Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN SUKUN
SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG
MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK)

RASTYAWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Ekstrak
Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup
Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Rastyawati
G34100070

ABSTRAK
RASTYAWATI. Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun
Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea
canaliculata Lamarck). Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan NUNIK SRI
ARIYANTI.
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hama yang
menyerang tanaman padi pada saat usia padi dibawah 30 hari. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk membasmi hama keong tanpa meninggalkan residu di
tanaman adalah dengan pemberian pestisida nabati sebagai moluskisida. Daun
nangka dan daun sukun diduga dapat menjadi moluskisida nabati bagi hama
keong karena mengandung senyawa saponin. Penelitian ini bertujuan menguji
ekstrak daun nangka dan ekstrak daun sukun terhadap penurunan daya hidup
keong mas dan menentukan efektivitas ekstrak daun berdasarkan nilai LC50.
Percobaan pemberian ekstrak daun dilakuan secara terpisah terhadap keong mas

kecil (diameter operkulum 5-10 mm) dan keong mas besar (diameter operkulum
11-20 cm). Perlakuan yang diberikan adalah keong mas dimasukkan dalam toples
berisi air tanpa ekstrak daun sebagai kontrol, dan ke dalam toples-toples berisi
ekstrak daun dengan konsentrasi 5 g/L, 10 g/L, dan 25 g/L. Pengamatan dilakukan
dengan menghitung jumlah keong mas yang bertahan hidup setelah lama
pemaparan 24, 48, dan 72 jam. Hasil pengamatan dianalisis untuk mendapatkan
nilai LC50. Ekstrak daun nangka maupun daun sukun memiliki potensi sebagai
moluskisida, menyebabkan semua keong mas mati pada hari ketiga perlakuan (72
jam). Penurunan daya hidup keong terjadi lebih cepat dijumpai pada konsentrasi
ekstrak daun yang lebih tinggi. Adanya lendir pada tubuh keong mas yang mati
menunjukkan gejala adanya pengaruh saponin. Pengaruh ukuran keong mas tidak
konsisten tampak pada LC50 24 jam dan 48 jam perlakuan ekstrak daun sukun.
Nilai LC50 24jam (keong besar) dan 48 jam (keong kecil) tidak terdeteksi pada
perlakuan menggunakan daun nangka.Hal ini menunjukkan perlunya dirancang
kembali metode dan konsentrasi yang digunakan untuk hasil penelitian yang lebih
baik.
Kata kunci: nangka, moluskisida, Pomacea canaliculata, sukun, keong mas.

ABSTRACT
RASTYAWATI. The Effectiveness of Jackfruit Leaf Extract and Breadfruit Leaf

Extract as Botanical Molluscicides Against Golden Snail (Pomacea canaliculata
Lamarck) Survival. Supervised by TRI HERU WIDARTO and NUNIK SRI
ARIYANTI.
Golden apple snails (Pomacea canaliculata Lamarck) are pests that attack
water plants, especiallypaddy field until 30 days old. One effort to eradicate the
snails without leaving chemicals residue in plants is by the provision of natural
pesticides such as molluscicides. Jackfruit and breadfruit leaves maybe used as
natural molluscicides for snail because they contain saponins. This study aims to
test the jackfruit leaf and breadfruit leaf extracts to the survival of snails and
determine the effectiveness of the leaf extract based on the LC50. The experiment
was conducted separately for small (operculum diameter 5-10 mm) and large
golden snails (operculum diameter of 11-20 cm). During the experiment the snails
were put in a jars filled with water without leaf extract as the control, and jars with
leaf extract at a concentration of 5 g/L, 10 g/L, and 25 g/L as treatments.
Observations were carried out by counting the number of snails survives after 24,
48, and 72 hours. The results were analyzed to obtain LC50 values. Jackfruit and
breadfruit leaves extracts have potential as molluscicides, since they caused all the
snails died on the third day of treatment (72 hours). Decreasing rate of their
survival is faster at higher concentrations. The presence of mucus in the body of
the dead snails showing symptoms of the effect of saponins. Inconsistent results

seem appear on LC50 (24 and 48 hours) of breadfruit extract. LC50 of 24 hours
(large snails) and 48 hours (small snails) since they are not detected at the
treatment using jackfruit leaves. This suggests the need to redesign the method
and the concentration used for better research results.
Keywords: jackfruit, molluscicides, Pomacea canaliculata, breadfruit, snails.

