Analisis Kelayakan usaha Burung Lovebird (Agapornis) studi Kasus: Usaha Bapak Tono di Tuban, Jawa Timur

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BURUNG
LOVEBIRD (Agapornis)
Studi Kasus: Usaha Bapak Tono di Tuban, Jawa Timur

YANUARIO SYAHPUTRA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Kelayakan Usaha Budidaya Burung Lovebird (Agapornis) Studi Kasus: Usaha
Bapak Tono di Tuban, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor,

Desember 2014

Yanuario Syahputra
NIM H34090046

ABSTRAK
YANUARIO SYAHPUTRA. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Burung
Lovebird (Agapornis) Studi Kasus: Usaha Bapak Tono di Tuban, Jawa Timur.
Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.
Burung Lovebird (Agapornis) merupakan komoditas yang baru memasuki
pasar domestik maupun luar negeri beberapa tahun ini yang memiliki keunggulan
kompetitif dalam perekonomian nasional. Salah satu penangkar di Kabupaten
Tuban adalah Bapak Tono. Adanya peluang dalam memenuhi permintaan dari
pengepul dan penghobi mendorong bisnis ini untuk menjalankan usaha. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha budidaya burung Lovebird

dengan studi kasus usaha Bapak Tono ditinjau dari aspek non finansial dan aspek
finansial. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan
hasil analisis aspek non finansial usaha Bapak Tono layak untuk dijalankan karena
tidak ada kendala dalam aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
hukum, dan aspek sosial lingkungan. Sedangkan menurut perhitungan kriteria
investasi diperoleh bahwa usaha Bapak Tono adalah layak untuk dijalankan
dengan nilai NPV sebesar Rp1 717 985 715.50, Net B/C sebesar 3.132, IRR
sebesar 53.46 persen, dan payback period usaha ini selama 3 tahun 8 bulan 18
hari.
Kata kunci: peluang, analisis non finansial, kriteria investasi
ABSTRACT
YANUARIO SYAHPUTRA. Analysis on The Business Feasibility of Farming
Lovebird (Agapornis) Case Study: Mr. Tono’s Business in Tuban, West Java.
Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.
Lovebird (Agapornis) is a commodity that is just entering the domestic
market and abroad several years with a competitive advantage in the national
economy. One breeder in Tuban is Mr. Tono’s. The opportunity to meet the
demand of collectors and hobbyists has encouraged to conduct business. The
purpose of this study was to analyze the feasibility of raising Lovebird of Mr.
Tono’s business in terms of nonfinancial and financial aspects. Data processing

was done qualitatively and quantitatively. Based on the results of the analysis of
non-financial aspects Mr. Tono’s business was feasible because there are no
obstacles in the market aspects, technical aspects, management aspects, legal
aspects, environmental and social aspects. Meanwhile, according to the
calculation of the financial aspects Mr. Tono’s business was feasible with NPV
value of Rp1 717 985 715.50, Net B/C of 3.132 , IRR of 53.46 percent, and a
payback period 3 years 8 month 18 days.
Keywords: change, non-financial analysis, investment criteria

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BURUNG LOVEBIRD
(Agapornis)
Studi Kasus: Usaha Bapak Tono di Tuban, Jawa Timur

YANUARIO SYAHPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan usaha Burung Lovebird (Agapornis) studi
Kasus: Usaha Bapak Tono di Tuban, Jawa Timur
Nama
: Yanuario Syahputra
NIM
: H34090046

Disetujui oleh

,a/

s


G{
:

Ir Juniar Atmakusuma. MS
Pembimbing

Diketahui oleh

ffi
Tanggal

Lulus: 0 2 .nru eOtS

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan
pada bulan September sampai Oktober 2013 dengan judul “Analisis Kelayakan
Usaha Burung Lovebird (Agapornis) Studi Kasus: Usaha Bapak Tono di Tuban,
Jawa Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha burung

