PENGARUH ARANG AKTIF DAN AIR KELAPA PADA MEDIA ½ MS TERHADAP PERTUMBUHAN PROTOKORM ANGGREK Dendrobium sp. IN VITRO

ABSTRACT
EFFECT OF ACTIVATED CHARCOAL AND COCONUT WATER
IN MEDIUM ½ MS GROWTH OF PROTOKORM
ORCHID Dendrobium sp. IN VITRO

by
MAIYULIS

Orchid is a plant that grows as an epiphyte with a ride on a stem or stalk of the
parent plant without harming the mother. However, orchids are plants that are
already familiar. One type is the famous orchid orchid Dendrobium sp. By color,
size, fragrant, and a variety of flower shapes, thus making orchid Dendrobium sp.
much in demand by orchid lovers. However, the request was not accompanied by
the production of orchid seedlings, especially in Lampung. This is due in
Lampung orchid seed availability is limited and is derived from the outer islands.
Tissue culture is one alternative way of providing orchid seeds with good quality,
except that we can create a new hybrid orchid to a cross between elders orchids.
Method for multiplication is performed by adding additional material such as
activated charcoal and coconut water as adenda. Thus the provision of material
adenda additional and are expected to have a positive effect on the growth of
orchid culture.

This study aims to (1) Knowing the effect of activated charcoal administration of
2 g/l in ½ MS medium on the growth of the orchid Dendrobium sp. protokorm.
(2) Knowing the effect of coconut water concentrations (0, 50, 100 and 200 ml/l)
on ½ MS medium on the growth of the orchid Dendrobium sp. protokorm.
(3) Knowing the interaction between activated charcoal and coconut water
concentrations (0, 50, 100, and 200 ml/l) on ½ MS medium on the growth of the
orchid Dendrobium sp. protokorm.
The research was conducted at the Plant Tissue Culture Laboratory, Faculty of
Agriculture, University of Lampung, from October 2011 to March 2012. The
research was carried out using a factorial treatment design (2x4). The first factor
is (to use activated charcoal 2 g/l and no use of activated charcoal 0 g/l). The
second factor is the use of coconut water (0, 50, 100, 200 ml/l). Homogeneity

range between treatments were tested with the Bartlett test, while additivity was
tested with the Tukey test. If both assumptions are met, then proceed with data
analysis sidikragam. Mean separation by LSD at 5% level.

The results showed that (1) Addition of activated charcoal 2 g/l in ½ MS medium
can increase the height of shoots, leaf length and plant wet weight, but had no
effect on leaf length, and number of leaves of the orchid Dendrobium sp. (2)

Provision of coconut water on ½ MS media can increase the height of shoots, leaf
length, and weight of the explants, but had no effect on leaf number and root
length orchid Dendrobium sp. (3) Effect of increasing concentrations of between
50 to 200 ml/l as well in enhancing the growth of orchids Dendrobium sp. on ½
MS medium. (4) In general, there is no interaction between the administration of
activated charcoal and coconut water affect plant growth in the orchid
Dendrobium sp.

Key words:

Dendrobium sp., Activated charcoal, Coconut water

ABSTRAK
PENGARUH ARANG AKTIF DAN AIR KELAPA PADA MEDIA ½ MS
TERHADAP PERTUMBUHAN PROTOKORM
ANGGREK Dendrobium sp. IN VITRO

Oleh
MAIYULIS


Anggrek merupakan tanaman yang tumbuh secara epifit dengan menumpang pada
batang atau tangkai tanaman induk tanpa merugikan induknya. Walaupun
demikian, anggrek merupakan tanaman hias yang sudah tidak asing lagi. Salah
satu jenis anggrek yang terkenal adalah jenis anggrek Dendrobium sp. Dengan
warna, ukuran, aroma khas, dan bentuk bunga yang bervariasi, sehingga membuat
anggrek Dendrobium sp. diminati oleh banyak pecinta anggrek. Namun,
permintaan yang tinggi tidak diimbangi dengan produksi bibit anggrek khususnya
di Lampung. Hal ini disebabkan bibit anggrek di Lampung ketersediaannya
terbatas dan masih berasal dari luar pulau.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara alternatif dalam menyediakan bibit
anggrek dengan kualitas yang baik, selain itu kita dapat menciptakan anggrek
hibrida baru dengan persilangan antar tetua anggrek. Metode yang dilakukan
untuk perbanyakan yaitu dengan menambahkan bahan tambahan seperti arang
aktif dan air kelapa sebagai adenda. Dengan demikian pemberian bahan
tambahan dan adenda diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
kultur anggrek.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh pemberian arang aktif 2
g/l pada media ½ MS terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium sp.
(2) Mengetahui pengaruh konsentrasi air kelapa (0, 50, 100 dan 200 ml/l) pada
media ½ MS terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium sp. (3)

Mengetahui interaksi antara arang aktif dan konsentrasi air kelapa (0, 50, 100, dan
200 ml/l) pada media ½ MS terhadap pertumbuhan protokorm anggrek
Dendrobium sp.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011 hingga Maret 2012.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan perlakuan faktorial
(2x4). Faktor pertama adalah (menggunakan arang aktif 2 g/l dan tidak
menggunakan arang aktif 0 g/l). Faktor kedua penggunaan air kelapa (0, 50, 100,
200 ml/l). Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Barlett,
sedangkan aditivitas diuji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi terpenuhi, maka
analisis data dilanjutkan dengan sidikragam. Pemisahan nilai tengah dengan uji
BNT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penambahan arang aktif 2 g/l pada media
½ MS dapat meningkatkan tinggi tunas, panjang daun dan bobot basah tanaman,
tetapi tidak berpengaruh terhadap panjang daun, dan jumlah daun anggrek
Dendrobium sp. (2) Pemberian air kelapa pada media ½ MS dapat meningkatkan
tinggi tunas, panjang daun, dan bobot eksplan, tetapi tidak berpengaruh terhadap
jumlah daun dan panjang akar anggrek Dendrobium sp. (3) Pengaruh peningkatan
konsentrasi antara 50 sampai 200 ml/l sama baiknya dalam meningkatkan

pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium sp. pada media ½ MS. (4) Secara
umum, tidak terdapat interaksi antara pemberian arang aktif dan air kelapa dalam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium sp.

Kata kunci

: Dendrobium sp., Arang aktif, Air kelapa

PENGARUH ARANG AKTIF DAN AIR KELAPA PADA MEDIA ½ MS
TERHADAP PERTUMBUHAN PROTOKORM
ANGGREK Dendrobium sp. IN VITRO
(Skripsi)

Oleh
MAIYULIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012


PENGARUH ARANG AKTIF DAN AIR KELAPA PADA MEDIA ½ MS
TERHADAP PERTUMBUHAN PROTOKORM
ANGGREK Dendrobium sp. IN VITRO

Oleh
MAIYULIS

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

DAFTAR GAMBAR


Gambar

Halaman

1. Ukuran protokorm sebagai bahan tanam yang digunakan. ......

27

2. Gambar persilangan tetua anggrek yang dijadikan bahan
perbanyakan tanaman. ..............................................................