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN SUKUN
SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG
MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK)

RASTYAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Judul Skripsi : Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai
Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea
canaliculata Lamarck)
Nama
: Rastyawati
NIM
: G34100070

Disetujui oleh

Ir Tri Heru Widarto, MSc
Pembimbing I

Dr Nunik Sri Ariyanti, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati
terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Tri Heru Widarto MSc dan Dr
Nunik Sri Ariyanti MSi selaku pembimbing serta Dr Sulistijorini MSi selaku
penguji sidang skripsi. Disamping itu, penulis juga menyampaikan ucapan
terimakasih kepada beasiswa Ekatjipta Foundation, ibu, papah,sahabat TPB serta
anak-anak Biologi angkatan 47 tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Rastyawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE


2

Bahan

2

Prosedur Penelitian

2

Prosedur Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3

Persentase Penurunan Daya Hidup Keong Mas Uji


3

Perilaku Keong Mas Selama Perlakuan

5

Pembahasan

6

SIMPULAN

7

DAFTAR PUSTAKA

7

RIWAYAT HIDUP


9

DAFTAR TABEL
1 Lethal Concentrate (LC50) g/L ekstrak daun nangka dan daun sukun

5

DAFTAR GAMBAR
1 Rata-rata persentase keong mas hidup setelah terpapar ekstrak daun
nangka dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi
ekstrak daun nangka 0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L (−∆−), dan 25
g/L (−×−) pada keong besar (A) dan keong kecil (B)
2 Rata-rata persentase keong mashidup setelah terpapar ekstrak daun
sukun dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi
ekstrak daun sukun0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L (−∆−), dan 25 g/L
(−×−) pada keong besar (A) dan keong kecil (B)
3 Keong mas sehat (A), keong mas yang mengalami gejala keracunan (B),
dan keong mas mati karena keracunan (C). (1) cangkang keong mas, (2)
operkulum, (3) otot keong mas


4

4

5

PENDAHULUAN
Pomacea canaliculata Lamarck atau keong mas merupakan siput air tawar
yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1980 sebagai hewan hias. Sebagian
dari keong mas yang lepas ke persawahan berkembang biak dengan cepat
sehingga populasinya meningkat dalam kurun waktu yang singkat. Populasi yang
tinggi ini menyebabkan kerusakan tanaman padi yang semakin lama semakin
meresahkan petani. Oleh karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan
hias menjadi hama padi. Keong mas termasuk dalam daftar Mollusca yang
menjadi spesies asing invasif di Indonesia (Sugianti et al. 2014). Hama keong mas
merusak tanaman padi dari mulai persemaian hingga pertanaman padi, hama ini
memotong pangkal batang padi muda yang menyebabkan rumpun padi rusak dan
mati (Yunidawati et al. 2011). Penanganan keong mas di Indonesia sudah
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: pengumpulan telur, pembuatan parit–
parit disekitar persawahan, pemasangan saringan pada saluran irigasi, penggunaan
keong mas sebagai pakan bebek, penggunaan pestisida kimia dan moluskisida
nabati (Budiyono 2006).
Terdapat beberapa tanaman yang mampu meningkatkan mortalitas keong
mas sehingga berpotensi menjadi moluskisida nabati. Penelitian terdahulu
menyatakan bahwa ekstrak pinang mampu meningkatkan mortalitas keong mas
sebesar 100 % dalam waktu 18 hari (Yunidawati et al. 2011). Penelitian lainnya
yakni menggunakan tanaman cengkeh, sereh wangi, kunyit, dan lerak juga
terbukti mampu meningkatkan mortalitas keong mas (Wiratno et al. 2011).Selain
itu, daun sirih dan daun pepaya juga mampu meningkatkan mortalitas keong mas
(Wardhani 2011). Limbah tembakau juga dapat dijadikan sebagai pengendali
hama keong mas, dengan lama pemaparan 2 hari menggunakan dosis sebesar
1562.5 Kg/ha (Tangkoonboribun dan Suriya 2009).
Efektivitas moluskisida nabati disebabkan kandungan senyawa aktif yang
berasal dari tumbuhan. Contoh senyawa aktif yang mampu meningkatkan
mortalitas dari keong mas adalah saponin dan flavonoid (Musman 2010).
Senyawa saponin dalam badan air menyebabkan terhambatnya proses pernapasan
pada keong mas, karena produksi lendir berlebihan dari keong mas (Francis et al.
2002). Produksi lendir ini sendiri merupakan sistem pertahanan keong mas untuk
menghambat paparan dari senyawa saponin (Musman et al. 2011).
Nangka dan sukun merupakan tanaman yang tumbuh baik di iklim tropis
seperti di Indonesia(Ersam 2001; Sukandar et al. 2013). Daun nangka
mengandung saponin dan beberapa senyawa kimia lain diantaranya flavonoid,
tanin dan polifenol (Chandrika et al. 2006). Daun sukun juga mengandung
saponin dan beberapa golongan senyawa seperti flavonoid, steroid, tanin, serta
phenol (Puspasari 2014). Senyawa saponin dapat mengganggu sistem biologi
keong mas dan membunuh keong mas (Francis et al. 2002). Namun demikian,
belum ada penelitian yang menunjukkan efektivitas daun nangka dan sukun
sebagai moluskisida nabati. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan
maka penelitian ini bertujuan menguji ekstrak daun nangka dan ekstrak daun
sukun terhadap penurunan daya hidup keong mas dan menentukan efektivitas
ekstrak daun berdasarkan nilai LC50.

