Aplikasi Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat Kimia dan Fisik Andisol Cisarua, Bogor

APLIKASI PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP
SIFAT KIMIA DAN FISIK ANDISOL CISARUA, BOGOR

FADHILAH TRI UTAMI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pemberian
Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia dan Fisik Andisol Cisarua, Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Fadhilah Tri Utami
NIM A14090090

ABSTRAK
FADHILAH TRI UTAMI. Aplikasi Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat
Kimia dan Fisik Andisol Cisarua, Bogor. Dibimbing oleh DYAH
TJAHYANDARI SURYANINGTYAS dan HERMANU WIDJAJA.
Pertanian saat ini umumnya menggunakan pupuk berupa pupuk kimia.
Namun, penggunaan pupuk tersebut secara terus menerus cenderung dapat
menurunkan kualitas tanah yang dapat menyebabkan penurunan produksi
tanaman. Maka dari itu, penggunaan pupuk yang berasal dari bahan organik
merupakan salah satu solusi dalam mencegah penurunan kualitas tanah selain
memberi tambahan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Mei 2013 sampai Januari 2014. Sampel tanah diambil
dari Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Tujuan
penelitian ini untuk mempelajari pengaruh pemberian bahan organik dalam
jangka waktu yang lama pada Andisol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian bahan organik selama 26 tahun meningkatan C-organik, kapasitas

tukar kation (KTK), basa-basa dapat dipertukarkan, N-total, P-total dan Ptersedia tanah. C-organik tanah meningkat dari 2.82% (tanpa pemberian bahan
organik) hingga 5.10% pada pemberian bahan organik selama 26 tahun. KTK
tanah dari 26.29 me/100g meningkat menjadi 36.56 me/100g. Basa-basa dapat
dipertukarkan seperti K+ meningkat dari 0.47 me/100g menjadi 2.11 me/100g
dan Na+ dari 0.34 me/100g menjadi 0.94 me/100g. N-total tanah meningkat dari
0.16% (tanpa pemberian bahan organik) hingga 0.33% dan 0.41% berturut-turut
pada pemberian bahan organik selama 8 dan 26 tahun. Selanjutnya P-total
meningkat dari 8.04 me/100g menjadi 15.90 me/100g dan P-tersedia mengalami
peningkatan dari 11.85 ppm menjadi 65.55 ppm pada pemberian bahan organik
selama 26 tahun. Selain itu, perbaikan kualitas tanah juga ditunjukkan oleh sifat
fisik tanah. Pemberian bahan organik membuat struktur tanah lebih granular,
warna tanah lebih gelap dengan agregat yang lebih stabil dibandingkan dengan
tanah tanpa pemberian bahan organik.
Kata kunci: Andisol, Bahan Organik, Kualitas Tanah

ABSTRACT
FADHILAH TRI UTAMI. The application of Organic Matter on Chemical and
Physical Properties of Andisol Cisarua, Bogor. Supervised by DYAH
TJAHYANDARI SURYANINGTYAS and HERMANU WIDJAJA.
Agriculture practices generally use chemical fertilizers. Application of

chemical fertilizers continuously can degrade the soil quality and decrease crop
production. The application of organic fertilizers is probably can reduce land
degradation. The study was conducted from May 2013 to January 2014. Soil
samples were collected from Tugu Selatan village, Cisarua, Bogor. The aims of
the study was to investigate the effect of long term organic matter application on
Andisol, included its effect on soil chemical and physical properties. The results
showed that the 26 years application of organic matter have better effect on soil
organic matter (SOM), cation exchange capacity (CEC), exchangeable bases, total
N, total and available P in soils. The soil organic matter (SOM) increase from
2.82% to 5.10% with 26 year organic matter application. The CEC value
increased up to 36.56 me/100g, while the exchangeable bases such as K+
increased from 0.47 me/100g to 2.11 me/100g and Na+ raised from 0.34 me/100g
to 0.94 me/100g. Total N increased from 0.16% to 0.33% and 0.41% respectively
on organic matter application for 8 and 26 years. Total P value was 8.04 me/100g
increased to 15.90 me/100g, while available P increased from 11.85 ppm to 65.55
ppm within 26 years of organic matter application. Meanwhile, improvement of
soil quality also showed by soil physical properties. Soil with long term organic
matter application has a more granular soil structure, a darker color and also
stable aggregates as shown by the SEM photographs.
Keywords: Andisol, Organic Matter, Soil Quality


APLIKASI PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP
SIFAT KIMIA DAN FISIK ANDISOL CISARUA, BOGOR

FADHILAH TRI UTAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Aplikasi Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat Kimia dan
Fisik Andisol Cisarua, Bogor

Nama
: Fadhilah Tri Utami
NIM
: A14090090

Disetujui oleh

Dr Ir Dyah Tjahyandari, S. MApplSc
Pembimbing I

Ir Hermanu Widjaja, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr Ir Dyah Tjahyandari, S. MApplSc selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, saran dan dorongan yang diberikan
kepada penulis selama menjalani masa kuliah, penelitian hingga penulisan
skripsi.
2. Ir Hermanu Widjaja, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan
yang diberikan penulis selama penelitian hingga akhir penulisan skripsi.
3. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi saran dalam penulisan skripsi.
4. Kedua orang tua, kakak, dan adik atas segala kasih sayang, doa, dan nasihat
serta bantuan material maupun spiritual yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
5. Staff Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut
Pertanian Bogor.
6. Staff dan petani Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua, Bogor.
7. Staff BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Citeko, Bogor.
8. Seluruh teman dari mayor Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, khususnya

angkatan 46 yang telah memberi doa dan dukungan kepada penulis sehingga
skripsi ini selesai.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Fadhilah Tri Utami

DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Andisol

2

Bahan Organik Tanah

2


Kompos

3

METODOLOGI

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3

Bahan dan Alat

4

Prosedur Penelitian

4


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Penelitian

6
6

Sifat Kimia Tanah

11

Sifat Morfologi dan Fisik Tanah

15

Pembahasan Umum

17

KESIMPULAN DAN SARAN


17

Kesimpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Metode analisis tanah
Data curah hujan (mm) dan suhu udara (°C) rata-rata tahun 2000-2011
Konsentrasi hara kompos pertanian organik BSB
Konsentrasi hara dari beberapa sumber pupuk kandang

6
7
9
9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Lokasi penelitian
Denah wilayah penelitian; blok N, K, dan I
Foto wilayah penelitian yang diambil dari arah timur
Curah hujan rata-rata (mm) tahun 2000-2011
Lahan pertanian organik BSB
Proses pengomposan (a); Pemberian kompos (b);
Tumpukan sisa tanaman (c)
Jenis pupuk hijau di pertanian organik BSB; Sesbania sesban (a),
Tithonia sp (b) dan Centrossema pubescens (c)
Kombinasi antara tanaman wortel dan daun bawang
pH tanah blok N, K, dan I
C-organik (A) dan N-total (B) tanah blok N, K, dan I
KTK tanah blok N, K, dan I
Kadar Kdd (A), Nadd (B), Cadd (C), Mgdd (D) tanah blok N, K, dan I
Kejenuhan Basa tanah blok N, K, dan I
Nilai P-total tanah (A) dan P-tersedia tanah (B) pada blok N, K, dan I
Hasil SEM contoh tanah blok N pada perbesaran 25 x 102 (a), 50 x102
(b) dan 100 x102 (c)
Hasil SEM contoh tanah blok I pada perbesaran 25 x 102 (a), 50 x102
(b) dan 100 x102 (c)
Penampang profil Andisol Cisarua

