kesempatan untuk memperbaiki infrastruktur, sumber daya manusia, dan pelayanan publik yang terabaikan selama masa Orde Baru. Hasilnya pemerintah provinsi dan kabupaten
sekarang, daerah-daerah tertinggal di bagian timur Indonesia untuk mengejar daerah-daerah lain di Indonesia yang lebih maju mulai terlihat terutama di bidang ekonomi, pendidikan,
infrastruktur, dan sosial. Pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
pertumbuhan ekonomi harus diikuti dengan pemerataan dan berkeadilan. Faisal Basri, pengamat ekonomi makro dan perbankan, menuturkan lima sasaran strategis pemerintah
untuk mencapai percepatan pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkeadilan: 1. Struktur
ekonomi yang kokoh yang tak rentan diterpa gejolak eksternal, mandiri dan berdaya saing; 2.Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas; 3.Mobilisasi seluruh potensi
sumber dana dalam negeri untuk menghasilkan pembiayaan yang selaras dengan kebutuhan investasi; 4.Pemanfaatan sumber daya alam secara sinergis dan lestari; dan 5.
B
irokrasi yang kompeten, efektif dan bersih. Dengan adanya desentralisasi, memungkinkan pemerintah
provinsi dan kabupaten untuk fokus terutama dalam meningkatkan kualitas layanan publik seperti yang ditargetkan dalam RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019 dan Visi Indonesia 2030 yaitu kondisi masyarakat adil, sejahtera, maju, dan berwibawa.
III. Desentralisasi dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Menurut UU No.252004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional SPPN, bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJM Daerah ditetapkan
paling lambat tiga bulan setelah BupatiWakil Bupati dilantik. Munculnya UU No.322004 tentang Pemerintahan Daerah diharapkan mampu memudahkan koordinasi kekuasaan dan
pemerintahan juga mengakomodasi kondisi bangsa Indonesia. UU No.322004 menjelaskan tentang kewenangan pemerintah daerah yang seluas-luasnya untuk mengatur daerahnya
masing-masing dan mengembangkan potensi-potensi yang ada didaerahnya tersebut dan kewenangan dibidang pemerintahan.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam membuat keputusan dan kebijakan untuk mengurus, mengatur dan
memajukan sendiri daerahnya. Kecuali, lima hal yang kewenangannya tetap diatur oleh
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, dan agama. Pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
berupa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian serta evaluasi. Pemerintah daerah diharapkan mampu membuat perencanaan dan melaksanakan program program ini
diidentifikasi dan diprioritaskan menurut kebutuhan daerah dengan berkonsultasi pada pemerintah tingkat bawah dan anggota masyarakat. Perencanaan pembangunan umumnya
dihasilkan oleh tenaga ahli atau konsultan yang berasal dari budaya atau latar belakang sosial yang berbeda. Perencana Planner adalah pihak-pihak yang menghasilkan rencana Plan,
baik dalam bentuk dokumen perencanaan maupun bentuk lainnya seperti struktur organisasi, anggaran, maupun tugas-tugas spesifik. Dalam mengatasi permasalahan, planner memulai
perencanaan pembangunan dengan mengenali potensi dan kebutuhan masyarakat penerima manfaat dan penanggung risiko.
Planner sebagai orang atau badan yang menyusun program perencanaan harus memahami dan mengetahui mengenai bagaimana cara-cara menyusun perencanaan yang baik
serta analisis dampak yang akan terjadi. Untuk menjembatani kebutuhan perencanaan yang baik maka melalui Keppres No.151974 dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappeda di setiap provinsi. Dalam perkembangannya, muncul Keppres No.271980 terkait pembentukan Bappeda di setiap daerah tingkat II. Bappeda berkewajiban merumuskan
keterpaduan antara rencana nasional dan daerah, dan keterpaduan hubungan kerja daerah tingkat I dengan daerah tingkat II yang bersifat konsultatif fungsional.
IV. Desentralisasi Sebagai Kendala Perencanaan Ekonomi