2

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2014 di Laboratorium
Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah keong mas dengan ukuran operkulum kecil
(5-10 mm) dan operkulum besar (11-20 mm). Keong mas berasal dari daerah
persawahan Desa Babakan Bogor. Bahan ekstrak yang digunakan adalah daun
nangka dan daun sukun.
Prosedur Penelitian
Persiapan dan Aklimatisasi Keong Mas. Keong mas yang telah diambil
dari sawah diaklimatisasi pada aquarium dengan lama aklimatisasi 3 hari. Pakan
yang digunakan adalah daun talas dan daun singkong.Pakan diberikan sebanyak
dua kali dalam satu hari secara ad libitum (Wardhani 2011),
Ekstraksi Bahan Nabati. Bahan nabati yang digunakan adalah daun
nangka dan daun sukun.Sampel daun yang digunakan ialah daun dewasa yang
berwarna hijau tua, daun terletak setelah urutan ke 5 dari pucuk.Sebelum
digunakan, daun dicuci dan dibersihkan, kemudian masing–masing ditimbang
dengan bobot 5, 10, dan 25 gram (untuk dibuat ekstrak dengan konsentrasi 5 g/L,
10 g/L, dan 25 g/L).Pembuatan ekstrak daun dilakukan dengan caradaun
dicincang halus dan dimasukkan ke dalam 1 liter air, kemudian diblender selama
10 menit. Ekstrak daun didiamkan selama 24 jam kemudian disaring
menggunakan saringan 2 mm dan disaring kembali menggunakan kain halus
(Wardhani 2011).
Aplikasi Bahan Nabati. Penelitian ini menggunakan konsentrasi 5 g/L, 10
g/L, dan 25 g/L, hal ini dikarenakan konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi
minimum yang sudah dapat menyebabkan toksik atau kematian pada keong mas.
Ekstrak daun nangka masing-masing dengan konsentrasi 5 g/L, 10 g/L, dan 25 g/L
dimasukkan ke dalam 3 toples terpisah. Toples berukuran 15 cm x 13 cm.
Sebanyak 5 keong mas dengan ukuran diameter operkulum 5-10 mm (keong mas
kecil) dimasukkan ke dalam masing-masing toples yang sudah berisi ekstrak daun
nangka dan ke dalam toples berisi 1 Liter air tanpa ekstrak daun sebagai kontrol.
Percobaan ini dilakukan dengan 3 kali ulangan, sehingga ada 12 toples untuk
percobaan menggunakan ekstrak daun nangka pada keong mas kecil (5-10 mm).
Pengamatan terhadap perilaku keong mas dan jumlah keong mas yang mati
dilakukan pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan. Aplikasi yang sama
dilakukan pada ekstrak daun nangka terhadap keong mas besar (operkulum 11-20
mm) dan ekstrak daun sukun terhadap keong mas kecil dan besar. Selama
percobaan, keong mas diberi pakan berupa daun talas dan daun singkong
sebanyak dua kali dalam satu hari secara ad libitum.