4
5
5
7
8
9
10
10
11
12
12
13
14
14
16
16
24

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Data sifat kimia tanah
Data sifat fisik tanah
Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983)
Data curah hujan (mm) tahun 2000-2011
Data suhu udara (°C) tahun 2000-2001
Deskripsi profil tanah

19
20
21
22
23
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian saat ini sangat tergantung pada penggunaan pupuk dalam
mendukung kebutuhan hara bagi tanaman, karena tidak bisa hanya mengandalkan
suplai unsur hara dari dalam tanah. Pada umumnya, pupuk yang digunakan berupa
pupuk kimia sintetik. Namun, penggunaan pupuk tersebut secara terus menerus
cenderung dapat menurunkan kualitas tanah yang dapat menyebabkan penurunan
produksi tanaman. Maka dari itu, penggunaan pupuk yang berasal dari bahan
organik merupakan salah satu solusi dalam mencegah penurunan kualitas tanah
selain memberi tambahan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman.
Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang menekankan pada
penggunaan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik. Pertanian organik
menghindari penggunaan pupuk kimia sintetik untuk menjaga keseimbangan
lingkungan. Bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk yaitu sisa-sisa
tanaman, kotoran hewan, maupun bahan organik lainnya.
Para peneliti umumnya berpendapat bahwa bahan organik memberikan
banyak manfaat terhadap perbaikan sifat tanah baik sifat fisik, kimia, maupun
biologi tanah. Menurut Hanafiah (2008), bahan organik mempengaruhi kondisi
fisik tanah diantaranya menyebabkan warna tanah menjadi coklat sampai hitam,
merangsang granulasi, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan
meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,
kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil. Secara kimiawi bahan organik
mampu menyumbangkan sejumlah ion-ion hara tersedia, dan secara biologis
bahan organik merupakan sumber energi dan hara bagi jasad mikro tanah.
Sumber pupuk organik bermacam-macam seperti kompos, pupuk hijau,
pupuk kandang dengan karakteristik yang sangat beragam, sehingga pengaruh dari
penggunaan pupuk organik terhadap tanah dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk
kandang relatif lebih kaya hara dan mikroba dibandingkan limbah pertanian
lainnya. Cara pemberian pupuk organik yaitu dapat diberikan di permukaan tanah
lalu dicampur dengan tanah agar tidak menjadi kering, atau dibenamkan ke dalam
lubang tanam yang sudah ditugal.
Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas dan mencegah penurunan kualitas lahan. Hal tersebut yang
mendasari penelitian ini, yaitu melihat sejauh mana pupuk organik mampu
mencegah penurunan kualitas tanah pada suatu pertanian organik dengan
perbedaan lama penggunaan pupuk yaitu 0 tahun, 8 tahun, serta 26 tahun.
Tujuan Penelitian
Mempelajari pengaruh pemberian bahan organik yang berkelanjutan terhadap
karakteristik Andisol dalam kurun waktu antara 0, 8, dan 26 tahun.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Andisol
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan induk abu volkan yang
tersebar di Indonesia pada daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata 2000 mm
sampai 7000 mm dengan variasi temperatur antara 18°C–22°C (Soepardi 1983).
Kenampakkan morfologi yang khas dan sangat menonjol pada Andisol adalah
horison A yang tebal dan berwarna coklat sampai hitam, disebabkan oleh
akumulasi dan stabilitasi humus (Hardjowigeno, 2003).
Umumnya Andisol mempunyai kejenuhan basa yang relatif rendah, tetapi
mempunyai kandungan Al yang dapat ditukar relatif tinggi. Andisol juga memiliki
kemampuan mengikat air yang cukup besar, porositas tinggi, bobot isi rendah,
gembur, tidak lengket dan plastis serta kemampuan fiksasi fosfat yang tinggi
(Hardjowigeno 2003). Menurut Lukito et al. (1998) Andisol memiliki struktur
tanah dan porositas yang sangat baik, kapasitas menahan air dan permeabilitas
yang baik.
Sifat kimia dan fisik Andisol sangat ditentukan oleh mineral alofan
(Hardjowigeno 2003). Alofan merupakan mineral utama dalam fraksi klei Andisol.
Alofan berbeda dengan mineral lainnya karena kandungan aluminium yang diikat
dalam struktur koordinat tetrahedral. Hal ini diduga menjadi penyebab utama dari
beberapa sifat kimia dan fisik Andisol yang unik, misalnya fiksasi fosfat, daya
menahan air, dan pembentukan humus yang stabil (Tan 1984).
Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah berasal dari jaringan makhluk hidup. Pada tanah yang
diusahakan, sebagian dari bahan tanaman diangkut ketika panen, tetapi sebagian
lainnya tertinggal dalam bentuk akar atau dedaunan yang jatuh. Bahan tersebut
mengalami pelapukan dan terangkut ke lapisan yang lebih dalam, selanjutnya
menjadi satu dengan tanah. Selain dari jaringan tanaman, bahan organik juga
berasal dari binatang. Binatang biasanya dianggap sebagai penyumbang bahan
organik sekunder setelah tumbuhan, yang bila binatang tersebut mati jazadnya
merupakan sumber bahan organik baru (Soepardi 1983). Secara fisik bahan
organik berperan dalam mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam,
membentuk granulasi, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan
meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan serta
kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil. Secara kimiawi bahan organik
merupakan bagian yang mudah terurai melalui proses mineralisasi dan akan
menyumbangkan sejumlah ion-ion hara ke dalam tanah.
Secara biologis, bahan organik merupakan sumber energi dan hara bagi
jasad mikro tanah terutama heterotrofik (Hanafiah 2008). Selama proses
dekomposisi sejumlah hara tersedia akan diakumulasikan ke dalam sel-sel
mikroba yang apabila mikroba ini mati mudah dimineralisasikan kembali,
sehingga menghindarkan ion-ion hara ini dari koloidal anorganik (klei dan
mineral oksida berdiameter < 1 μm). Perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah
tersebut memungkinkan perbaikan pertumbuhan tanaman (Buckman dan Brady
1982). Rata-rata kadar bahan organik tanah berkisar antara 2 sampai 6%.