28

3. Perkembangan protokorm anggrek Dendrobium sp. ...............

34

4. Perkembangan tanaman anggrek Dendrobium sp. bulan ke-1
setelah tanam pada media ½ MS dengan perlakuan masingmasing media. ..........................................................................


35

5. Perkembangan tanaman anggrek Dendrobium sp. bulan ke-2
setelah tanam pada media ½ MS dengan perlakuan masingmasing media. ..........................................................................

36

6. Perkembangan tanaman anggrek Dendrobium sp. bulan ke-3
setelah tanam pada media ½ MS dengan perlakuan masingmasing media. ..........................................................................

37

7. Perkembangan tanaman anggrek Dendrobium sp. bulan ke-4
setelah tanam pada media ½ MS dengan perlakuan masingmasing media. ..........................................................................

38

8. Penampakan tanaman berumur 4 bulan setelah tanam pada
media A = ½ MS + arang aktif; B = ½ MS. .............................


39

9. Penampakan tanaman berumur 4 bulan pada media ½ MS
setelah tanam. …………………...............................................

40

10. Pengaruh penambahan dengan atau tanpa arang aktif 2 g/l
pada tinggi tanaman pada 4 BST. Nilai diikuti oleh huruf
yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05. .....

43

11. Pengaruh konsentrasi air kelapa pada tinggi tanaman pada 4
BST Nilai diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT 0,05. ………….......................................

43


12. Pengaruh konsentrasi air kelapa pada panjang daun tanaman
pada 4 BST. Nilai diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNT 0,05. .……………........................

45

13. Pengaruh pemberian atau tanpa arang aktif pada 3 akar
terpanjang tanaman pada 4 BST. Nilai diikuti oleh huruf yang
sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05. ..............

46

14. Pengaruh pemberian atau tanpa arang aktif pada bobot
tanaman pada 4 BST. Nilai diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 0,05. …...................

47

15. Pengaruh konsentrasi air kelapa pada bobot tanaman pada 4
BST. Nilai diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji BNT 0,05. ………………….……………......

48

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

viii

I. PENDAHULUAN ..........................................................................

1

1.1 Latar Belakang .........................................................................

1

1.2 Tujuan Penelitian .....................................................................

5

1.3 Landasan Teori ........................................................................

6

1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................

10

1.5 Hipotesis …………………………………….……………….

13

II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................

14

2.1 Gambaran Umum Tanaman Anggrek Dendrobium sp. ..........

14

2.2 Klasifikasi Tanaman Anggrek Dendrobium sp. .....................

15

2.3 Karakteristik Tanaman Anggrek Dendrobium sp. …..………

15

2.4 Morfologi Tanaman Anggrek Dendrobium sp. ………….….

16

2.5 Perbanyakan Anggrek Dendrobium sp. ………………..……

18

2.6 Pembiakan In Vitro Anggrek Dendrobium sp. .......................

19

2.7 Media Kultur In Vitro Anggrek Dendrobium sp. …………...

20

2.8 Kondisi Lingkungan Kultur ....................................................

22

2.9 Arang Aktif …………..……………………………………...

24

2.10 Bahan Adenda (Bahan Tambahan) …………..…………….

25

III. BAHAN DAN METODE ............................................................

27

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................

27

3.2 Bahan dan Alat ........................................................................

27

3.3 Metode Penelitian ……………………..…………………….

28

3.4 Pelaksanaan Penelitian ………………………………………

29

3.4.1 Sterilisasi Alat ……………………..…………………..

29

3.4.2 Media Perlakuan ……………………..………………..

29

3.4.3 Bahan Tanam ……………………..…………………...

30

3.4.4 Pemeliharaan Kultur ……………………….………….

30

3.4.5 Pengamatan ……………………………….…………...

31

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………….....…...…...

33

4.1 Hasil Penelitian …………………………………..………….

33

4.1.1 Perkembangan kultur protokorm anggrek Dendrobium
sp. …………………………………………………….

33

4.1.2 Pengamatan visual tanaman anggrek Dendrobium sp.

39

4.1.3 Rekapitulasi sidik ragam pada berbagai pengamatan ...

41

4.1.3.1 Tinggi tanaman .................................................

42

4.1.3.2 Jumlah daun ......................................................

44

4.1.3.3 Panjang daun .....................................................

44

4.1.3.4 Panjang akar ......................................................

46

4.1.3.5 Bobot tanaman ..................................................

47

4.2 Pembahasan ............................................................................

49

V. KESIMPULAN DAN SARAN …………..………………….….

56

5.1 Kesimpulan ……………………..…………………………...

56

5.2 Saran ………………………………….……………………..

57

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

58

LAMPIRAN ........................................................................................

62

Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Demi malam apabila menutupi cahaya siang,
Demi siang apabila terang benderang,
Demi penciptaan laki-laki dan perempuan,
Sungguh usahamu beraneka macam,
Maka barang siapa memberikan hartanya di
jalan
Alloh dan bertakwa,
Dan membenarkan adanya pahala yang
terbaik (Surga)
Maka akan kami mudahkan baginya jalan
menuju kemudahan (Kebahagiaan)
(QS. AL Lail 1-7: 29)

MENGESAHKAN

1.

2.

Tim Penguji
Ketua

: Ir. Sri Ramadiana, M. Si.

Sekretaris

: Dr. Ir. Yusnita, M. Sc.

Penguji

: Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M. Sc.

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S.
NIP. 196108261987021001

Tanggal Lulus Ujian:

1 Agustus 2012

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku yang tidak ada artinya ini
untuk mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang dan
pengabdian penulis kepada;
Bapak dan Mamahku tercinta yang selalu memberikan
semangat dengan doa, pengorbanan dan kasih sayangnya;
adikku Rita Mastuti, Aeni Tri Kusumawati, Chosifa Nidia;
mamasku Ahmad Pulung Ramadoni S. Hut.;
sahabatku Pebria Sisca dan Almamater tercinta.

