PENERAPAN EYE MOVEMENT DESENSITIZATION AND REPROCESSING (EMDR) UNTUK PENANGANAN GANGGUAN POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD).

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apabila kita menyaksikan dan mendengarkan berita-berita di media
massa, maka kita akan mendengarkan beberapa peristiwa yang kerap terjadi
di lingkungan sekitar kita, seperti gempa bumi yang melanda Yogyakarta,
tsunami yang terjadi di Aceh dan peristiwa alam yang lain seperti banjir
bandang, serta berita sedang marak di bicarakan oleh media masa adalah
banyaknya para Tenaga Kerja Wanita / TKW yang telah mendapatkan
pelecehan seksual bahkan tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya
menjadi korban perkosaan bahkan mereka sampai memiliki anak dari hasil
perkosaan tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah terpapar diatas adalah
sebuah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan diluar kendali manusia.
Bagi para korban yang telah mengalami peristiwa tersebut, mereka akan
mengalami goncangan emosi yang hebat dan penderitaan yang mendalam
serta menyimpan duka dan trauma tersendiri bagi korban. Beberapa orang
yang mengalami kejadian diatas dapat menghadapinya dengan sabar dan
ikhlas serta pasrah terhadap keadaan, namun terdapat beberapa orang yang
lainnya tetap merasakan penderitaan psikologis yang mendalam terhadap
peristiwa tersebut. Mereka merasakan ketakutan, ketidakberdayaan atau

perasaan ngeri setelah kejadian itu. Selain itu mereka juga merasakan seolaholah kejadian tersebut kembali terulang melalui kenangan dan mimpi buruk
didalam tidur mereka. Bahkan tidak jarang dari mereka juga mengalami

1

sebuah periode mengalami kembali (flashback) serta menghindari percakapan
yang berhubungan dengan peristiwa traumatis yang mereka alami. Mereka
inilah yang kemudian mengembangkan suatu gangguan yang disebut dengan
gangguan PTSD (Posttraumatic Stres Disorder).
Gangguan PTSD (Posttraumatic Stres Disorder) termasuk salah satu
jenis gangguan yang termasuk dalam gangguan kecemasan. Setiap individu
yang mengalami peristiwa traumatik akan mengalami stres, dan hal ini
merupakan reaksi yang wajar. Terdapat beberapa individu- diperkirakan
prevalensinya sekitar 1-3 % dari populasi umum (Kaplan, Sadock, & Grebb,
1994) yang menampilkan respon yang ekstrem dan mengalami gangguan
yang serius dalam berbagai fungsi kehidupannya akibat peristiwa tersebut.
Mereka inilah yang mungkin mengalami gangguan PTSD (Posttraumatic
Stres Disorder). PTSD didefinisikan sebagai sekelompok simtom yang
muncul setelah individu mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatik
(peristiwa yang berada diluar batas pengalaman individu) yang melibatkan

kematian atau ancaman kematian, atau luka yang sangat parah, atau ancaman
terhadap integritas diri maupun orang lain, peristiwa tersebut haruslah
menimbulkan ketakutan atau kengerian yang intens, atau menimbulkan
perasaan tidak berdaya (Davidson & Neale, 2001). Seseorang yang
mengalami gangguan PTSD akan mengalami beberapa indikasi yakni
meningkatnya kecemasan, penghindaran stimuli yang diasosiasikan dengan
trauma dan tumpulnya respon emosional.(DSM-IV)
Gangguan PTSD memiliki kemungkinan untuk berlangsung berbulanbulan, bertahun-tahun, atau sampai beberapa dekade dan mungkin baru

