NN

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah merupakan kegiatan ilmiah guna menemukan,
mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan
secara metodologis serta sistematis. Masalah metode dalah masalah yang sangat
penting dalam suatu penelitian ilmiah karena nilai, mutu, dan hasil suatu
penelitian ilmiah sebagian besar ditentukan oleh ketetapan dalam memilih
metodenya. Agar penelitian ini memiliki kualitas ilmiah maka disusun metode
penulisan.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif-empiris. Penelitian
normatif-empiris adalah penelitian mengenai keberlakuan atau implementasi
ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secara in
action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.
Implementasi secara in action ini merupakan fakta empiris dan berguna dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan negara atau pihak-pihak dalam kontrak
(Abdulkadir Muhamad, 2004: 134).
Hubungan antara penelitian hukum normatif dan penelitian hukum terapan adalah
hubungan sebab akibat. Penelitian hukum normatif adalah sebab, dan penelitian
hukum terapan adalah akibat. Dalam penelitian ini, penelitian hukum normatif


26

bersumber dari data sekunder sebagai acuan, aturan sikap, atau perbuatan
berdasarkan undang-undang dan peraturan pelaksananya yang menjadi dasar
hukum pelaksanaan perjanjian kredit antara koperasi kredit dan anggotanya,
sedangkan penelitian hukum terapan adalah gambaran sikap atau perbuatan yang
seharusnya atau berdasarkan ketentuan hukum normatif dilakukan dalam proses
pelaksanaan kredit antara koperasi kredit dan anggotanya. Penelitian ini akan
mengkaji dan menganalisis tentang tata cara pelepasan pinjaman anggota
Koperasi Kredit (Kopdit) Sejahtera, yang juga menjelaskan dengan rinci
bagaimana perjanjian itu dibuat dengan mengimplementasi dengan peraturan
perundang-undangan koperasi dalam pelepasan pinjaman.
B. Tipe Penelitian
Untuk menjawab permasalahan dan menguraikan pokok bahasan yang telah
disusun, maka tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengambarkan secara lengkap, jelas, dan
sistematis mengenai pelaksanaan perjanjian kredit antara koperasi kredit dengan
anggotanya, yaitu pada Koperasi Sejahtera.
C. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah merupakan suatu proses penyelesaian atau pemecahan

masalah guna mencapai suatu kesimpulan. Berdasarkan jenis dan tipe penelitian di
atas maka pendekatan masalah yang digunakan pendekatan normatif terapan.
Pendekatan normatif terapan adalah pemberlakuan atau penerapan ketentuan
hukum normatif tentang analisis tata cara pelepasan pinjaman anggota koperasi.

27

D. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Koperasi Kredit Sejahtera “ P3RI PTPN. NUSANTARA
VII (Persero) Jl. Teuku Umar No. 300 Bandar Lampung.
Koperasi Kredit (Kopdit) Sejahtera yang beralamat di Jalan Teuku Umar No. 300,
Bandar Lampung merupakan salah satu koperasi simpan pinjam yang kegiatannya
adalah menyimpan uang anggota dan memberikan kredit kepada para anggotanya.
Koperasi Kredit (Kopdit) Sejahtera merupakan koperasi bentukan P3RI PTPN VII
yang dibentuk pada tanggal 2 januari 2005. Koperasi ini dibentuk dengan misi
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi anggota melalui pendidikan dan
pelatihan yang menghasilkan perubahan pada aspek fisik, mental, emosional, dan
spiritual, serta pelayanan keuangan yang propesional, ramah dan tangguh.
E. Data dan Sumber Data
Berdasarkan jenis penelitian yang telah ditentukan di atas, maka data yang

digunakan meliputi data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut :
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian
berupa keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara dari pihak yang
berkompeten yaitu pengurus koperasi dan anggotanya.
2. Data sekunder yaitu data yang terlebih dahulu sudah dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang lain diluar peneliti yang berupa dokumen dan laporanlaporan yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

28

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, sedangkan data
primer hannya sebagai pendukung data sekunder. Adapun data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1.

Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukun yang mengikat berupa
undang-undang, dokumen, yurisprudensi, yang berasal dari ketentuan yang
terdapat dalam :
a.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)


b.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

c.

Dokumen perjanjian kredit antara anggota koperasi dengan Koperasi
Kredit (Kopdit) Sejahtera.

2.

Bahan hukum sekunder, yaitu sumber data yang secara tidak langsung dapat
memberikan keterangan yang bersifat mendukung sumber data primer, berupa
buku-buku, artikel-artikel, dan peraturan perundang-undangan.

3.

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk ataupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder meliputi Kamus Besar

Bahasa Indonesia, buku penelitian, jurnal hukum, dan situs internet.

F. Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan jenis data di atas, maka metode pengumpulan data yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan kegiatan pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara wawancara dengan model pertanyaan terbuka yang telah dibuat
sebelumnya oleh peneliti. Wawancara ini akan dilakukan dengan Bapak Dhani

29

Rinaldi selaku pengurus koperasi bidang pemberian kredit/panitia kredit dan
Bapak Surono selaku anggota koperasi yang melakukan pinjaman kredit.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan mengumpulan data-data kepustakaan yang
berupa buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, makalah, dan
bahan kepustakaan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti agar
mendapatkan gambaran dan pengertian secara teoritis.
3. Studi Dokumen

Studi dokumen yaitu dilakukan dengan cara menginventarisasi, mempelajari
dan menganalisis tentang tata cara pelepasan pinjaman anggota pada koperasi.
Pada penelitian ini, dokumen yang akan digunakan adalah dokumen perjanjian
kredit pada Kopdit Sejahtera.
G. Metode Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya data-data tersebut diolah
sehingga dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang ada.
Pengolahan data umumnya dilakukan dengan cara:
1. Pemeriksaan data (editing), yaitu mengoreksi data apakah data yang terkumpul
sudah lengkap, benar sesuai dengan masalah.
2. Penandaan data (coding), yaitu membuat cacatan atau tanda yang menyatakan
jenis sumber data, pemegang hak cipta dan urutan perumusan masalah.
3. Rekonstruksi data (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur,
berurutan, dan logis sehingga mudah dipahami dan diinterprrtasikan.

30

4. Sistematisasi data (systematizing), yaitu menetapkan data menurut kerangka
sistematika bahan berdasarkan urutan masalah.
H. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara analisis kualitatif, komperhensif dan lengkap.
Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam kalimat yang
teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan
pembahasan, pemahaman, dan interprestasi data. Sedangkan komprehensif berarti
pembahasab data secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup
penelitian. Lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semua sudah masuk
dalam pembahasan. Hasil dari analisis disajikan secara ringkas dalam kesimpulan
sebagai jawaban singkat dari pokok bahasan dan masalah yang diteliti.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Badan Usaha Koperasi
1.

Pengertian dan Dasar Hukum Koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal
1 Ayat 1, pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasar atas asas kekeluargaan. Dari devinisi tersebut, maka koperasi Indonesia
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.

Koperasi adalah suatu badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu
tujuan memperoleh keuntungan ekonomis. Oleh karena itu koperasi diberi
peluang pula untuk bergerak di segala sektor perekonomian, dimana saja,
dengan mempertimbangankan kelayakan usaha.

2.

Tujuannya harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggotanya, untuk
meningkatkan usaha dan kesejahteraannya. Oleh karena itu pengelolaan
koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien, sehingga
mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah
dan manfaat sebesar-besarnya pada anggota.

9

3.


Keanggotaan koperasi bersifat sukarela tidak boleh dipaksakan oleh siapapun
dan bersifat terbuka yang berarti tidak ada pembatasan atau diskriminasi
dalam bentuk apapun.

4.

Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota
yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

5.

Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha dalam koperasi ditentukan
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi, dan balas jasa
terhadap modal yang diberikan kepada para anggota adalah terbatas.

