Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Komunikator dalam

Hal ini semua di lakukan guru dan pihak sekolah untuk perbaikan dan pembentukan akhlak siswa demi generasi yang cerdas untuk bangsa.

3. Peran Guru Akidah Akhlak Sebagai Komunikator dalam

Membentuk Akhlakul Karimah Siwa di MAN Rejotangan. Komunikasi kepada siswa merupakan peran yang sangat setrategis dalam membentuk akhlakul karimah, sehingga peran guru sebagai komunikator yang diberikan kepada siswa hendaknya bersifat edukatif dan guru harus mampu memberikan keyakinan kepada siswa serta menjalin hubungan dinamis terutama saat di dalan maupun di luar kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Agus Mustofa selaku guru Akidah Akhlak kelas X beliau menjelaskan: “Saat di dalam kelas saya memberikan pengarahan secara langsung mengenai jangan memanjangkan rambut melebihi panjangnya jilbab, sopan dalam berbusana, dan jangan menyalagunakan HP untuk hal-hal tidak yang berguna. Kalau di luar kelas ketika saya sedang berada diluar kelas saya sempatkan untuk berbincang- bincang dengan siswa sehingga dengan perbincangan kami siswa mau menceritakan mengenai masalah dan saya perlahan masuk mencoba membantu dengan memberikan nasehat dan membantu semampu saya ”. 33 Hal ini juga sesuai wawancara peneliti kepada siswa Dea Aida Salsa Bila kelas X MIA 1. Mengenai bentuk komunikasi seperti apa yang dilakukan Pak Agus Mustofa selaku guru akidah akhlak dalam membentuk akhlakul karimah siswa: 33 Wawancara dengan Bapak Agus Mustofa selaku Guru Akidah Akhlak kelas X, Tanggal 21 Januari 2016, Pukul 10.47 WIB. “Kalau Pak Agus bentuk komunikasinya selalu memberikan pertanyaan balik kepada siswa, dan sering kali bercerita pengalaman hidup seolah- olah agar kami mampu mengambil hikmahnya”. 34 Hal ini juga didukung dari pernyataan dari Ibu Imroatul Latifah selaku guru akidah akhlak kelas XI yang mengatakan: “Peran Guru akidah akhlak sebagai komunikator dalam membentuk akhlakul karimah di kelas: selalu memberi komunikasi berita-berita yang berkaitan mengenai pembentukan akhlakul karimah menjaga dan memeliharanya istiqomah, akidah, dan menjaga akhlakul karimah. Kalau di luar kelas saya sering kali menggiring anak-anak yang masih duduk santai di depan kelas untuk segera mengambil air wudhu dan berja maah di masjid”. 35 Dari hasil wawancara kegiatan ini di atas, diperkuat dengan adanya data yang peneliti sisipkan berupa dokumen foto di bawah ini sebagai berikut: Gambar peran guru akidah akhlak sebagai komunikator dalam membentuk akhlakul karimah siswa. 34 Wawancara dengan Dea Aida Salsa Bilaselaku siswa kelas X MIA1 MAN Rejotangan, Tanggal 25 Januari 2016, Jam 10.12 WIB. 35 Wawancara dengan Ibu Imroatul Latifah selaku Guru Akidah Akhlak kelas XI, Tanggal 02 Pebruari 2016, Pukul 08.45 WIB. Hal ini juga sesuai wawancara peneliti kepada siswa Dwi Susanti kelas XI IIS 1. Mengenai bentuk komunikasi seperti apa yang dilakukan Ibu Imroatul Latifah selaku guru akidah akhlak dalam membentuk akhlakul karimah siswa: “Bu Latif dalam komunikasinya kepada siswa sering kali menyampaikan agar selalu tepat waktu dalam mengerjakan tugas, untuk mengangkat ketika guru sedang menjelaskan atau jangan tiduran, dan gunakanlah sepatumu saat di dalam maupun diluar kelas”. 36 Peneliti melakukan observasi di kelas melihat guru memakai berbagai metode yang dilakukan agar komunikasi yang diberikan agar mampu menggiring siswa lebih baik, dengan memfokuskan siswa agar mau memahami dan memperhatikan semua informasi yang di sampaikan guru. Berbagai cara, ada yang melalalui komunikasi secara langsung dan tidak langsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Agus Mustofa selaku guru akidah akhlak kelas X beliau menjelaskan: “Kalau mengenai komunikasi handphone selalu saya on kan kepada semua siswa, dan selalu saya upayakan untuk membalasnya satu-persatu. Jikalau saya sedang sibuk atau di luar kota maka tetap saya upayakan untuk membalasnya. Biasanya dari mereka mengirimkan pesan mengenai masalah keluarga, sekolah. Dengan hal ini saya selalu memberikan pengarahan kepada siswa agar tidak melangkah atau berbuat yang sekiranya menyeronoh atau di luar etika. Kalau di dalam kelas biasanya saya biasanya saya membuka pertanyaan yang bersifat materi dan bebas, dengan saya membuka pertanyaan ini maka kesempatan komunikasi yang 36 Wawancara dengan Dwi Susanti selaku siswa kelas XI IIS1 MAN Rejotangan, Tanggal 25 Januari 2016, Jam 10.12 WIB. baik kepada siswa saya manfaatkan terutama bersifat edukatif dan menginspirasi siswa”. 