Judul Skripsi

: PENGARUH ARANG AKTIF DAN AIR
KELAPA PADA MEDIA ½ MS
TERHADAP PERTUMBUHAN
PROTOKORM ANGGREK Dendrobium sp.
IN VITRO

Nama Mahasiswa

: Maiyulis

No. Pokok Mahasiswa

: 0814013036

Fakultas

: Pertanian

Jurusan

: Agroteknologi

MENYETUJUI
Komisi Pembimbing

Ir. Sri Ramadiana, M. Si.
NIP. 196912051994032002

Dr. Ir. Yusnita, M. Sc.
NIP. 196108031986032002

Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M. P.
NIP. 196411181989021002

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar tanggal 1 Juni 1990, yang merupakan anak pertama
dari empat bersaudara pasangan dari Bapak Saryadi dan Ibu Faridah, dengan anak
kedua bernama Rita Mastuti, ketiga Aeni Trikusumawati dan keempat Chosifa
Nidia. Kami hidup bersama di rumah kami yang bertempat tinggal di Jln. Raya
Natar Srimulyo 1 No. 5, Pemanggilan, Lampung Selatan.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK. Darma Wanita Natar pada tahun 1995,
Sekolah Dasar Negeri 5 Rajabasa pada tahun 2001, SLTP Negeri 8 Bandar
Lampung (2004), SMA Negeri 1 Natar (2008). Pada Tahun 2008 penulis
diterima di Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur PMKA. Selama masa perkuliahan
penulis pernah mengikuti organisasi UKM-Penelitian sebagai Sekretaris Umum
periode 2009/2010.
Selain mengikuti organisasi yang ada di Universitas penulis dipercaya menjadi
asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan Umum. Penulis melakukan
Kuliah Kerja Nyata pada bulan Juli - Agustus tahun 2011 di Desa Adi Kaya
Mulya kec. Pancajaya, kab. Mesuji. Selain Kuliah Kerja Nyata penulis juga
melaksanakan Praktik Umum pada bulan Januari - Februari selama 30 hari di
budidaya jamur tiram di Jalan Ratu Dibalau, gang Rambutan Way Kandis,
Tanjung Seneng, Bandar Lampung.

SANWACANA

Segala puji hanyalah untuk ALLAH subhanahu wataa’la atas rahmat dan
hidayah-Nya, yang telah memberikan karunia dan talenta sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ‘Pengaruh Arang Aktif Dan Air Kelapa
Pada Media ½ MS Terhadap Pertumbuhan Protokorm Anggrek Dendrobium sp.
In Vitro’. Sholawat dan salam selalu senantiasa tercurahkan kepada Baginda
Rosululloh Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam dan keluarga serta para
sahabat.
Dalam menyelesaikan Tugas akhir ini banyak pihak yang telah memberikan
perhatian, bantuan, bimbingan, motivasi dan arahan serta nasihat kepada Penulis.
Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Sri Ramadiana M. Si., selaku Ketua Tim Penguji atas bimbingan, ilmu
pengetahuan, kesabaran, motivasi, saran, kebaikan, dan pengarahan selama
melaksanakan penelitian hingga penulisan skripsi ini;

2. Ibu Dr. Ir. Yusnita M. Sc., Selaku Sekretaris Tim Penguji atas bimbingan,
saran, ilmu pengetahuan, kesabaran, kebaikan, pengertian, dan pengarahan
selama melaksanakan penelitian hingga penulisan skripsi ini;
3. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro M. Sc., selaku Penguji atas bimbingan, saran dan
kritikan yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini;
4. Proyek Hibah Bersaing 2011, atas dana yang diberikan untuk terlaksananya
penelitian ini hingga selesai;
5. Bapak Ir. Kushendarto M. P., selaku Pembimbing Akademik, terimakasih atas
pengarahan dan gambaran perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi;
6. Bapak Dr. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Program studi
Agroteknologi;
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung;
8. Kedua orang tua, Bapak dan Mamah, atas seluruh doa, cinta dan kasih sayang,
dukungan moril maupun materilnya, perjuangan, semangat, motivasi,
pengorbanan, perhatian, dan pengertian untuk meraih impian dan cita-cita
penulis.
9. Adik-adikku Rita Mastuti, Aeni Trikusumawati dan Chosifa Nidia, yang telah
memberikan motivasi, semangat, serta dukungan dan doa;
10. Mamas Ahmad Pulung Ramadoni S. Hut., sebagai orang yang saya sayangi
yang telah banyak memberikan semangat, motivasi, dan dukungan;
11. Pebria Sisca S. P., sebagai sahabat yang selalu memberikan nasihat,
semangat, bantuan dan memberikan dorongan;

12. Rindang Andam Suri, Intan Rahayu Ningtias, Ananda Yasinta R, Sigit
Ardiansyah, Herlina Levilia dan seluruh rekan-rekan AGT 2008-2011.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini
bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung,
Maiyulis

Agustus 2012

I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang dan Masalah
Anggrek merupakan tanaman hias yang tergolong ke dalam famili Orchidaceae
yang tumbuh secara epifit atau menempel pada batang tanaman tanpa merugikan
tanaman induknya (Gunawan, 2005). Keluarga anggrek termasuk kerajaan
tumbuhan terbesar yaitu sekitar 750 jenis yang berbeda dengan sedikitnya 25.000
jenis asli (spesies) dan lebih dari 30.000 kultivar hibrida hasil persilangan
(Hew dan Yong, 2008). Dendrobium meliputi 1000 spesies berasal dari kaki
gunung Himalaya menyebar melalui Asia Tenggara ke Jepang, Australia,
Tasmania, dan kepulauan Pasifik (Kamemoto et al., 2004).

Dendrobium merupakan salah satu dari jenis anggrek yang banyak dibudidayakan
di Indonesia dengan tipe bunga yang menarik dengan warna yang beragam.
Penampilan bunga anggrek yang cantik dan elegan serta bentuknya yang unik dan
indah membuat anggrek merupakan lambang keanggunan. Keindahan bunganya
sangat cocok untuk menghiasi ruangan di perkantoran, hotel, restaurant dan rumah
tinggal. Selain menghiasi ruangan, anggrek biasanya digunakan sebagai hadiah
ulang tahun, wisuda, hari pernikahan dan hari istimewa lainnya yang dirangkai
sebagai parsel ataupun bunga pot.

Permintaan anggrek Dendrobium hibrida meningkat di setiap tahunnya. Menurut
BPS (2010), produksi anggrek di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 14.050.445
tangkai. Produksi bunga anggrek di Propinsi Lampung tahun 2009 mencapai
206.954 tangkai meningkat menjadi 219.669 tangkai di tahun 2010. Sedangkan,
produksi dan produktivitas tanaman anggrek khususnya di Lampung pada tahun
2009 yaitu produksi (206.954 tangkai/tahun), dan produktivitas (5.33 tangkai/m2)
meningkat menjadi produksi (219.669 tangkai/tahun) dan produktivitas
(6.81 tangkai/m2) di tahun 2010 (BPS, 2010).
Selain produksinya meningkat di setiap tahunnya, Indonesia merupakan salah satu
penyedia plasma nutfah anggrek yang melimpah. Sehingga, Indonesia berpotensi
sebagai negara penghasil anggrek dengan menciptakan hibrida-hibrida baru.
Hibrida-hibrida anggrek dapat tercipta jika adanya pemuliaan dan teknologi
perbanyakan anggrek yang baik. Pemuliaan anggrek yang baik dan benar dapat
menghasilkan hibrida dengan karakter yang baru dan sifat yang unggul.