3

Pemberian bahan organik dapat dilakukan melalui pemberian pupuk kandang,
pupuk hijau, pengembalian sisa-sisa tanaman dan kompos. Cara pemberiannya
yaitu dimasukkan ke dalam tanah langsung atau dibenamkan kedalam tanah
(Hardjowigeno 2003).
Kompos
Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses
pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (tanaman maupun hewan). Kompos
tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yuwono 2005). Kompos yang sudah jadi dan
siap digunakan untuk memupuk tanaman mengandung sebagian besar dari 3
golongan unsur hara antara lain: 1) unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium
(K); 2) unsur hara makro sekunder yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah sedang, seperti Sulfur (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg); 3) unsur
hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti Besi
(Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Klor (Cl), Boron (B), Mangan (Mn), dan
Molibdenum (Mo). Unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan tanaman dalam
pertumbuhannya (Yuwono 2005).
Menurut Kartika (2006), penggunaan kompos sebagai sumber nutrisi
tanaman merupakan salah satu program bebas bahan kimia, walaupun kompos
mempunyai kandungan hara lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kimia.
Bahan-bahan kompos mudah ditemukan, sehingga kompos berpotensi sebagai
penyedia unsur hara yang dapat menggantikan pupuk kimia, namun dosis
pemberian kompos lebih besar daripada pupuk kimia.
Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi (penguraian)
secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya
kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan
merupakan salah satu metoda pengelolaan sampah organik menjadi material baru
seperti humus yang relatif stabil (kompos). Kompos apabila dimasukan kedalam
tanah, maka bahan organik yang ada didalammya dapat digunakan sebagai sumber
energi mikroorganisme untuk hidup dan berkembang biak dalam tanah sekaligus
sebagai tambahan unsur hara bagi tanaman.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2013-Januari 2014 di pertanian
organik Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua milik yayasan Bina Sarana Bakti
(BSB) sebagai tempat pengambilan contoh tanah (Gambar 1). Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

4

Gambar 1 Lokasi penelitian
Sumber : Google Earth

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah Andisol
yang diambil dari pertanian organik BSB. Pada tahap analisis laboratorium
digunakan bahan-bahan kimia seperti H2SO4, H2O2, HCl, NH4OAc, kalium
bikromat, ferroin dan bahan lainnya sesuai kebutuhan analisis. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian meliputi alat pengambilan contoh tanah (sekop,
kantong plastik, dan label) serta alat laboratorium seperti timbangan digital, gelas
piala, pipet volumetrik, tabung reaksi, sudip, labu takar, dan peralatan pendukung
lainnya sesuai kebutuhan analisis.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pemilihan lokasi
pengambilan contoh tanah, pengumpulan informasi dari pertanian organik BSB,
pengambilan contoh tanah, dan analisis tanah.
Pengambilan contoh tanah
Pertanian organik BSB terdiri dari beberapa blok dan setiap blok terdiri
dari beberapa teras (Gambar 2). Teras menunjukkan perbedaan posisi, yang mana
teras 1 merupakan teras yang lebih tinggi dari teras berikutnya. Masing-masing
teras memiliki beberapa bedeng yang berukuran 10 m2. Contoh tanah diambil
pada kedalaman 0-15 cm dari wilayah pertanian intensif sebagai contoh tanah
dengan pemberian bahan organik yaitu blok I (8 teras) untuk pemberian bahan
organik selama 26 tahun terus menerus dan blok K (2 teras) untuk pemberian
bahan organik selama 8 tahun, masing-masing dari tiap teras diambil 7 titik
sampling dan dikompositkan. Selanjutnya dari wilayah yang belum diusahakan,
sebagai contoh tanah tanpa pemberian bahan organik yaitu blok N (tanpa teras)
diambil 2 titik sampling dan juga dikompositkan (Gambar 3). Sebelum dianalisis

5

dilakukan persiapan contoh tanah, diantaranya contoh tanah dikering udarakan ± 3
hari, kemudian dihaluskan dengan cara ditumbuk. Tanah disaring dengan saringan
2 mm. Tanah yang tidak lolos saringan dihaluskan kembali dan disaring sampai
jumlah contoh tanah mencukupi untuk kebutuhan analisis. Tanah lolos saringan 2
mm disaring lagi menggunakan saringan 0.5 mm sesuai dengan kebutuhan
analisis. Tanah yang telah lolos saringan disimpan ke dalam plastik tertutup.

Gambar 2 Denah wilayah penelitian; blok N, K, dan I
Sumber : Pertanian organik BSB

Gambar 3 Foto wilayah penelitian yang diambil dari arah timur

6

Analisis Tanah
Analisis tanah meliputi analisis sifat kimia dan sifat fisik. Jenis dan
metode analisis yang dilakukan disajikan dalam Tabel 1. Hasil analisis digunakan
untuk mempelajari karakteristik tanah.
Tabel 1 Metode analisis tanah
Jenis Analisis

Metode Analisis

pH H2O (1 : 5)
C-organik
KTK, basa-basa (K⁺, Na⁺, Ca2+, Mg2+)
dan KB
N-total
P-total
P-tersedia
Tekstur tanah

pH-meter
Walkley & Black
Ekstrak NH4OAc pH 7
Kjehdahl
Ekstrak HCl 25%
Ekstrak Asam sitrat 2%
Pipet

Analisis Mikromorfologi Tanah
Contoh tanah yang digunakan untuk analisis mikromorfologi adalah tanah
dari blok I teras 7 sebagai contoh tanah dengan pemberian bahan organik dan dari
blok N sebagai contoh tanah tanpa pemberian bahan organik. Analisis
mikromorfologi tanah menggunakan alat Scanning Electron Microscope (SEM)
pada perbesaran 2.5 x 103, 5 x 103, dan 1 x 104. Contoh tanah yang akan dianalisis
ditempelkan menggunakan conducting glue pada aluminium stubs. Lalu dilakukan
coating dengan unsur karbon/emas agar contoh tanah dapat diamati saat
discanning yaitu memberikan konduktivitas pada permukaan tanah yang disinari
elektron.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Pertanian organik BSB terletak di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, lahan pertanian organik BSB
berada pada ketinggian ± 920 m di atas permukaan laut di lereng Gunung
Pangrango dengan kemiringan 3-5%. Lahan pertanian organik BSB digunakan
untuk tanaman jenis hortikultur.
Jenis tanah di lahan pertanian ini menurut taksonomi tanah (Soil Survey
Staff 1998) diklasifikasikan dalam Acrudoxic Hapludands. Pada lampiran 6
tertera deskripsi profil tanah Andisol yang diamati dari salah satu lahan pertanian
organik BSB. Secara geologis bahan induk Andisol Cisarua berasal dari letusan
Gunung Pangrango yang berumur kuarter zaman holosen-pleistosen berupa bahan
endapan lahar dan lava, basal andesit dengan oligoklas-andesin, labradorit, olivin,
piroksen, dan hornblenda (Efendi et al. 1998).
Wilayah penelitian mempunyai curah hujan sebesar 3095 mm/tahun dan
suhu rata-rata sebesar 21.2°C. Iklim rata-rata tahunan di wilayah ini adalah basah
(klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson dalam Handoko 1995). Tipe iklim ini

7

menunjukkan bahwa daerah tersebut termasuk daerah basah dengan vegetasi
hutan hujan tropika.
Tabel 2 Data curah hujan (mm) dan suhu udara (°C) rata-rata
tahun 2000-2011
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Rata-rata

Curah hujan (mm) Suhu udara (°C)
Rata-rata
466.2
535.0
342.7
287.0
197.1
122.0
081.5
091.6
131.8
231.9
296.8
311.4
3095
257.9

20.8
20.3
21.3
21.5
21.7
21.3
21.0
21.0
21.3
21.6
21.5
21.4
21.2

Sumber : BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Citeko Bogor

Jumlah bulan basah dari tahun 2000 hingga 2011 sebanyak 113, jumlah bulan
kering sebanyak 19 dan jumlah bulan lembab sebanyak 12. Nilai Q yaitu
perbandingan bulan kering dengan bulan basah dalam persen sebesar 16.81%,
sehingga dalam klasifikasi iklim tergolong iklim basah (klasifikasi iklim Schmidt
& Ferguson dalam Handoko 1995).