Koperasi berprinsip mandiri. Ini mengandung arti bahwa koperasi dapat berdiri
sendiri tanpa tergantung pihak lain, memiliki kebebasan yang bertanggung jawab,
memiliki otonomi, swadaya, berani bertanggung jawab dan keinginan mengolah
dirinya sendiri.

Menurut Internasional Cooperative Indentity Statement – ICA di Manchester
Inggris 23 September 1995, menyatakan bahwa koperasi adalah perkumpulan
otonomi dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama
melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan mereka kendalikan secara
demokrasi.
Prinsip Koperasi berasaskan kekeluargaan merupakan esensi dari dasar kerja
koperasi sebagai badan usaha dan mempunyai cirri khas dan jati diri koperasi
yang membedakan dengan badan usaha lain. Sifat sukarela dalam keanggotaan
koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh
dipaksakan oleh siapapun, dan prinsip demokrasi menunjukan bahwa pengelolaan

10

koperasi atas kehendak dan keputusan para anggota (Sentoso Sembiring, 2004 :
42).
Muhammad Hatta yang dikenal sebagai Bapak Koperasi mengemukakan bahwa
koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong menolong. Hal ini didorong oleh keinginan memberi jasa pada
kawan “ seorang buat semua dan semua buat seorang” inilah yang dinamakan

Auto Aktivitas Golongan (Arifin Sitino, 2001 : 17) , terdiri dari:
a.

Solidaritas

b.

Individualitas

c.

Menolong diri sendiri

d.

Jujur

Koperasi sebagai badan usaha yang berasakan kekeluargaan, merupakan wadah
perekonomian yang sesuai dan sangatlah penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan
ekonomi yang bercirikan demokratis, kebersamaan dan kekeluargaan. Hal ini
tentunya sesuai dengan fungsi dan peran koperasi seperti yang tertuang dalam
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 sebagai berikut:
1.

Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2.

Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.

11

3.

Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya.

4.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

Pasal 43 Ayat (3) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang bidang usaha
koperasi membagi koperasi menjadi beberapa jenis yaitu:
1.

Koperasi Konsumsi yaitu, Koperasi yang menyediakan barang konsumsi
anggotanya

2.

Koperasi Produksi

yaitu, Koperasi yang anggotanya bekerja sama dan

menghasilkan secara kolektif barang-barang kerajinan
3.

Koperasi Serba Usaha yaitu, Koperasi yang menjalankan usahanya lebih dari
satu atau beraneka ragam usaha atau kegiatan.

4.

Koperasi Simpan Pinjam atau Kredit yaitu, koperasi yang kegiatan utamanya
adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman uang untuk
anggotanya. Jadi para anggota koperasi dapat menyimpan dan meminjam
uang pada koperasi mereka dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan.

2.

Pengertian Koperasi Kredit

Koperasi kredit menurut R.T.Sutantya Rahardja Hadhikusuma (2001: 65) koperasi
simpan pinjam atau koperasi kredit adalah koperasi yang anggotanya-anggotanya
terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam soal-soal
perkreditan atau simpan pinjam.

12

Koperasi kredit adalah koperasi yang bergerak dalam bidang usaha simpan pinjam
uang. Koperasi ini sangat membantu anggota yang memerlukan segera sejumlah
uang (Abdulkadir Muhammad, 2006 : 125).
Koperasi kredit menurut Edilius dan Sudarsono (1996 : 180) adalah Koperasi
yang dibentuk oleh sekumpulan orang yang ingin memakai uang untuk tujuan
tertentu dengan jalan mengumpulkan uang terlebih dahulu pada Koperasi
kemudian dapat pinjam.
Koperasi kredit berusaha untuk mencengah anggotanya terlibat dalam jeratan
lintah darat pada mereka memerlukan sejumlah uang untuk keperluan hidupnya,
dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang atau
barang dengan bunga yang serendah-rendahnya (Kartasapoetra, 2001 : 133).
Koperasi kredit adalah koperasi yang bekerja hanya pada satu lapangan usaha
saja. Koperasi ini hanya menyimpan uang, menyediakan dan mengusahakan
pinjaman atau kredit bagi anggota-anggotanya saja (Ninik Widiyanti, 2007 :11).
Jadi koperasi kredit dapat diartikan sebagai badan usaha yang dimiliki oleh
sekumpulan orang dalam suatu ikatan pemersatu, yang bersepakat untuk
menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama guna
dijaminkan diantara sesama mereka dengan bunga yang layak serta untuk tujuan
produktif dan kesejahteraan.
Koperasi kredit dalam praktiknya dapat memberikan pinjaman kepada anggotanya
dengan jumlah yang lebih besar dari jumlah simpanannya dan dengan jumlah