Sebagian besar biji merupakan organ tanaman yang memiliki cadangan makanan
yang digunakaan untuk metabolisme sel di dalam biji, sehingga dapat terus
tumbuh hingga nutrisi di dalam sel habis. Apabila nutrisi yang berada pada -+
-cadangan makanan di biji habis, maka suplai habis dan sel mati yang akan
mengakibatkan biji mati. Oleh karena itu, jika cadangan makanan di dalam biji
habis, tanaman akan segera mencari nutrisi lain yang berada disekitarnya.

Namun, anggrek memiliki biji dengan ukuran sangat kecil dan tanpa adanya
cadangan makanan (Hartmann et al., 2002), sehingga untuk kelangsungan
hidupnya di alam biji anggrek harus bersimbiosis mutualisme dengan jamur untuk

mendapatkan nutrisi. Ketiadaan cadangan makanan pada biji anggrek membuat
anggrek sangat sulit berkecambah di lingkungan alami dengan kondisi normal
(Yusnita, 2010).

Kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk menumbuh kembangkan biji
anggrek in vitro secara aseptik. Karena pada media kultur jaringan terdapat
nutrisi dan sumber hara makro dan mikro yang dibutuhkan biji anggrek untuk
berkecambah. Mengecambahkan anggrek dengan kultur jaringan menguntungkan
secara ekonomi dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat
dibandingkan penanaman secara konvensional yang membutuhkan waktu yang
lama dan mahal (Hew dan Yong, 2008).
Media dasar yang digunakan dalam kultur jaringan ada beberapa macamnya.
Beberapa media dasar yang digunakan untuk perbanyakan anggrek Dendrobium
adalah Vacin-Went medium (Vacin and Went, 1949), Knudson C medium
(Knudson, 1946), Woody Plant Medium (Lloyd and McCown, 1981) dan
Murashige-Skoog medium (Murashige and Skoog, 1962). Beberapa media yang
digunakan media dasar MS adalah media yang sering digunakan.
Pemakaian unsur makro yang lebih rendah dari pada konsentrasi yang terdapat
pada media MS terbukti lebih baik (George, 1996). Zhang et al. (1993) yang
dikutip dalam Piria et al., (2008) melaporkan bahwa ½ MS dapat mendukung
dengan cepat memproduksi protokorm anggrek, karena terkandung ion tinggi dan
nutrisi. Yusnita (2010) menyatakan bahwa penggunaan media ½ MS baik
digunakan sebagai media dasar karena media ½ MS mengandung hara makro dan
mikro seperti cobalt (Co), tembaga (Cu), seng (Zn), boron (B), dan molybdenum

(Mo) yang tidak terdapat pada media Knudson C dan Vacin-Went. Media ½ MS
juga mengandung myo inositol dalam jumlah yang cukup besar (100 mg/l)
(Yusnita, 2003).
Media ½ MS terbukti lebih baik dibandingkan dengan media dengan konsentrasi
hara makro dan mikronya ¼ MS dan MS penuh (Fadel et al., 2010). Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan, penggunaan media dasar ½ MS telah
memberikan efek yang baik untuk pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium
sp., sehingga digunakanlah media dasar ½ MS. Media ½ MS artinya konsentrasi
hara makro dan mikronya setengah dari yang terdapat pada media MS (Yusnita,
2010).
Arang aktif (activated charcoal) juga sering digunakan untuk menggelapkan
media kultur. Penambahan arang aktif pada media kultur dapat meningkatkan
pertumbuhan plantlet dan arang aktif dapat menyerap etilen atau senyawa senyawa toksik lain dalam media yang dapat menghalangi pembelahan dan
pertumbuhan planlet (Arditti dan Ernst, 1993). Pemberian arang aktif dapat
meningkatkan pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium menjadi seedling
(Yusnita, 2010).

Pembuatan media diperlukan adenda yang dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Air kelapa merupakan zat pengatur tumbuh alami yang banyak
digunakan dalam perbanyakan in vitro berbagai tanaman hias di antaranya
anggrek karena memiliki ZPT sitokinin, auksin, Gibrelin, dan zeatin (George,
2008). Untuk memperoleh perkecambahan biji anggrek yang tinggi dan

pertumbuhan protokorm yang lebih baik, semua formulasi media dasar diperkaya
dengan 150 ml/l air kelapa (Yusnita, 2010).
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah pemberian arang aktif 2 g/l pada media ½ MS meningkatkan
pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium sp. ?
2. Apakah penambahan air kelapa pada media ½ MS meningkatkan
pertumbuhan protokorm dan apakah peningkatan konsentrasi air kelapa dari
50 menjadi 100 dan 200 ml/l meningkatkan pertumbuhan kultur anggrek
Dendrobium sp. ?
3. Apakah terdapat interaksi antara perlakuan arang aktif dan air
kelapa (0, 50, 100 dan, 200 ml/l) dalam pengaruhnya terhadap
pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium sp. ?

1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dibuat, maka disusun
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh pemberian arang aktif 2 g/l pada media
½ MS terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium sp.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi air kelapa (0, 50, 100 dan 200 ml/l)
pada media ½ MS terhadap pertumbuhan protokorm
anggrek Dendrobium sp.
3. Mengetahui interaksi antara arang aktif dan konsentrasi air kelapa
(0, 50, 100, dan 200 ml/l) pada media ½ MS terhadap pertumbuhan
protokorm anggrek Dendrobium sp.

1.3 Landasan Teori
Bunga anggrek setelah penyerbukan, indung telur akan berkembang ke dalam
kapsul buah yang terdapat berjuta- juta benih yang berukuran sangat kecil yang
terdiri dari massa sel yang dipisahkan oleh mantel benih (Hew dan Yong, 2008).
Jutaan biji anggrek yang tidak mempunyai kotiledon dan endosperm, sehingga
sulit berkecambah dalam keadaan alami yang normal (Yusnita, 2010).

Kelangsungan hidup biji anggrek di alam sangat tergantung pada cendawan
mikoriza (Darmono, 2004). Pada kondisi sesuai hifa dari mikoriza akan
menembus embrio anggrek melalui sel suspensor yang akan dicerna oleh biji
anggrek, sehingga terjadi pelepasan nutrisi yang akan digunakan sebagai bahan
energi untuk pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan biji anggrek.

Sistem kultur in vitro atau tissue culture merupakan salah satu cara untuk
menumbuhkan biji anggrek yang sulit berkecambah. Kultur jaringan itu adalah
menumbuhkan jaringan atau organ tanaman secara aseptic dimana diberikan
nutrisi dan hormon pertumbuhan tanamannya yang dapat dikendalikan
(Hartmann et al., 2002).