Gambar 4 Curah hujan rata-rata (mm) tahun 2000-2011
Pada awalnya lahan pertanian organik BSB (Gambar 5) dibuka tahun 1983
dengan sistem pertanian konvensional, digunakan untuk tanaman padi dan wortel
sampai tahun 1986. Pada tahun 1987 dimulai sistem pertanian organik dengan
membentuk bedengan pada blok I. Selanjutnya blok K mulai dibuka pada tahun
2005 dan dibera selama 18 bulan sebagai peralihan dari sistem pertanian
konvensional menuju pertanian organik kemudian diberi pupuk hijau dan pada

8

tahun 2006 mulai menanam tanaman produksi. Blok N merupakan lahan baru
yang belum diusahakan sebagai pertanian intensif.

Gambar 5 Lahan pertanian organik BSB
Tanaman yang dibudidayakan di pertanian organik BSB terdapat 5 jenis,
yaitu :
1. Sayur daun, contohnya pakchoi, brokoli, bayam, buncis, caisim, dan
selada.
2. Sayur buah, contohnya tomat, jagung, oyong, ketimun dan terung.
3. Umbi, contohnya wortel, lobak, ubi, dan bit.
4. Kacang-kacangan, contohnya kacang tanah, kacang merah, dan kacang
kapri.
Keempat jenis tanaman tersebut dibudidayakan dengan cara rotasi dan
kombinasi.
a. Rotasi atau pergiliran tanaman
Rotasi tanaman adalah pengaturan sistem penanaman tanaman budidaya
secara bergantian pada suatu areal dalam waktu yang berlainan dan berurutan,
dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan input-output berbagai unsur hara di
dalam tanah dan memutus siklus hidup hama-penyakit. Pola rotasi tanaman
awalnya dimulai dengan menanam kacang-kacangan untuk memfiksasi nitrogen,
lalu sayuran daun, kemudian menanam sayuran buah dan terakhir menanam umbi.
Rencana rotasi merupakan elemen kunci dari sistem perencanaan pertanian secara
keseluruhan, yang merupakan hal utama dalam memenuhi persyaratan sertifikasi
organik (Gershuny and Smillie 1999). Rotasi tanaman umumnya meningkatkan
produktivitas tanah. Menurut Laegreid et al. (1999), rotasi tanaman dapat
meningkatkan pengendalian gulma dan mencegah infeksi dari satu tanaman ke
tanaman berikutnya, juga meningkatkan struktur tanah, kapasitas memegang air
dan ketersediaan hara.
b. Kombinasi yang dilakukan dengan 4 cara, yaitu :
1. Relay Cropping, kombinasi tanaman yang ditanam secara berurutan.
Kombinasi ini dilakukan pada lahan dengan luas terbatas.
2. Alley Cropping, kombinasi dengan membentuk lorong pada tanah
berkontur yang tandus. Kombinasi ini dilakukan untuk memanfaatkan
lahan dan mencegah erosi.
3. Companion Cropping, kombinasi untuk mencapai optimalisasi
simbiosis mutualisme.

9

4. Repellent Cropping, kombinasi dengan tanaman penolak Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT). Contoh : kubis dan daun bawang. Daun
bawang dapat mengurangi hama bunga kol.
Pupuk yang digunakan di pertanian ini bersumber dari bahan organik yaitu
pupuk kompos sebagai penyedia unsur utama. Kompos di BSB dibuat dari
campuran kotoran ayam, kotoran kambing, dan limbah media jamur dengan
perbandingan 2 : 1 : 1. Proses pengomposan berlangsung selama ± 3 bulan.
Kompos yang dihasilkan mempunyai kandungan hara kalium yang lebih baik
(Tabel 3) jika dibandingkan dengan pupuk kandang (Tabel 4). Dosis kompos yang
digunakan ± 15–30 Kg/10 m². Cara pemberiannya dimasukkan ke dalam lubang
yang sudah ditugal atau disebar secara merata pada bedengan (Gambar 6b).
Tabel 3 Konsentrasi hara kompos pertanian organik BSB
N
Kompos

P

K⁺

Na⁺

Ca2+

Mg2+

………………%………………

A + K + J ( 2 : 1 : 1)

1.83

0.71

1.48

0.50

0.38

0.08

Keterangan : A (kotoran ayam); K (kotoran kambing); J (limbah media jamur)

Tabel 4 Konsentrasi hara dari beberapa sumber pupuk kandang
Ca2+
Mg2+ C-organik
K⁺
…………………%…………………

Sumber Pupuk
Kandang

N

P

Unggas*
Domba*
Limbah Jamur**

1.50
1.28
1.51

0.77
0.19
0.88

0.89
0.93
1.04

0.30
0.59
-

0.88
0.19
-

19.39

C/N
13

* Sumber : Tan (1993) dalam Geomuriandari (2008)
**Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia Balitnak (2006) dalam Dianawati
dan Supriyadi (2008)

(a)
(b)
(c)
Gambar 6 Proses pengomposan (a); Pemberian kompos (b); Tumpukan sisa
tanaman (c)
Selain kompos juga digunakan pupuk tambahan sebagai pelengkap, yaitu
pupuk hijau dan sisa tanaman. Pupuk hijau adalah jenis tanaman yang ditanam
karena kemampuannya memperbaiki tanah dan tanaman yang akan ditanam
berikutnya seperti Sesbania sesban, Tithonia sp, Centrossema pubescens (Gambar

10

7). Pupuk hijau tidak selalu ditanam pada semua blok, tetapi tergantung pada
kondisi tanah dan ditanam sebagai tanaman pagar. Menurut Poole (2001) dalam
Munawar (2011) pupuk hijau mampu menahan erosi, membantu mengikat hara,
menekan gulma, mandaur hara, dan menyediakan hara bagi tanaman yang
ditanam kemudian. Selain itu, sisa tanaman hasil panen berupa serasah atau
rumput hasil tebasan dapat digunakan sebagai pupuk yang dicampurkan dengan
menumpuk bahan-bahan tersebut di ujung bedengan dan didiamkan selama 6
bulan (Gambar 6c).