Lovebird dengan studi kasus usaha Bapak Tono bila ditinjau dari aspek non
finansial dan aspek finansial.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Juniar Atmakusuma, MS
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para staf dan dosen
Departemen Agribisnis yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian
skripsi, dan Bapak Tono selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan
informasi serta menjadi tempat penelitian penulis, serta teman-teman
seperjuangan yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada abi, umi, kakak, dan adik, serta seluruh
keluarga atas segala do’a dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor,

Desember 2014
Yanuario Syahputra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah


4

Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA

7

Sejarah Burung Lovebird (Agapornis)

7

Budidaya Burung Lovebird


8

Penelitian Terdahulu : Kelayakan Produk Hobiis

11

Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

13

KERANGKA PEMIKIRAN

14

Kerangka Pemikiran Teoritis

14

Kerangka Pemikiran Operasional


20

METODE PENELITIAN

22

Lokasi dan Waktu Penelitian

22

Jenis dan Sumber Data

22

Metode Pengumpulan Data

22

Metode Pengolahan Data


22

Asumsi Dasar Penelitian

27

GAMBARAN UMUM USAHA

28

Lokasi Usaha

28

Sejarah Usaha

29

Varian Lovebird yang Dibudidayakan di Penangkaran Bapak Tono

30

HASIL DAN PEMBAHASAN

34

Analisis Aspek Non finansial

34

Analisis Aspek Finansial

41

SIMPULAN DAN SARAN

51

Simpulan

51

Saran

52

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

55

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Data pecinta burung kicau di Jawa Timur (2014)
Data jumlah produksi burung kicau di Kabupaten Tuban dari Januari
2014 sampai September 2014
Data jumlah kios burung di Kabupaten Tuban
Data permintaan dan penawaran usaha milik Bapak Tono
Rincian biaya tetap usaha peternakan Lovebird milik Bapak Tono
Rincian biaya variabel

3
3
5
35
46
48

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Persentase penyebaran hewan peliharaan di pulau Jawa dan Bali
Persentase burung kicauan yang dipelihara di Indonesia (2012)
Grafik market share permintaan Lovebird di Kabupaten Tuban
Glodok
Perbedaan kelamin dapat dilihat dari bentuk sayap
Penjodohan Lovebird
Pengeraman dan penetasan
Meloloh anakan dengan bubur bayi instan
Kerangka pemikiran operasional
Beragam sertifikat juara kontes lovebird milik Bapak Tono
Kontes burung kicau yang diikuti Bapak Tono
Lovebird lutino mata merah
Lovebird lutino mata hitam
Lovebird albino mata merah
Lovebird blorok
Lovebird pastel kuning
Lovebird pastel hijau
Lovebird pastel biru
Lovebird hitam
Lovebird dakocan
Lovebird hijau standar
Persentase permintaan pelanggan yang terpenuhi oleh Bapak Tono
Saluran pemasaran usaha peternakan Lovebird milik Bapak Tono
Sarana dan prasarana produksi
Masa pengawinan dan pengeraman telur
Penanganan pasca lepas sapih
Anakan siap jual umur 2 bulan di dalam kandang umbaran
Struktur organisasi usaha burung Lovebird (Agapornis) milik Bapak
Tono
29 Grafik hubungan nilai NPV dan IRR usaha Bapak Tono

2
2
6
8
9
10
11
11
21
30
30
31
31
31
32
32
32
33
33
33
34
35
36
37
38
39
39
40
50

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Layout usaha penangkaran Bapak Tono
Kegiatan usaha burung Lovebird (Agapornis) milik Bapak Tono
Biaya investasi dan penyusutannya
Biaya re-investasi usaha peternakan burung Lovebird Bapak Tono
Proyeksi laba rugi
Proyeksi cash flow
Analisis switching value usaha budidaya burung Lovebird milik Bapak
Tono
Kuesioner penelitian untuk analisis kelayakan usaha burung Lovebird di
peternakan Bapak Tono, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban

57
58
59
60
61
62
64
66

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, tingkat daya beli rata – rata masyarakat
Indonesia semakin meningkat seiring bertambahnya tingkat pendapatan rata rata
mereka. Hal ini menyebabkan perubahan beberapa faktor, salah satunya adalah
perubahan gaya hidup seperti perubahan kebutuhan tersier menjadi kebutuhan
sekunder, dan kebutuhan sekunder menjadi primer. Perubahan ini terjadi
dikarenakan masyarakat merasa mampu untuk memenuhi kebutuhan primer
seperti sandang, pangan, papan dan mereka akan menggunakan kelebihan
pendapatan mereka untuk terus memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.
Contoh kebutuhan tersier adalah hobi, dimana mereka dapat menjernihkan pikiran
dari kepenatan sehari – hari dengan meluangkan waktu dan terkadang
membutuhkan dana tambahan untuk melakukannya.
Hobi atau minat merupakan sebuah kebutuhan bagi sebagian masyarakat
Indonesia dalam memanfaatkan waktu luang mereka. Menurut Hurlock (1990),
minat adalah sesuatu yang bisa mendorong rasa semangat akan melakkukan
sesuatu hal dan dapat berubah – ubah. Minat disini dapat menjadi motivasi, bisa
turun dan naik dalam siklus kepuasan yang didapatnya sehingga minat ini tidak
bersifat permanen.
Hobi memelihara burung di Indonesia memang memiliki banyak peminat.
Berbagai alasan digunakan oleh para pecinta burung. Burung memiliki keunikan,
keindahan suara dan kecantikan warna-warni bulunya yang mampu memberikan
kepuasan tersendiri bagi para pemiliknya. Suara dari beberapa jenis burung
sangat merdu, yang memukau telinga para pecinta burung sehingga sering
diikutsertakan dalam berbagai kontes burung berkicau. Dan memiliki burung
jawara kontes akan menambah kepuasan dan kebanggaan bagi para pecinta hobi
memelihara burung. Ada juga beberapa jenis burung yang cukup unik. Burung
beo dan kakaktua misalnya, keduanya memiliki kemampuan mengikuti suara
manusia.
Banyak sekali jenis burung yang dapat dipelihara, bahkan ada pula burungburung langka yang mendapat perlindungan dari pemerintah, seperti Kasuari dan
Cendrawasih. Untuk memelihara jenis burung ini, harus mendapatkan ijin dari
pemerintah. Sebagian besar jenis burung yang banyak dipelihara oleh para pecinta
burung adalah burung dengan tampilan cantik dan kicauan merdu. Dan setiap
jenis burung punya kecantikan dan keunikannya tersendiri.
Hobi memelihara burung, semakin hari semakin banyak peminatnya, meski
terkadang hobi ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Meski tampak mudah
merawatnya karena hanya memerlukan sebuah sangkar dan tempat makan-minum,
namun perlu trik khusus, kualitas pakan dan kemampuan melatih yang benar.
Berdasar pada penelitian Jepson dan Ladle (2006), sebesar 35,70 persen dari
penduduk di Pulau Jawa dan Bali menjadikan burung sebagai hewan peliharaan.

2

1%
4%

3%

5%

5%
35,70%
10%

13%
23,30%

Gambar 1 Persentase penyebaran hewan peliharaan di pulau Jawa dan Bali
Sumber: Jepson dan Ladle (2006)
Menurut salah satu artikel burung kicau di Indonesia (Indobird 2012)
menyatakan bahwa salah satu burung kicau yang paling banyak dipelihara adalah
burung Lovebird dibanding burung kicau lainnya. Sebesar 20 persen penduduk di
Indonesia pada tahun 2012 memilih burung Lovebird sebagai peliharaan
dibandingkan dengan burung kicauan jenis lain seperti kenari, kacer, murai batu,
anis, pleci, dan lainnya.

