Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) Dengan Ekstrak Biji Pinang Pada Tanaman Padi

(1)

PENGENDALIAN HAMA KEONG MAS

(

Pomacea canaliculata

Lamarck) DENGAN

EKSTRAK BIJI PINANG PADA TANAMAN

PADI

TESIS

OLEH :

Nim : 097001006

WIWIK YUNIDAWATI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGENDALIAN HAMA KEONG MAS (

Pomacea

canaliculata

Lamarck) DENGAN EKSTRAK BIJI

PINANG PADA TANAMAN PADI

TESIS

OLEH :

WIWIK YUNIDAWATI

097001006

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) Dengan Ekstrak Biji Pinang

Pada Tanaman Padi

Nama : Wiwik Yunidawati

No. Pokok : 097001006

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Ketua Anggota

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS


(4)

Telah diuji pada tanggal : 11 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua

:

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS

Anggota :

Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc

Penguji

:

1. Dr. Ir. Chairani Hanum, MS

2. Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP


(5)

ABSTRACT

Wiwik Yunidawati, 2012. Pest Control of Golden Snails (Pomacea canaliculata Lamarck) by Areca Extract On Rice Plants. Application of Areca

extract can be used to control Golden snail in rice planting. The purpose of this research is to obtain the suitable concentration of Areca extracts to control Golden snail.

The research was conducted on December 2010 to April 2011 at the screen house of Observation Laboratory of Plant Disease and Biological Agents and “Balai Benih Induk Murni” Deli Serdang, Tanjung Morawa, North Sumatra. Research was used by Randomized Block Design (RBD) Factorial consisting of two factors with three replications. The first factor is the extract of Areca (E) consisting of four levels ie without Areca extract (E0), 20 cc/l of water extract of Areca (E1), 30 cc/l of water

extract of areca (E2) and 40 cc/l water extract of Areca (E3). The second factor is the

Population of Golden snails consisting of four levels ie without Golden snail (K0), 8

Golden snail /16 m2 (K1), 16 Golden snail /16 m2 (K2), 24 Golden snail /16 m2 (K3

The results showed that application of Areca extract has given positive impact on the percentage of infected plants, mortality pests Golden snail, the number of productive tillers, leaf area and plant dry weight, but give no significant effect on the number of tillers per hill, Relative Growth Rate, net assimilation rate and rice production per plot. The concentration 40 cc/l of water of Areca extract is the suitable concentration to control population of Golden snail. Population of Golden snail in rice plants has given effect of the percentage of infected plants. Thus causing the number of tillers per hill, number of productive tillers, leaf area, plant dry weight and crop production per plot decreased. Treatment of Areca extract and population of Golden snail in rice plants has showed no significant effect on number of tillers per hill, number of productive tillers, leaf area, plant dry weight, Relative Growth Rate (RGR), Net Assimilation Rate (NAR) and rice production per plot.

).


(6)

ABSTRAK

Wiwik Yunidawati, 2012. Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea

canaliculata Lamarck). Dengan Ekstrak Biji Pinang Pada Tanaman Padi. Pemberian

ekstrak pinang dapat digunakan untuk mengendalikan hama keong mas di pertanaman padi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan konsentrasi ekstrak pinang yang efektif pada populasi keong mas tertentu.

Penelitiaan dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011 di Rumah Kasa Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman dan Agens Hayati Tanjung Morawa dan pada UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Metoda penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 (dua) faktor dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama adalah Ekstrak pinang (E) yang terdiri dari 4 (empat) taraf yaitu tanpa ekstrak pinang (E0), 20 cc/l air ekstrak pinang (E1), 30 cc/l

air ekstrak pinang (E2) dan 40 cc/l air ekstrak pinang (E3). Faktor kedua adalah

Pemberian Keong mas yang terdiri dari 4 (empat) taraf yaitu tanpa keong mas (K0),

8 ekor keong mas/ 16 m2 (K1), 16 ekor keong mas/ 16 m2 (K2), 24 ekor keong mas/

16 m2(K3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pinang memberi pengaruh positif terhadap persentase tanaman terserang, mortalitas hama keong mas, jumlah anakan produktif, luas daun dan bobot kering tanaman. Namun tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, Laju Tumbuh Relatif, Laju Assimilasi Bersih dan produksi padi per plot. Pengendalian hama keong mas terbaik dijumpai pada pemberian ekstrak pinang sebanyak 40 cc/l air. Jumlah keong mas yang diberikan pada tanaman padi memberi pengaruh terhadap persentase tanaman terserang. sehingga menyebabkan jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, luas daun, bobot kering dan produksi tanaman per plot menurun. Perlakuan ekstrak pinang dan jumlah keong mas yang diberikan pada tanaman padi, tidak menunjukkan hubungan yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, luas daun, bobot kering tanaman, Laju Tumbuh Relatif (LTR) , Laju Assimilasi Bersih (LAB) dan produksi padi per plot.

).


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis yang berjudul Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) Dengan Ekstrak Biji Pinang

Pada Tanaman Padi. Tesis merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister pada Program Studi Agroekoteknologi, Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc., selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini, baik saat pelaksanaan penelitian, maupun bantuan berupa saran, literatur, dukungan secara moril.

Demi kesempurnaan penulisan di masa mendatang penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat bermanfaat untuk penulisan selanjutnya.

Medan, Januari 2012 Penulis


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis pada Progrm Studi Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc., selaku anggota. Ibu Dr. Ir. Chairani Hanum, MP, Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP dan Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Ir. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A (K)., Direktur Pascasarjana USU Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., Rektor Universitas Amir Hamzah Bapak Tarmizi, SH. MHum, dan Koordinator Kopertis Wilayah I Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammed Nawawi Lubis, M.Phil, yang telah memberikan izin belajar kepada penulis . Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan Dekan Pertanian Universitas Amir Hamzah Ibu Ir. T. Mazlina, MMA serta segenap staf pengajar yang telah membuka wawasan dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga serta seluruh civitas akademik yang telah mendukung kelancaran studi bagi penulis.


(9)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala UPT Balai Benih Induk Tanjung Morawa Bapak Ir. Fuad, MMA beserta staf dan Kepala Laboratorium Peramalan , Pengamatan Hama dan Penyakit Tumbuhan Bapak Ir. Pardiaman Saragih beserta staf yang telah membantu penulis selama di Lapangan dan di Laboratorium.

Kepada suami tercinta M. Juwaini, SP. MMA penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga karena dengan tiada hentinya memberikan dukungan material dan moril selama penelitian dan penyelesaian penulisan tesis ini. Untuk ketiga putra putri saya tercinta Fairuzzatul Usrah, Wahyu Mhd Fathan dan Mhd Fauzan Arief yang telah banyak membantu dan sebagai sumber semangat bagi saya dalam hal menyelesaikan pendidikan ini. Tak lupa ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda (alm) dan Ibunda yang telah memberikan dukungan moril untuk menyelesaikan studi ini dan do’a kami selalu untuk ayah & bunda tercinta.

Kepada Bu Wan, Kak Mila, Ana, Zul, Cana, Syahril, dan rekan-rekan sekelas yang tidak tersebut satu per satu, terima kasih atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan.

Medan, Januari 2012 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Wiwik Yunidawati, dilahirkan sebagai anak kedua dari empat bersaudara pada tanggal 28 Juni 1969 di Lubuk Pakam. Menempuh pendidikan formal mulai dari sekolah dasar di SD Negeri 104230 Deli Serdang selesai pada 1982, melanjutkan ke SMP Negeri I Tembung dan selesai pada tahun 1985. pendidikan pada sekolah menengah atas ditempuh di SMA Negeri 10 Medan yang diselesaikan pada tahun 1988 dan lulus pada Fakultas Pertanian, Universitas Amir Hamzah pada tahun 1993.

Pada tahun 2000-2002 penulis mendapat pengalaman bekerja menjadi petugas Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) di Kabupaten Serdang Bedagai. 2003- 2004 penulis menjadi Petugas Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Langkat. Selanjutnya pada tahun 2004 hingga saat ini penulis menjadi staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah Medan.

Pada tahun 2009, penulis memperoleh kesempatan menempuh pendidikan program magister dengan bantuan program BPPs pada program studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Hipotesis Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Sejarah dan Penyebaran Keong Emas ... 6

Biologi dan Morfologi Keong Mas ... 7

Siklus Hidup ... 9

Habitat, Penyebaran dan Daya Rusak ... 11


(12)

Komposisi Buah Pinang ... 16

METODE PENELITIAN ... 18

Uji Pendahuluan ... 18

Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Rancangan Penelitian ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Parameter Yang Diamati ... 21

Penelitian di Lapangan ... 21

Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

Bahan dan Alat ... 22

Rancangan Penelitian ... 22

Pelaksanaan Penelitian ... 24

Parameter yang diamati ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Hasil ... 29

Pembahasan ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

Kesimpulan ... 60

Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(13)

DAFTAR GAMBAR

1. a. Hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian

hama keong mas pada pengamatan I ………... 30 b. Hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian

hama keong mas pada pengamatan II ………... 31 c. Hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian

hama keong mas pada pengamatan III ………... 31 2. Hubungan antara ekstrak pinang dengan populasi hama keong mas pada

setiap pengamatan ... 35 3. Grafik Hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan jumlah

anakan produktif ………... 39 4. Grafik Hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan parameter luas

pada 8 MST ………... 41 5. Grafik Hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan parameter

bobot kering tanaman pada pengamatan 6 MST ………... 44 6. Grafik Hubungan antara pemberian hama keong mas dengan penurunan

produksi per plot ………... 50


(14)

DAFTAR TABEL

1. Data Luas Serangan Keong Mas di Indonesia Tahun 2003-2007 (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008) ... 13 2. Persentase kematian keong pada penelitian di laboratorium pengamatan I

sampai dengan III ... 29 3. Persen tanaman terserang pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan

pemberian keong mas ... 33 4. Mortalitas hama keong mas pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan

pemberian keong mas ... 34 5. Jumlah anakan/rumpun pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan

pemberian keong mas ... 37 6. Jumlah anakan produktif/rumpun pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang

dan pemberian keong mas ... 38 7. Luas Daun (cm2

40 ) pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan pemberian keong mas ... 8. Bobot Kering Tanaman (g) pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan

pemberian keong mas ... 43 9. Laju Tumbuh Relative (LTR) pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan

pemberian keong mas ... 45 10. Laju Asimilasi bersih (LAB) pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan

pemberian keong mas ... 47 11. Produksi per Plot pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan pemberian


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan Penelitian di Laboratorium ... 64