2

muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap
peristiwa traumatis. (Zlotnick dkk., 2001, dalam Nevid dkk, 2003)
Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan informasi bahwa
berdasarkan hasil survey dari Universitas Indonesia (UI) yang dibiayai oleh
WHO terhadap anak-anak yang berada di Aceh pasca tsunami menunjukkan
bahwa sebanyak 20-25% diantaranya mengalami gangguan PTSD dan
membutuhkan

pertolongan


dari

tenaga

ahli

atau

psikolog

(http://www.scribd.com/doc/35390013/ptsd)
Berdasarkan hasil penelitian, trauma bisa dialami 1 sampai dengan 3%
dari jumlah populasi umum, atau akan dialami 5% sampai dengan 75% dari
semua orang hidup. Data yang diperoleh dari pusat krisis terpadu (PKT)
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama 2 tahun ini menangani
sekitar 1000 kasus trauma. Sebanyak 30% kasus terjadi pada anak-anak dan
80%

merupakan


kasus

akibat

kekerasan

dalam

rumah

tangga

(Http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual
=high&name=/jiunkpe/s1/jdkv/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-42404089-11267trauma-chapter2.pdf
Seseorang yang mengalami gangguan PTSD akan merasakan beberapa
hal seperti rasa ketakutan, ketidak berdayaan atau kengerian. Korban akan
merasa mengalami-kembali kejadian tersebut melalui kenangan dan mimpi
buruknya. Mereka juga menghindari semua hal yang mengingatkannya pada
trauma tersebut, adanya perilaku membatasi diri yang khas atau

mematirasakan respons emosionalnya, yang dapat membuat hubungan
interpersonalnya terganggu. Mereka kadang-kadang tidak dapat mengingat

3

aspek penting dari kejadian tersebut. Korban-korban PTSD biasanya
menampilkan perilaku yang mudah kaget dan menjadi cepat marah, bahkan
tidak sedikit dari mereka yang merasa bahwa kehidupan mereka menjadi
pendek dan tidak memiliki harapan akan masa depan. (Barlow,2006)
Berdasarkan penjelasan diatas maka seseorang yang mengalami
gangguan PTSD dalam kehidupan sehari-harinya akan menjadi terganggu dan
mereka membutuhkan penanganan atau intervensi yang akan membantu
mereka untuk mengatasi traumanya dan mengurangi simtom-simtom trauma
yang mereka rasakan.
Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) merupakan
salah satu bentuk psikoterapi yang dikembangkan untuk mengatasi berbagai
pengalaman hidup yang kurang menyenangkan dan mengganggu. EMDR
menggunakan pendekatan terstruktur untuk menghadapi aspek masa lalu,
masa sekarang, dan masa depan akibat memori yang mengganggu.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Francine Shapiro untuk memecahkan

permasalahan timbulnya trauma yang berhubungan dengan gangguan yang
merupakan dampak dari terbukanya pengalaman traumatis atau menekan,
seperti perkosaan, perang militer dan penganiayaan. Hal ini telah
diaplikasikan terhadap mereka yang bertahan hidup dari berbagai pengalaman
traumatis dari berbagai rentang usia. Terapis EMDR secara konsisten
melaporkan bahwa EMDR mengurangi imej, pemikiran, dan perasaan negatif
sembari meningkatkan imej, pemikiran, dan perasaan positif.
Shapiro mengatakan bahwa ketika pengalaman traumatis atau
menekan timbul, pengalaman tersebut akan membuat seseorang tidak

4

merespon secara normal stimulus yang sifatnya normal. Hal ini dikarenakan
ingatan yang berhubungan dengan kejadian traumatis tersebut diproses secara
tidak sesuai, kemudian disfungsi memori tersebut disimpan pada jaringan
memori yang terisolasi. Saat jaringan memori diaktifkan, maka individu akan
mengalami aspek-aspek peristiwa asli, seringkali berdampak pada reaksi yang
tidak dibutuhkan. Ini menjelaskan mengapa orang yang mengalami atau
menyaksikan insiden traumatis akan mengalami pengulangan perasaan,
pemikiran, atau mimpi. Suatu memori yang tak-terproses berkaitan dengan

