Fafa, Dwi, Kiki, Fara kecil, Widya, Diba dan Indi.
Makasih buat hari-hari seru, menyenangkan hari-hari indah dan kebersamaan
yang sudah kita jalani selama ini, baik canda tawa maupun tangis yang
terurai. Semoga kita selalu menjadi keluarga besar 99..
11. Kak Tri, terima kasih atas bantuan, saran dan dukungannya hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Rekan-rekan Psikologi 2008 khususnya kelas A, kebersamaan yang begitu
berarti selama berkumpul bersama kalian. Akan selalu ku rindukan
kebersamaan itu. Khusus nya teman-teman seperjuangan ku saat bimbingan,
Kunti (nchun), Oyong dan Dennis. I’ll be miss u all,,
13. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik
dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususbya dan
pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Malang, 28 April 2012
Penyusun

Mutia Andriani

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

i

DAFTAR ISI .......................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

vii

INTISARI ...........................................................................................................

viii

ABSTRACT ........................................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................

1

B. Rumusan Masalah ............................................................................

11

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

11

D. Manfaat Penelitian ............................................................................

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri ...............................................................

12

2. Komponen-komponen Konsep Diri ............................................

13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ........................

14

4. Ciri-ciri Konsep Diri ...................................................................

14

5. Peranan Konsep Diri terhadap Perilaku Individu .......................

15

B. Konformitas
1. Pengertian Konformitas ..............................................................

16

2. Bentuk-bentuk Perilaku Konformitas ................................. .......

17

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas ........................

18

4. Dasar Pembentukan Konformitas ....................................... ........

19

5. Aspek-aspek Konformitas ........................................................... 21
C. Konformitas pada Komunitas Hijabers ............................................. 23
D. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Konfomitas pada
Komunitas Hijabers ........................................................................... 27

E. Kerangka Berpikir ............................................................................. 33
F. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .......................................................................

35

B. Variabel Penelitian ...........................................................................

35

C. Definisi Operasional .........................................................................

36

D. Populasi dan Sampel
1. Populasi ......................................................................................

37

2. Sampel ........................................................................................

37

E. Prosedur Penelitian ...........................................................................

38

F. Jenis Data dan Instrumen Penelitian
1. Jenis Data ....................................................................................

39

2. Instrumen Penelitian ...................................................................

39

G. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas .............................................................................. ......... 43
2. Reliabilitas .......................................................................... ........

47

H. Analisa Data ....................................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Subyek ......................................................................... 52
2. Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................................

52

B. Analisa Data ......................................................................................

54

C. Pembahasan ....................................................................................... 55

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 64
B. Saran .................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 66
LAMPIRAN ..........................................................................................................

67

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Skor Untuk Jawaban Pernyataan Skala Likert ................................ 41

Tabel 2

Blue Print Skala Konsep Diri ......................................................... 42

Tabel 3

Blue Print Skala Konformitas pada Komunitas Hijabers ............... 43

Tabel 4

Rangkuman Analisa Validitas Butir Skala Konsep Diri ................. 45

Tabel 5

Rangkuman Analisa Validitas Butir Skala Konformitas pada
Komunitas Hijabers ......................................................................... 46

Tabel 6

Uji Reliabilitas Item Skala Konsep Diri ......................................... 48

Tabel 7

Uji Reliabilitas Item Skala Konformitas pada Komunitas
Hijabers ........................................................................................... 48

Tabel 8

Uji Reliabilitas Keseluruhan ........................................................... 49

Tabel 9

Rancangan Analisa Data ................................................................. 51

Tabel 10

Deskripsi Subyek Penelitian ........................................................... 52

Tabel 11

Sebaran T-Score Skala Konsep Diri ............................................... 53

Tabel 12

Sebaran T-Score Skala Konformitas pada Komunitas Hijabers ..... 54

Tabel 13

Rangkuman Analisis Korelasi Antara Konsep Diri dengan
Konformitas Pada Komunitas Hijabers .......................................... 55

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Instrumen Penelitian ....................................................................... 69

Lampiran 2

Data Hasil Penelitian ...................................................................... 75

Lampiran 3

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Konsep Diri .................. 79

Lampiran 4

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Konformitas pada
Komunitas Hijabers ......................................................................... 86

Lampiran 5

Hasil Analisa Data ........................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2007). Psikologi kepribadian (Edisi revisi). Malang: UMM Press
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
________. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
________. (2009). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baron, R. A., & Byrne, R. (2005). Psikologi sosial (Edisi sepuluh). Alih bahasa:
Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga
Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia
Dayakisni, T., & Hudaniah. (2006). Psikologi sosial. Malang: UMM Press
Gerungan, W. A. (2004). Psikologi sosial. Bandung: Refika Aditama
Ghufron, M. N., & Risnawita, Rini. (2011). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: ArRuzz Media
Helmi, A. F. (1999). Gaya kelekatan dan konsep diri. Jurnal Psikologi, 1, 9-13.
Diperoleh dari http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/gayakelekatan_avin.pdf
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan (Edisi kelima). Alih bahasa: Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga
Ikawati, T. (2007). Hubungan konsep diri muslimah dengan intensitas memakai
jilbab pada mahasiswi UNISMA (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur)
Indria, K., & Nindyati, A. D. (2007). Kajian konformitas dan kreativitas affective
remaja.
Jurnal
provitae,
3,
1,
85-97.
Diperoleh
dari
http://books.google.co.id/books?id=HOKFyEgK2uIC&pg=PA94&dq=konform
itas&hl=id&sa=X&ei=jWWT566Ao7prQeg6oTwDQ&ved=0CEUQ6AEwBQ#v=onepage&q=konfor
mitas&f=false
Ismaranti, A. (2012). Konsep diri anggota committe Hijabers community (Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung, Jawa Barat). Diperoleh
dari
http://lib.fikom.unpad.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptun
padfikom-gdl-annisaisma-4699&q=Fashion