2. Bagan Penelitian di Lapangan ... 65

3. Deskripsi Varietas Cigeulis ... 67

4. Tabel Mortalitas Hama Keong Mas Pengamatan I di Laboratorium ... 68

5. Tabel Sidik Ragam Mortalitas Hama Keong Mas Pengamatan I di Laboratorium ... 68

6. Tabel Mortalitas Hama Keong Mas Pengamatan II di Laboratorium ... 69

7. Tabel Sidik Ragam Mortalitas Hama Keong Mas Pengamatan II di Laboratorium ... 69

8. Tabel Mortalitas Hama Keong Mas Pengamatan III di Laboratorium ... 70

9. Tabel Sidik Ragam Mortalitas Hama Keong Mas Pengamatan III di Laboratorium ... 70

10. Tabel % Tanaman Terserang Pengamatan I ... 71

11. Tabel Sidik Ragam % Tanaman Terserang Pengamatan I ... 71

12. Tabel % Tanaman Terserang Pengamatan II ... 72

13. Tabel Sidik Ragam % Tanaman Terserang Pengamatan II ... 72

14. Tabel % Tanaman Terserang Pengamatan III ... 73

15. Tabel Sidik Ragam % Tanaman Terserang Pengamatan III ... 73

16. Tabel % Tanaman Terserang Pengamatan IV ... 74

17. Tabel Sidik Ragam % Tanaman Terserang Pengamatan IV ... 74

18. Tabel % Tanaman Terserang Pengamatan V ... 75

19. Tabel Sidik Ragam % Tanaman Terserang Pengamatan V ... 75

20. Tabel % Tanaman Terserang Pengamatan VI ... 76

21. Tabel Sidik Ragam % Tanaman Terserang Pengamatan VI ... 76


(16)

23. Mortalitas keong mas Pengamatan I (tranformasi arcsin) ... 77

24. Tabel Sidik Ragam Mortalitas Keong Mas Pengamatan I ... 77

25. Mortalitas Keong Mas Pengamatan II ... .. 78

26. Mortalitas keong mas Pengamatan II (tranformasi arcsin) ... 78

27. Tabel Sidik Ragam Mortalitas Keong Mas Pengamatan II ... 78

28. Mortalitas Keong Mas Pengamatan III ... 79

29. Mortalitas keong mas Pengamatan III (tranformasi arcsin) ... 79

30. Tabel Sidik Ragam Mortalitas Keong Mas Pengamatan III ... 79

31. Mortalitas Keong Mas Pengamatan IV ... 80

32. Mortalitas keong mas Pengamatan IV (tranformasi arcsin) ... 80

33. Tabel Sidik Ragam Mortalitas Keong Mas Pengamatan IV ... 80

34. Mortalitas Keong Mas Pengamatan V ... 81

35. Mortalitas keong mas Pengamatan V (tranformasi arcsin) ... 81

36. Tabel Sidik Ragam Mortalitas Keong Mas Pengamatan V ... 81

37. Tabel Jumlah Anakan Per rumpun 2 MST ... 82

38. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan Per rumpun 2 MST ... 82

39. Tabel Jumlah Anakan Per rumpun 4 MST ... 83

40. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan Per rumpun 4 MST ... 83

41. Tabel Jumlah Anakan Per rumpun 6 MST ... 84

42. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan Per rumpun 6 MST ... 84

43. Tabel Jumlah Anakan Per rumpun 8 MST ... 85

44. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan Per rumpun 8 MST ... 85

45. Tabel Jumlah Anakan Produktif ... 86

46. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan Produktif ... 86

47. Tabel Pengamatan Luas Daun 2 MST ... 87

48. Tabel Sidik Ragam Luas Daun 2 MST ... 87

49. Tabel Pengamatan Luas Daun 4 MST ... 88

50. Tabel Sidik Ragam Luas Daun 4 MST ... 88

51. Tabel Pengamatan Luas Daun 6 MST ... 89


(17)

53. Tabel Pengamatan Luas Daun 8 MST ... 90

54. Tabel Sidik Ragam Luas Daun 8 MST ... 90

55. Tabel Pengamatan Berat Kering Tanaman 2 MST ... 91

56. Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tanaman 2 MST ... 91

57. Tabel Pengamatan Berat Kering Tanaman 4 MST ... 92

58. Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tanaman 4 MST ... 92

59. Tabel Pengamatan Berat Kering Tanaman 6 MST ... 93

60. Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tanaman 6 MST ... 93

61. Tabel Pengamatan Berat Kering Tanaman 8 MST ... 94

62. Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tanaman 8 MST ... 94

63. Tabel Pengamatan Laju Tumbuh Relatif 2-4 MST ... 95

64. Tabel Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif 2-4 MST ... 95

65. Tabel Pengamatan Laju Tumbuh Relatif 4-6 MST ... 96

66. Tabel Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif 4-6 MST ... 96

67. Tabel Pengamatan Laju Tumbuh Relatif 6-8 MST ... 97

68. Tabel Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif 6-8 MST ... 97

69. Tabel Pengamatan Laju Asimilasi Bersih 2-4 MST ... 98

70. Tabel Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih 2-4 MST ... 98

71. Tabel Pengamatan Laju Asimilasi Bersih 4-6 MST ... 99

72. Tabel Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih 4-6 MST ... 99

73. Tabel Pengamatan Laju Asimilasi Bersih 6-8 MST ... 100

74. Tabel Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih 6-8 MST ... 100

75. Tabel Pengamatan Produksi Per plot (kg) ... 101


(18)

ABSTRACT

Wiwik Yunidawati, 2012. Pest Control of Golden Snails (Pomacea canaliculata Lamarck) by Areca Extract On Rice Plants. Application of Areca

extract can be used to control Golden snail in rice planting. The purpose of this research is to obtain the suitable concentration of Areca extracts to control Golden snail.

The research was conducted on December 2010 to April 2011 at the screen house of Observation Laboratory of Plant Disease and Biological Agents and “Balai Benih Induk Murni” Deli Serdang, Tanjung Morawa, North Sumatra. Research was used by Randomized Block Design (RBD) Factorial consisting of two factors with three replications. The first factor is the extract of Areca (E) consisting of four levels ie without Areca extract (E0), 20 cc/l of water extract of Areca (E1), 30 cc/l of water

extract of areca (E2) and 40 cc/l water extract of Areca (E3). The second factor is the

Population of Golden snails consisting of four levels ie without Golden snail (K0), 8

Golden snail /16 m2 (K1), 16 Golden snail /16 m2 (K2), 24 Golden snail /16 m2 (K3

The results showed that application of Areca extract has given positive impact on the percentage of infected plants, mortality pests Golden snail, the number of productive tillers, leaf area and plant dry weight, but give no significant effect on the number of tillers per hill, Relative Growth Rate, net assimilation rate and rice production per plot. The concentration 40 cc/l of water of Areca extract is the suitable concentration to control population of Golden snail. Population of Golden snail in rice plants has given effect of the percentage of infected plants. Thus causing the number of tillers per hill, number of productive tillers, leaf area, plant dry weight and crop production per plot decreased. Treatment of Areca extract and population of Golden snail in rice plants has showed no significant effect on number of tillers per hill, number of productive tillers, leaf area, plant dry weight, Relative Growth Rate (RGR), Net Assimilation Rate (NAR) and rice production per plot.

).


(19)

ABSTRAK

Wiwik Yunidawati, 2012. Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea

canaliculata Lamarck). Dengan Ekstrak Biji Pinang Pada Tanaman Padi. Pemberian

ekstrak pinang dapat digunakan untuk mengendalikan hama keong mas di pertanaman padi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan konsentrasi ekstrak pinang yang efektif pada populasi keong mas tertentu.

Penelitiaan dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011 di Rumah Kasa Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman dan Agens Hayati Tanjung Morawa dan pada UPT Balai Benih Induk Padi Murni Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Metoda penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 (dua) faktor dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama adalah Ekstrak pinang (E) yang terdiri dari 4 (empat) taraf yaitu tanpa ekstrak pinang (E0), 20 cc/l air ekstrak pinang (E1), 30 cc/l

air ekstrak pinang (E2) dan 40 cc/l air ekstrak pinang (E3). Faktor kedua adalah

Pemberian Keong mas yang terdiri dari 4 (empat) taraf yaitu tanpa keong mas (K0),

8 ekor keong mas/ 16 m2 (K1), 16 ekor keong mas/ 16 m2 (K2), 24 ekor keong mas/

16 m2(K3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pinang memberi pengaruh positif terhadap persentase tanaman terserang, mortalitas hama keong mas, jumlah anakan produktif, luas daun dan bobot kering tanaman. Namun tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, Laju Tumbuh Relatif, Laju Assimilasi Bersih dan produksi padi per plot. Pengendalian hama keong mas terbaik dijumpai pada pemberian ekstrak pinang sebanyak 40 cc/l air. Jumlah keong mas yang diberikan pada tanaman padi memberi pengaruh terhadap persentase tanaman terserang. sehingga menyebabkan jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, luas daun, bobot kering dan produksi tanaman per plot menurun. Perlakuan ekstrak pinang dan jumlah keong mas yang diberikan pada tanaman padi, tidak menunjukkan hubungan yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, luas daun, bobot kering tanaman, Laju Tumbuh Relatif (LTR) , Laju Assimilasi Bersih (LAB) dan produksi padi per plot.

).


(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus terpenuhi kecukupannya untuk menunjang kelangsungan hidup sebahagian besar penduduk Indonesia. Salah satu upaya untuk mempertahankan kecukupan pangan adalah melalui pengendalian faktor-faktor pembatas. Salah satu faktor pembatas yang penting adalah serangan hama penyakit.

Keong mas merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Di Daerah Istimewa Aceh misalnya, keong mas telah menjadi hama utama, terutama pada areal sawah beririgasi. Serangan dapat terjadi di persemaian sampai tanaman berumur dibawah 4 MST. Pada tanaman dewasa, gangguan keongmas hanya terjadi pada anakan sehingga jumlah anakan produktif menjadi berkurang.

Keong mas atau siput murbai (Pomacea canaliculata Lamarck: Gastropoda:Ampullariidae) merupakan siput air tawar yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1981 sebagai hewan hias. Sejak awal introduksi, ada dua pendapat yang bertentangan perihal keong mas dan membiakkannya sebagai komoditas ekspor, pihak lain mengkhawatirkan keong mas akan menjadi hama tanaman.