3
Pengamatan Daya Hidup dan Perilaku Keong Mas. Pengamatan pertama
dilakukan setelah 24 jam perlakuan. Keong mas yang mati dikeluarkan dari toples,
kemudian keong mas yang mati dihitung jumlahnya. Keong mas yang belum
dapat dipastikan hidup atau mati (keong mas masih dalam cangkang) dikeluarkan
dari dalam toples dan dimasukkan ke wadah lain serta ditunggu responnya selama
5–15 menit. Jika keong masbelum keluar dari cangkang maka tubuhnya ditekan
dengan tusuk gigi secara perlahan, jika keong mas keluar dari cangkang berarti
keong mas masih hidup dan dikembalikan ke dalam toples perlakuan. Pengamatan
kedua (setelah 48 jam) dan ketiga (setelah 72 jam) dilakukan dengan cara yang
sama. Pengamatan perilaku keong mas dilakukan dengan cara mengamati
beberapa kondisi tubuh keong mas, yaitu warna kulit daging, membuka dan
menutupnya operkulum, dan pergerakan keong mas (Wardhani 2011).
Analisis Data. Daya hidup keong mas ditunjukkan dengan nilai persentase
keong mas hidup. Data yang disajikan merupakan nilai rata-rata dari 3 ulangan
percobaan untuk masing-masing konsentrasi pada pemaparan 0, 24, 48, dan 72
jam. Efektivitas ekstrak ditentukan berdasarkan nilai LC50 untuk lama pemaparan
24 dan 48 jam. Nilai LC50 diperoleh berdasarkan analisa probit SPSS terhadap
persentase keong mas mati pada konsentrasi yang digunakan.

HASIL

Penurunan Daya Hidup Keong Mas Uji
Daya hidup keong mas adalah persentase jumlah keong mas yang masih
bertahan hidup pada saat pengamatan. Semua keong mas berukuran kecil dalam
toples tanpa ekstrak daun (kontrol) dapat bertahan hidup sampai akhir pengamatan
(72 jam) pada perlakuan daun nangka (Gambar 1B) dan daun sukun (Gambar 2B).
Sedangkan keong mas berukuran besar pada toples kontrol yang bertahan hidup
sampai akhir pengamatan hanya 60 % dijumpai pada perlakuan ekstrak daun
nangka (Gambar 1A) dan daun sukun (Gambar 2A).
Daya hidup keong mas berukuran besar dan kecil menurun sampai 0 %
diakhir pengamatan (72 jam) pada semua taraf konsentrasi ekstrak daun nangka
(Gambar 1A dan 1B) dan daun sukun (Gambar 2A dan 2B). Penurunan daya
hidup keong mas lebih cepat pada konsentrasi ekstrak daun yang lebih tinggi.
Semua keong mas berhasil mati pada hari ke 2 pengamatan (48 jam) dijumpai
pada perlakuan konsentrasi 10 g/L dan 25 g/L dengan ekstrak daun nangka dan
daun sukun. Pada pengamatan hari yang sama dijumpai 10-17 % keong mas besar
dan kecil masih bertahan hidup pada konsentrasi 5 g/L ekstrak daun nangka
maupun daun sukun.