Gambar 2 Persentase burung kicauan yang dipelihara di Indonesia (2012)
Sumber : http://www.indobird.com/2012/peliharaan-lovebird.html
[diakses pada tanggal 2014 Desember 20]

3

Burung Lovebird memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan burung
kicau lainnya, diantaranya adalah varian warna yang beragam, kemerduan suara,
kelincahan, dan bentuk badannya yang kecil membuatnya menarik. Perawatan
dari burung Lovebird pun tergolong mudah karena burung ini tahan terhadap
penyakit. (Dewi 2011)
Kabupaten Tuban merupakan salah satu kota dengan jumlah pecinta burung
kicau terbesar di Jawa Timur yaitu mencapai 145 orang aktif. Hal ini berdasarkan
data Paguyuban Manuk Oceh Jatim (2014) yang menyatakan bahwa pecinta
burung kicau di Jawa Timur terbanyak keempat adalah Kabupaten Tuban. Selain
itu, Kabupaten Tuban merupakan salah satu kota yang sering mengadakan kontes
burung kicauan. Hampir setiap dua hari sekali diadakan kontes di Kabupaten
Tuban dengan berbagai tingkatan dan kriteria penilaian.
Tabel 1 Data pecinta burung kicau di Jawa Timur (2014)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kabupaten
Madiun
Magetan
Pacitan
Ponorogo
Ngawi
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Nganjuk
Bojonegoro
Tuban
Mojokerto
Kediri
Jombang
Lamongan

Jumlah Anggota (orang)
98
88
87
110
121
136
94
96
89
106
145
115
119
134
166

No.
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Kabupaten
Malang
Pasuruan
Probolinggo
Lumajang
Jember
Bondowoso
Situbondo
Banyuwangi
Sidoarjo
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
Surabaya

Jumlah Anggota (orang)
187
88
87
110
95
136
94
96
89
115
119
134
93
114
205

Sumber: Paguyuban Manuk Oceh Jatim (2014)
Data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tuban (2014)
menyebutkan bahwa jumlah produksi rata-rata ternak untuk komoditi burung
kicau sebanyak 645,6 ekor per bulan dari Januari sampai September tahun 2014.
Hasil produksi burung kicau di Kabupaten Tuban relatif stabil dari bulan Januari
hingga bulan September.
Tabel 2 Data jumlah produksi burung kicau di Kabupaten Tuban dari Januari
2014 sampai September 2014
Komoditi

Januari Februari
Burung kicau
596
664
Rata-rata produksi 645,56

Maret
678

Tahun 2014 Bulan (per ekor)
April
Mei
Juni
552
531
736

Juli
Agustus September
673
687
693

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tuban (2014)
Asosiasi Kicau Mania Kabupaten Tuban (AKMT) menyatakan bahwa
burung yang paling digemari saat ini adalah burung Lovebird dibandingkan
dengan burung kicau yang lain. Bahkan hampir setiap rumah di Kabupaten Tuban
ini memiliki burung jenis ini, selain keindahan bulunya burung ini pun tergolong
cerdas sehingga ada beberapa penghobi yang melatihnya sebagai teman bermain.