Pada tahun 1990 Menteri pertanian mengeluarkan peraturan larangan untuk mengembangbiakkan keong mas di sekitar lahan sawah. Berita di media massa tentang serangan keong mas pada pertanaman padi di lahan sawah muncul sejak


(21)

1995. Karena itu, pada tahun 1996 Menteri Pertanian mengeluarkan peraturan baru yang berisi instruksi kepada semua Gubernur untuk melarang pembiakan keong mas.

Sebagian dari keong mas yang lepas ke sawah berkembangbiak dengan cepat. Habitat sawah sesuai bagi perkembangan keong mas dan populasinya meningkat dalam waktu yang relatif cepat, sehingga cepat pula merusak tanaman padi. Oleh karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan peliharaan menjadi hama padi. Pada tingkat serangan yang berat, keong mas mampu merusak banyak rumpun tanaman padi, sehingga petani harus menyulam atau mananam ulang. Luas areal pertanaman padi yang dirusak keong mas pada tahun 2007 mencapai lebih dari 22.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).

Keong mas hidupnya sangat tergantung pada air dan umumnya berkembang pesat pada areal yang tergenang. Apabila lahan berada dalam kondisi tergenang, keong mas akan berkembang cepat dan bila lahan dalam keadaan kering, hama ini masih dapat hidup dengan beristirahat di dalam tanah. Keongmas mampu bertahan hidup dalam tanah sampai 6 bulan lamanya, dan jika mendapat pengairan ia akan berkembang biak kembali.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tahun 1995 pasal 3 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan melalui sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT); selanjutnya dalam pasal 19 dinyatakan bahwa penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan alternatif terakhir dan dampak yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, perlu dicari cara pengendalian yang efektif terhadap hama sasaran namun aman terhadap organisme bukan sasaran dan lingkungan. Salah satu golongan


(22)

pestisida yang memenuhi persyaratan tersebut adalah pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (pestisida nabati) (Martono dkk, 2004).

Beberapa bahan nabati pun bisa digunakan sebagai pestisida nabati atau moluskisida untuk keong mas. Saponin, rerak, pinang, tembakau dan daun sembung cukup efektif sebagai moluskisida nabati. Penggunaan bahan nabati dianjurkan dilakukan sebelum tanam, karena pada saat itu keong akan terganggu daya makannya, sehingga kurang merusak padi yang baru tanam.

Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daera bagian timur. Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang. Pelbagai nama daerah di antaranya adalah pineung pining

penang jambe bua, ua, wua, pua, fua, hua (aneka baha

sebagai Betel palm atau Betel nut tree, dan nama ilmiahnya adalah Areca catechu.

Biji pinang mengandunarecaine) dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat merangsang otak.

Perumusan Masalah

Keong emas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hewan eksotik, perkembangan populasinya sangat cepat, sehinga menjadi hama bagi budidaya tanaman padi.

Kerugian yang ditimbulkan oleh hama ini cukup besar. Tahun 1989 di Filipina misalnya, kerusakan tanaman padi mencapai 400.000 ha. Di Indonesia gangguan


(23)

hama keong emas juga cukup nyata. Untuk mengatasi perkembangan hama ini secara luas perlu dicari teknologi pengendalian yang tepat serta efektif, sehingga perkembangan keong emas dapat dikendalikan dan ditekan agar berada di bawah ambang ekonomi.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tahun 1995 pasal 3 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan melalui sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT); selanjutnya dalam pasal 19 dinyatakan bahwa penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan alternatif terakhir dan dampak yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, perlu dicari cara pengendalian yang efektif terhadap hama sasaran namun aman terhadap organisme bukan sasaran dan lingkungan. Salah satu golongan pestisida yang memenuhi persyaratan tersebut adalah pestisida yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (pestisida nabati).

Ekstrak tumbuhan merupakan pestisida nabati yang kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Untuk mengendalikan hama keong mas dapat digunakan ekstrak pinang, tetapi sampai saat ini belum didapatkan konsentrasi yang efektif untuk mengendalikan keong mas pada populasi tertentu.


(24)

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui daya rusak keong mas pada populasi tertentu, dengan pemberian ekstrak biji pinang.

2. Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak biji pinang yang efektif pada populasi keong mas tertentu.

Hipotesis Penelitian

1. Semakin banyak populasi keong mas, semakin tinggi tingkat kerusakan pada tanaman padi.

2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji pinang semakin tertekan populasi keong mas.

3. Interaksi ekstrak biji pinang dengan populasi keong mas berpengaruh terhadap kerusakan tanaman padi.

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan tentang cara mengendalikan hama keong mas dengan menggunakan ekstrak biji pinang.

Sebagai bahan untuk tesis yang menjadi syarat mengikuti ujian Magister Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah dan Penyebaran Keong Emas

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Sayangnya, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Proses perkembangan keong mas di beberapa Negara juga sama dengan di Indonesia. Di Jepang pada tahun 1982, hama keong mas merusak 17.000 ha tanaman di lahan sawah dan meningkat menjadi 151.000 ha pada tahun 1986 (Mochida, 1991 dalam Joshi, 2006). Filipina mendatangkan keong dari Taiwan untuk dipelihara sebagai sumber protein, ternyata kecepatan perkembangan hama ini melebihi permintaan. Karena tidak menguntungkan, banyak kolam yang ditelantarkan dan keong mas kemudian berkembang di sawah. Filipina merupakan negara yang tanaman padinya terluas diserang keong mas dan terus meningkat dari 300 ha pada tahun 1986 menjadi 326.000 ha pada tahun1998 kemudian meningkat lagi menjadi 800.000 ha pada tahun 1995 (Cagauan dan Joshi, 2004). Negara lain yang tanaman padinya terserang keong mas adalah Vietnam, Thailand, Sabah, Laos PDR, dan Kamboja. Di Hawai keong mas menyerang perkebunan tanaman talas (Joshi, 2006).

Keong mas semula didatangkan di Indonesia sebagai hewan hias, pembersih akuarium, penghasil protein hewani dan sebagai komoditas eksport karena harganya tinggi pada waktu itu. Namun karena kurangnya pengawasan maka banyak keong


(26)

mas yang lolos dari kolam tertutup melalui saluran pembuangan dan dapat menyesuaikan diri sehingga berhasil mengembangkan keturunannya di kolam-kolam terbuka atau tempat-tempat genangan air dan akhirnya sampai ke sawah (BPTPH-I, 1997).

Perkembangan dan penyebaran ini akan terus meningkat karena ditunjang oleh mobilitas keong mas yang tinggi, baik secara pasif dengan mengikuti aliran air irigasi dan sarana transportasi air maupun pergerakan aktif dari keong itu sendiri, sehingga menyebabkan semakin sulit pengendalian kepadatan populasi dan penyebaran keong mas.

Kini keong mas termasuk spesies asing yang berkembang dan paling merugikan. Kerugian yang disebabkan oleh keong mas bukan hanya turunnya hasil panen padi, tetapi juga bertambahnya biaya pengendalian. Tambahan biaya untuk menanam ulang atau menyulam akan mengurangi keuntungan petani.

Biologi dan Morfologi Keong Mas

Keong mas satu famili dengan keong lokal, yaitu keong gondang Pila

ampullaceae (Marwoto, 1997), famili Ampullariidae yang merupakan siput air tawar.

Siput ini berbentuk bundar atau setengah bundar. Rumah siput berujung pada menara pendek dengan 4-5 putaran kanal yang dangkal. Pada mulut rumah siput terdapat penutup mulut yang disebut operculum yang kaku. Keluarga siput Ampullaridae berukuran besar, rumah siput bias mencapai 100 mm.

Keong mas sebagai fauna pendatang mudah dibedakan dari keong gondang, baik dari bentuk maupun ukuran rumah siput dan warna kelompok telur. Persamaan


(27)

antara keong gondang dengan keong mas adalah pada bentuk rumah siput dan kelompok telur. Kelompok telur keong mas berwarna merah muda yang diletakkan diatas permukaan air, sedangkan kelompok telur keong gondang berwarna putih yang diletakkan di bibir permukaan air. Telur keong gondang lebih besar dari keong mas, tetapi jumlah telur untuk tiap kelompok sedikit. Satu kelompok telur keong gondang hanya terdiri atas 15-35 butir (Djayasasmita, 1987).

Marwoto (1997) melaporkan tiga spesies Pomaceae di Indonesia, yaitu

Pomaceae canaliculata, P. insularum, dan P. paludosa. Menurut Cowie et al (2007).

Pomacae canaliculata Lamarck sama dengan P. insularum. Penamaan yang berbeda

dari spesies yang sama terebut karena P. canaliculata banyak ditemukan pada lahan yang tergenang, sedangkan P. insularum banyak ditemukan pada air dengan arus yang mengalir. Berdasarkan contoh keong mas yang diambil dari beberapa negara di Asia Tenggara, keong mas termasuk P. canaliculata Lamarck berasal dari beberapa daerah di Amerika Selatan, termasuk Argentina (Cowie et al., 2006). P. paludosa di Amerika Serikat diperdagangkan sebagai hiasan aquarium. Di Indonesia, P. paludosa

yang ada saat ini bisa saja didatangkan untuk keperluan hiasan aquarium.

Determinasi untuk menentukan spesies dari famili Ampullariidae berdasarkan pada mulut keong (aperture), bentuk rumah siput, umbilicus, kerutan dari menara rumah siput dan tutup keong (operculum). Ukuran rumah siput, dan kelenturan operculum (Anonim, 2006).


(28)

Keong mas termasuk Filum : Molluska Kelas : Gastropoda Ordo : Mesogastropoda Famili : Ampullaridae Genus : Pomacea

Spesies : Pomacea canaliculata Lamarck

P. canaliculata Lamarck secara morfologi ditandai oleh karakteristik sebagai

berikut: rumah siput bundar dan menara pendek; rumah siput besar, tebal, lima sampai enam putaran didekat menara dengan kanal yang dalam, mulut besar dengan bentuk bulat sampai oval, operculum tebal rapat menutup mulut, berwarna cokelat sampai kuning muda, bergantung pada tempat berkembangnya, dagingnya lunak berwarna putih krem atau merah jambu keemasan atau kuning orange. Operculum betina cekung dan tepi mulut rumah siput melengkung kedalam, sebaliknya operculum jantan cembung dan tepi mulut rumah siput melengkung keluar.

