Contoh bhakti kepada Orang Suci, dan Guru
Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 7
payah oleh Bima. Seketika itu pula jasad kedua raksasa itu berubah menjadi Dewa. Kedua Dewa itu mengucapkan terimakasih kepada Bima karena telah
membebaskannya dari kutukan. Kedua Dewa itu dikutuk menjadi raksasa karena telah melakukan kesalahan. Kedua Dewa itu lalu memberikan hadiah
kepada Bima berupa sebuah ikat pinggang kotak-kotak hitam putih poleng. Ikat pinggang itu akan mengantarkan Bima mengarungi samudra betapapun
luas dan dalamnya. Setelah itu kedua Dewa itu kembali ke sorga. Bima kemudian pulang menghadap guru Drona dan melaporkan bahwa
di sana tidak ada Tirta Prawidi bahkan yang ada hanyalah dua raksasa yang dibunuhnya, tetapi Bima tidak melaporkan hadiah yang didapat dari Dewa itu.
Mendapat laporan seperti itu, dalam hati Bhagawan Drona memuji keberanian dan bakti Bima terhadap guru. Guru Drona mengatakan bahwa Tirta Prawidi itu
sudah pindah tempat di Hutan Gumiling dan untuk ke dua kalinya Bima diuji. Drona menyuruh Bima pergi ke Hutan Gumiling untuk mencari Tirta Prawidi.
Sekali lagi karena rasa baktinya kepada guru, Bima dengan iklas dan senang hati melaksanakan tugas gurunya itu. Tanpa berpikir panjang Bima berangkat
ke Hutan Gumiling. Di sana Bima dihadang oleh seekor naga yang besar, naga tersebut lalu membelit tubuh Bima dan ingin mematuknya namun Bima berhasil
mencekik leher naga itu dan kuku pancanakanya menembus tenggorokan naga tersebut. Naga itupun lalu menggelepar dan mati. Sesaat kemudian bangkai
naga itu tiba-tiba berubah menjadi seorang dewi, lalu berkata kepada Bima, “Terimakasih Raden, aku Dewi Maheswari.
Karena kesalahan yang aku perbuat aku dikutuk menjadi naga. Atas bantuanmu kini aku terbebas dari kutukan.” Dewi Maheswari lalu menganugerahi
Bima mantra “Jala Sengara.” Dengan mantra ini, Bima bisa mengarungi samudra sebesar apapun ombaknya.
Bima kembali kepada guru Drona, menyatakan bahwa Tirta Prawidi tidak ada di Hutan Gumiling. Karena keberhasilan Bima melaksanakan tugas gurunya
itu, guru Drona mengujinya lagi dengan ujian yang lebih berat. Guru Drona lalu menyuruh Bima mencari Tirta Prawidi itu di tengah samudra. Walaupun
Bima sesungguhnya tidak bisa berenang, tetapi karena baktinya kepada guru Bima langsung berangkat. Di tengah samudra dia dihadang oleh naga besar
bernama Nawatnawa. Naga Nawatnawa berhasil dibunuh oleh Bima, akan tetapi Bima sendiri pingsan dan terdapar di sebuah pulau karang. Ketika ia
sadar, di depannya berdiri seorang manusia sangat kecil lalu menyapanya, “ Aku ini Dewa Ruci, masuklah ke mulutku, engkau akan menemui apa saja yang
kau cari.” Bima menjawab.”Badanmu begitu kecil, bagaimana aku masuk ke dalam tubuhmu. Kelingkingku saja tidak mungkin masuk.” Dewa Ruci berkata
Kelas VI SD 8
lagi, “Lihatlah wahai Pandu Putra. Jangankan tubuhmu yang kecil itu, Bhuwana Agung inipun ada dalam perutku.” Manusia kecil itu tampak makin lama makin
besar, sehingga tanpa ragu-ragu lagi Bima memasuki mulut Dewa Ruci. Di dalam perut Dewa Ruci, Bima melihat pemandangan Bhuwana Agung. Ia
juga mendengar suara gaib yang memberi pelajaran tentang ilmu kadyatmikan. Ia juga diserahkan sebuah cupu sejenis periuk yang tertutup untuk diserahkan
kepada Guru Drona. Setelah itu ia tiba-tiba sudah berada di tepi pantai. Ia lantas pulang menyerahkan cupu itu kepada Guru Drona. Ketika Guru Drona
membuka cupu tersebut, dari dalamnya keluar api yang membakar rambutnya hingga menjadi botak. Sejak peristiwa itu Guru Drona tidak lagi menguji Bima.
Setelah membaca cerita di atas kesimpulan apa yang dapat kalian tarik dari cerita tersebut
Tulislah hasil kesimpulan kalian di buku tulismu, dan baca di depan kelas