Juneman. (2010). Psychology of fashion: Fenomena perempuan [melepas] jilbab.
Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang
Kartono, K. (2006). Psikologi wanita: Mengenal gadis remaja dan wanita remaja.
Bandung: Mandar Maju
Kerlinger, F. N. (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Mardiani, A. (2007). Hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan
kecenderungan gaya hidup experiencers pada siswa kelas XI SMA labschool
Jakarta (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang, Jawa
Tengah). Diperoleh dari http://eprints.undip.ac.id/10458/1/amelia_mardiani.pdf
Myers, D. G. (1996). Sosial psychology (Fifth edition). New York: McGraw-Hill
Novriyadi. (2011). Komunitas minat dan hobi. Cantik dan gaya bersama hijabers
community.
Diakses
15
februari
2012
di
http://www.tnol.co.id/id/community/interestgroup/9747-cantik-dan-gayabersama-hijabers-community.html
Nurcahyani, I. D. (2011). Okezone: Lifestyle. Komunitas hijabers dongkrak tren
fashion muslimah. Diakses pada tanggal 14 Februari 2012 dari
http://lifestyle.okezone.com/read/2011/08/11/29/490764/komunitas-hijabersdongkrak-tren-fesyen-muslimah.
Quanesha. (2011). Colection of quanesha. Hijabers community: Trend baru
berbusana muslim yang modis dan modern. Diakses 14 februari 2012 dari
http://quanesha.com/hijabers-community-tren-baru-berbusana-muslim-yangmodis-dan-modern/
Rakhmat, J. (2008). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Santrock, J. W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup (Edisi
kelima) jilid 1. Jakarta: Erlangga
____________. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup (Edisi
kelima) jilid 2. Jakarta: Erlangga
____________. (2007). Remaja (Edisi kesebelas) jilid 1. Jakarta: Erlangga
____________. (2007). Remaja (Edisi kesebelas) jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi remaja (Edisi revisi). Jakarta: RajaGrafindo
Persada

Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (1985). Social psychology (Fifth
edition). Alih bahasa: Michel Adryanto. Jakarta: Erlangga
Sukmawati., Siswati., & Masykur, A. M. (t.t). Hubungan konsep diri dengan
konformitas terhadap kelompok teman sebaya pada aktivitas clubbing. Studi
korelasi.
Bandung:
Universitas
Padjajaran.
(http://eprints.undip.ac.id/11099/1/buat_jurnal_sukma.pdf)
Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psikologi (Edisi kesembilan) jilid 1. Alih bahasa:
Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga
Wakhid, Indri, dkk. (2012, 1-30 Maret). Ada sosialita muslimah. Paras: Bacaan
utama wanita Islam, 101, 18-20
Walgito, B. (2003). Psikologi sosial (Suatu pengantar). Yogyakarta : ANDI
Winarsunu, T. (2010). Statistik dalam penelitian psikologi & pendidikan. Malang :
UMM Press
Wulan, E. S. (2005). Hubungan antara penerimaan kelompok sebaya dengan konsep
diri pada remaja (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

1 9 18

Hubungan antara Konsep Diri dan Pola Asuh Orang Tua dengan Konformitas Santri

0 5 8

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS KELOMPOK DENGAN PEILAKU KONSUMTIF Hubungan Antara Konsep Diri Dan konformitas kelompok Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS Hubungan Antara Konsep Diri Dan Konformitas Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja Klub Mobil Trakinaz.

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA HIDUP FASHION DENGAN CITRA DIRI PADA KOMUNITAS HIJABERS Hubungan Antara Persepsi Gaya Hidup Fashion dengan Citra Diri Pada Komunitas Hijabers di Surakarta.

0 2 14

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Gaya Hidup Fashion dengan Citra Diri Pada Komunitas Hijabers di Surakarta.

0 2 10

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA HIDUP FASHION DENGAN CITRA DIRI PADA KOMUNITAS HIJABERS Hubungan Antara Persepsi Gaya Hidup Fashion dengan Citra Diri Pada Komunitas Hijabers di Surakarta.

0 4 18

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF Hubungan Antara Harga Diri Dan Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN SPIRITUALITAS PADA ANGGOTA HIJABERS COMMUNITY BANDUNG.

0 1 48

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri RemajaHubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Remaja

0 0 9