Siklus Hidup

Siklus hidup keong mas bergantung pada temperatur, hujan, atau ketersediaan air dan makanan. Pada lingkungan dengan temperatur yang tinggi dan makanan yang cukup, siklus hidup pendek, sekitar tiga bulan, dan bereproduksi sepanjang tahun. Jika makanan kurang, siklus hidupnya panjang dan hanya bereproduksi pada musim semi atau awal musim panas (Estebenet dan Cazzaniga, 1992). Di daerah subtropis (Buenos Aires), keong aktif dan bereproduksi dari awal musim semi (Oktober)


(29)

sampai akhir musim panas (Maret atau April). Selanjutnya keong mengubur diri dalam tanah yang lembab, dan aktif lagi pada saat temperatur air naik pada musim semi (Estebenet dan Cazzaniga, 1992). Di daerah tropis, keong aktif dan bertelur sepanjang tahun (Hylton Scott, 1958 dalam Cazzaniga, 2006). Keong yang berukuran 2,5 cm sudah mulai bertelur. Kalau makanan cukup dan lingkungan mendukung, setelah satu sampai dua kali bertelur, ukuran keong bertambah besar.

Keong mas dan juga famili Ampullaridae yang lain bersifat amfibi, karena mempunyai insang dan paru-paru. Paru-paru tertutup jika sedang tenggelam dan terbuka setelah keluar dari air. Keong mas juga mempunyai sifon pernafasan untuk bergerak sambil mengambang. Semua kelebihan tersebut berguna untuk mekanisme survival. Pada musim kemarau keong berdiapause pada lapisan tanah yang masih lembab, dan muncul kembali jika lahan digenangi air. Jika hidup pada tanah kering, keong mas akan ganti bernafas dari aerobik menjadi anaerobik. Indera yang paling aktif adalah penciuman yang bisa mendeteksi makanan dari lawan jenis.

Keong mas sanggup hidup 2-6 tahun dengan keperidian yang tinggi. Telur diletakkan dalam kelompok pada tumbuhan, pematang, ranting, dan lain-lain, beberapa cm di atas permukaan air. Pada umumnya telur berwarna merah muda, dengan diameter telur berkisar antara 2,2-3,5 mm, tergantung pada lingkungan. Telur diletakkan berkelompok sehingga menyerupai buah murbei. Warna kelompok telur berubah menjadi agak muda menjelang menetas. Pada temperatur 32-36ºC dengan kelembaban 80-90% pada pk. 8.00 dan pada temperatur 42-44ºC dengan kelembaban 76-80% pada pk. 14.00 di rumah kasa BB Padi Sukamandi, tiap kelompok telur keong mas berisi 235 hingga 860 butir dengan rata-rata 485±180 butir. Daya tetas


(30)

berkisar antara 61-75%. Telur menetas setelah 8-14 hari . Pada temperatur 23-32ºC, dalam sebulan seekor keong mas dapat bertelur 15 kelompok yang terdiri atas 300 sampai 1.000 butir tiap kelompok (Hatimah dan Ismail, 1989). Ukuran keong yang baru menetas 2,2-3,5 mm dan menjadi dewasa dalam 60 hari atau lebih, bergantung pada lingkungan. Mortalitas keong sangat rendah, dalam stadia juvenile selama 30 hari survival dari juvenile yang berdiameter 0,5 cm antara 95 sampai 100% (Kurniawati dkk, 2007).

Habitat, penyebaran dan daya rusak

Keong mas pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, didaerah tropik dan subtropik dengan temperatur terendah 10˚C (Anonim, 2006). Hewan ini mempunyai insang dan organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan untuk adaptasi di dalam air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh yang penting untuk hidup pada kondisi yang berat. Gabungan antara operculum dengan paru-paru merupakan daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air berkurang dan tanah atau lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke dalam tanah, sehingga metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi paru-paru bukan hanya untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan. Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang berat, seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen.

Introduksi keong mas dari habitat aslinya di Amerika Selatan ke beberapa negara untuk berbagai keperluan menyebar dengan cepat. Habitat yang kondusif bagi keong mas di daerah yang baru mmenyebabkan populasi meningkat dan menjadi


(31)

hama baru bagi tanaman padi. Keong mas salah satu dari 100 spesies biota di tempat hidup yang baru dan paling merugikan (Joshi, 2005). Invasi keong mas berkaitan dengan daya reproduksi yang tinggi, kemampuan beradaptasi yang cepat dengan lingkungan, dan rakus makan pada kondisi tanaman inang yang beragam, sehingga dapat mengalahkan perkembangan siput atau keong lokal.

Keong mas yang ada di Indonesia berasal dari Argentina . Pada tahun 1980-an keong mas menyebar dengan cepat beberapa negara di Asia, atas campur tangan manusia. Secara biologi mustahil keong mas dapat menyeberang dari Amerika selatan ke Asia . Awal introkduksi ke negara-negara di Asia, keong mas digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Di Filipina, misalnya, Keong mas digunakan sebagai bahan makanan, sementara di Indonesia dijadikan sebagai hewan hias pada aquarium.

Sampai tahun 1987, di Indonesia masih ada keinginan untuk mengembangbiakkan keong mas sebagai komoditas ekspor. Semula hewan ini dianggap tidak merugikan. Kemudian muncul polemik tentang kemungkinan keong mas berkembang menjadi hama tanaman. Kenyataannya keong mas telah menyebar luas di Sumatera (bengkulu, Jambi, Lampung, Pariaman, Riau), Papua (Biak dan Wamena), Sulawesi (Bone, Makasar Manado, Maros, Palu dan Pangkep), Kalimantan (Balikpapan dan Samarinda), Buton, Jawa, Bali, dan Lombok (Hendarsih et al.,

2006). Di Jawa Barat sampai tahun 1992 tidak ditemukan keong mas di sawah dan hanya dipelihara di kolam. Sejak tahun 1996, hama ini ditemukan menyerang tanaman padi pada lahan di 12 kabupten dan pada tahun 1999 berkembang menjadi 16 kabupaten (Hendarsih, 2002). Luas areal pertanaman padi sawah yang terserang keong mas baru tercatat secara resmi pada tahun 1997, yaitu 3.630 ha. Pada tahun


(32)

2003 luas serangan keong mas mencapai lebih dari 13.000 ha dan meningkat menjadi 22.000 ha pada tahun 2007 (Tabel 1).

Tabel 1. Data Luas Serangan Keong Mas di Indonesia Tahun 2003-2007 (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008)

Tahun Luas serangan keong mas (ha) Terkena Puso Total

2003 13.227 19 13.246

2004 16.737 46 16.783

2005 14.711 68 14.779

2006 15.840 52 15.892

2007 22.110 77 22.187

Rata-rata 1997 – 2006 11.361 69 11.380

Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008.

Penyebaran invasi keong mas tidak merata antar lokasi, serangan yang selalu luas (lebih dari 500 ha) terjadi di Nangroe Acah Darussalam, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara, sedangkan di Kalimantan Tengah dan Maluku tidak ada laporan (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).

Mulut keong mas berada diantara tentakel bibir dan memiliki radula, yaitu lidah yang dilengkapi dengan beberapa baris duri yang tiap baris terdiri atas tujuh duri. Radula memarut jaringan tanaman pada perbatasan permukaan air, sehingga tanaman patah dan kemudian dimakan. Keong mas merupakan hewan nokturnal yang sangat rakus, terutama pada malam hari dan makan hampir semua tumbuhan dalam air yang masih lunak. Keong mas makan berbagai tumbuhan seperti ganggang, azola, eceng gondok, padi, dan tumbuhan sukulen lainnya. Jika makanan dalam air tidak ada atau tidak cukup, keong mas naik kedaratan untuk mencari makanan.


(33)

Tanaman padi rentan terhadap serangan keong mas sampai 15 hari setelah tanam untuk padi tanam pindah dan 30 hari setelah tebar untuk padi sebar langsung. Tingkat kerusakan tanaman padi sangat bergantung pada populasi ukuran keong, dan umur tanaman. Tiga ekor keong mas per m2

Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida hayati tumbuhan. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai ditanah (biodegradable) dan tidak membahayakan hewan, manusia atau serangga non sasaran (Dishut, 2009).

tanaman padi sudah mengurangi hasil secara nyata. Pada padi varietas Ciherang yang berumur 15 hari setelah tebar, keberadaan keong mas dengan tutup cangkang berdiameter 0,5 cm selama selama 13 hari hampir tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman. Keong mas dengan diameter 1,0 cm menyebabkan sedikit kerusakan, sedangkan yang berdiameter 1,5 ; 2,0 dan 2,5 cm sudah menyebabkan kerusakan berat pada tanaman sejak hari pertama dan pada hari ketiga kerusakan tanman sudah mencapai lebih dari 97% (Hendarsih dan Kurniawati, 2005). Keong mas berukuran panjang 4 cm lebih ganas, dapat merusak tanaman padi yang ditanam pindah maupun tebar langsung.

Pestisida nabati merupakan salah satu sarana pengendalian hama alternatif yang layak dikembangkan, karena senyawa pestisida dari tumbuhan tersebut mudah


(34)

terurai dilingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran (Martono, dkk, 2004).

Pestisida botani adalah produk alam berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi berpengaruh terhadap system saraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penolak, penarik, “anti makan” dan system pernafasan OPT. Senyawa bioaktif ini dapat dimanfaatkan seperti layaknya sintetik, perbedaannya bahan aktif pestisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran) (Hidayat, 2001).

Beberapa jenis tanaman dapat bertindak sebagai moluskisida nabati untuk mengendalikan keong mas (Nizmah, 1999). Pinang, tembakau dan daun sembung juga efektif mengendalikan keong mas (anonym, 2006).

Tanaman Pinang

Tanaman Pinang (Areca catechu L.) umumnya ditanam di pekarangan, sebagai tanaman pembatas tanah (pagar) dan dibudidayakan sebagai tanaman sela, bahkan kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain. Tanaman pinang dapat ditemukan dari 1 - 1.400 m dpl (Anonimus, 2009).

Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10 - 30 m, diameter 15 - 20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip tumbuh


(35)

berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1 - 1,8 m, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi.

Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu.

Komposisi Buah Pinang

Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti Arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Selain itu juga mengandung red tanin 15%, lemak 14% (palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic,

lauric, myristic acid), kanji dan resin. Biji segar mengandung kira-kira 50% lebih

banyak alkaloid, dibandingkan biji yang telah diproses. Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang and Lee, 1996).

Spesifikasi simplisia tepung etanol biji pinang adalah; dalam bentuk pewarnaan Tepung etanol biji pinang dominan berwarna coklat kemerahan, rasa pahit, kental, mengandung kaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, kadar abu kadar air, dan antrakinon (Anonimus, 2009). Saponin yang terdapat pada tanaman


(36)

pinang tersebar di semua bagian tanaman dari akar batang daun bunga dan buah, tapi bagian tanaman pinang yang terbanyak mengandung zat saponin terdapat pada buah pinang (Wikipedia, 2009).

Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan (Wikipedia, 2009).

Sifat-sifat Saponin adalah: 1. Mempunyai rasa pahit, 2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil, 3. Menghemolisa eritrosit (pembekuan sel darah merah), 4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi, 5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid lainnya, 6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi, 7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati. Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).


(37)

METODE PENELITIAN

Uji Pendahuluan

Tempat dan Waktu Penelitian

Uji Pendahuluan dilaksanakan di Rumah Kasa yang terdapat pada Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Dan Agens Hayati Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang yang dilaksanakan pada bulan Desember 2010.

Sebelum melakukan penelitian di lapangan (lahan sawah) terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan, sehingga akan didapat konsentrasi ekstrak pinang yang akan digunakan sebagai dasar penelitian di tanah sawah.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keong mas, tanah sawah, ekstrak pinang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul, ember plastik, meteran, jangka sorong, kain kasa gelas ukur, blender,dan timbangan analitik.

Rancangan Penelitian

Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 (dua) faktor dan 3 (tiga) ulangan.

Faktor pertama berupa Ekstrak Pinang yang terdiri dari 4 taraf yaitu: P0

P

= 0 cc/l

1

P

= 10 cc/l

2

P

= 20 cc/l


(38)

Faktor kedua adalah Ukuran Keong Mas yang terdiri dari 3 taraf yaitu; M1

M

= 1,0 cm

2

M

= 1.5 cm

3= 2,0 cm

Sehingga didapat kombinasi perlakuan:

P0 M1 P1 M1 P2 M1 P3 M

P

1

0 M2 P1 M2 P2 M2 P3 M

P

2

0 M3 P1 M3 P2 M3 P3 M3

- Jumlah ulangan : 3 - Jumlah plot/ember : 36

- Diameter ember : 50 cm - Jarak antar blok : 60 cm - Jarak antar plot : 15 cm - Jumlah keong mas/plot : 100 ekor - Jumlah keong mas seluruhnya : 3600 ekor

Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan RAL Faktorial yaitu:

Yijk = μ + pi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Yijk = Nilai pengamatan pada blok ke-i, perlakuan ekstrak pinang pada taraf ke-j dan perlakuan keong mas pada taraf ke-k

μ = Nilai tengah


(39)

αj = Pengaruh perlakuan ekstrak pinang pada taraf ke-j

βk = Pengaruh perlakuan keong mas pada taraf ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi perlakuan ekstrak pinang pada taraf ke-j dan keong mas pada taraf ke-k

εijk = Galat percobaan pada blok ke-i, perlakuan ekstrak pinang pada taraf ke-j dan perlakuan keong mas pada taraf ke-k.

Bila data yang diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan pada taraf 5% (Gomez and Gomez, 1995).

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Ekstrak Biji Pinang

Biji pinang yang digunakan adalah biji pinang yang masih segar berwarna hijau tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda. Biji pinang yang terkumpul kemudian dibelah lalu dikeluarkan daging buahnya dan ditimbang sebanyak 1 kg. Setelah itu dihaluskan dengan cara di belender dan ditambahkan air sebanyak 1 liter. Kemudian disaring dengan kain kasa dan diperas, setelah itu didiamkan selama 24 jam.

Cara Aplikasi

Aplikasi ekstrak pinang dilakukan sesuai perlakuan, yaitu dengan menyemprotkan secara merata pada permukaan air dalam ember (ember diisi tanah sawah sitinggi 5 cm dan air setinggi 2,5 cm). Kemudian masukkan keong mas sesuai perlakuan. Kemudian ember ditutup dengan kain kasa dan ditutup tali karet supaya keong mas tidak bisa keluar.


(40)

Parameter Yang Diamati

Persentase Mortalitas Hama Keong Emas

Pengamatan persentase kematian hama dilakukan setiap hari setelah aplikasi, dan dihentikan apabila kematian hama telah ada yang mencapai 95 %.

Untuk menghitung persentase mortalitas hama keong emas dihitung dengan menggunakan rumus persentase:

a

M = x 100% b

Keterangan :

M = Persentase mortalitas

a = Jumlah hama yang mati akibat pestisida b = Jumlah hama yang diuji

Penelitian di Lapangan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di UPT. Balai Benih Induk Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ± 20 m dpl, selama 4 bulan dari bulan Januari 2011 – April 2011.


(41)

Bahan dan Alat Bahan

Varietas yang digunakan varietas Cigeulis (sumber dari BBI Murni), keong mas dewasa dengan ukuran 1,5 cm, ekstrak pinang, dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat

Alat yang digunakan antara lain: meteran, timbangan, leaf area meter, hand sprayer, cangkul, tali plastik, seng, kayu plat, pisau dan alat tulis.

Rancangan Penelitian

Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 (dua) faktor dan 3 ulangan.

Faktor pertama berupa Ekstrak pinang (E) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: E0

E

= 0 cc/l air

1

E

= 20 cc/l air

2

E

= 30 cc/l air

3 = 40 cc/l air

Faktor kedua adalah Keong mas (K) dengan ukuran 1,5 cm yang terdiri dari 4 taraf yaitu:

K0= 0 ekor/16m

K

2

1= 8 ekor/16m

K

2

2= 16 ekor/16m

K

2


(42)

Sehingga didapat kombinasi perlakuan:

E0 K0 E1 K0 E2 K0 E3 K

E

0

0 K1 E1 K1 E2 K1 E3 K

E

1

0 K2 E1 K2 E2 K2 E3 K

E

2

0 K3 E1 K3 E2 K3 E3 K

- Jumlah ulangan : 3

3

- Jumlah plot : 48

- Luas plot : 400 cm x 400 cm - Jarak tanam : 20 x 20

- Jarak antar blok : 100 cm - Jarak antar plot : 50 cm

- Jumlah tanaman/plot : 400 tanaman/plot - Jumlah tanaman sample : 15 tanaman - Jumlah tanaman seluruhnya : 19.200 tanaman

Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan RAK Faktorial yaitu:

Yijk = μ + pi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Bila data yang diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan pada taraf 5% (Gomez and Gomez, 1995).


(43)

Pelaksanaan Penelitian Pemilihan Benih

Benih padi yang akan dipilih direndam dengan air yang bertujuan untuk memisahkan benih yang ringan dengan yang bernas. Benih bernas akan tenggelam sedang benih yang ringan akan terapung. Perendaman benih dilakukan selama 24 jam.

Persiapan Areal Persemaian

Areal yang akan dijadikan persemaian dibersihkan dari rumput dan sisa jerami. Tanah dicangkul sehingga mendapatkan struktur tanah yang gembur dan baik untuk pertumbuhan benih.

Penyemaian Benih

Persemaian dilakukan dilahan untuk membantu tanaman beradaptasi pada masa perkecambahan dan pertumbuhan awal. Pemindahan bibit ke areal penelitian pada umur 12 hari di persemaian.

Persiapan Areal Penanaman

Seminggu sebelum mengolah tanah, dilakukan penggenangan air secukupnya untuk dapat melunakkan tanah. Areal digemburkan dengan cara membajak dan mencangkul masing-masing satu kali sampai terbentuk struktur lumpur, selanjutnya disisir untuk mendapatkan permukaan tanah yang baik. Areal juga dibersihkan dari keong mas, dengan cara manual yaitu mengambil dengan tangan satu persatu.


(44)

Pembuatan Plot Percobaan

Plot dibuat dengan ukuran 400 x 400 cm dengan jarak antar plot dibuat dengan ukuran 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm. Setiap plot dikelilingi plastik putih dengan ketinggian 25 cm agar keong tidak dapat keluar. Jarak tanam yang digunakan 20 x 20 cm. Untuk pengaturan pengairan dibuat pintu air agar ketinggian atau kondisi air tetap terjaga (ketinggian air 5 cm).

Pemberian Pupuk

Pupuk anorganik diberikan sebagai pupuk dasar dengan dosis anjuran Urea : 200kg/ha, SP36 : 200 kg/ha dan KCL : 150 kg/ha.

Penanaman Bibit

Penanaman bibit dilakukan pada saat umur persemaian benih telah mencapai 15 hari. Pencabutan dilakukan dengan sangat hati-hati sehingga tidak merusak akar. Bibit yang dicabut dari persemaian langsung di tanam ke petak percobaan sebanyak 2 tanaman. Kemudian petak-petak percobaan disemprot dengan ekstrak biji pinang sesuai perlakuan, dengan interval waktu 3 hari sekali selama 21 hari (7 kali).

Investasi Keong Mas

Investasi keong mas dengan ukuran 1,5 cm dilakukan pada saat tanam, jumlah keong mas sesuai dengan taraf perlakuan (kontrol, 8 ekor/16m2, 16 ekor/16m2, 24 ekor/16m2).


(45)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Jika terjadi serangan maka dilakukan penyemprotan dengan pestisida organik pestona dengan dosis 2 cc/l air dan interval penyemprotan 2 minggu sekali. Ini diberikan setelah perlakuan ekstrak pinang telah selesai masa pemberiannya yaitu 4 MST.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada saat 95% bulir sudah menguning (33-36 hari) setelah pembungaan, dengan bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.

Parameter yang diamati

1. Persentase Tanaman terserang (%)

Persentase tanaman yang terserang yang dihitung adalah jumlah rumpun tanaman yang terserang dibagi jumlah populasi tanaman perplot x 100 %, dan pengamatannya dilakukan dari mulai satu hari setelah tanam sampai dengan umur 21 hari setelah tanam.

2. Mortalitas Hama Keong Emas

Jumlah keong mas yang mati di hitung sebelum penyemprotan berikutnya atau 3 hari sekali.

3. Jumlah Anakan /Rumpun

Jumlah anakan dihitung mulai tanaman berumur 2, 4, 6 dan 8 MST. Dihitung pada setiap rumpun tanaman sampel.


(46)

4. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif dihitung pada setiap anakan yang mempunyai malai untuk tanaman sampel dalam setiap plot dihitung setelah panen.

5. Luas Daun (cm2

Luas daun dihitung dengan menggunakan leaf area meter pada 5 sampel destruktif umur 2, 4, 6 dan 8 MST.

)

6. Bobot Kering Jerami (g)

Sebanyak 5 tanaman sampel destruktif dicabut sampai akarnya pada umur 2, 4, 6 dan, 8 MST (Minggu Setelah Tanam), kemudian dibersihkan, dikeringovenkan pada suhu 65 º C hingga bobotnya konstan, selanjutnya tanaman ditimbang.