100
80
60
40
20
0
0

24 jam 48 jam 72 jam

Rata rata % keong mas hidup

Rata rata % keong mas hidup

4

120
100
80
60
40
20
0
0 jam 24 jam 48 jam 72 jam
Lama pemaparan

Lama pemaparan

A

B

Gambar 1 Rata-rata persentase keong mas hidup setelah terpapar ekstrak
daunnangka dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada
konsentrasiekstrak daun nangka 0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L
(−∆−), dan 25 g/L (−×−)padakeong besar (A) dan keong kecil (B)

Rata-rata % keong mas hidup

100
80
60
40
20
0
0

24 jam 48 jam 72 jam
Lama pemaparan

A

Rata-rata % keong mas hidup

120

120

100
80
60
40
20
0
0

24 jam 48 jam 72 jam
Lama pemaparan

B

Gambar 2 Rata-rata persentase keong mas hidup setelah terpapar ekstrak daun
sukun dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada
konsentrasiekstrak daun nangka 0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L
(−∆−), dan 25 g/L (−×−)padakeong besar (A) dan keong kecil (B)

5
Perilaku Keong Mas Selama Perlakuan
Keong mas sehat dijumpai pada kontrol. Ciri-ciri keong massehat yakni
otot keong mas berwarna hitam keputihan, pergerakannya aktif, memiliki nafsu
makan yang tinggi, dan cangkang tidak rapuh (Gambar 3A). Aplikasi ekstrak daun
nangka maupun daun sukun menyebabkan adanya gejala klinis akibat keracunan.
Gejala keracunan dijumpai pada keong massetelah 24 jam terpapar ekstrak daun
pada semua taraf konsentrasi. Gejala keracunan yang tampakpada keong mas
dalam keadaan hidup yakni frekuensi buka-tutup operkulum meningkat, warna
permukaan otot memucat, dan pergerakan serta perilaku makan keong mas yang
menurun (Gambar 3B). Sedangkan gejala klinis yang terjadi pada keong mas
setelah mengalami kematian yakni warna permukaan otot memucat, otot melunak
dan keluar dari cangkang, berlendir, serta operkulum terbuka (Gambar 3C). Gejala
tersebut merupakan respon keong mas saat terdapat zat-zat lain yang menghambat
proses metabolisme sel dalam tubuh keong.
3

3

1

2

3

1

2

A

2

B

1
C

Gambar 3 Keong mas sehat (A), keong mas yang mengalami gejala keracunan
(B), dan keong mas mati karena keracunan (C). (1) cangkang keong
mas, (2) operkulum, (3) otot keong mas.
Nilai Lethal Concentrate 50 (LC50)
Efektivitas ekstrak daun nangka dan daun sukun pada keong mas besar dan
kecil berbeda (Tabel 1). Nilai LC50 24 jam ekstrak daun sukun lebih rendah pada
percobaan dengan keong mas kecil, sebaliknya nilai LC50 48 jam menunjukkan
hasil lebih rendah pada keong mas besar. Pengaruh ukuran keong mas terhadap
nilai LC50 24 jam dan 48 jam untuk ekstrak daun nangka juga menunjukkan hasil
yang tidak konsisten, nilai LC50 tidak terdeteksi pada lama pemaparan 24 jam
untuk keong mas besar dan lama pemaparan 48 jam untuk keong mas kecil (Tabel
1).
Tabel 1 Lethal Concentrate 50 (LC50)g/L Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun
Daun Nangka
Daun Sukun
Ukuran
Keong
24 jam
48 jam
24 jam
48 jam
Besar