13

bunga yang rendah dengan jaminan yang ringan serta dengan proses pengajuan
yang cepat dan tidak berbelit-belit.
3.

Pengertian Anggota Koperasi

Anggota koperasi adalah setiap orang yang merasa mempunyai kepentingan dan
kebutuhan sama dan mempunyai kesadaran berkoperasi.
Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, menjelaskan bahwa
anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
Di dalam ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992,
dinyatakan bahwa keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan
ekonomi dalam lingkup usaha koperasi.
Setiap anggota koperasi memiliki hak dan kewajiban, hal ini dijelaskan dalam
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992.
a. Kewajiban anggota koperasi :
1. Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan
yang telah disepakati dalam Rapat Anggota.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh anggota.
3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
b. Hak anggota koperasi :
1. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat
Anggota.
2. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas.

14

3. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran
Dasar.
4. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus luar Rapat Anggota
baik diminta maupun tidak diminta.
5. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara
sesama anggota.
6. Mendapat

keterangan

mengenai

perkembangan

koperasi

menurut

ketentuan dalam Anggaran Dasar.
B. Hukum Perjanjian
1.

Pengertian Perjanjian

Perjanjian dirumuskan dalam Pasal 1313 KUH Perdata, yaitu suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih lainnya. Ketentuan Pasal ini kurang tepat, karena ada beberapa kelemahan
yang perlu dikoreksi. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari rumusan kata
kerja mengikatkan diri, sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari
kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu ialah saling mengikatkan diri, jadi
ada konsensus antara dua pihak.
2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian perbuatan
termasuk juga tindakan penyelenggaraan kepentingan, tindakan melawan
hukum yang tidak mengandung konsensus. Seharusnya dipakai istilah
persetujuan.

15

3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian mencakup juga
perjanjian kawin yang diatur dalam bidang hukum keluarga. Padahal yang
dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur mengenai harta
kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III KUH Perdata sebenarnya
hanya meliputi perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan bersifat kepribadian.
4. Tanpa menyebutkan tujuan. Dalam rumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan
mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu tidak jelas
untuk apa.
Berdasarkan alasan-alasan di atas ini maka perjanjian dapat dirumuskan sebagai
suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri
untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan (Abdulkadir Muhammad,
2000 : 224).
2.

Pengertian Perjanjian Kredit

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1754 menjelaskan bahwa perjanjian
pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis
karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam ini, pihak yang menerima pinjaman
menjadi pemilik barang yang dipinjam, dan jika barang itu musnah, dengan cara
bagaimanapun, maka kemusnahan itu adalah atas tanggungannya.