Kultur jaringa itu sendiri diawali dengan teori sel yang dipostulatkan pada 1838
oleh Matthias Schleiden dan Theodor Schwann yaitu bahwa sel tanaman didasari
oleh teori totipotent. Teori totipotency yaitu konsep dimana satu sel tumbuhan
membawa program genetik dan perangkat fisiologi untuk tumbuh menjadi
tanaman yang sempurna (Hartmann et al., 2002). Pada kultur embrio atau biji
anggrek in vitro, biji anggrek dikecambahkan menjadi protokorm dalam suatu

media agar-agar yang aseptik (Yusnita, 2010). Media agar-agar mengandung
suplai energi dan hara makro, hara mikro serta berbagai adenda lain supaya
perkecambahan biji dan pertumbuhan protokorm menjadi seedling optimal.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek Dendrobium sangat
dipengaruhi oleh media. Beberapa media yang dapat digunakan untuk
perbanyakan anggrek adalah Knudson C (Knudson, 1946), Wimber (Wimber,
1963) atau Fonnesbech (Fonnesbech, 1972) atau media MS (Murashige and
Skoog, 1962) (Widoastoety et al., 2005).

Media dasar MS adalah media yang sering digunakan pada kultur jaringan. Media
Murashige dan Skoog mengandung 60 mM nitrogen dalam bentuk NO3 dan NH4,
sedangkan kalium sampai 20 mM dan pospat 1,25 mM dalam bentuk HPO4-2 dan
H2PO4-(George, 2008), sehingga dapat menjadikan MS sebagai media dasar yang
baik digunakan untuk berbagai kultur in vitro. Yusnita (2008) membuktikan
bahwa media MS baik untuk pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium
hibrida. Namun, pemakaian konsentrasi unsur-unsur makro yang lebih rendah
dari pada konsentrasi yang terdapat pada media MS terbukti lebih baik (Gunawan,
1988).

Penyerapan unsur hara pada kultur jaringan dengan konsentrasi setengahnya
umumnya sebanding dengan penggunaan konsentrasi yang penuh pada media MS
(Williams (1993) yang dikutip di dalam George, 2008). Penggunaan media ½ MS
(1962) berpengaruh baik pada pembesaran protokorm anggrek Dendrobium
hibrida dengan menghasilkan panjang akar tertinggi 1,1 cm dibandingkan media
dasar GrowMore dan Hiponex (Indani, 2007). Indrawati (2008) menambahkan

dari penelitiannya bahwa media dasar ½ MS merupakan media dasar terbaik
menghasilkan pertumbuhan protokorm dibandingkan media Vacin and Went dan
Hiponex.

Sumber karbohidrat misalnya gula merupakan komponen yang selalu ada dalam
media tumbuh. Sukrosa adalah karbohidrat yang paling baik, dibandingkan
fruktosa, galaktosa, manosa dan laktosa yang tidak efektif pada media tumbuh.
Sukrosa dalam media dihidrolisa menjadi monosakharida selama kultur.
Hidrolisa terjadi karena aktifitas enzim invertase yang terdapat pada dinding sel.
Hidrolisa sukrosa paling efektif dalam media dengan pH rendah. Dalam kultur
embrio, konsentrasi gula digunakan 12 % (Gunawan, 1988). Gula juga berfungsi
sebagai meningkatkan tekanan osmotik dalam media (George, 2008).
Arang aktif (activated charcoal) juga sering digunakan pada media kultur.
Pengaruh arang aktif pada perkecambahan digunakan untuk menyerap senyawa
penghambat seperti ethylene, phenolics dan carboxylic yang bersifat toksik yang
dapat menghambat pertumbuhan. Arang aktif juga berfungsi menggelapkan
warna media sehingga pengakarannya masuk ke dalam media. Selain itu, arang
aktif juga dapat mengurangi pencoklatan pada media yang diakibatkan oleh
pemanasan tinggi setelah proses sterilisasi (Arditti dan Ernst, 1993).
Arang aktif mengadsorpsi senyawa-senyawa toksik yang terdapat pada media
seperti persenyawaan fenolik dan persenyawaan 5-hidroksimetil fulfural yang
diduga terbentuk dari gula yang berada dalam larutan asam lemah dan mengalami
pemanasan dengan tekanan tinggi. Arang aktif yang dianjurkan digunakan
dengan konsentrasi 0,5 – 6% (Gunawan, 1988).

Selain media dasar, diperlukan adenda sebagai bahan tambahan. Cairan air kelapa
yang masih muda adalah komponen yang efektif untuk media kultur jaringan yang
dapat meningkatkan pertumbuhan sel, organ, jaringan ataupun seedling anggrek in
vitro (Arditti dan Ernst, 1993). Air kelapa digunakan untuk perbanyakan in vitro
tanaman hias misalnya anggrek karena mengandung zat pengatur tumbuh alami
yaitu sitokinin dan auksin (George, 2008).

Air kelapa mengandung ion anorganik (klorin, tembaga, besi, magnesium,
phosphorus, potassium, sodium, sulfur), komponen nitrogen (thanolamine dan
ammonia), asam amino, enzim, dan asam organik (George, 2008). Selain itu, air
kelapa juga mengandung gula antara 1,7 – 2,6% dan protein 0,07 – 0,55%. Selain
kaya mineral, air kelapa juga menggandung bermacam-macam vitamin seperti
asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenat, asam folat, niasin, riboflavin, dan
tiamin (Arditti dan Ernst, 1992).
Penggunaan air kelapa yang efektif untuk media yaitu sekitar 10 – 15% dari
volume medianya dan konsentrasi yang paling tinggi yaitu 20% air kelapa untuk
media (George, 2008). Air kelapa dengan konsentrasi 15% yang sama efektifnya
dengan BA 1,5 mg/l dalam multiplikasi tunas, maka peran sitokinin sintetik dapat
digantikan oleh air kelapa (Seswita, 2010).
Air kelapa dapat berefek menstimulasi pertumbuhan dan perkembangbiakan
seedling anggrek serta dapat merangsang tumbuhnya tunas dengan konsentrasi 10
– 15% dimana penggunaannya tidak dicampur dengan daging buah (Arditti dan
Ernst, 1992). Oleh karena itu, pemberian bahan adenda ke dalam media kultur