(a)
(b)
(c)
Gambar 7 Jenis pupuk hijau di pertanian organik BSB; Sesbania sesban (a),
Tithonia sp (b) dan Centrossema pubescens (c)
Salah satu contoh hasil panen dari pertanian organik BSB yaitu wortel.
Tanaman wortel dalam 10 m2 dibuat 4 baris tanaman dengan 1 baris tanaman daun
bawang di tengahnya (Gambar 8). Umumnya di pertanian organik BSB, tanaman
wortel dikombinasikan dengan daun bawang. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
hama pada tanaman wortel dengan aroma yang dikeluarkan dari daun bawang.
Kompos yang diberikan sebanyak 15 ton/ha. Hasil panen menunjukkan bahwa
pada blok I yang diutamakan sebagai blok produksi, mampu menghasilkan wortel
rata-rata 259,7 Kg/ha dan pada blok K yang lebih diutamakan sebagai blok
pembenihan tanaman, mampu menghasilkan wortel rata-rata 156,25 Kg/ha.

Gambar 8 Kombinasi antara tanaman wortel dan daun bawang

11

Sifat Kimia Tanah
Pada penelitian ini, penilaian sifat kimia tanah dilakukan berdasarkan
kategori dalam kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983),
seperti tertera pada Lampiran 3. Hasil analisis sifat kimia tanah disajikan pada
Lampiran 1. Berikut ini penjelasan sifat kimia tanah dari blok N, K dan I.
Reaksi Tanah (pH)
Reaksi tanah (pH) menunjukkan tingkat kemasaman tanah yang dapat
mempengaruhi ketersediaan unsur bagi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan
pH tanah dengan ekstrak H₂O pada blok N sebesar 6.5 dan blok K sebesar 6.4-6.5
(Gambar 9) termasuk dalam kategori agak masam (Pusat Penelitian Tanah 1983).
Menurut Efendi et al. (1998) Andisol Cisarua berkembang dari bahan induk basal
andesit yang bersifat cenderung agak masam sehingga menghasilkan tanah-tanah
yang bereaksi agak masam. Namun, pH tanah pada blok I yang mendapat pasokan
bahan organik secara kontinu selama 26 tahun yang memiliki nilai sebesar 6.5-7.0
termasuk kategori netral (Pusat Penelitian Tanah 1983). Hal ini disebabkan oleh
bahan organik yang mampu mengikat ion sumber kemasaman seperti hidrogen
atau aluminium (Evangelou 1998 dalam Napoleon et al. 2012). Bahan organik
yang diberikan ke dalam tanah menyumbangkan asam-asam organik yang mampu
mengikat kation-kation sumber kemasaman tersebut.

Gambar 9 pH tanah blok N, K, dan I
C-organik dan N-total Tanah
Kadar C-organik tanah pada blok N sebesar 2.82% termasuk kategori
sedang (Pusat Penelitian Tanah 1983). Pemberian bahan organik ke dalam tanah
akan meningkatkan kualitas tanah, yang ditunjukkan oleh peningkatan kriteria Corganik tanah dari sedang menjadi tinggi pada blok K sebesar 3.14-4.20% dan
blok I sebesar 3.50-5.10% (Gambar 10). Menurut Shoji dan Saigusa (1977) dalam
Kurniati (1992), bahan organik dapat membentuk kompleks dengan mineral
alofan yang terdapat dalam Andisol sehingga proses dekomposisi berjalan lambat.
Nitrogen dalam tanah dapat berasal dari bahan organik tanah, pengikatan N
oleh mikroorganisme, pupuk dan air hujan (Hardjowigeno, 2003). Nitrogen total
tanah pada blok N, K dan I berturut-turut yaitu sebesar 0.16%, 0.16-0.33% dan
0.16-0.41% yang termasuk kategori rendah sampai sedang. Peningkatan N-total
terjadi akibat pemberian bahan organik.Selain itu, jenis tanaman yang ditanam
juga dapat mempengaruhi peningkatan nitrogen tersebut. Tanaman kacangkacangan merupakan salah satu komoditas pertanian organik BSB, secara umum
diketahui bahwa tanaman tersebut mempunyai bintil akar yang dapat menambat
nitrogen dari udara sehingga dapat meningkatkan nitrogen tanah.

12

Rasio C-organik dan N-total tanah (lampiran 1) menunjukkan kecepatan
dekomposisi bahan organik. Rasio C/N tanah termasuk dalam kategori sedang
sampai tinggi yaitu berkisar antara 17.10-23.13 yang menunjukkan keberagaman
tingkat dekomposisi. Semakin tinggi rasio C/N mengindikasikan dekomposisi
bahan organik yang lambat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kurniati
(1992) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

Gambar 10 C-organik (A) dan N-total (B) tanah blok N, K dan I
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah kemampuan koloid tanah yang
bermuatan negatif untuk memegang kation pada permukaannya. KTK pada tanah
blok N, K dan I berturut-turut sebesar 26.29 me/100g, 28.08 sampai 30.88
me/100g dan 30.26 sampai 36.56 me/100g semuanya termasuk dalam kategori
tinggi (Pusat Penelitian Tanah 1983). Hal ini didukung oleh penelitian
Geomuriandari (2008), bahwa KTK Andisol Cisarua (28.49 me/100g) termasuk
kategori tinggi (Pusat Penelitian Tanah 1983).

Gambar 11 KTK tanah blok N, K, dan I
Peningkatan nilai KTK (Gambar 11) berkaitan dengan peningkatan Corganik (Gambar 10A). Semakin tinggi bahan organik, maka semakin bertambah
sumber muatan negatif yang menyebabkan KTK tanah meningkat. Sumber
muatan negatif berasal dari koloidal organik yaitu gugus karboksil dan fenol.
KTK tanah yang meningkat akan mengakibatkan tanah memiliki kapasitas yang
lebih besar untuk menyimpan hara kation, yang berpotensi tersedia bagi tanaman
(misalnya Ca2⁺, Mg2⁺, K⁺) dan mengurangi kerugian pencucian (Carey et al.
2009).
Basa-Basa Dapat Dipertukarkan (K⁺, Na⁺, Ca2⁺, Mg2⁺)
Basa-basa dapat ditukar merupakan basa-basa yang terikat pada koloid
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Andisol di lahan pertanian BSB

13

mengandung Kdd pada blok N sebesar 0.47 me/100g (sedang), blok K sebesar
1.24-1.25 me/100g (sangat tinggi), dan blok I sebesar 1.45–2.11 me/100g (sangat
tinggi). Kadar Nadd pada blok N sebesar 0.34 me/100g (rendah), blok K sebesar
0.55-0.57 me/100g (sedang), dan blok I berkisar antara 0.56–0.94 me/100g
(sedang) kecuali pada teras 7 sebesar 0.94 me/100g (tinggi). Kadar Cadd pada blok
N sebesar 1.08 me/100g, blok K sebesar 1.42-1.48 me/100g (sangat rendah), dan
blok I sebesar 1.68–2.15 me/100g (rendah). Kadar Mgdd dari blok N, K, dan I
berturut-turut yaitu 4.16 me/100g, 5.08-5.19 me/100g, dan 5.53-7.59 me/100g
(tinggi).