16

Utang yang terjadi karena peminjaman uang hanyalah terdiri atas jumlah uang
yang disebutkan dalam perjanjian. Namun dalam perjanjian kredit dijelaskan
dengan jelas bahwa perjanjian kredit dapat berdasarkan ketentuan Kitab UndangUndang Hukum Perdata atau kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam
perjanjian. Dalam hal-hal ketentuan ketentuan sifatnya memaksa berlaku
ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sedangkan ketentuan tidak
memaksa berdasarkan kesepakatan pihak-pihak. Bentuk perjanjian kredit dalam
praktik disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pihak.
3. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Kredit
Pihak-pihak dalam suatu perjanjian kredit disebut subjek perjanjian kredit. Subjek
perjanjian kredit dapat berupa manusia pribadi dan badan hukum. Dalam
penelitian ini terdapat dua aspek hukum yaitu kreditur sebagai pihak pemberi dana
dan debitur sebagai pihak penerima yang berkewajiban atas prestasi.
1) Pihak Pemberi Kredit
Koperasi kredit adalah salah satu badan usaha yang kegiatannya menyimpan
dan meminjamkan dana pada anggotanya. Pemberian kredit ini bertujuan untuk
membantu dalam mensejahterakan anggotanya.
2) Pihak Penerima Kredit
Pihak

penerima

kredit

adalah

setiap

anggota

mengembalikan setelah jangka waktu tertentu.

koperasi

dan

wajib

17

4.

Syarat Sah Perjanjian

Perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan oleh undang-undang. Perjanjian yang sah diakui dan diberi akibat
hukum. Menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, syarat-syarat sah perjanjian:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Kesepakatan yang dimaksudkan
dalam pasal ini adalah persesuaian kehendak antara para pihak, yaitu
bertemunya antara penawaran dan penerimaan. Kesepakatan ini dapat dicapai
dengan berbagai cara, baik dengan tertulis maupun secara tidak tertulis.
Dikatakan tidak tertulis, bukan lisan karena perjanjian dapat saja terjadi
dengan cara tidak tetulis dan juga tidak lisan, tetapi bahkan hanya dengan
menggunakan simbol-simbol atau dengan cara lainnya yang tidak secara lisan.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Kecakapan adalah kemampuan
menurut hukum untuk melakukan perbuatan hukum (perjanjian). Pada
umumnya orang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia telah
dewasa, artinya sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin walaupun
belum 21 tahun.
c. Suatu hal tertentu. Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek
perjanjian, prestasi yang wajib dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau
sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan mengenai pokok perjanjian
atau objek perjanjian adalah untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan
kewajiban pihak-pihak.
d. Suatu sebab yang halal. Kata halal di sini bukan dengan maksud untuk
memperlawankan dengan kata haram dalam hukum Islam, tetapi yang
dimaksudkan di sini adalah bahwa isi perjanjian tersebut tidak dapat

18

bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum
(Abdulkadir Muhammad, 2000 : 228).
5.

Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak dalam Perjanjian

Pelaksanaan perjanjian pada dasarnya selalu berupa pembayaran sejumlah uang,
penyerahan suatu benda, pelayanan, atau gabungan dari perbuatan-perbuatan
tersebut. Pembayaran sejumlah uang dan benda dapat terjadi secara serentak dan
dapat pula secara tidak serentak. Tetapi pelanyanan jasa selalu dilakukan lebih
dulu, baru kemudian pembanyaran sejumlah uang (Abdulkadir Muhammad, 1990:
236-237).
Kewajiban koperasi kredit dalam perjanjian kredit antara koperasi dan anggotanya
adalah memberikan kredit kepada anggotanya, sedangkan anggota yang
meminjam dana tersebut berkewajiban membayar angsuran kredit kepada
koperasi serta berkewajiban mematuhi segala ketentuan yang terdapat dalam
ketentuan dan syarat-syarat yang telah disepakati. Koperasi kredit berhak
menerima angsuran pembayaran atas kredit tersebut, sedangkan hak debitur
(anggota koperasi) adalah memperoleh kenikmatan atas pemberian kredit sebagai
objek perjanjian kredit dengan fasilitas perjanjian kredit koperasi.
6.

Akibat Perjanjian

Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata menentukan bahwa setiap persetujuan yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka ynag membuatnya.
Ini berarti setiap persetujuan mengikat para pihak.