7. Laju Tumbuh Relative (LTR)

Relative Growth Rate (RGR) atau Laju Tumbuh Relative (LTR) ditentukan dengan rumus :

W1 = Bobot kering tanaman pada waktu t1.

W2 = Bobot kering tanaman pada waktu t2.

T = Waktu (minggu).

Pengukuran LTR dilakukan pada 5 tanaman sampel destruktif umur 2, 4, 6, dan 8 MST.


(47)

8. Laju Assimilasi Bersih (g.cm-2. minggu -1

Net Assimilation Rate (NAR) atau Laju Assimilasi Bersih (LAB) dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus :

)

Dimana :

W1 = Bobot kering pada waktu t1.

W2 = Bobot kering pada waktu t2.

A1 = Luas daun pada waktu t1.

A2 = Luas daun pada waktu t2.

Pengukuran LAB dilakukan pada 5 tanaman sampel destruktif pada umur 2, 4, 6, dan 8 MST.

9. Produksi/plot ( kg)

Produksi per plot dihitung pada saat panen dengan menimbang produksi per rumpun tanaman sampel x populasi tanaman per plot.


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Kematian Keong Mas di Laboratorium

Penelitian di laboratorium bertujuan untuk mengamati persentase kematian keong mas akibat pemberian dari ekstrak pinang. Hasil penelitian dari persentase kematian keong yang diamati di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Kematian Keong Mas (%) pada Penelitian di Laboratorium Pengamatan I sampai dengan III

Pengamatan I

Ukuran Keong (cm)

Ekstrak Pinang (cc/l air) Rataan E0 (0) E1 (10) E2 (20) E3 (30)

M1 (1,0) 0.00 20.00 35.67 48.67 26.08

M2 (1,5) 0.00 22.67 35.00 46.67 26.08

M3 (2,0) 0.00 20.33 31.33 46.67 24.58

Rataan 0.00 dD 21.00 cC 34.00 bB 47.33 aA 25.58

Pengamatan II

M1 (1,0) 0.00 53.00 74.33 81.00 52.08

M2 (1,5) 0.00 51.67 61.33 77.00 47.50

M3 (2,0) 0.00 44.00 59.00 80.00 45.75

Rataan 0.00 dD 49.56 cC 64.89 bB 79.33 aA 48.44

Pengamatan III

M1 (1,0) 0.00 82.67 89.00 98.67 67.58

M2 (1,5) 0.00 81.00 86.67 100.00 66.92

M3 (2,0) 0.00 79.67 89.67 100.00 67.33

Rataan 0.00 bB 81.11 aA 88.44 aA 99.56 aA 67.28 Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak

berbeda nyata menutut uji jarak berganda duncan (DMRT) pada taraf 5% dan 1% (huruf kapital)

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pinang berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian hama keong mas pada setiap pengamatan. Sedangkan ukuran keong mas yang diamati tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap kemampuannya untuk bertahan hidup akibat pemberian ekstrak pinang.


(49)

Terdapat perbedaan yang nyata antara setiap perlakuan ekstrak pinang pada pengamatan I dan II. Sedangkan pada pengamatan III, E1, E2 dan E3

Grafik akibat dari pemberian ekstrak pinang terhadap % kematian hama keong mas dapat dilihat pada Gambar 1 a, 1 b dan 1 c di bawah ini.

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Ini menunjukkan bahwa waktu juga mempengaruhi kematian hama keong akibat aplikasi ekstrak pinang. Dan kematian 100% baru dijumpai pada pengamatan III.

Gambar 1a. Hubungan antara Pemberian Ekstrak Pinang dengan Persentase Kematian Hama Keong Mas pada Pengamatan I

Dari Gambar 1a di atas dapat dilihat bahwa bentuk kurva respon hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian keong mas adalah kuadratik, dengan persamaan Ŷ= 0,0192x2 + 2,125x – 0,4267. Besarnya koefisien korelasi R2 = 0,9972 berarti bahwa 99% kematian keong mas dipengaruhi oleh pemberian ekstrak pinang.

Grafik Persentase Kematian Keong Pengamatan I

y = -0.0192x2 + 2.125x + 0.4167

R2 = 0.9972

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

0 10 20 30 40

Ekstrak Pinang (cc)

P

er

sen

tas

e K

em

at

ian


(50)

Gambar 1b. Hubungan antara Pemberian Ekstrak Pinang dengan Persentase Kematian Hama Keong Mas pada Pengamatan II

Dari Gambar 1b di atas dapat dilihat bahwa bentuk kurva respon hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian keong mas adalah kuadratik, dengan persamaan Ŷ = 0,0878x2 + 5,1667x + 1,6667. Besarnya koefisien korelasi R2

Persentase Kematian Keong Pengamatan III

y = -0.175x2 + 8.31x + 3.8778 R2 = 0.9516 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

0 5 10 15 20 25 30 35

Ekstrak Pinang (cc)

P e rs e nt a s e K e m a ti a n K e ong

= 0,9844 berarti bahwa 98% kematian keong mas dipengaruhi oleh pemberian ekstrak pinang.

Gambar 1c. Hubungan antara Pemberian Ekstrak Pinang dengan Persentase Kematian Hama Keong Mas pada Pengamatan III

Persentase kematian Keong Pengamatan II

y = -0.0878x2 + 5.1667x + 1.6667 R2 = 0.9844

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

0 5 10 15 20 25 30 35

Ekstrak Pinang (cc)

P e r s e nt a s e K e m a ti a n ( % ) Ŷ Ŷ


(51)

Dari Gambar 1c di atas dapat dilihat bahwa bentuk kurva respon hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan persentase kematian keong mas adalah kuadratik, dengan persamaan Ŷ= 0,175x2 + 8,31x + 3,8778. Besarnya koefisien korelasi R2

Pengamatan I, II dan III menunjukkan bahwa persentase kematian keong mas rata-rata lebih dari 90% disebabkan oleh ekstrak pinang.

= 0,9516 berarti bahwa 95% kematian keong mas dipengaruhi oleh pemberian ekstrak pinang.

Hasil Penelitian di Lapangan

1. Persentase Tanaman Terserang (%)

Data pengamatan persentase tanaman terserang mulai dari pengamatan I sampai dengan pengamatan VI dan sidik ragam pengamatan I sampai dengan VI dapat dilihat pada lampiran 10-21. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter % tamanan terserang pada pengamatan II-VI dan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan I. Perlakuan pemberian keong berpengaruh nyata terhadap % tanaman terserang pada pengamatan I-VI. Sedangkan interaksi antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh nyata pada pengamatan II-VI dan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan I.

Persentase tanaman terserang pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan pemberian keong mas serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 3.


(52)

Tabel 3. Persentase Tanaman Terserang (%) pada Perlakuan Aplikasi Ekstrak Pinang dan Pemberian Keong Mas

Perlakuan Pengamatan I (3 HST) II (6 HST) III (9 HST) IV (12 HST) V (15 HST) VI (18 HST) VII (21 HST) Ekstrak Pinang

(cc/l air) ……..%...

E0 (0) 0.85 4.42 a 15.17 a 27.69 a 29.19 a 28.79 a *

E1 (20) 0.54 3.46 b 8.90 b 12.54 b 10.67 b * *

E2 (30) 0.65 1.79 c 2.71 c 3.83 c 0.52 c * *

E3 (40) 0.77 1.79 c 2.35 c * * * *

Keong Mas

(ekor/16 m2) ……..%...

K0 (0) 0.00 c 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00 d 0.00

K1 (8) 0.63 b 2.54 c 5.65 c 8.31 c 7.79 c 4.54 c *

K2 (16) 1.02 a 4.10 b 10.31 b 14.65 b 13.48 b 10.44 b *

K3 (24) 1.17 a 4.81 a 13.17 a 21.10 a 19.10 a 13.81 a *

Interaksi ……..%...

E0K0 0.00 0.00 f 0.00 h 0.00 g 0.00 f 0.00 d 0.00

E0K1 0.58 3.33 cd 13.33 d 22.33 c 23.33 c 18.17 c *

E0K2 1.17 6.25 b 19.33 b 37.83 b 40.08 b 41.75 b *

E0K3 1.67 8.08 a 28.00 a 50.58 a 53.33 a 55.25 a *

E1K0 0.00 0.00 f 0.00 h 0.00 g 0.00 f 0.00 d 0.00

E1K1 0.58 2.92 d 7.58 e 10.92 e 7.83 de * *

E1K2 0.83 4.58 c 12.33 d 17.00 cd 11.75 d * *

E1K3 0.75 6.33 b 15.67 c 22.25 c 23.08 c * *

E2K0 0.00 0.00 f 0.00 h 0.00 g 0.00 f 0.00 d 0.00

E2K1 0.67 1.42 e 1.67 g 0.00 g 0.00 f * *

E2K2 1.00 3.08 d 4.33 f 3.75 f 2.08 e * *

E2K3 0.92 2.67 d 4.83 f 11.58 de * * *

E3K0 0.00 0.00 f 0.00 h 0.00 g 0.00 f 0.00 d 0.00

E3K1 0.67 2.50 de * * * * *

E3K2 1.08 2.50 de 5.25 f * * * *

E3K3 1.33 2.17 de 4.17 f * * * *

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. *= mortalitas hama keong mas telah mencapai 100% sehingga tidak ada lagi serangan.


(53)

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada perlakuan ekstrak pinang dapat menurunkan persentase tanaman terserang sejalan dengan meningkatnya konsentrasi. Pada pengamatan II dan III menunjukkan bahwa perlakuan E2 dan E3 tidak berbeda

nyata sedangkan pada pengamatan V terjadi perbedaan yang nyata antara perlakuan E2 dan E3. Pada perlakuan pemberian keong mas menunjukkan bahwa semakin

banyak keong mas yang diaplikasikan maka % serangan semakin meningkat. Tabel 3. Menunjukkan bahwa % serangan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan K3 mulai dari

mengamatan I-IV. Pada perlakuan interaksi % serangan tertinggi terjadi pada perlakuan K3 dan tanpa adanya pengaplikasian ekstrak pinang (E0K3

2. Mortalitas Hama Keong Mas (%)

).

Data pengamatan dan sidik ragam mortalitas hama keong mas mulai dari pengamatan I sampai dengan pengamatan V dapat dilihat pada lampiran 22-36. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter mortalitas hama keong mas pada pengamatan II-V dan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan I. Mortalitas hama keong mas pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Mortalitas Hama Keong Mas (%) pada Perlakuan Aplikasi Ekstrak Pinang . Perlakuan Pengamatan

I (3HST) II (6 HST) III (9 HST) IV (12 HST) V (15 HST) Ekstrak Pinang

(cc/l air) ……..%...