4

Banyaknya para pecinta burung kicauan dilirik oleh beberapa pelaku usaha
sebagai peluang bisnis baru yang menjanjikan dalam beternak burung kicauan.
Dengan banyaknya jenis burung kicauan di Indonesia yang menjadikan peluang
bisnis ini berkali lipat. Salah satu penangkar burung Lovebird di Kabupaten Tuban
adalah Bapak Tono yang memanfaatkan lahan kosong miliknya untuk dijadikan
penangkaran.
Bapak Tono adalah penangkar Lovebird pertama di Kabupaten Tuban dan
mulai memperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 2008. Bapak Tono mulai
memfokuskan usahanya pada tahun 2009 karena mendapat permintaan dari
rekannya yang memiliki kios burung. Pada tahun 2009 Bapak Tono merupakan
satu – satunya penangkar Lovebird di Kabupaten Tuban dan belum memiliki
pesaing, tetapi pada tahun 2012 sampai sekarang Bapak Tono memiliki dua
pesaing yaitu Bapak Antok dan Bapak Hari. Permintaan Lovebird yang paling
banyak di Kabupaten Tuban adalah kepada Bapak Tono karena pada usaha Bapak
Tono ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan yang lain,
diantaranya varian warna Lovebird di penangkaran lebih banyak dan variatif
sehingga calon pembeli lebih tertarik dan memiliki banyak pilihan, anakan burung
yang dijual memiliki postur tubuh besar dan sehat karena beberapa trik perawatan
yang khusus dan keunggulan yang terakhir penangkaran Bapak Tono memberikan
garansi jenis kelamin burung yang dipilih.
Dalam kegiatan usaha budidaya burung Lovebird ini diperlukan dana
investasi yang relatif besar dan dana yang telah dikeluarkan diharapkan dapat
memberi keuntungan bagi Bapak Tono. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis
kelayakan terhadap usaha untuk melihat berapa keuntungan dan berapa lama
tingkat pengembalian modal untuk beberapa tahun kedepan, sehingga nantinya
dapat diketahui apakah usaha ini layak untuk dijalankan atau tidak dilihat dari
aspek finansial maupun non-finansial.
Rumusan Masalah
Data dari Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban (2014)
mengatakan bahwa jumlah kios burung yang masih beroperasi di kawasan
Kabupaten Tuban sebanyak 1 015 kios. Dari 20 kecamatan di Tuban, kecamatan
yang memiliki kios terbanyak berada di Kecamatan Tuban sehingga penangkar
lebih banyak menjalankan usahanya di kecamatan ini karena kedekatannya
dengan pasar induk. Sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh
peternak, seperti biaya transportasi, upah angkut, dan lainnya.
Untuk menyalurkan hobi memelihara burung kicau, Asosiasi Kicau Mania
Kabupaten Tuban (AKMT) menyelenggarakan acara mingguan berupa kontes
burung. Acara ini diadakan setiap hari sabtu dan minggu di setiap kecamatan di
Kabupaten Tuban dan bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar pecinta
burung kicau. Dari berbagai jenis burung kicau hampir semua dilombakan dengan
penilaian yang telah ditetapkan panitia dan juri. Salah satu burung kicauan yang
paling favorit dilombakan dan banyak pesertanya adalah burung Lovebird karena
beberapa keunikan bentuk tubuh dan suara ocehannya.

5

Tabel 3 Data jumlah kios burung di Kabupaten Tuban
Kecamatan
Bancar
Bangilan
Tuban
Jatirogo
Kenduruan
Kerek
Merakurak
Montong
Palang
Parengan
Plumpang
Rengel
Semanding
Senori
Singgahan
Soko
Tambakboyo
Widang
Grabagan
Jenu
Total

Januari Februari
41
41
35
35
80
80
29
29
32
32
40
40
55
55
61
61
43
43
54
54
62
62
57
57
44
44
34
34
65
65
36
36
71
66
66
62
68
68
44
42
1 017 1 006

Jumlah kios burung (Tahun 2014)
Maret
April
Mei
Juni
Juli
41
41
41
45
45
35
33
33
33
33
80
80
80
86
86
29
29
29
29
29
32
33
33
33
31
40
40
42
42
42
55
55
55
56
56
61
61
61
61
61
43
43
43
43
43
54
55
55
55
55
61
59
59
59
59
57
58
58
55
55
44
44
44
44
47
33
33
33
33
32
65
65
65
65
65
36
36
36
36
36
66
66
66
69
69
62
62
62
62
62
68
68
68
68
63
42
42
44
44
44
1 004
1 003
1 007
1 018
1 013

Agustus September
45
46
32
31
86
86
30
31
31
31
42
42
56
56
61
62
43
43
55
55
58
58
55
55
47
47
31
31
66
66
37
37
69
69
62
62
63
63
44
44
1 013
1 015