seperti air kelapa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pembesaran protokorm anggrek Dendrobium.
Setelah pembuatan larutan media, diperlukan agar sebagai pemadat media. Agar
yang digunakan merupakan campuran polisakharida yang diperoleh dari spesies
alga dengan kandungan unsur Ca, Mg, K, dan Na. Keuntungan agar-agar yaitu
membeku pada temperatur < 45o C dan mencair pada 100o C, tidak dicerna oleh
enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan persenyawaan penyusun media
(George, 2008). Konsentrasi agar yang sering digunakan antara 0,5 – 1,0% pada
media kultur (Gunawan, 1988).
1.4 Kerangka Pemikiran
Untuk menjelaskan perumusan masalah dalam penelitian ini disusunlah kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Dendrobium adalah salah satu jenis anggrek yang banyak diminati oleh
konsumen. Permintaan anggrek sebagai bunga potong dan bunga pot meningkat
setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh tipe bunga yang menarik dengan warna
yang beragam. Anggrek Dendrobium juga mempunyai penampilan yang cantik
dan elegan serta bentuknya yang unik dan indah, mengakibatkan permintaan akan
bunga potong anggrek meningkatkan di Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan permintaan yang tinggi terhadap anggrek
Dendrobium, perlu dilakukan perbanyakan yang dapat menghasilkan anggrek
yang berkualitas dengan waktu singkat dan menghasilkan tanaman yang seragam.
Salah satu cara perbanyakan generatif yaitu menggunakan biji anggrek
Dendrobium hasil persilangan. Namun, biji anggrek sulit untuk tumbuh pada

lingkungan alami yang normal, dikarenakan biji anggrek yang terlalu kecil dan
tidak memiliki endosperem ataupun kotiledon, sehingga, untuk dapat tumbuh
secara alami di lingkungan normal diperlukan adanya simbiosis dengan jamur
yang berada di alam misalnya mikoriza.
Kultur jaringan merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk
mengecambahkan biji anggrek Dendrobium yang sulit untuk berkecambah.
Teknik kultur in vitro memerlukan media dan lingkungan tumbuh yang optimal
untuk anggrek, sehingga biji anggrek dapat tumbuh dengan baik. Media sangat
berperan dalam mensuplai nutrisi dan unsur hara yang digunakan untuk
perkecambahan biji dan pembesaran protokorm anggrek Dendrobium. Jenis dan
komposisi media harus mengandung unsur hara makro dan mikro dalam bentuk
garam-garam, vitamin, glukosa atau sukrosa sebagai sumber karbon serta bahan
pemadat berupa agar-agar.
Beberapa penelitian sebelumnya pembesaran protokorm anggrek Dendrobium
dilakukan pada media padat MS untuk mendapatkan seedling dengan
pertumbuhan yang baik. Pada media MS (Murashige dan Skoog,1962)
mengandung unsur hara makro, mikro, vitamin, dan gula membuat media MS ini
sering digunakan untuk pembesaran protokorm secara in vitro.
Penggunaan media MS dengan konsentrasi hara makro dan mikro setengahnya
dari banyak penelitian telah mampu dengan baik mempercepat pertumbuhan
berbagai jenis tanaman yang salah satunya protokorm anggrek Dendrobium.
Media ½ MS telah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya dan
menghasilkan tanaman yang baik, sehingga, dengan menggunakan ½ MS dapat

menghasilkan pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium yang baik.
Biji anggrek dihasilkan dari persilangan bunga anggrek secara selfing. Jika
persilangan berhasil bunga akan layu dan membentuk polong yang berisi biji-biji
anggrek. Biji anggrek yang dihasilkan memiliki karakter baru dari kedua
induknya. Setelah polong anggrek telah matang dilakukan penanaman biji
anggrek ke media ½ MS. Setelah biji anggrek berkecambah menjadi protokorm
dilakukan subkultur dengan memindahkan protokorm ke media baru. Eksplan
yang digunakan pada pembesaran ini harus dicirikan dengan protokorm yang
sudah primordian daun sudah muncul sekitar dua bulan umur protokormnya.
Selain itu, pada media kultur dapat dikombinasikan dengan pemberian arang aktif.
Arang aktif dan berbagai konsentrasi air kelapa yang dimasukkan ke dalam
formulasi media dapat mempengaruhi pertumbuhan anggrek Dendrobium. Arang
aktif yang ditambahkan dalam formulasi media dapat menstimulasi pertumbuhan
sel dengan kemampuan arang aktif mengikat senyawa fenol yang bersifat toksik
yang diproduksi biakan selama dalam kultur yang dapat menghambat
pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium.
Arang aktif juga dapat merangsang perakaran dan mengurangi intensitas cahaya
yang sampai ke media pembesaran protokorm. Pada penelitian sebelumnya
penambahan arang aktif 2 g/l berpengaruh positif dalam meningkatkan
pertumbuhan seedlling anggrek Dendrobium (Larassasti, 2011), sehingga dalam
pembuatan media ½ MS ditambahkan arang aktif dan air kelapa sebagai adenda
dalam penelitian pembesaran protokorm anggrek Dendrobium in vitro.

Untuk meningkatkan pertumbuhan eksplan protokorm anggrek Dendrobium,
media kultur biasanya ditambahkan dengan air kelapa yang diketahui
mengandung ZPT sitokinin, natrium, vitamin, gula, asam-asam organik, dan
senyawa-senyawa lain yang mampu merangsang respon untuk tumbuh dan
perkembangan protokorm anggrek Dendrobium. Pada penelitian sebelumnya air
kelapa yang digunakan sebagai adenda tambahan terbukti dapat meningkat
pekecambahan biji dan menigkatkan protokorm anggrek serta baik untuk
pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium menjadi seedling, sehingga
digunakanlah adenda air kelapa dalam penelitian ini.
1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
hipotesis sebagai berikut:
1. Pemberian arang aktif 2 g/l pada media ½ MS mampu meningkatkan
pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium.
2. Penambahan air kelapa pada media ½ MS dan konsentrasi air kelapa 100 ml/l
merupakan konsentrasi terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan protokorm
anggrek Dendrobium.
3. Terdapat interaksi antara perlakuan arang aktif dan air kelapa
(0, 50,100, dan 200 ml) dalam pengaruhnya pertumbuhan protokorm
anggrek Dendrobium.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Tanaman Anggrek Dendrobium sp.
Famili anggrek merupakan salah satu kelompok terbesar diantara tumbuhan
lainnya di dunia. Tidak seorang pun mengetahui berapa banyak jenis dan spesies
yang tergolong ke dalam jenis anggrek-anggrekan (Cribb, 2008). Anggrek
termasuk keluarga besar dari kelompok (sub divisi) tanaman berbunga atau berbiji
tertutup (Angiospermae), kelas tanaman berbiji tunggal (Monocotyledoneae), ordo
Orchidales, dan famili Orchidaceae (Hew dan Yong, 2008).
Orchidaceae merupakan tanaman yang ditemukan pada daerah tropis dan
subtropis terutama pada pegunungan tropis Amerika dan Asia Tenggara
(Chen dan Chen, 2005). Dalam kingdom Plantae, anggrek diwakili oleh sejumlah
genera, yaitu sekitar 600 – 800 genera yang terdiri dari 25.000 hingga 35.000
spesies dan sekarang anggrek hibrida di seluruh dunia mencapai 80.000
(Sugapriya, 2009). Indonesia memiliki sekitar 5.000 spesies anggrek (Yusnita,
2010).
Negara Indonesia termasuk salah satu negara terkaya dalam koleksi spesies
anggrek. Salah satu anggrek yang terkenal di Indonesia adalah anggrek
Dendrobium. Genus inilah yang paling banyak diminati konsumen, paling banyak
dibudidayakan dan diperdagangkan (Yusnita, 2010).