19

Sedang Pasal 1339 KUHPerdata menunjuk terikatnya persetujuan kepada sifat,
kebiasaan dan undang-undang. Persetujuan apa yang telah diperjanjikan para
pihak merupakan ketentuan-ketentuan yang bersifat mengatur, kebiasaan dan
kepatutan.
C. Pengertian Kredit
Kredit memiliki pengertian yang beragam, dimulai dari kata “Kredit” yang berasal
dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti “kepercayaan”.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka (11) menyatakan bahwa
kredit adalah penyediaan uang dan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam menjelaskan bahwa Pinjaman adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Koperasi dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang
Pelaksanaan Kegitan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, Pinjaman adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan ini, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Koperasi dengan pihak

20

lain yang mewajibkan pihak pinjaman untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan.
1.

Analisis Kredit

Analisis kredit adalah suatu penilaian yang dilakukan untuk menyakinkan kreditur
bahwa kredit yang dimohonkan itu adalah layak dan dapat dipercaya dan tidak
fiktif.
Analisis dan penelitian tersebut merupakan syarat pemberian kredit yang lazim
sisebut 5 (lima) C (Abdulkadir, Muhammad, 2007: 280-281), yaitu :
a. Character (watak), yaitu penilaian watak calaon debitur untuk mengetahui
kemampuannya untuk membayar. Penilaian tersebut meliputi moral, sifat,
perilaku, tanggung jawab, dan kehidupan pribadi calon debitur yang sangat
berpengaruh terhadap pelunasan kredit.
b. Capacity (kemampuan), yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan calon debitur untuk membayar kembali kredit serta bunganya
selama jangka waktu yang ditentukan. Penilaian atas kemampuan membayar
tersebut dilihat dari kegiatan usaha dan kemampuan mengelola usaha yang
akan dibiayai melalui kredit, serta sumber dana lain yang dapat dijadikan
cadangan.
c. Capital (modal), yaitu tentang besar dan struktur modal termaksud kinerja hasil
dari modal itu sendiri dari perusahaan apabila debiturnya merupakan
perusahaan, dan dari segi pendapatan apabila debiturnya perseorangan.

21

d. Collateral (jaminan), yaitu kemampuan calon debitur dalam memberikan
jaminan yang baik serta memiliki nilai baik secara hukum maupun secara
ekonomi.
e. Condition of economy (kondisi perekonomian), yaitu segi kondisi yang sangat
cepat berubah, adapun yang menjadi perhatian meliputi kebijakan pemerintah,
politik, sosial, budaya dan segi lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi
ekonomi itu sendiri.
2. Pengertian Pelepasan Pinjaman/Kredit
Pelepasan pinjaman adalah kegiatan bisnis meminjamkan dana (fund lending)
kepada masyarakat berdasarkan pinjam-meminjam disertai dengan bunga yang
sudah ditentukan dan wajib dilunasi bersama utangnya pada akhir jangka waktu
perjanjian (Abdulkadir Muhammad, 2006 : 273).
Penyaluran dana (fund lending) adalah kegiatan usaha meminjamkan dana kepada
masyarakat dalam bentuk kredit (utang) (Abdulkadir Muhammad dan Rilda
Muniarti, 2004 : 58).
D. Prestasi dan Wanprestasi
Pada tahap pelaksanaan perjanjian, para pihak harus melaksanakan apa yang telah
dijanjikan atau apa yang telah menjadi kewajibannya dalam perjanjian tersebut.
Kewajiban memenuhi apa yang dijanjikan itulah yang disebut sebagai prestasi,
sedangkan apabila salah satu pihak atau bahkan kedua belah pihak tidak
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya, itulah
yang disebut wanprestasi (Ahmadi Miru, 2007: 67).

