PENDAHULUAN Rangkaian Pemicu RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI

Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010 Elektronika Daya 27

BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI

KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi:  Menguasai prinsip kerja rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi.  Menguasai dasar analisis rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi. STANDAR KOMPETENSI Mampu merancang rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi untuk komponen SCR.

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana dijelaskan pada Bab I bahwa komponen semikonduktor daya, seperti: dioda, SCR, transistor, dan MOSFET, yang digunakan dalam rangkaian elektronika daya dioperasikan sebagai sakelar elektronis electronic switching. Sakelar elektronis memiliki sifat tidak akan dapat ONOFF tanpa ada rangkaian luar yang dapat membangkitkan signal pulsa sebagai pemicu penyulut. Rangkaian luar yang dimaksud adalah rangkaian pemicu atau rangkaian penyulut triggering circuits. Dengan demikian, rangkaian pemicu penyulut merupakan rangkaian yang digunakan untuk meng-ON-kan SCR, transistor, atau MOSFET. Sesuai dengan sifat semikonduktor, transistor dan MOSFET dapat digunakan sebagai sakelar elektronis untuk sumber masukan tegangan searah DC saja, sedangkan SCR dapat digunakan sebagai sakelar elektronis untuk sumber masukan tegangan bolak-balik AC maupun DC. Karena SCR memiliki sifat yang dapat dipakai untuk sumber Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010 Elektronika Daya 28 masukan AC maupun DC inilah, komponen SCR banyak digunakan dalam rangkaian elektronika daya. Jika komponen SCR digunakan dalam rangkaian elektronika daya dengan sumber masukan searah DC, ketika SCR sudah dipicu maka rangkaian akan terus ON dan akan OFF jika rangkaian diputus dari sumber masukannya. Agar SCR dapat OFF tanpa memutus sumber masukan diperlukan rangkaian yang disebut rangkaian komutasi dc line commutation, yakni rangkaian yang digunakan untuk meng-OFF-kan SCR dalam suatu rangkaian tertutup.

B. Rangkaian Pemicu

Transistor dan MOSFET merupakan komponen yang hanya dapat dioperasikan sebagai switching dan controlling saja, sedangkan operasi converting tidak bisa dilakukan. Hal ini berarti, transistor dan MOSFET hanya bisa untuk pengaturan sumber DC menjadi DC saja, sehingga untuk pengaturan sumber AC menjadi DC atau sebaliknya tidak bisa dilakukan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab I, jika transistor dan MOSFET dioperasikan sebagai switching, konfigurasi yang digunakan umumnya kolektor-emitor bersama common-CE dan drain- source bersama common-DS, dimana dengan pengendalian arus basis pada transistor dan pengendalian tegangan pada MOSFET akan dapat meng-ON dan OFF-kan rangkaian. Berbeda dengan transistor dan MOSFET, SCR merupakan komponen yang dapat dioperasikan serbaguna, baik sebagai switching, controlling, maupun converting. Hal ini berarti, SCR bisa digunakan untuk pengaturan sumber DC menjadi DC, AC menjadi AC, maupun untuk pengaturan sumber AC menjadi DC atau sebaliknya. SCR dioperasikan sebagai switching, dengan cara memberi signal arus pada gate. Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010 Elektronika Daya 29 Gambar 3.1 merupakan rangkaian pemicu dasar yang digunakan untuk menyulut signal arus pada terminal gate pada SCR, dengan cara meng- ON-kan sakelar manual S w . Uraian selanjutnya akan difokuskan pada rangkaian pemicu untuk SCR. Untuk menentukan rangkaian pemicu yang tepat perlu memperhatikan karakteristik V g -I g dari SCR seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. Besaran yang perlu dipertimbangkan adalah tegangan rating, arus rating, dan daya maksimum dari SCR, kemudian ditentukan titik kerja pemicuan yang diharapkan. Gambar 3.2 ditunjukkan titik kerja pemicuan minimum SCR pada titik A dan titik kerja pemicuan yang ditentukan pada titik P. Rangkaian pemicu ditinjau dari proses pembentukan tegangan pemicu yang dihasilkan dapat dilakukan melalui beberapa proses, antara lain: proses sifat komponen pasif resistor, kapasitor, proses elektromagnetis dengan trafo pulsa, proses modulasi lebar pulsa, dan proses optokopler. Rangkaian pemicu berikut merupakan beberapa contoh rangkaian pemicu yang umum digunakan. Gambar 3.3 merupakan salah satu contoh rangkaian pemicu SCR dengan resistor. Sudut pemicuan ditentukan dengan cara mengatur R v . Gambar 3.2 Karakteristik V g -I g SCR Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010 Elektronika Daya 30 Dioda D berfungsi sebagai penyearahan agar diperoleh tegangan pada gate berpolaritas positif. R min berfungsi pembatas arus gate, dan R b berfungsi stabilisator tegangan gate agar tidak melebihi V g maks. Nilai R min dan R b dapat ditentukan dengan pendekatan sebagai berikut: Gambar 3.4 a merupakan salah satu contoh rangkaian pemicu SCR dengan menggunakan resistor- kapasitor RC dengan sumber masukan tegangan searah DC, sedangkan Gambar 3.4 b merupakan bentuk tegangan kapasitor E c yang dibangkitkan dari proses RC serta bentuk tegangan luarannya. Sudut pemicuan dapat dilakukan dengan cara mengatur R v yang besarnya 0 o – 180 o . Nilai R v dan C dapat ditentukan dengan pendekatan sebagai berikut: max max min g I E R  max max max min g g v b V E V R R R    min min min g d v g s V V R R I e     Gambar 3.4 Rangkaian Pemicu RC dengan Tegangan Masukan DC Gambar 3.3 Rangkaian Pemicu Resistor Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010 Elektronika Daya 31 ; dimana nilai T= 1f dari sumber masukan AC Selanjutnya, Gambar 3.5 a merupakan salah satu contoh rangkaian pemicu SCR dengan menggunakan resistor-kapasitor RC dengan sumber masukan tegangan bolak-balik AC, sedangkan Gambar 3.5 b merupakan bentuk tegangan kapasitor E c yang dibangkitkan dari proses RC serta bentuk tegangan luarannya. Sudut pemicuan dapat dilakukan dengan cara mengatur R v yang besarnya 0 o – 180 o . Dioda D1 berfungsi agar tegangan pada terminal gate selalu membangkitkan polaritas positif, sedangkan dioda D2 berfungsi untuk pengisian C saat polaritas - agar tetap nol. Nilai R v dan C dapat ditentukan dengan pendekatan sebagai berikut: ; dimana T=1f Contoh rangkaian pemicu yang menggunakan trafo pulsa ditunjukkan pada Gambar 3.6. Rangkaian pemicu ini memerlukan generator pembangkit pulsa yang umumnya dibangkitkan dari rangkaian dengan prinsip operasi modulasi lebar pulsa pulse width modulation-PWM. Perbandingan transformasi dari trafo pulsa  157 2 50   T C R v 1 min D g gt V V V   min g g t s v I V e R    4 2 3 , 1   T C R v min 1 min g D g s v I V V e R    Gambar 3.5 Rangkaian Pemicu RC dengan Tegangan Masukan AC Rangkaian Pemicu dan Komutasi 2010 Elektronika Daya 32 umumnya sebesar 1:1. Tegangan pulsa pemicu dibangkitan dengan prinsip RC sebagaimana diuraikan di muka. Gambar 3.6 Rangkaian Pemicu Dasar dengan Trafo Pulsa

C. RANGKAIAN KOMUTASI