Gambar 12 Kadar Kdd (A), Nadd (B), Cadd (C) dan Mgdd (D) tanah
blok N, K, dan I
Pada tanah tanpa pemberian bahan organik (blok N) mengandung Kdd
kategori sedang dan Mgdd kategori tinggi. Berdasarkan Efendi et al. (1998)
Andisol Cisarua mengandung oligoklas-andesin, labradorit, olivin, piroksen dan
hornblenda. Kation K⁺ berasal dari pelapukan mineral yang termasuk dalam
kelompok mineral plagioklas yang terdiri dari oligoklas-andesin dan labradorit.
Pelapukan mineral-mineral ini menyumbangkan K⁺ dan sedikit Ca2⁺ (Dixon and
Weed 1989). Selain plagioklas, Andisol Cisarua juga mengandung mineral
kelompok feromagnesium yang terdiri dari hornblenda, olivin, dan piroksen.
Pelapukan mineral kelompok feromagnesium menyumbangkan banyak kation
terutama Mg2⁺ (Kerr 1959).
Diantara keempat basa-basa dapat ditukar, Mg2⁺ merupakan jumlah tertinggi
diikuti Ca2⁺ dan K⁺ yang diduga dapat berasal dari pelapukan mineral. K⁺ selain
dari pelapukan mineral juga dapat berasal dari suplai kompos pupuk kandang. Hal
ini ditunjukkan oleh kadar K⁺ dari kompos yang paling tinggi diantara kation
lainnya (Tabel 3). Dalam penelitian Geomuriandari (2008) menunjukkan kompos
kotoran ayam menyuplai K⁺ sebesar 2% lebih tinggi daripada kotoran kambing
(1.5%). Hal ini menunjukkan bahwa suplai K⁺ berasal dari kotoran ayam yang
merupakan salah satu campuran kompos yang digunakan sebagai pupuk pada
pertanian organik BSB.

14

Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa (KB) menunjukkan persentase perbandingan antara jumlah
kation basa (K⁺, Na⁺, Ca2⁺ dan Mg2⁺) dengan jumlah seluruh kation yang terikat
pada tanah dalam kompleks jerapan koloid tanah. Kejenuhan basa pada blok N, K
dan I berturut-turut 22.29%, 27.48-29.56%, dan 29.55-34.96% Kejenuhan Basa
(KB) pada ketiga blok termasuk kategori rendah. Hal ini didukung oleh Dudal dan
Jahja (1957), yang menyatakan bahwa KB Andisol berkisar antara 20-40%.
Terjadi peningkatan KB akibat pemberian bahan organik (Gambar 13), hal ini
disebabkan oleh sumbangan basa-basa yang berasal dari bahan organik.

Gambar 13 Kejenuhan Basa tanah blok N, K, dan I
P-total dan P-tersedia Tanah
P-total tanah adalah jumlah total unsur fosfor yang terdapat di dalam tanah.
P-total pada tanah blok N sebesar 8.04 me/100g dan blok K sebesar 7.84-9.00
me/100g termasuk dalam kategori sangat rendah, sedangkan blok I berkisar antara
10.34-15.90 me/100g termasuk dalam kategori rendah. P-total yang rendah
menunjukkan jumlah fosfor yang rendah di dalam tanah. Namun, terjadi
peningkatan P-total akibat pemberian bahan organik (Gambar 14A). Hal ini
disebabkan oleh penambahan P yang berasal dari bahan organik yang
menyumbangkan P sebesar 0.71% (Tabel 3).
Pada umumnya P Andisol berada dalam bentuk yang tidak tersedia bagi
tanaman, karena P difiksasi oleh mineral alofan. P tersedia tanah pada blok N
sebesar 11.85 ppm (rendah), blok K sebesar 30.65-33.46 ppm (sedang), dan blok I
berkisar antara 15.34-65.55 ppm (rendah sampai sangat tinggi). Bahan organik
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ketersediaan P (Gambar 14B).
Bahan organik dalam Andisol mampu mengkompleks mineral alofan, sehingga P
dilepaskan dan menjadi lebih tersedia bagi tanaman.

Gambar 14 Nilai P-total tanah (A) dan P-tersedia tanah (B) pada blok N, K, dan I

15

Sifat Morfologi dan Fisik Tanah
Horison Tanah
Deskripsi profil Andisol Cisarua pada lokasi penelitian tertera pada
lampiran 6. Horison dengan simbol Bw1, Bw2, dan Bw3 merupakan horison B
yang telah mengalami perkembangan, ditunjukkan melalui warna maupun struktur
tanah dengan kedalaman cukup tebal. Selain itu, horison dengan simbol A
merupakan horison permukaan dimana terjadi akumulasi bahan organik yang
relatif tinggi dan terbentuk struktur tanah remah. Proses humifikasi dan
meningkatnya aktivitas mikroorganisme menyebabkan mulai terjadinya
pembentukan agregat dan perkembangan struktur tanah.
Warna Tanah
Warna tanah pada blok N yaitu coklat (7.5 YR 4/3) lebih terang
dibandingkan dengan blok K dan I yaitu coklat gelap (7.5 YR 3/2). Pemberian
bahan organik menyebabkan warna tanah menjadi semakin gelap. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai kroma pada Soil Munshell Color Cart yang lebih rendah.
Tekstur Tanah
Penetapan tekstur tanah menunjukkan bahwa tanah pada blok N bertekstur
lom klei berdebu, sedangkan pada blok K dan I bertekstur lom berklei (Lampiran
2). Pemberian bahan organik tidak mempengaruhi tekstur tanah. Blok K dan I
terdapat pada satu transek, sedangkan blok N berada pada transek yang berbeda.
Jarak dari blok K ke blok I ± 5 m yang tidak terlalu jauh, namun jarak dari blok K
dan I ke blok N cukup jauh, ± 600 m dan posisi blok N lebih rendah daripada blok
K dan I.
Struktur Tanah
Struktur tanah antara blok N, K, dan I adalah granular. Pada blok N ukuran
butir-butir sebesar 5-10 mm (besar), sedangkan pada blok K dan I sebesar 2-5 mm
(sedang). Granulasi tanah terbentuk akibat meningkatnya aktivitas jasad mikro.
Hal ini disebabkan oleh pemberian bahan organik (Soepardi, 1983).
Analisis Mikromorfologi Tanah dengan Scanning Electron Microscope (SEM)
Analisis mikromorfologi tanah menggunakan alat Scanning Electron
Microscope (SEM). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian
bahan organik secara intensif dan berkelanjutan terhadap mikromorfologi tanah.
Hasil analisis contoh tanah blok N (tanpa pemberian bahan organik) dan blok I
(dengan pemberian bahan organik secara intensif selama 26 tahun) ditunjukkan
pada Gambar 15 dan Gambar 16 dengan perbesaran 2.5 x 103, 5 x 103 dan 1 x 104.
Secara kualitatif pengaruh pemberian bahan organik terlihat pada struktur agregat
dan warna tanah.
Struktur agregat tanah lebih baik pada tanah dengan pemberian bahan
organik dibandingkan tanah tanpa pemberian bahan organik. Pembentukan
struktur agregat tanah disebabkan oleh bahan organik melalui pengikatan secara
fisik butir-butir tanah oleh senyawa organik dalam humus serta secara kimia
pengikatan butir-butir tanah antara bagian positif pada liat dan bagian negatif dari
gugus senyawa organik (Munawar 2011). Selain itu, warna tanah dengan
pemberian bahan organik lebih gelap daripada tanah tanpa pemberian bahan

16

organik. Hal ini disebabkan oleh bahan humus seperti asam fulfat, asam humat,
dan humin yang merupakan hasil dekomposisi bahan organik (Stevenson 1982).