-

2,14

6,51

2,14

Kecil

8,72

-

6,37

3,74

6

PEMBAHASAN

Kematian keong mas pada perlakuan penelitian ini disebabkan
terhambatnya proses pernapasan keong mas setelah terpapar ekstrak daun yang
ditunjukkan dari adanya lendir di tubuh keong mas. Gejala ini menunjukan
keracunan saponin pada keong mas, sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa senyawa saponin dalam badan air membuat keong mas
memproduksi lendir sehingga mengakibatkan proses pernapasan keong mas
terhambat (Francis et al.2002). Hasil pengamatan juga menunjukkan adanya
gelembung seperti busa sabun pada saat pembuatan ekstrak dan pada saat
dilakukan perlakuan terhadap keong mas. Saponin sendiri memiliki sifat seperti
detergen yakni berbusa (Francis et al. 2002). Senyawa saponin tidak hanya
membunuh keong mas, tetapi dapat juga menghambat penetasan telur keong mas.
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa saponin mampu menghambat daya tetas
telur 30 - 40 % (Kurniawati et al.2007).
Berdasarkan nilai LC50 pada lama pemaparan 24 jam dan 48 jam didapatkan
hasil bahwa pengaruh ukuran keong mas terhadap nilai LC50 tidak konsisten, baik
pada ekstrak daun nangka maupun daun sukun. Nilai LC50 tidak terdeteksi pada
perlakuan ekstrak daun nangka pada keong mas besar (24 jam) dan keong mas
kecil (48 jam). Hal ini diduga karena nilai konsentrasi ekstrak yang telah
digunakan kurang dari nilai efektif LC50 sehingga tidak mempengaruhi 50 %
kematian keong mas uji. Pada penelitian ini digunakan dua ukuran operkulum
keong mas yakni 5-10 mm dan 11-20 mm, alasan penggunaan dua ukuran
operkulum ini untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh luas permukaan tubuh
keong mas terhadap nilai LC50 ekstrak daun tersebut. Berdasarkan hasil yang telah
didapat, adanya nilai LC50 yang tidak konsisten dapat disebabkan oleh luas
permukaan tubuh keong mas yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu,
kesehatan hewan uji saat diberi perlakuan juga dapat mempengaruhi nilai LC50.
Spesies hewan uji juga dapat mempengaruhi nilai LC50. Terdapat beberapa jenis
hewan yang umum digunakan sebagai hewan uji toksisitas berdasarkan LC50,
seperti mencit, kelinci, dan monyet. Pemilihan jenis hewan uji umumnya
berdasarkan pada viabilitas, tipe metabolisme, dan kemudahan dalam
perawatannya (Sulastry 2009). Jenis kelamin dari spesies yang digunakan juga
dapat mempengaruhi nilai LC50, seperti penelitian terdahulu yang menyatakan
bahwa antara keong mas jantan dan keong mas betina menyebabkan perbedaan
nilai LC50. Hal ini terjadi karena perbedaan morfologi antara keong mas jantan
dan betina seperti perbedaan kandungan lemak dalam tubuh keong mas jantan dan
betina (Prijono 1999).
Nilai LC50 ekstrak daun sukun 24 jam menunjukkan bahwa keong mas kecil
lebih tahan terhadap perlakuan dibandingkan keong mas besar. Hal ini dapat
dikarenakan faktor luas permukaan tubuh keong mas. Keong mas kecil memiliki
luas permukaan tubuh lebih sempit sehingga penyerapan terhadap senyawa kimia
pada ekstrak daun lebih sedikit. Namun demikian nilai LC50 48 jam menunjukkan
hal sebaliknya, keong mas besar lebih tahan terhadap perlakuan dibanding keong
mas kecil. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang bisa

7
mempengaruhi tingkat kematian keong mas namun tidak terkontrol pada
penelitian ini.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol terdapat
keong mas yang mengalami kematian. Hal ini dapat dikarenakan gagalnya keong
mas beradaptasi dengan lingkungan baru pada saat aklimatisasi. Keadaan tersebut
dapat membuat keong mas mengalami stres yang menyebabkan menurunnya
kesehatan keong mas uji sehingga mengalami kematian. Cara yang dapat
dilakukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengurangi kematian keong mas
dengan menambah lama aklimatisasi sehingga keong mas dapat menyesuaikan
habitat baru dengan lebih baik.