E0 (0) 0,00 b 0,00 c 0,00 d 0,00 c 0,00 b

E1 (20) 18,05 a 51,03 b 61,28 c 68,22 b 75,00 a

E2 (30) 19,26 a 53,65 b 69,08 b 72,92 a 75,00 a

E3 (40) 22,05 a 61,81 a 75,00 a 75,00 a 75,00 a

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%


(54)

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada perlakuan ekstrak pinang dapat meningkatkan mortalitas hama keong mas. Hal ini terlihat pada pengamatan I-V dan sangat terlihat jelas pada pengamatan V. Pada pengamatan V pada perlakuan terlihat bahwa dengan pemberian ekstrak pinang pada konsentrasi 20. 30 dan 40 dapat mematikan hama keong mas sampai 100%. Tabel 4 juga menunjukkan bahwa kematian hama keong mas 100% terjadi pada pengamatan III pada konsentrasi ekstrak pinang 40 cc/l air. Sedangkan pada E2 (30 cc/l air) hanya mampu mematikan

hama keong mas 100 % pada populasi hama K1. Dan pada konsentrasi E1

Diagram hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan populasi hama keong mas pada setiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.

(20 cc/l air), kematian 100 % baru terjadi pada pengamatan V.

Gambar 2. Hubungan antara Pemberian Ekstrak Pinang dengan Populasi Hama Keong Mas pada Setiap Pengamatan

Dari Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa pada pengamatan V pada interaksi terlihat bahwa dengan pemberian ekstrak pinang pada konsentrasi 20, 30 dan 40 dapat


(55)

mematikan keong mas sampai 100%. Artinya makin tinggi konsentrasi yang diberikan, makin tinggi persentase mortalitas keong mas. Dan dengan konsentrasi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengendalikan keong mas.

3. Jumlah Anakan/Rumpun (Batang)

Data pengamatan jumlah anakan/rumpun pada pengamatan 2 sampai dengan pengamatan 8 MST dan sidik ragam pengamatan 2 sampai dengan 8 MST dapat dilihat pada lampiran 37-44. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan/rumpun pada pengamatan 2-8 MST. Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan/rumpun pada setiap pengamatan. Sedangkan interaksi antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 2-8 MST.

Jumlah anakan/rumpun pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan pemberian keong mas serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan bahwa hama keong mas telah menurunkan jumlah anakan pada pengamatan 2-8 MST. Dari Tabel 5 terlihat bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan yang tanpa diberikan keong mas (K0) yang berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya. Jumlah anakan tertinggi pada perlakuan interaksi terdapat pada perlakuan E2K0 yaitu sebanyak 25.64 anakan dan yang terendah


(56)

Tabel 5. Jumlah Anakan/Rumpun (batang) pada Perlakuan Ekstrak Pinang dan Keong Mas

Perlakuan Pengamatan (MST)

2 4 6 8

Ekstrak Pinang

(cc/l air) ……..batang ...

E0 (0) 4.52 11.89 21.43 20.88

E1 (20) 4.62 11.40 20.77 20.88

E2 (30) 4.76 11.98 21.23 20.56

E3 (40) 4.43 12.02 20.04 20.21

Keong Mas

(ekor/16 m2) ……..batang...

K0 (0) 5.06 a 12.81 a 22.14 a 24.21 a

K1 (8) 4.63 ab 11.84 ab 20.97 ab 19.64 b

K2 (16) 4.13 b 10.48 b 19.12 bc 18.66 b

K3 (24) 4.51 b 10.38 b 17.57 c 20.01 b

Interaksi ……..batang...

E0K0 4.89 12.71 21.91 22.38

E0K1 4.09 11.89 21.89 19.31

E0K2 4.33 10.38 18.49 17.20

E0K3 4.78 9.27 18.53 24.62

E1K0 5.07 11.07 22.24 23.78

E1K1 4.71 12.24 21.60 21.02

E1K2 3.84 9.47 19.04 19.11

E1K3 4.87 11.27 17.06 19.60

E2K0 5.00 13.13 22.40 25.64

E2K1 5.02 11.11 20.18 17.98

E2K2 4.36 11.36 19.71 19.69

E2K3 4.64 10.95 18.64 18.91

E3K0 5.29 14.31 22.02 25.04

E3K1 4.71 12.11 20.22 20.27

E3K2 3.98 10.71 19.24 18.62

E3K3 3.73 10.04 16.02 16.89

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

4. Jumlah Anakan Produktif (Batang)

Data pengamatan jumlah anakan produktif dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 45-46. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah anakan


(57)

produktif. Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan produktif. Sedangkan interaksi antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif.

Jumlah anakan produktif pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan pemberian keong mas serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Anakan Produktif/Rumpun pada Perlakuan Ekstrak Pinang dan Keong Mas

Perlakuan Ekstrak Pinang (cc/l air) Rataan Keong (ekor/16 m2) E0 (0) E1 (20) E2 (30) E3 (40)

K0 (0) 13.667 13.356 14.867 12.467 13.589 a

K1 (8) 12.067 12.511 13.244 12.422 12.561 ab

K2 (16) 10.578 11.356 12.956 11.289 11.544 b

K3 (24) 11.378 12.267 11.933 9.689 11.317 b

Rataan 11.922 ab 12.372 a 13.250 a 11.467 b 12.253 Ket: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak

berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang dan pemberian keong mas masing-masing memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah anakan produktif sedangkan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pada perlakuan ekstrak pinang jumlah anakan produktif tertinggi terdapat pada perlakuan E2 (13,250) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan E0 dan E1 dan

pada perlakuan keong mas jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (

tanpa pemberian keong mas) dan yang terendah adalah pada perlakuan K2 yang tidak

berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K3

Grafik hubungan antara pemberian ekstrak pinang dengan jumlah anakan produktif dapat dilihat pada Gambar 3.


(58)

Gambar 3. Grafik Hubungan antar Pemberian Ekstrak Pinang dengan Jumlah Anakan Produktif

Dari Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa bentuk kurva respon hubungan antara pemberian ekstrak pinang (E) dengan jumlah anakan produktif adalah kuadratik, dengan persamaan Ŷ= 0,002x2

5. Luas Daun (cm

+ 0,107x + 11,83.

2

)

Data pengamatan luas daun pada pengamatan 2 sampai dengan pengamatan 8 MST dan sidik ragam pengamatan 2 sampai dengan 8 MST dapat dilihat pada lampiran 47-54. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter luas daun pada pengamatan 2 dan 8 MST sedangkan pada pengamatan 4 dan 6 MST tidak memberikan pengaruh yang nyata. Perlakuan pemberian keong mas berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun pada setiap pengamatan. Sedangkan interaksi


(59)

antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 2-8 MST.

Luas daun pada perlakuan aplikasi ekstrak pinang dan pemberian keong mas serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas Daun (cm2 Perlakuan

) pada Perlakuan Ekstrak Pinang dan Keong Mas Pengamatan (MST)

2 4 6 8 Ekstrak Pinang

(cc/l air) ……..cm2 ...

E0 (0) 14.13 b 74.14 120.03 222.80 b

E1 (20) 15.30 b 71.78 126.07 224.31 b

E2 (30) 15.20 b 69.53 125.45 235.11 ab

E3 (40) 16.90 a 76.68 127.47 254.76 a

Keong Mas

(ekor/16 m2) ……..cm2...

K0 (0) 16.14 a 83.43 a 131.89 a 260.54 a

K1 (8) 15.10 ab 72.03 ab 127.47 ab 239.30 ab

K2 (16) 14.21 b 73.23 ab 119.19 b 219.94 b

K3 (24) 16.10 a 63.43 b 120.46 b 217.21 b

Interaksi ……..cm2...

E0K0 13.85 92.55 118.54 243.37

E0K1 13.99 63.99 124.72 209.30

E0K2 14.80 77.14 114.27 210.40

E0K3 13.90 62.89 122.57 228.14

E1K0 16.33 69.03 133.62 232.83

E1K1 14.22 77.13 130.31 246.05

E1K2 13.33 75.92 120.16 210.86

E1K3 17.32 65.02 120.19 207.49

E2K0 15.93 72.39 140.85 277.08

E2K1 14.44 69.53 123.71 246.15

E2K2 14.12 65.05 122.28 222.66

E2K3 16.33 71.14 114.96 194.56

E3K0 18.43 99.76 134.54 288.89

E3K1 17.75 77.48 131.15 255.68

E3K2 14.60 74.82 120.06 235.82

E3K3 16.84 54.67 124.12 238.63

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%


(60)

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak pinang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter luas daun pada pengamatan 2 dan 8 MST sedangkan pada pengamatan 4 dan 6 MST tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pada perlakuan 8 MST luas daun tertingi terdapat pada perlakuan E3 (254.76 cm2) yang

tidak berbeda nyata dengan perlakuan E2, sedangkan luas daun yang terendah

terdapat pada perlakuan E0 (222.80 cm2) . Perlakuan pemberian keong mas

berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun pada setiap pengamatan. Luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan K0 dan yang terendah terdapat pada perlakuan K3

Grafik hubungan antara perlakuan ekstrak pinang dengan parameter luas daun pada 8 MST dapat dilihat pada Gambar 4.

. Ini menunjukkan bahwa terjadi kerusakan sejalan dengan meningkatnya populasi keong mas. Sedangkan interaksi antara aplikasi ekstrak pinang dengan pemberian keong mas berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 2-8 MST.