(a)

(b)

(c)
Gambar 15 Hasil SEM contoh tanah blok N pada perbesaran 25 x 102 (a),
50 x102 (b) dan 100 x102 (c)

(a)

(b)

(c)
Gambar 16 Hasil SEM contoh tanah blok I pada perbesaran 25 x 102 (a),
50 x102 (b) dan 100 x102 (c)

17

Pembahasan Umum
Pemberian bahan organik memberikan pengaruh terhadap karakteristik
tanah secara kimia dan fisik tanah. Perubahan sifat kimia tanah diantaranya terjadi
pada pH tanah, C organik, N total, Basa-basa dapat tukar, Kejenuhan Basa,
Kapasitas Tukar Kation, P total dan P tersedia yang meningkat dengan pemberian
bahan organik. Secara fisik, tanah dengan pemberian bahan organik menunjukkan
warna yang lebih gelap, dengan struktur yang lebih remah.
Perbaikan sifat-sifat tanah akibat pemberian bahan organik juga
memberikan pengaruh terhadap kualitas produksi tanaman. Salah satu contohnya
tanaman wortel. Wortel hasil produksi pertanian organik BSB mempunyai
karakteristik antara lain warna orange, tidak bercabang, tidak mudah busuk, tidak
berakar dan tidak keras, diameter 2.5-2.8 cm dan panjang 14-22 cm. Pertanian
organik lebih menekankan terhadap kualitas produksi tanaman dibandingkan
dengan kuantitas.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian bahan organik meningkatkan kualitas sifat kimia dan fisik
tanah. Hal ini ditunjukkan oleh pH, KTK, KB, C-organik, N-total, basa-basa yang
dapat dipertukarkan, P-total, dan P-tersedia yang meningkat akibat pemberian
bahan organik yang terus menerus. Pemberian bahan organik juga mampu
memperbaiki sifat fisik tanah yang ditunjukkan oleh struktur yang granular, warna
tanah yang lebih gelap, dan agregat yang lebih stabil dibandingkan dengan tanah
tanpa pemberian bahan organik.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan produksi
tanaman dengan kondisi tanah yang mendapat pengaruh pemberian bahan organik
secara intensif dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2014. Informasi Data
Klimatologi. Stasiun Meteorologi Klas III Citeko. Bogor.
Buckman, HO dan NC Brady. 1982. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Carey PL, Benge JR, Haynes RJ. 2009. Comparison of soil quality and nutrient
budgets between organic and conventional kiwifruit orchards.
Agricultural,Ecosystems and Environment 132, 7-15.
Dianawati M dan Supriyadi H. 2008. Penggunaan Kompos Limbah Jamur Merang
untuk Tanaman Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat,
Bogor.

18

Dixon JB, Weed SB. 1989. Minerals in Soil Environtments (2nd Edition). SSA
Book Series 1. Soil Science Society of America, USA.
Dudal R dan H. Jahja. 1957. Soil Survey in Indonesia. Pemberitaan Balai Besar
Penyelidikan Pertanian. Bogor, Indonesia No. 147-149.
Efendi, Kusnama, Hermanto. 1998. Peta Geologi Bersistem, Indonesia. Lembar
Bogor 9.XIII-D Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi. Bandung.
Geomuriandari ANA. 2008. Pengelolaan Unsur Hara Pada Budidaya Tumpangsari
Sayuran Organik : Pertumbuhan dan Serapan K dan S Tanaman Brokoli
(Brassica oleracea) dan Petsai (Brassica pekinensis) Akibat Pemberian
Beberapa Pupuk Organik [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gershuny G, Smillie J. 1999. A Soil-Building Guide for Master Gardeners and
Farmers. Chelsea Green Publishing Company, United States.
Google Earth. 2013. Explore, Search, and Discover.
Http:// www.earthgoogle.com
Hanafiah KA. 2008. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Handoko 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta : Pustaka Jaya.
Hardjowigeno S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Ed. Rev. Akademika
Pressindo. Jakarta.
Kartika ST. 2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap Pertumbuhan
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill. JI Progressif, Vol.3 No.9,
Desember 2006.
Kerr PF. 1959. Optical Mineralogy (3rd Edition). McGraw-Hill Book Company
Inc. New York, USA.
Kurniati N. 1992. Pemupukan NPK dan Bahan Organik Tanaman Teh Muda
(Camellia sinensis L.) pada Tanah Seri Pasir Kelar Malabar-Pangalengan
[SKRIPSI]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Laegreid M, Bockman OC, Kaarstad O. 1999. Agriculture Fertilizers & The
Environtment. CABI Publishing, New York.
Lukito HP, Kouno K, Ando T. 1998. Phosphorus Requirements of Microbial
Biomass in a Regosol and An Andosol. J Soil Biol. Biochem. Vol. 30, No.7
pp. 865-872.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor.
Napoleon A, Fitri SNA. 2012. Respon tanaman selada terhadap pupuk organik
pada ultisol dan inceptisol. Di dalam: Cahyani VR, Ariyanto DP, Dewi WS,
Mulyanto B, editor. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional X Himpunan
Ilmu Tanah Indonesia (HTI): Tanah untuk Kehidupan yang Berkualitas;
2011 Des 6-8; Surakarta, Indonesia. Surakarta (ID): Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian UNS.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia bagi
KeperluanSurvey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. PPT. Bogor.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB, Bogor.
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia,
1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat., Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Stevenson FJ. 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reactions (2nd
Edition). John Wiley & Sons, Inc. New York.
Yuwono, D. 2005. Kompos. Jakarta (ID) : Penebar swadaya.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Data sifat kimia tanah

Kode

pH

Basa-basa dapat dipertukarkan
KTK
Ca2+
Mg2+
K⁺
Na⁺
…………….(me/100 gram)……….……

N
KT1
KT2
IT1
IT2
IT3
IT4
IT5
IT6
IT7
IT8

6.5
6.5
6.4
6.5
6.7
6.6
6.7
6.9
7.0
6.9
6.8

26.29
30.88
28.08
31.63
34.30
30.26
35.78
35.71
33.01
36.56
34.02

0.47
1.24
1.25
1.47
1.45
1.27
1.47
1.70
1.60
2.11
1.45

0.34
0.57
0.55
0.72
0.66
0.56
0.72
0.73
0.77
0.94
0.65

1.08
1.48
1.42
1.85
1.76
1.68
1.92
2.12
1.91
2.15
1.98

4.16
5.19
5.08
5.53
6.26
5.94
6.54
6.55
6.44
7.59
6.76

KB
C-org N-total
….……..(%)………….
22.29
27.48
29.56
30.25
29.55
31.25
29.77
31.08
32.47
34.96
31.85