SIMPULAN
Ekstrak daun nangka dan daun sukun berpotensi sebagai moluskisida,
semua keong mas mati pada hari ketiga perlakuan (72 jam). Adanya lendir pada
tubuh keong mas yang mati menunjukkan gejala adanya keracunan saponin.
Konsentrasi ekstrak daun berpengaruh pada kecepatan penurunan daya hidup
keong mas dan dapat digunakan untuk menentukan nilai LC50. Pengaruh ukuran
keong mas terhadap nilai LC50 24 jam dan 48 jam tidak konsisten. Nilai LC50 yang
tidak terdeteksi menunjukkan perlunya dirancang kembali metode dan konsentrasi
yang digunakan untuk hasil penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyono S. 2006. Teknik pengendalian keong mas pada tanaman padi. Jurnal
Ilmu – Ilmu Pertanian 2 (2) :128–133.
Chandrika UG, Wedage WS, Wickramasinghe MDN, Fernando WS. 2006.
Hypoglycaemic action of the flavonoid fraction of Artocarpus heterophyllus
leaf. Afr.J.Trad CAM 3(2): 42-50.
Ersam T. 2001. Senyawa kimia makromolekul beberapa tumbuhan Artocarpus
hutan tropika Sumatera Barat [disertasi]. Bandung (ID): Institut Teknologi
Bandung.
Francis G, Kerem Z, Makkar HPS, Bekker K. 2002.The biological action of
saponins in animal systems.British Journal of Nutrition 88: 587-605.

8
Kurniawati N, Wahyu H, Hendarsih S. 2007. Daya tetas dan daya hidup keong
mas pada perlakuan pestisida nabati dan insektisida. Apresiasi Hasil
Penelitian Padi 1: 393-402.
Musman M. 2010. Toxicity of Barringtonia racemosa (L.) Kernel extract on
Pomacea canaliculata (Ampillaridae). Trop Life Sci Res 21 (2): 41-50.
Musman M, Sofyatuddin K, Kavinta M. 2011. Uji selektivitas ekstrak etil asetat
(EtOAc) biji putat air (Barringtonia racemosa) terhadap keong mas
(Pomacea canaliculata) dan ikan lele lokal (Clarias batrachus). Depik 1
(1): 27-31.
Puspasari RK. 2014. Studi Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Daun Sukun
(Artocarpus altilis) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas
aeruginosa [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.
Prijono D. 1999. Prospek dan Strategi Pemanfaatan Insektisida Alami dalam PHT.
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sugianti B, Enjang HH, Awliya PA, Sri R, Yeni A, Laili L. 2014. Daftar
Mollusca yang Berpotensi sebagai Spesies Asing Invasif di Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Sukandar D, Eka RA, Sandra H. 2013. Karakterisasi dan pengujian aktivitas
antioksidan ekstrak etanol buah sukun (Artocarpus communis) [skripsi].
Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sulastry F. 2009. Uji Toksisitas Akut yang Diukur dengan Penentuan LD50Ekstrak
Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap Mencit BALB/C
[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Tangkoonboribun R, Suriya S. 2009. Molluscicide from tobacco waste. Journal of
Agricultural Science 1 (1): 76-81.
Yunidawati W, Darma B, Sengli BJD. 2011. Penggunaan ekstrak biji pinang
untuk mengendalikan hama keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck)
pada tanaman padi. Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR 5(2): 84.
Wardhani SPR. 2011. Daya hidup keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck)
setelah terpapar ekstrak daun pepaya dan ekstrak daun sirih [skripsi].
Bogor (ID): InstitutPertanian Bogor.
Wiratno, Molide R, Wayan IL. 2011. Potensi ekstrak tanaman obat dan aromatik
sebagai pengendali keong mas. Bul.Litro 22(1): 54-64.

9

RIWAYAT HIDUP
Penulis Lahir di Pacitan Jawa Timur pada tanggal 24 Januari 1992
merupakan putri tunggal dari pasangan orang tua Rasyanto dan Siti Kasirah.
Penulis menjalani pendidikan di TK Kartika II Cibubur Jakarta Timur, kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 05 Pagi Cibubur Jakarta, lalu
bersekolah di SMPN 147 Jakarta, selanjutnya melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMAN 64 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di
Institut Pertanian Bogor (IPB) Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menyelesaikan pendidikan penulis aktif sebagai anggota pengurus
klub taekwondo dekade Jakarta Timur dan juga menjadi atlit dalam bidang
beladiri tersebut. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitian diantaranya panitia
Masa Perkenalan Departemen (MPD), panitia BIONIC, panitia SPIRIT serta
kepanitian lainnya. Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan diPT
BASF Care Chemicals Indonesia bagian Quality Control pada tahun 2013.