kejadian traumatis tersebut dapat mempertahankan tingkat perasaan dan
emosi Studi terbaru telah mendapati dampak menggerakkan mata (atau
melakukan pergerakan ritmis serupa) akan meningkatkan akselerasi integrasi
memori traumatis dengan kognisi adaptif yang tersimpan di otak.
Dimungkinkan untuk memroses biokimia pada otak sehingga ia akan merasa
tidak sensitif. Dimana saat proses terapi EMDR klien diminta mencatat materi
memori, misalkan dengan memvisualisasikan bahwa mereka adalah
penumpang dari kereta yang melaju dengan aman, dipercepat oleh ingatan.
Ini mengajarkan mereka bahwa mereka dapat melangkah keluar memori dan
mengamatinya dengan aman dan detil – serupa dengan cara meditasi
mengajarkan untuk melihat pengalaman secara detil. Dalam hal ini memori
berpasangan dengan emosi yang netral atau aman, bukan rasa takut.
Kemudian ia diminta untuk mengabaikan memori, mengajarkan cara lain
untuk mendapatkan kontrol dan menguasai materi. Berkonsentrasi pada
gerakan mata atau stimulasi bilateral lainnya seperti nada atau tapping akan

5

memberikan pemisahan dari rasa sakit untuk memori yang menekan selama
pemrosesan terjadi.

Shapiro menjelaskan efektivitas EMDR. Seperti halnya tulang akan
sembuh secara alamiah bila diletakkan pada posisinya, demikian juga
disosiasi memori akan sembuh secara alamiah bila pemrosesan sudah
dilakukan. EMDR membantu orang untuk berkonfrontasi – bukan
mengabaikan – memori yang mengganggu (Schiraldi, 2000)
Terapi EMDR memiliki beberapa stimulasi bilateral yang digunakan,
antara lain eye movement (pergerakan mata), tapping, butterfly hug dan
dentingan suara. Stimulasi bilateral yang digunakan pada pelaksanaannya
akan menyesuaikan dengan kondisi klien yang dihadapi, karena pada
pelaksanaannya terdapat beberapa orang yang tidak dapat menggunakan
gerakan mata dalam EMDR. Beberapa memiliki cedera mata, buta, atau
hanya merasa terlalu tidak nyaman secara fisik. Seiring berjalannya waktu
peneliti EMDR menemukan bahwa bentuk-bentuk stimulasi bilateral juga
bekerja sama baiknya dengan gerakan mata untuk memperoleh dampak dari
terapi.
Selain itu, sejumlah studi sistematik mengindikasikan bahwa
Pengurangan sensitivitas dan pemrosesan ulang pergerakan mata, Eye
Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) dapat sangat efektif
dalam perawatan PTSD. Bessel van der Kolk, psikiater serta peneliti PTSD
dari Boston University dan Harvard, telah mengamati bahwa sejumlah studi

mengindikasikan bahwa EMDR mampu untuk menghasilkan dampak

6

terapiutik

yang

sangat

kuat

terhadap

beberapa

pasien

penderita


PTSD.(Schiraldi, 2000)
Efektifitas EMDR dalam prakteknya sudah menunjukkan beberapa
bukti dalam menangani beberapa kasus seperti penanganan terhadap wanita
muda yang mengalami trauma, 60 wanita berusia antara 16 hingga 25 secara
acak mengikuti dua sesi EMDR atau kontrol mendengarkan aktif (Active
Listening – AL). Dampak interaksi ANOVA faktorial dan dampak utama
sederhana untuk pengukuran hasil (Beck Depression Inventory, State-Trait
Anxiety Inventory, Penn Inventory for Posttraumatic Stress Disorder, Impact
of Event Scale, Tennessee Self-Concept Scale) mengindikasikan adanya
peningkatan yang signifikan untuk kedua kelompok dan perubahan pra-pasca
yang lebih besar untuk partisipan yang dirawat menggunakan EMDR. Ukuran
dampak pra-pasca untuk kelompok EMDR memiliki rata-rata 1.56
dibandingkan dengan 0.65 untuk kelompok AL (Active listening) (Scheck
dkk, 1998).
Selain itu telah dilakukan 14 percobaan klinis terkontrol tambahan
yang meneliti manfaat EMDR terhadap masyarakat sipil penderita PTSD
(lihat Chemtob et al., 2000; Maxfield & Hyer, 2002; Perkins & Rouanzoin,
2002; Shapiro, 2001, 2002). Partisipan adalah korban perkosaan, kekerasan
fisik, penyiksaan masa kanak-kanak, bencana alam, kecelakaan, dan trauma
lain. Studi secara umum melaporkan pengurangan dalam diagnosis PTSD

terhadap 60-90% setelah tiga hingga delapan sesi (Rothbaum, 1997).
Penerapan terapi EMDR yang pernah dilakukan salah satunya adalah
dalam mengatasi korban tsunami yang telah melanda Aceh pada Desember