Dendrobium berasal dari kata dendros yang artinya pohon dan bios yang artinya
hidup, sehingga anggrek Dendrobium tanaman yang hidup menempel di batang
atau ranting pohon (Rentoul, 2003).

2.2 Klasifikasi Tanaman Anggrek Dendrobium sp.
Menurut Dressler dan Dodson (2000) yang dikutip dalam Widiastoety et al,
(2010), sistematika tanaman anggrek Dendrobium yaitu:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermathophyta

Sub-divisi

: Angiospermae

Ordo

: Orchidales

Kelas

: Monocotyledonae

Famili

: Orchidaceae

Sub-famili

: Epidendroideae

Tribes (suku)

: Epidendrae dendrobieae

Genus

: Dendrobium

Spesies

: Dendrobium sp.

2.3 Karakteristik Tanaman Anggrek Dendrobium sp.
Pola pertumbuhan anggrek pada dasarnya ada dua macam, yaitu simpodial dan
monopodial (Yusnita, 2010). Pola pertumbuhan anggrek Dendorbium tergolong
ke dalam pertumbuhan secara simpodial. Pola pertumbuhan simpodial yaitu
tumbuh melalui dua poros dari poros tumbuh horizontal yang tidak terbatas
(indeterminate) dan vertikal (determinate) dan berakhir dengan infloresens bunga
(Gunawan, 2005).

Berdasarkan tempat tumbuhnya anggrek yang tergolong epifit tumbuh secara
menempel pada tumbuhan lain (Watthana dan Pedersen, 2008), tetapi tidak
merugikan tanaman sebagai tempat tumbuhnya, contohnya berbagai spesies
Dendrobium. Akar anggrek yang habitatnya epifit memiliki kebiasaan yang
berbeda-beda berdasarkan genera dan spesiesnya dan memiliki karakteristik yang
khas dengan adanya lapisan velamen (Arditti, 1992). Anggrek epifit umumnya
berakar lunak dan mudah patah, dengan ujung meruncing, licin dan sedikit lengket
serta lapisan velamen yang bersifat spongy (berongga) (Gunawan, 2005).

Anggrek Dendrobium yang habitatnya epifit membutuhkan kisaran intensitas
cahaya optimal 2.400 – 3.600 fc dengan kisaran suhu optimal 15,5 – 30 oC dan
kisaran kelembaban 40 – 55% (Yusnita, 2010). Darmono (2004) menambahkan
bahwa anggrek Dendrobium membutuhkan naungan dari cahaya matahari
sebanyak 55 – 65% dengan suhu siang antara 27 – 30 oC dan suhu malam 21 oC.
2.4 Morfologi Tanaman Anggrek Dendrobium sp.
Anggrek, merupakan tanaman herba tahunan yang mempunyai karakteristik unik
(Gunawan, 2005). Bunga anggrek Dendrobium mempunyai ciri-ciri terdiri dari
lima bagian utama yaitu sepal (kelopak bunga) dan petal (mahkota bunga), benang
sari, putik dan ovari (bakal buah). Sepal pada anggrek tidak seperti bunga pada
umumnya yang seperti daun berwarna hijau. Sepal anggrek berbentuk segitiga
dengan letaknya simetris yang paling atas lebih besar dari dua bagian lain yang
berada di samping (Hew dan Yong, 2008).

Petal yang di tengah mengalami modifikasi, sehingga tidak sama dengan dua
mahkota bunga lainnya. Bentuk petal yang di tengah biasanya sangat spesifik dan

disebut dengan labellum atau bibir (lip) (Yusnita, 2010). Labellum membentuk
semacam platform tempat hinggapnya serangga (Gunawan, 2005). Platform
adalah gumpalan-gumpalan seperti massa sel (callus) yang mengandung protein,
minyak, dan zat pewangi yang berfungsi untuk menarik serangga (Darmono,
2004). Stigma sendiri berada pada rongga di depan kolom, rostellum
menghasilkan kantung rapuh sebagai perekat, dan anter berisi empat pollinia
(Kong et al., 2007)

Buah anggrek Dendrobium dikenal sebagai polong dimana polong tersebut adalah
suatu terminal yang terdiri dari tiga carpel. Kapsul atau polong anggrek yang
matang akan merobek dan terpisah berdasarkan klep-klep, dengan demikian akan
melepaskan benihnya. Beberapa jenis anggrek klep memisah sepenuhnya pada
pucuk kulminasi dan menyebar terpisah secara luas (Arditti, 1992).

Pada umumnya bentuk dan ukuran batang anggrek sangat beragam. Batang
anggrek Dendrobium termasuk batang semu yang disebut dengan pseudobulbs
dengan ukuran sangat besar yaitu lebih dari 2,5 meter dengan diameter 3 cm
(Yusnita, 2010). Pseodobulbs adalah posisi pembesaran dari batang dimana
semua daun dan bakal bunga muncu. Berdasarkan jumlah ruas (internode), batang
semu anggrek diklasifikasikan menjadi dua, yaitu yang mempunyai banyak ruas
(type homoblastic) dan yang mempunyai satu ruas (type heteroblastic). Anggrek
spesies Dendrobium tergolong ke dalam batang semu type homoblastic (Hew dan
Yong, 2008).

Bentuk daun anggrek ada bermacam-macam seperti bulat, lonjong, sampai lanset.
Ketebalan daun beragam ada yang tipis sampai tebal berdaging, rata dan kaku

(Darmono, 2004). Anggrek Dendrobium digolongkan ke dalam anggrek dengan
daun yang tebal yang susunan daun anggrek berhadap-hadapan atau berselangseling (Yusnita, 2010).

Pada umumnya morfologi akar suatu jenis anggrek dipengaruhi habitatnya
(Yusnita, 2010). Pada anggrek Dendrobium, akar terdapat pada batang semu
dengan warna hijau atau hijau kemerahan pada ujungnya sedangkan pada bagian
lain berwarna putih hingga abu-abu. Akar anggrek Dendrobium memiliki
perbedaan velamen dengan yang tidak bervelamen. Bentuk sel pada velamen
yaitu melintang secara radikal stabil berbentuk sekrup dengan pori-pori relatif
kecil (Arditti, 1992).

2.5 Perbanyakan Anggrek Dendrobium sp.
Anggrek Dendrobium dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif.
Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan menanam bagian batang,
akar dan rhizom atau umbi pada tanaman itu sendiri. Perbanyakan vegetatif dapat
dilakukan dengan cara splitting (pemisahan anakan), pemotongan anak tanaman
yang muncul dari batang (stek), dan pemotongan anak tanaman yang keluar dari
tangkai bunga atau disebut dengan keiki (Yusnita, 2010). Namun, perbanyakan
secara vegetatif tidak menguntungkan karena membutuhkan waktu yang lama
(Hew dan Yong, 2008).