22

1. Prestasi
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu
kontrak. Prestasi pokok menurut Ahmad Miru (2007: 68-69), tersebut dapat
berupa:
a) Benda
Prestasi berupa benda harus diserahkan kepada pihak lain, apabila benda
tersebut belum diserahkan, pihak yang berkewajiban menyerahkan benda
tersebut berkewajiban merawat benda tersebut sebagaiman dia merawat
barangnya sendiri. Sebagai konsekuensinya dari kewajiban tersebut adalah
apabila ia melalaikannya, dia dapat dituntut ganti rugi, apabila dia lalai
menyerahkannya.
b) Tenaga dan keahlian
Prestasi yang berupa tenaga dan keahlian pemenuhannya tidak dapat diganti
oleh orang lain tanpa persetujuan pihak yang harus menerima hasil dari
keahlian tersebut. Oleh karena itu, apabila diganti oleh orang lain, hasilnya
mungkin akan berbeda.
c) Tidak berbuat sesuatu
Prestasi tidak berbuat sesuatu menuntut sikap pasif salah satu pihak karena
dia tidak dibolehkan melakukan sesuatu sebagaimana yang diperjanjikan.
Prestasi yang harus dilakukan oleh para pihak telah ditentukan dalam perjanjian
atau diharuskan oleh kebiasaan, keputusan atau undang-undang, tidak
dilakukannya prestasi tersebut berarti telah terjadi ingkar janji atau disebut
wanprestasi (Ahmad Miru, 2007: 70).

23

2. Wanprestasi
Wanprestasi atau tidak dipenuhi janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak
disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini tidak terjadi karena memang tidak
mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak
melakukan prestasi tersebut. Wanprestasi dapat berupa (Ahmadi miru, 2007: 76):
a. Sama sekali tidak memenuhi prestasi
b. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna
c. Terlambat memenuhi prestasi
d. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan
E. Kerangka Pikir
Berdasarkan judul dan pokok bahasan diatas, maka kerangka pikir dari penelitian
ini dibuat skematik sebagai berikut :

Gambaran Umum
Kopdit Sejahtera

Syarat dan Prosedur Pelepasan
Pinjaman Anggota
Analisis Kredit
Keputusan Kredit
Perjanjian Kredit

Prestasi

Wanprestasi

24

Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan bahwa :
Koperasi Kredit (Kopdit) Sejahtera terdiri dari pengurus koperasi yang
menjalankan kegiatan usaha dan angggota koperasi. Ketika anggota ingin
mengajukan pinjaman pada koperasi, maka pengurus kopersi bidang pemberian
kredit atau biasa disebut panitia kredit akan memberitahukan syarat dan prosedur
atau administrasi untuk melakukan peminjaman, setelah anggoata mengajukan
syarat-sayart peminjaman selanjutkan pengurus korepasi akan melakukan analisis
kelayakan kredit, apabila pengurus koperasi menyatakan anggota layak untuk
mendapatkan pinjaman, selanjutnya pengurus koperasi dan anggota kopersi
membuat suatu perjanjian kredit yang disetujui kedua belah pihak dan timbul
akibat hukum dari perjanjian tersebut yaitu prestasi dan wanprestasi.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU/LITERATUR
Muhammad, Abdulkadir, Rilda,2004, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Muhammad, Abdulkadir, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung:PT Citra
Aditya Bakti.
_________, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:PT Citra Aditya
Bakti.
Hadhikusuma, Sutantya Raharja. 2001, Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sembiring, Sentosa. 2004, Hukum Dagang. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Anonim, Format Penulisan Karya Ilmiah, 2008. Lampung: Universitas Lampung
Pactha Andjar, dkk.2008, Hukum Koperasi Indonesia, Penerbit Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Widiyanti, Ninik.2007, Manajemen Koperasi, Jakarta: Reneka Cipta.
Edilius, dan Sudarsono. 1996. Koperasi Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta:
Reneka Cipta.
Sitio,Arifin dan Halomoan Tamba.2001,Koperasi Teori dan
Praktik.Jakarta:Erlangga.
Kartasapoetra, G. dkk.2001,Koperasi Indonesia.Jakarta:Rineka Cipta.
Koperasi Kredit Sejahtera.2010 ,Pola Kebijakan Pengurus Tahun 2010,Bandar
Lampung.
Miru,Ahmadi.2007,Perencanaan Kontrak,Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegitan Usaha
Simpan Pinjam oleh Koperasi