7

2004, berdasarkan data yang telah diterima bahwa 33% dari jumlah wanita
yang berada di aceh menderita gangguan PTSD dan laki-laki hanya 21% dari
mereka yang terdiagnosa menderita PTSD, setelah mereka diberi terapi
EMDR, dilakukan pengukuran pre dan post menggunakan HTQ (Harvard
Trauma Questionnaire), para penderita PTSD mengalami penurunan skor dari
2.57 hingga 1.14.(Bumke & Sodeman, 2010)
Penelitian yang dilakukan 43 pasien rawat jalan yang telah didiagnosis
mengalami gangguan panic berdasarkan DSM 4, dimana mereka menerima 6
sesi EMDR .Perlakuan yang sama diberikan dan dilakukan pengukuran
posttest setelah terapi diberikan, hasil menunjukkan bahwa EMDR
memberikan hasil yang lebih besar 2 dari 5 hasil utama bagi mereka yang
menggunakan pergerakan mata atau bilateral stimulation yang lainnya
dibandingkan mereka yang tidak menggunakan pergerakan mata atau
bilateral stimulation yang lainnya (feske & Goldstein, 1997)
Penelitian yang lain dilakukan kepada 66 peserta, 32 diantaranya
didiagnosis dengan gangguan PTSD. Setelah diberi terapi EMDR dilakukan
follow up 15 bulan kemudian. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa
mereka mengalami 84% dalam diagnosis PTSD dan 68% pengurangan gejala
PTSD yang mereka rasakan. (Wilson & Becker 1997)
EMDR memiliki sejumlah keuntungan yang unik (Schiraldi, 2000):
pertama, EMDR seringkali memicu kemajuan yang pesat. Lebih dari 90%
penderita dengan peristiwa traumatis tunggal menunjukkan kemajuan
signifikan dalam hanya tiga sesi. EMDR dapat meningkatkan juga perawatan
berbagai insiden meskipun perawatan demikian seringkali membutuhkan

8

waktu lebih panjang. Kedua, EMDR memproses berbagai aspek memori
traumatis bersamaan: kognisi (pikiran/imej), perasaan, sensasi fisik, dan
perilaku berkaitan dengan memori yang menyulitkan. Ketiga, kontrol tetap
pada klien. Aspek-aspek yang perlu untuk diproses meningkat secara alamiah
dalam perawatan. Terapis tidak mengatakan pada klien apa yang harus
dipikirkan. Klien juga dapat berhenti melakukan pemrosesan kapan saja.
Misalnya, jika pemrosesan menjadi tidak nyaman, klien dapat memberi tanda
kepada terapis untuk menghentikan pergerakan mata dengan mengangkat
tangan atau berpaling. Keempat, EMDR mengurangi dan membersihkan
semua aspek jaringan memori yang mungkin berhubungan dengan memori
traumatis. Pemrosesan terhadap memori traumatis dengan EMDR akan
membawa klien untuk memroses memori masa kanak-kanak atau perasaan
yang berada di luar kontrol. Kelima, keuntungan memroses satu tipe memori
akan menggeneralisasikan memori lain yang serupa. Trauma ganda atau
berulang, trauma serupa akan dikumpulkan bersamaan. Pemrosesan insiden
representatif dari masing-masing kelompok sudah cukup untuk menetralkan
insiden lain dalam kelompok tersebut. Semua kejadian traumatis dalam hal
ini perlu untuk diproses. Keenam, memori traumatis tidak perlu untuk dibahas
secara detil jika klien tidak menginginkannya. Selain alasan di atas peneliti
memiliki pertimbangan untuk mengambil EMDR sebagai judul penelitian
dikarenakan terapi EMDR ini tergolong kategori terapi yang masih baru dan
praktis

dalam

pelaksanaannya

namun

mampu

mengatasi

berbagai

permasalahan trauma yang dihadapi individu.