Tanaman anggrek selain perbanyakan vegetatif dapat juga diperbanyak secara
generatif yaitu melalui proses penyerbukan atau persilangan yang akan
menghasilkan biji dalam sebuah polong (Gunawan, 2005). Biji yang dihasilkan

akan bersifat heterozigot, sehingga benih yang dihasilkan memiliki sifat yang
bervariasi. Buah anggrek yang masak memiliki biji dengan jumlah yang sangat
banyak hingga jutaan jumlahnya. Namun, pada biji anggrek tidak memiliki
kotiledon dan endosperm (cadangan makanan), sehingga, biji anggrek tidak dapat
tumbuh pada lingkungan alami yang normal. Teknik kultur jaringan dapat
digunakan untuk menumbuh kembangkan benih anggrek Dendrobium (Yusnita,
2010).

2.6 Pembiakan In Vitro Anggrek Dendrobium sp.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkan bagian tanaman, baik
berupa sel, jaringan, organ, dan protoplasma secara in vitro (Arditti dan Ernst,
1993). Kultur jaringan adalah menumbuh-kembangkan bagian tanaman misalnya
sel, jaringan, dan organ pada media cultur yang aseptik dan bebas microorganisme
secara in vitro (Yusnita, 2003).

Kultur jaringan mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat memperbanyak
tanaman tertentu yang sulit ataupun sangat lambat bila dikembangkan secara
konvensional, teknik kultur jaringan tidak memerlukan tempat yang luas, teknik
kultur jaringan dapat dilakukan sepanjang tahun, bibit yang dihasilkan sehat, dan
dapat dilakukan manipulasi genetik. Namun, selain kelebihan tersebut teknik
kultur jaringan mempunyai kekurangan yaitu biaya relatif tinggi, dibutuhkan
keahlian khusus, dan tanaman yang dihasilkan kecil dan perlu diaklimatisasi
(Yusnita, 2003). Keberhasilan kultur embrio anggrek Dendrobium membentuk
protokrom tertinggi pada umur 75 hari setelah polinasi yaitu sebesar 100%, diikuti

setelah polinasi yaitu 65 hari sebesar 87,5% dan 60 hari setelah polinasi sebesar
69,5% (Widiastoety et al., 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman dengan
teknik kultur jaringan yaitu eksplan. Eksplan yang digunakan harus diambil dari
induk pilihan dengan satu atau beberapa karakter unggul. Penggunaan eksplan
yang semakin kecil ukurannya juga mempengaruhi keberhasilan perbanyakan
tanaman. Pada eksplan dengan ukuran kecil tingkat keterbebasan dari
kontaminasi makin besar (Yusnita, 2010). Perbanyakan kultur jaringan
diusahakan menggunakan jaringan muda, karena jaringan tersebut lebih mudah
berproliferasi dibandingkan jaringan yang tua (Pierik, 1997).

2.7 Media Kultur In Vitro Anggrek Dendrobium sp.
Faktor yang kedua dalam mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman
dengan kultur jaringan yaitu media kultur berupa media dasar (Yusnita, 2010).
Pertumbuhan tanaman akan berhasil dengan baik apabila media yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan eksplan untuk beregenerasi. Sumber karbohidrat
terutama gula merupakan komponen yang selalu ada dalam media tumbuh. Gula
putih yang digunakan sehari-hari dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan
kultur (Gunawan, 1988).

Media membutuhkan pemadat untuk memadatkan media. Agar-agar yang
ditambahkan ke dalam media kultur dapat digunakan untuk memadatkan media
(George, 2008). Besarnya konsentrasi agar yang diberikan untuk memadatkan
media ditentukan oleh bagian tanaman yang dikulturkan dengan melihat pH media
dan kualitas agar (Gunawan, 1988). Kisaran pH media yang digunakan pada

ekplan anggrek Dendrobium berkisar 4,8 – 5,8 (Darmono, 2004). Agar-agar juga
mampu memberikan ketersediaan air pada media agar terjaga kelembaban pada
media kultur (Pierik, 1987).

Pertumbuhan tanaman tergantung pada pentingnya pH yang sesuai dalam
ketersediaannya nutrisi. Media dengan pH yang terlalu rendah atau tinggi saat di
autoklaf, semua komponen terjadi proses hydrolyzed dan atau destroyed.
Hydrolyzed pada agar terjadi karena pelepasan komponen makro, yaitu sugars
D- dan L- galaktose dimana besifat toksik bagi tanaman secara umum, sehingga,
dalam penyesuaian pH harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati. Penggunaan
pH secara umum direkomendasikan antara 4,8 – 6.0 (Arditti dan Ernst, 1992).
Komposisi medium terdiri dari zat-zat anorganik dalam bentuk garam, sumber
energi dalam bentuk gula seperti sukrosa, persenyawaan organik kompleks berupa
bahan-bahan alami misalnya air kelapa, bahan pemadat berupa agar-agar, serta
arang aktif (Darmono, 2004). Komponen media kultur yang lengkap yaitu air
destilata (aquades) atau air bebas ion sebagai pelarut, hara makro berupa N, P, K,
Ca, Mg, dan S dan hara mikro berupa Fe, Cu, Mn, Zn, Mo, dan Co, gula, vitamin,
arang aktif, zat pengatur tumbuh dan bahan pemadat berupa agar-agar (Yusnita,
2003).

Pada tahun 1962 dikembangkan komposisi media MS (Murashige dan Skoog)
yang sering digunakan sebagai media dasar anggrek. Penggunaan media ½ MS
telah terbukti baik. Media ½ MS merupakan media dengan penggunaan garamgaram mineral sepertengahnya. Komposisi media ½ MS dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi media yang telah di modifikasi ½ MS (1962).
Komponen

Jumlah per liter media

Stok makro :
1. Amonium nitrat (NH4NO3)
2. Potasium nitrat (KNO3)
3. Potassium posfat (KH2PO4)
4. Magnesium sulfat (MgSO4.7H2O)

825 mg
950 mg
85 mg
185 mg

Stok mikro A :
1. Asam Boric (H3BO3)
2. Magan sulfat (MnSO4.7H2O)
3. Zinc sulfat (ZnSO4.7H2O)

6,2 mg
16,9 mg
8,6 mg

Stok mikro B :
1. Potasium Iodin (KI)
2. Sodium molybdat (Na2MoO4.2H2O)
3. Cupro Sulfat (CuSO4.5H2O)

0,83 mg
0,25 mg
0,025 mg

Stok Fe
1. Ferro sulfat (FeSO4.7H2O)
2. Besi-natrium (Na2EDTA)

27,8 mg
37,3 mg

Stok CaCl2
1. Kalsium klorida (CaCl2 2H2O)

220 mg

S