2.82
3.14
4.20
3.55
3.81
3.68
3.50
4.89
4.46
5.10
4.80

0.16
0.16
0.33
0.25
0.16
0.33
0.25
0.25
0.33
0.33
0.41

C/N

P₂O₅ Tersedia
(ppm)

P₂O₅ Total
(me/100 gram)

17.1
19.09
12.75
14.38
23.13
11.17
14.17
19.79
13.53
15.47
11.67

11.85
33.46
30.65
15.34
15.44
18.13
33.47
48.80
50.23
65.55
64.19

8.04
9.00
7.84
11.30
10.97
10.34
11.87
14.74
14.56
15.90
13.99

19

19
20

Lampiran 2 Data sifat fisik tanah
Kode
N
KT1
KT2
IT1
IT2
IT3
IT4
IT5
IT6
IT7
IT8

Pasir

Debu

Klei

….…%.......
17.74
25.58
29.16
19.51
21.62
21.13
22.93
21.23
22.66
21.40
23.47

41.02
40.81
41.46
38.96
39.01
38.14
36.01
38.11
41.50
40.58
35.76

41.24
33.61
29.37
41.53
39.37
40.72
41.07
40.66
35.84
38.02
40.76

Kelas Tekstur
Lom klei berdebu
Lom berklei
Lom berklei
Lom berklei
Lom berklei
Lom berklei
Lom berklei
Lom berklei
Lom berklei
Lom berklei
Lom berklei

Struktur
Bentuk
Granular
Granular
Granular
Granular
Granular
Granular
Granular
Granular
Granular
Granular
Granular

Ukuran (mm)
5-10
2-5
2-5
2-5
2-5
2-5
2-5
2-5
2-5
2-5
2-5

Warna
7.5 YR 4/3 (Coklat)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)
7.5 YR 3/2 (Coklat Gelap)

23

Lampiran 3 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983)
Sifat Tanah
C-organik (%)
N-total (%)
C/N
P₂O₅ Total (me/100gram)
P₂O₅ Tersedia (ppm)
KTK (me/100gram)
K⁺ (me/100gram)
Na⁺ (me/100gram)
Ca2⁺ (me/100gram)
Mg2+ (me/100gram)
KB (%)
pH H2O

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

< 1.0
1.0- 2.0
2.10-3.00
3.01-5.00
>5.00
< 0.1
0.1- 1.2
0.21-0.50
0.51-0.75
>0.75
< 5.0
5.0-10.0
11.0-15.0
16-25
>25
60
60
< 5.0
5.0-16.0
17.0-24.0
25-40
>40
< 0.1
0.1- 0.2
0.3- 0.5
0.6-1.0
>1.0
< 0.1
0.1- 0.3
0.4- 0.7
0.8-1.0
>1.0
< 2.0
2.0- 5.0
6.0-10.0
11-20
>20
< 0.4
0.4- 1.0
1.1- 2.0
2.1-8.0
>8.0
70
< 4.5 sangat masam 4.5-5.5 masam 5.6-6.5 agak masam 6.6-7.5 netral 7.6-8.5 agak alkalis
>8.5 alkalis

21

24

22

Lampiran 4 Data curah hujan (mm) tahun 2000-2011
BULAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
Rata-Rata
Bulan Basah (BB)
Bulan Kering (BK)
Bulan Lembab (BL)
Q (%)

TAHUN
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

448.8
337.8
293.7
376.1
246.4
120.9
220.0
35.7
97.7
219.0
337.7
118.5
237.7
10
1
1

578.0
698.5
498.9
367.9
281.9
134.1
70.3
50.7
117.0
374.2
439.3
75.9
307.2
9
1
2

633.9
658.5
337.6
339.6
28.4
151.2
185.9
81.4
22.6
47.1
216.9
262.2
247.1
8
3
1

136.9
581.9
245.1
262.8
165.9
21.1
0.6
206.9
246.7
289.7
264.0
372.2
232.8
10
2
0

289.6
511.1
269.4
354.9
242.3
39.8
72.0
7.8
154.8
135.1
187.6
466.4
227.6
9
2
1

684.8 692.7
414.7 446.8
318.4 157.3
125.6 308.8
163.6 134.5
237.8 41.0
140.1 13.7
206.1
6.6
202.4 20.5
192.3 98.4
263.3 158.1
282.2 550.7
269.3 219.1
12
7
0
4
0
1
16.81

399.5
927.9
395.2
384.7
113.6
130.1
8.2
73.6
62.7
166.0
234.5
583.5
290.0
9
1
2

320.5
513.6
516.3
405.3
155.9
63.9
3.3
101.8
161.4
225.8
471.9
252.5
266.0
10
1
1

416.2
534.2
386.4
220.3
368.7
128.4
87.2
14.9
64.6
356.1
308.6
229.9
259.6
9
1
2

604.1
531.0
470.7
81.5
288.7
254.8
137.2
304.9
373.8
424.9
285.5
290.5
337.3
11
0
1

389.2
263.4
223.6
216.0
175.1
140.7
38.9
8.8
57.4
254.6
394.5
251.8
201.2
9
3
0

Sumber : BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Citeko Bogor

Lampiran 5 Data suhu udara (°C) tahun 2000-2011
BULAN
JANUARI
FEBRUARI
MATERT
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
Rata-Rata

TAHUN
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
20.3
21.2
21.5
21.2
21.7
21.6
21.3
21.3
21.5
21.5
21.2
21.6
21.3

21.6
20.4
21.2
21.6
21.8
21.7
21.3
21.3
21.5
21.5
21.1
21.1
21.3

20.4
20.6
20.9
21.2
21.3
21.3
20.9
20.6
21.0
22.2
21.9
21.7
21.2

21.4
20.7
21.7
21.6
21.8
21.4
21.0
21.0
21.0
21.2
21.3
20.7
21.2

20.9
19.8
21.5
21.7
21.6
20.9
20.0
20.6
21.0
21.5
21.5
21.0
21.0

20.6
19.5
21.1
21.6
21.7
21.4
21.0
21.2
21.3
21.3
21.6
21.1
21.1

20.7
20.8
21.4
21.6
21.7
21.3
21.2
20.3
21.5
21.7
21.8
21.4
21.3

21.4
19.1
21.2
21.2
21.7
20.6
21.2
20.9
21.2
21.3
21.5
21.1
21.0

21.1
18.5
20.8
21.0
21.1
20.4
21.0
20.7
21.3
21.5
21.6
21.6
20.9

20.1
20.2
21.0
21.8
21.7
21.7
21.2
21.3
21.9
21.8
21.7
22.0
21.4

20.6
21.3
21.6
22.5
22.4
21.5
21.3
21.3
21.2
21.3
21.5
21.1
21.5

20.5
20.9
21.1
21.3
21.5
21.3
20.9
21.1
21.0
21.9
21.1
22.0
21.2

Rata-Rata
20.8
20.3
21.3
21.5
21.7
21.3
21.0
21.0
21.3
21.6
21.5
21.4
21.2

Sumber : BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Citeko Bogor

23

24
23

Lampiran 6 Deskripsi profil tanah
Nama Tanah
: Acrudoxic Hapludands (Soil