9

Berdasarkan bukti-bukti dari percobaan penelitian terkontrol acak
yang direview oleh sebagian besar ilmuwan, review terbaru dilaksanakan oleh
Cochrane yang menyatakan bahwa EMDR merupakan kategori tertinggi dari
efektivitas perawatan PTSD dan bahwa tuntunan garis besar International
Society of Stress Studies telah meletakkan EMDR sebagai suatu perawatan
yang terbukti untuk PTSD pada orang dewasa. Status ini terefleksi dari
sejumlah tuntunan internasional dimana EMDR merupakan perawatan yang
direkomendasikan untuk trauma.
Berbagai bukti telah menunjukkan bahwa EMDR telah berhasil
mengatasai berbagai permasalahan psikologis seperti gangguan PTSD, reaksi
kesedihan yang diabaikan selama trauma, gangguan mental yang dapat
dilacak pada kejadian mengganggu dimasa lalu (misalnya depresi yang
berhubungan dengan trauma), perokok dan rendahnya harga diri serta
permasalahan-permasalahan psikologis yang lain
Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti ingin mengetahui
apakah terapi EMDR mampu mengurangi simtom-simtom pada penderita
yang mengalami gangguan PTSD

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah apakah EMDR (Eye
Movement Desensitization and Reprocessing) dapat mengurangi simtomsimtom pada penderita yang mengalami gangguan PTSD (Posttraumatic
Stres Disorder?

10

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian EMDR
(Eye Movement Desensitization and Reprocessing) pada penderita yang
mengalami gangguan PTSD (Posttraumatic Stres Disorder)

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Memberikan sumbangan informasi ilmiah bagi ilmu psikologi,
khususnya psikologi klinis mengenai terapi EMDR (Eye Movement
Desensitization and Reprocessing).
2. Praktis
Sebagai alternatif terapi yang didapat digunakan oleh para praktisi
klinis dalam mengatasi gangguan PTSD (Posttraumatic Stres Disorder)

11

PENERAPAN EYE MOVEMENT DESENSITIZATION AND
REPROCESSING (EMDR) UNTUK PENANGANAN
GANGGUAN POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD).

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu
persyaratan memperoleh gelar Magister Profesi Psikologi

OLEH :
AZIZAH ABDULLAH S
08820018

MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

LEMBAR PERSETUJUAN
PENERAPAN EYE MOVEMENT DESENSITIZATION AND
REPROCESSING (EMDR) UNTUK PENANGANAN GANGGUAN
POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD).

Telah disetujui untuk dipertahankan
Dihadapan tim penguji Program Magister Psikologi Klinis
Menyetujui:

Pembimbing Utama:

Dra.Djudiah.,M.Si. Psi

Pembimbing Pendamping

M. Salis Yuniardi., M.Psi

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN EYE MOVEMENT DESENSITIZATION AND
REPROCESSING (EMDR) UNTUK PENANGANAN GANGGUAN
POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD).

Disusun Oleh:
Azizah Abdullah S
NIM: 08820018

Tim penguji:
Ketua penguji

Sekretaris:

Dr. Diah Karmiyati,Psi

Dra. Djudiah.,M.Si, Psi

Anggota Penguji

Anggota Penguji:

Dr. Hamidah,Psi

M.SalisYuniardi.,M.si,Psi

Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Profesi Psikologi tanggal, 24 April 2012

Dr. Latipun, M.Kes
Direktur Pascasarjana

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama

: Azizah Abdullah S

NIM

: 08820018

Program Studi : Magister Profesi Psikologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa:
1. Tesis dengan judul
PENERAPAN EYE MOVEMENT DESENSITIZATION AND
REPROCESSING (EMDR) UNTUK PENANGANAN GANGGUAN
POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD).
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik di suatu Perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, bagi sebagian
ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini
dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsurunsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini digugurkan dan GELAR
AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta
diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTY NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan
sebagaimana mestnya.

Malang,
Yang menyatakan

Azizah Abdullah Smeer

iv

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya

tulis

ini

dengan

judul

“PENERAPAN

EYE

MOVEMENT

DESENSITIZATION AND REPROCESSING (EMDR) UNTUK PENANGANAN
GANGGUAN POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD)”. Sebagai tesis
yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang
Selama proses penulisan hingga terselesaikannya tesis ini, peneliti
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa tambahan ilmu
pengetahuan maupun motivasi dan dukungan. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada:
1.