Gambar 4. Grafik Hubungan antara Perlakuan Ekstrak Pinang dengan Parameter Luas Daun pada 8 MST


(1)

Lampiran 65. Tabel pengamatan laju tumbuh relatif 4-6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

E0K0 0.012375 0.179051 0.400437 0.59 0.197

E0K1 0.433137 0.288761 0.342641 1.06 0.355

E0K2 0.311562 0.449971 0.415292 1.18 0.392

E0K3 0.421671 0.456051 0.330012 1.21 0.403

E1K0 0.459527 0.420739 0.285401 1.17 0.389

E1K1 0.479321 0.181243 0.244712 0.91 0.302

E1K2 0.28226 0.194483 0.205957 0.68 0.228

E1K3 0.287316 0.423709 0.275773 0.99 0.329

E2K0 0.363534 0.521188 0.303335 1.19 0.396

E2K1 0.430619 0.211687 0.253995 0.90 0.299

E2K2 0.386662 0.313659 0.323061 1.02 0.341

E2K3 0.244656 0.324258 0.316553 0.89 0.295

E3K0 0.373971 0.253079 0.056813 0.68 0.228

E3K1 0.284461 0.120528 0.304171 0.71 0.236

E3K2 0.255317 0.147033 0.276903 0.68 0.226

E3K3 0.370939 0.402987 0.414355 1.19 0.396

Total 5.40 4.89 4.75 15.04

Rataan 0.337 0.306 0.297 0.313

Lampiran 66. Tabel Sidik Ragam laju tumbuh relatif 4-6MST

SK db JK KT F

Fhit F05 Ket

Blok 2 0.015 0.007 0.69 3.32 tn

Ekstrak Pinang (E) 3 0.032 0.011 1.01 2.92 tn

Linier 1 0.018 0.018 1.72 4.17 tn

Kwadratik 1 0.004 0.004 0.37 4.17 tn

Sisa 1 0.010 0.010 0.94 4.17 tn

Keong Mas (K) 3 0.029 0.010 0.92 2.92 tn Interaksi (ExK) 9 0.175 0.019 1.84 2.21 tn

Error 30 0.316 0.011

Total 47 0.57

FK= 4.7095 Ket: *=nyata pada taraf 5%


(2)

E0K0 0.387397 0.263338 0.096029 0.75 0.249

E0K1 0.2522 0.264765 0.353985 0.87 0.290

E0K2 0.128523 0.255504 0.206464 0.59 0.197

E0K3 0.260146 0.250322 0.261459 0.77 0.257

E1K0 0.253258 0.159202 0.255474 0.67 0.223

E1K1 0.163914 0.260151 0.295611 0.72 0.240

E1K2 0.254196 0.256059 0.260596 0.77 0.257

E1K3 0.256854 0.263748 0.34561 0.87 0.289

E2K0 0.249923 0.088816 0.294573 0.63 0.211

E2K1 0.250338 0.262671 0.263022 0.78 0.259

E2K2 0.208383 0.252736 0.256153 0.72 0.239

E2K3 0.261656 0.257737 0.0991 0.62 0.206

E3K0 0.119029 0.206423 0.322248 0.65 0.216

E3K1 0.255658 0.253147 0.114311 0.62 0.208

E3K2 0.130926 0.348709 0.255171 0.73 0.245

E3K3 0.129621 0.248753 0.112681 0.49 0.164

Total 3.56 3.89 3.79 11.25

Rataan 0.223 0.243 0.237 0.234

Lampiran 68. Tabel Sidik Ragam laju tumbuh relatif 6-8 MST

SK db JK KT F

Fhit F05 Ket

Blok 2 0.0036 0.0018 0.29 3.32 tn

Ekstrak Pinang (E) 3 0.0148 0.0049 0.80 2.92 tn

Linier 1 0.0125 0.0125 2.03 4.17 tn

Kwadratik 1 0.0018 0.0018 0.29 4.17 tn

Sisa 1 0.0005 0.0005 0.09 4.17 tn

Keong Mas (K) 3 0.0041 0.0014 0.22 2.92 tn Interaksi (ExK) 9 0.0322 0.0036 0.58 2.21 tn

Error 30 0.1847 0.0062


(3)

Lampiran 69. Tabel pengamatan laju asimilasi bersih 2-4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

E0K0 0.24 0.19 0.16 0.59 0.196

E0K1 0.18 0.16 0.13 0.46 0.154

E0K2 0.15 0.11 0.11 0.36 0.120

E0K3 0.13 0.11 0.21 0.45 0.149

E1K0 0.07 0.14 0.17 0.38 0.126

E1K1 0.18 0.17 0.22 0.56 0.187

E1K2 0.23 0.18 0.19 0.59 0.198

E1K3 0.12 0.11 0.17 0.40 0.135

E2K0 0.12 0.15 0.16 0.43 0.144

E2K1 0.14 0.18 0.17 0.49 0.162

E2K2 0.15 0.21 0.17 0.53 0.177

E2K3 0.17 0.14 0.15 0.46 0.153

E3K0 0.13 0.18 0.26 0.56 0.187

E3K1 0.15 0.25 0.17 0.56 0.188

E3K2 0.18 0.25 0.18 0.61 0.204

E3K3 0.18 0.12 0.14 0.45 0.150

Total 2.52 2.64 2.74 7.89

Rataan 0.157 0.165 0.171 0.164

Lampiran 70. Tabel Sidik Ragam laju asimilasi bersih 2-4 MST

SK db JK KT F

Fhit F05 Ket

Blok 2 0.0015 0.0008 0.54 3.32 tn

Ekstrak Pinang (E) 3 0.0055 0.0018 1.30 2.92 tn

Linier 1 0.0039 0.0039 2.78 4.17 tn

Kwadratik 1 0.0008 0.0008 0.57 4.17 tn

Sisa 1 0.0008 0.0008 0.55 4.17 tn

Keong Mas (K) 3 0.0059 0.0020 1.40 2.92 tn Interaksi (ExK) 9 0.0214 0.0024 1.69 2.21 tn

Error 30 0.0422 0.0014

Total 47 0.08

FK= 1.2966 Ket: *=nyata pada taraf 5%


(4)

E0K0 0.00 0.04 0.11 0.15 0.051

E0K1 0.11 0.07 0.08 0.26 0.085

E0K2 0.08 0.10 0.11 0.30 0.099

E0K3 0.11 0.10 0.09 0.30 0.100

E1K0 0.12 0.10 0.07 0.29 0.096

E1K1 0.13 0.04 0.06 0.23 0.078

E1K2 0.08 0.05 0.06 0.18 0.061

E1K3 0.07 0.10 0.07 0.25 0.082

E2K0 0.10 0.14 0.08 0.32 0.105

E2K1 0.11 0.05 0.06 0.23 0.075

E2K2 0.11 0.09 0.09 0.28 0.095

E2K3 0.06 0.08 0.09 0.23 0.077

E3K0 0.10 0.07 0.02 0.18 0.062

E3K1 0.07 0.04 0.09 0.19 0.065

E3K2 0.07 0.04 0.08 0.19 0.062

E3K3 0.15 0.11 0.12 0.37 0.125

Total 1.46 1.24 1.26 3.95

Rataan 0.091 0.077 0.079 0.082

Lampiran 72. Tabel Sidik Ragam laju asimilasi bersih4-6MST

SK db JK KT F

Fhit F05 Ket

Blok 2 0.0019 0.0009 1.25 3.32 tn

Ekstrak Pinang

(E) 3 0.0008 0.0003 0.33 2.92 tn

Linier 1 0.00004 0.00004 0.05 4.17 tn Kwadratik 1 0.0001 0.0001 0.10 4.17 tn

Sisa 1 0.0006 0.0006 0.85 4.17 tn

Keong Mas (K) 3 0.0030 0.0010 1.34 2.92 tn Interaksi (ExK) 9 0.0140 0.0016 2.06 2.21 tn

Error 30 0.0225 0.0008


(5)

Lampiran 73. Tabel pengamatan laju asimilasi bersih 6-8 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

E0K0 0.09 0.06 0.02 0.17 0.058

E0K1 0.06 0.06 0.10 0.22 0.074

E0K2 0.03 0.07 0.06 0.16 0.054

E0K3 0.06 0.07 0.06 0.19 0.064

E1K0 0.07 0.04 0.06 0.16 0.055

E1K1 0.04 0.06 0.07 0.18 0.058

E1K2 0.07 0.07 0.06 0.20 0.066

E1K3 0.07 0.06 0.09 0.22 0.074

E2K0 0.07 0.02 0.07 0.16 0.052

E2K1 0.07 0.06 0.05 0.18 0.060

E2K2 0.06 0.07 0.07 0.19 0.063

E2K3 0.06 0.07 0.03 0.16 0.052

E3K0 0.03 0.06 0.09 0.17 0.056

E3K1 0.06 0.06 0.03 0.15 0.049

E3K2 0.03 0.08 0.07 0.18 0.061

E3K3 0.03 0.06 0.03 0.12 0.042

Total 0.89 0.97 0.97 2.82

Rataan 0.055 0.061 0.060 0.059

Lampiran 74. Tabel Sidik Ragam laju asimilasi bersih 6-8MST

SK db JK KT F

Fhit F05 Ket

Blok 2 0.00028 0.00014 0.32 3.32 tn

Ekstrak Pinang (E) 3 0.00105 0.00035 0.80 2.92 tn

Linier 1 0.00090 0.00090 2.06 4.17 tn

Kwadratik 1 0.00011 0.00011 0.24 4.17 tn

Sisa 1 0.00005 0.00005 0.11 4.17 tn

Keong Mas (K) 3 0.00024 0.00008 0.18 2.92 tn Interaksi (ExK) 9 0.00205 0.00023 0.52 2.21 tn

Error 30 0.01309 0.00044

Total 47 0.02

FK= 0.16586 Ket: *=nyata pada taraf 5%


(6)

E0K0 9.55 8.53 9.89 27.97 9.324

E0K1 10.54 5.04 7.24 22.82 7.607

E0K2 5.87 5.76 4.28 15.91 5.303

E0K3 4.46 3.74 5.59 13.79 4.596

E1K0 12.21 10.13 9.81 32.16 10.720

E1K1 10.65 9.33 6.51 26.50 8.833

E1K2 7.13 4.42 5.90 17.45 5.816

E1K3 4.90 6.98 5.08 16.96 5.655

E2K0 10.05 10.19 12.80 33.04 11.013

E2K1 10.74 7.58 4.93 23.25 7.749

E2K2 12.10 7.51 5.49 25.09 8.365

E2K3 8.19 4.41 8.11 20.71 6.904

E3K0 7.52 9.17 10.45 27.15 9.049

E3K1 7.02 2.57 6.98 16.57 5.524

E3K2 10.05 8.97 5.37 24.39 8.131

E3K3 8.08 5.72 13.36 27.16 9.055

Total 139.07 110.06 121.80 370.93

Rataan 8.692 6.878 7.613 7.728

Lampiran 76. Tabel Sidik Ragam produksi per plot

SK db JK KT F

Fhit F05 Ket

Blok 2 26.63 13.32 3.18 3.32 tn

Ekstrak Pinang (E) 3 20.34 6.78 1.62 2.92 tn

Linier 1 11.87 11.87 2.83 4.17 tn

Kwadratik 1 7.84 7.84 1.87 4.17 tn

Sisa 1 0.63 0.63 0.15 4.17 tn

Keong Mas (K) 3 89.23 29.74 7.09 2.92 * Interaksi (ExK) 9 60.80 6.76 1.61 2.21 tn

Error 30 125.81 4.19