37 Hal ini juga sesuai wawancara peneliti kepada siswa Dea Aida Salsa Bila kelas X MIA 1. Mengenai tanggapan siswa ketika menerima komunikasi dari Pak Agus Mustofa selaku guru akidah akhlak dalam membentuk akhlakul karimah siswa: “Dari siswa yang pasti antusias Bu, karena setelah Pak Agus setelah menyampaikan beberpa pesannya siswa selalu di beri kesempatan untuk berbicara atau bertanya”. 38 Dari hasil wawancara kegiatan ini di atas, diperkuat dengan adanya data yang peneliti sisipkan dokumen foto di bawah ini sebagai berikut: Gambar tanggapan siswa ketika guru akidah memberikan komunikasinya dalam membentuk akhlakul karimah siswa. 37 Wawancara dengan Bapak Agus Mustofa selaku Guru Akidah Akhlak kelas X, Tanggal 21 Januari 2016, Pukul 10.47 WIB. 38 Wawancara dengan Dea Aida Salsa Bilaselaku siswa kelas X MIA1 MAN Rejotangan, Tanggal 25 Januari 2016, Jam 10.12 WIB. Banyak faktor pendukung dalam membentuk akhlakul karimah siswa, peran guru selain sebagai membimbing dan motivator juga dapat sebagai komunikator yang baik kepada siswa dalam rangka membentuk akhlakul karimah siswa. Hal ini dapat di lakukan disela-sela kegiatan sekolah seperti upacara, tausiyah, keliling kelas, dan pengumpulan masing-masing ketua kelas. Komunikasi ini sebagai jembatan dalam membentuk akhlakul karimah siswa, dengan memberikan pengarahan secara bertahap. Hal ini diungkapkan bapak Tri Winoto selaku waka kurikulum ketika peneliti bertanya mengenai bentuk komunikasi yang baik dalam membentuk akhlakul karimah siswa: “Ya seperti saat upacara, keliling kelas kemudian ada jam kosong, tausiyah, pengumpulan ketua kelas”. 39 Disisi lain akhlak siswa juga dipertimbangkan saat penilaian raport siswa, jadi prestasi juga di pengaruhi oleh akhlakul karimahn siswa. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 mengenai kompetensi inti pada ranah afektif siswa. Sehingga waka kurikulum seringkali memberikan nasehat dalam rangka membentuk akhlakul karimah siswa. Dipertegas dari hasil wawancara dengan Bapak Tri Winoto waka kurikulum, mengatakan bahwa: 39 Wawancara dengan Bapak Tri Winoto selaku waka kurikulum, Tanggal 5 Pebruari 2016, Pukul 10.14 WIB. “Tekun, sregep, tidak melakukan pelanggaran sekolah walaupun siswa kurang cerdas maka hal itu juga membantu dalam pertimbangan rapor siswa ketika nilai siswa kurang”. 40 Berdasarkan hasil observasi peneliti, dari sekian banyak siswa pasti pihak sekolah memiliki kendala dalam membentuk akhlak siswa. Selain jumlah siswa yang lebih banyak dari pada guru namun faktor yang dominan adalah di pengaruhi latar belakang keluarga, lingkungan, dan teman. Hal ini yang sering kali membuat para guru yang semula siswa sudah mulai patuh dengan semua hal-hal baik namun terkadang harus mengulanginya pengarahan lagi yang di karenakan oleh ketiga faktor tadi, dan semua ini memerlukan tahap demi tahap, karena akhlakul karimah seseorang itu terkadang labil, terkadang bisa baik dan juga buruk. Hal ini bisa di pengaruhi oleh faktor pikiran dan lingkungan pula, teruma keadaan mendadak yang sangat mendesak. Hal ini diungkapkan bapak Tri Winoto selaku waka kurikulum ketika peneliti bertanya mengenai bentuk komunikasi yang baik dalam membentuk akhlakul karimah siswa: “Kendalanya itu ya seperti latar belakang siswa yang mana berasal dari latar belakang keluarga berbeda-beda, lingkungan mereka, dan teman. Ketiga hal ini merupakan tantangan pembentukan akhlakul karimah siswa. Namun untuk mulai semester depan saya mulai menghimbau melihat ketiga faktor ini maka saya mengusulkan untuk MOS saya tekankan dalam materi Shalat fardhu, Shalat sunah, membaca al-Quran. Ketiga materi ini harus dikuasai siswa baru, sebab ketika kelas dua belas saat tes lisan keagamaan ada 40 Wawancara dengan Bapak Tri Winoto selaku waka kurikulum, Tanggal 5 Pebruari 2016, Pukul 10.14 WIB. beberapa siswa yang masih kesulitan menjalankan shalat dan membaca al-Quran, padahal kita di bawah naungan madrasah. Maka dengan hal ini, saya yakin dengan perbaikin ibadah siswa juga membantu meningkatkan akhlakul karimah siswa”. 