Bapak Dr. Latipun, M. Kes selaku Direktur Pendidikan Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Malang.

2.

Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Si. Psi selaku Ketua Program Magister Psikologi
yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada mahasiswanya
terutama dalam proses menyelesaikan tesis.

3.

Ibu Dr. Hamidah,Psi selaku dosen penguji, terimakasih atas segala masukan
dalam menyelesaikan tesis ini

4.

Ibu Dra.Djudiah.,M.Si. Psi selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa
meluangkan waktunya dengan sabar untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.

5.

M. Salis Yuniardi., M.Psi selaku dosen pembimbing II yang juga telah
meluangkan waktunya dengan sabar untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.

6.

Subyek penelitian yang bersedia meluangkan waktunya untuk peneliti,
terimakasih atas kerjasamanya.

7.

Bapak ibu penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis demi
sempurnanya tesis ini.

v

8.

Keluargaku, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun spirituil,
terimakasih untuk cinta dan ketulusan kalian yang telah penulis terima selama
ini

9.

Rekan-rekan profesi Psikologi 2008, khususnya sahabat-sahabatku henny,
awa, oni, sonya terimakasih karena telah membuat kehidupan penulis menjadi
lebih berwarna

10. Ratna Puspitasari, S.Psi dan segenap petugas Tata Usaha Pasca Sarjana UMM
yang selalu sabar memberikan pelayanannya kepada peneliti dalam
menyelesaikan tesis ini.
11. Terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan bantuannya dalam bentuk apapun, semoga
kebaikan kalian mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Selama proses penulisan tesis ini peneliti menyadari banyak kekurangan
didalamnya, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi
sempurnanya karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi para pembaca.

Malang, 24 April 2012
Penulis,

Azizah Abdullah

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................

i

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................

v

INTISARI

................................................................................................ vii

ABSTRAK

................................................................................................ viii

DAFTAR ISI

................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar ..............................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIK
A. Gangguan PTSD (Posttraumatic Stres Disorder) ........................ 12
1. Pengertian Gangguan PTSD ..................................................... 12
2. Kriteria Gangguan PTSD Berdasarkan DSM-IV ...................... 12
3. Perspektif Teori Gangguan PTSD............................................. 17
a. Perspektif Psikologis ............................................................ 17
1) Pendekatan Kognitif ........................................................ 17
2) Pendekatan Perilaku......................................................... 18
3) Pendekatan Psikoanalisis ................................................. 19
4) Pendekatan Biopsikososial .............................................. 20
b. Perspektif Biologis ............................................................... 21
4. Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Berkembangnya

Gangguan PTSD ....................................................................... 23

vii

5. Dampak Gangguan PTSD ......................................................... 24
B. Terapi

EMDR

(Eye

Movement

Desensitization

and

Reprocessing )................................................................................ 24
1. Pengertian EMDR ..................................................................... 26
2. Dasar Teoritis EMDR ............................................................... 27
3. Tahapan-tahapan EMDR ........................................................... 30
C. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)
untuk Gangguan

PTSD (Posttraumatic Stres Disorder) ........... 33

D. Kerangka Berfikir .......................................................................... 36
E. Hipotesa ......................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian..................................................................... 38
B. Subyek Penelitian .......................................................................... 39
C. Metode Assesmen .......................................................................... 40
1. Self Report melalui Identifikasi Gejala PTSD .......................... 40
2. Self Report melalui HTQ........................................................... 41
D. Tahap Terapi .................................................................................. 41
E. Tahap Assesmen Pasca Terapi ....................................................... 44
F. Follow Up50 .................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A. Assesmen Awal ............................................................................. 45
B. Hasil Pasca Terapi ......................................................................... 59
C. Tindak Lanjut (Follow Up) ........................................................... 54
D. Rangkuman Hasil Intervensi .......................................................... 57
E. Pembahasan

............................................................................. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 70
B. Saran .............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Hasil Assesmen Pra Terapi ....................................................... 51
Tabel 2. Tabel Hasil Pra Terapi ........................................................................ 52
Tabel 3. Tabel Hasil Pasca Terapi .................................................................... 53
Tabel 4. Tabel Hasil Follow Up ....................................................................... 56
Tabel 5. Tabel Gambaran Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Tahap
Pra Terapi, Pasca Terapi, dan Follow Up ........................................... 57
Tabel 6. Tabel Gambaran Simtom-simtom PTSD yang Tidak Dirasakan
oleh S Sejak Pengukuran Pada Tahap Pra Terapi, Terapi, Pasca
Terapi Hingga Pada Tahap Follow Up ............................................... 56

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.

Grafik Gambaran Pengurangan Simtom yang Terjadi Pada S Pada
Tahap Sebelum Terapi, Saat Terapi, Sesudah Terapi dan Follow
Up

Grafik 2.

................................................................................................ 59

Grafik Gambaran Pengurangan Skor Berdasarkan Harvard
Trauma Questionnaire (HTQ) ......................................................... 61

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Bagan Kerangka Pemikiran .............................................................. 36
Bagan 2. Bagan Gambaran Desain Penelitian ................................................. 39

xi

DAFTAR PUSTAKA
American Psychriatric AssociationPA.(2000). Diagnostic and statistical manual
of
mental disorder. Washington, DC:APA

Davidson, G.C & Neale, K. (2006). Psikologi abnormal, edisi kesembilan.
Jakarta:Penerbit PT Raja grafindo persada.
Kaplan, I.H., Sadock, J.B., Grebb, A.J. (1991) Sinopsis psikiatri, edisi
kedua.Jakarta:Penerbit Binarupa Aksara
Nevid, J.S., Rathus, S.A., Green B. (2003). Psikologi Abnormal. Edisi 5. Jakarta:
Erlangga.

Schiraldi. (2000). The Posttraumatic Stress Disorder. Los Angeles:Lowell house.
Scheck. M.M, Schaeffer. A.J, Gillette. C., (1998). Brief Psychological
Intervention with Traumatized Young Women:The Efficacy of Eye
Movement Desensitization and Reprocessing Journal of Traumatic Stress,
Vol. 11, No. 1, 1998
Http://en.wikipedia.org./ Eye Movement Desensitization and Reprocessing
diakses pada tanggal 5 Februari 2011

Durand, M.V & Barlow, H.D. (2006). Psikologi Abnormal. Edisi 4.
Yogyakarta:Pustaka pelajar.

Raboni. R.M, Tufik. S, Suchecki. D., (2006) Treatment of PTSD by Eye
Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) Improves Sleep
Quality, Quality of Life, and Perseption of Stress.

Kazdin, A.E. (1998).Research design in clinical psychology. Washington DC:
America Psychological Association

Kazdin, A.E (1980). Behavior Modification in applied settings. Revised edition.
USA: The Dorsey Press
Martini

& Nawawi. (1992). Instrumen
Yogyakarta:Gajahmada University Press

Penelitian

Bidang

Sosial.

xii

Moleong. L.J .(2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya
Suryabrata. S. (2002). Metodologi penelitian. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

Rahayu, T. Ardani T.A. (2004). Observasi dan Wawancara. Bayu Media
Publishing:Jawa Timur

Kerlinger. F .(2003). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: UGM Press
Http://Mastarmudi.Blogspot.Com/2010/07/Pengertian-Observasi.Html diakses
pada tanggal 5 Februari 2011

Shapiro, F. (2002). EMDR as an Integrative Psychotherapy Approach.
Washington, DC. American Psycological Association
Kalat, J.W.(2007) Biopsikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Halgin, P.R. Whitbourne, S. K. (2009). Psikologi Abnormal Jakarta: Salemba
Humanika.

Maxfield L., (2002). Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR):
information Processing in the treatment of trauma, Retrieved Januari 15, 2011
from http://www.interscience wiley.com
Latipun .(2004) Psikologi Eksperimen. Edisi 2. Malang. UMM Press
Cozby. (2009). Methods in Behavioral Research. Edisi ke 9. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar
Mulyana .(2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya

http://stpresskit.files.wordpress.com/2008/01/what-is-resource-tapping.pdf
http://newconnexion.net/articles/index.cfm/2008/03/Tapping_In.html

xiii