41 Hal ini juga didukung dari pernyataan dari Bapak Agus Mustofa selaku guru akidah akhlak kelas X yang mengatakan: “Kendalanya yah, tidak semua siswa langsung menerima begit saja dari apa yang saya sampaikan, memang butuh proses. Karena usia mereka merupakan usia puncaknya masa remaja, sehingga labil dan sulit membentuk akhlak anak siswa sekarang. Solusinya seperti yang saya katakan barusan tadi yakni butuh proses dan kesabaran”. 42 Hal ini juga didukung lagi dari pernyataan dari Ibu Imroatul Latifah selaku guru akidah akhlak kelas XI yang mengatakan: “Kendalanya ya selain siswa dari latar belakang keluarga yang berbeda mungkin juga anak itu sering kali mengalami perubahan ya, bisa karena lingkungan bisa, teman terutama. Solusinya ya memang guru perlu ketlatenan dan kesabaran dalam memberikan komunikasi pada siswa sehingga agar siswa mau dan bisa menerima apa yang guru sampaikan”. 43 Dan melihat era digital sekarang ini memberikan nasehat kepada siswa berupa komunikasi yang sekirannya sampai pada pemahaman dan terlaksananya itu membutuhkan keahlian kusus dan kesabaran. Walaupun untuk menjadi guru tidak ada syarat mampu menjadi komunikator namun secara otomatis guru harus mampu menjadi komunikator untuk siswanya, hal ini sangatlah penting. 41 Wawancara dengan Bapak Tri Winoto selaku waka kurikulum, Tanggal 5 Pebruari 2016, Pukul 10.14 WIB. 42 Wawancara dengan Bapak Agus Mustofa selaku Guru Akidah Akhlak kelas X, Tanggal 21 Januari 2016, Pukul 10.47 WIB. 43 Wawancara dengan Ibu Imroatul Latifah selaku Guru Akidah Akhlak kelas XI, Tanggal 02 Pebruari 2016, Pukul 08.45 WIB. Hal ini juga didukung dari pernyataan dari Ibu Imroatul Latifah selaku guru akidah akhlak kelas XI yang mengatakan: “Penting sekali ya berkomunkasi dengan siswa, terutama dalam rangka membentuk akhlakul karimah siswa. Disisi lain yang namanya siswa itu masih memerlukan bimbingan dengan bimbingan itu berkomunikasi salah satuny a”. 44 Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa agar data yang didapat lebih valid, kemudian peneliti bertanya kepada Dwi Susanti kelas XI IIS 1. Mengenai seberapa pentingkah peran dari Ibu Imroatul Latifah selaku guru akidah akhlak dalam membentuk akhlakul karimah siswa: “Penting sekali, karena di akhir jam mata kuliah Bu Latif biasanya mengingatkan kami untuk selalu disiplin mengerjakan PR, karena di kelas kami yang sering kali tledor mengumpulkan tugasnya”. 45 Hal ini juga didukung dari pernyataan dari Bapak Agus Mustofa selaku guru akidah akhlak kelas Xyang mengatakan: “Penting ya berkomunikasi dengan siswa itu, guru berkomunikasi dengan siswa tidak hanya saat mata pelajaran di kelas saja, namun juga di luar kelas, dan komunikasi itu bersifat edukasi, dan secara otomatis pembentukan akhlakul karimah siswa sudah ada di dalamnya”. 46 Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa agar data yang didapat lebih valid, kemudian peneliti bertanya kepada Dea Aida Salsa Bila kelas X MIA 1. Mengenai seberapa pentingkah peran dari Bapak 44 Wawancara dengan Ibu Imroatul Latifah selaku Guru Akidah Akhlak kelas XI, Tanggal 02 Pebruari 2016, Pukul 08.45 WIB. 45 Wawancara dengan Dwi Susanti selaku siswa kelas XI IIS1 MAN Rejotangan, Tanggal 25 Januari 2016, Jam 10.12 WIB. 46 Wawancara dengan Bapak Agus Mustofa selaku Guru Akidah Akhlak kelas X, Tanggal 21 Januari 2016, Pukul 10.47 WIB. Agus Mustofa selaku guru akidah akhlak dalam membentuk akhlakul karimah siswa: “Yang pasti penting sekali, karena kalau Pak Agus memberikan komunikasinya setelah memberikan tayangan berupa video, film singkat, cerita secara langsung. Dengan hal ini sering kali memotivasi kami dengan selalu menjaga shalat dan ibadah lainnya ”. 47 Dengan berbagai motode dan media yang diberikan guru akidah akhlak dalam membentuk akhlakul karimah siswa, banyak siswa yang merasakan senang dan antisias. Terutama pada mata pelajaran Pak Agus ini sering kali diberikan hiburan dari LCD berupa film atau video singkat yang berkaitan dengan materi, kesenangan disini di dapat karena siswasudah cukup merasakan jemu dari pelajaran penuh sebelumnya tanpa diselangi dengan hiburan sehingga dengan cepat mudah siswa mampu menerima semua materi dan komunikasi yang guru akidah akhlak berikan mengenai pembentukan akhlakul karimah.

B. Temuan Penelitian