Sumber : Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban (2014)
Dilihat dari banyaknya kios-kios burung dan perlombaan burung kicau di
Kabupaten Tuban merupakan salah satu peluang untuk mengembangbiakkan
burung Lovebird karena permintaan yang cukup tinggi. Hal ini menjadi potensi
yang dapat dikembangkan khususnya dalam hal penangkaran burung kicau.
Peluang ini dimanfaatkan oleh Bapak Tono untuk menjalankan dan
mengembangkan usaha penangkaran burung Lovebirdnya.
Permintaan burung Lovebird di penangkaran Bapak Tono setiap bulannya
sebanyak 1 000 ekor untuk anakan usia 2 bulan. Permintaan tersebut merupakan
permintaan dari para pengepul, pemilik kios, dan penghobi. Sedangkan
penangkaran Bapak Tono rata-rata hanya dapat memproduksi 100 ekor anakan
setiap bulannya. Terjadinya excess demand ini yang memotivasi Bapak Tono
untuk menekuni usaha budidaya burung Lovebird.
Dalam Asosiasi Kicau Mania Tuban (AKMT) terdapat 3 anggota yang
beternak Lovebird saat ini. Bapak Tono adalah salah satu anggota yang
membudidayakan burung Lovebird dan merupakan penangkar pertama di
Kabupaten Tuban, skala usaha Bapak Tono pun merupakan yang terbesar
dibanding kedua peternak lainnya. Peternak yang lain bernama Bapak Antok dan
Bapak Hari, masing – masing hanya baru bisa menyuplai ke pasar per bulannya
sebanyak 30 ekor dan 20 ekor. Permintaan pasar di Kabupaten Tuban untuk
Lovebird sendiri mencapai 2 000 ekor per bulannya, permintaan terbesar ditujukan
kepada Bapak Tono karena dari segi kualitas sudah terjamin dan terbukti dari
beberapa kontes burung yang dia juarai, selain itu dari varian warna Lovebird
penangkaran milik Bapak Tono lebih banyak sehingga para pembeli akan lebih
puas dalam memilih. Berikut gambar grafik market share dari ketiga peternak di
Kabupaten Tuban.

6

Gambar 3 Grafik market share permintaan Lovebird di Kabupaten Tuban
Dalam menjalankan usaha ini pemilik telah mengeluarkan investasi yang
besar, seperti pendirian bangunan, pembuatan kandang, pembelian indukan
burung Lovebird, exhaust fan, dan inkubator serta peralatan lain untuk
mendukung proses produksi. Biaya investasi usaha mencapai Rp1 089 410 000.
Namun investasi yang besar tersebut belum diketahui seberapa besar manfaat
yang akan diberikan pada usaha ini.
Dalam kegiatan sehari-hari faktor ketidakpastian selalu ada, apalagi dalam
sektor peternakan. Untuk itu diperlukan analisis sensitivitas untuk menilai apa
yang akan terjadi dengan analisis kelayakan usaha burung Lovebird di
penangkaran milik Bapak Tono apabila terjadi perubahaan dalam perhitungan
biaya dan manfaat. Perubahan ini didasarkan pada kejadian sebelumnya yang
pernah dialami. Salah satu contoh dengan memperhatikan komponen output
produksi anakan burung Lovebird yang dapat menurun pada kondisi tertentu, hal
ini disebabkan oleh pengaruh cuaca yang berakibat menurunnya daya tetas telur
dan daya hidup anakan Lovebird. Kondisi ini akan mempengaruhi penerimaan dan
keuntungan usaha budidaya di peternakan Bapak Tono.
Melihat kondisi tersebut, peneliti akan melakukan analisis kelayakan usaha
burung Lovebird di penangkaran milik Bapak Tono untuk mengevaluasi dan
memprediksi kedepannya apakah usaha ini akan memberi keuntungan serta berapa
lama tingkat pengembalian terhadap investasi yang telah ditanam. Dengan hasil
analisis ini diharapkan nantinya akan diketahui seberapa layak usaha tersebut
untuk dijalankan, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi Bapak Tono.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya Lovebird dilihat dari aspek non
finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum,
dan aspek sosial lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya Lovebird dilihat dari kriteria investasi
yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit / Cost Ratio (Net B/C Ratio),
Internal Rate of return (IRR), dan Payback Period (PP)?
3. Bagaimana tingkat kepekaan atau sensitivitas dari usaha budidaya burung
Lovebird milik Bapak Tono?

7

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian
terhadap usaha budidaya burung Lovebird milik Bapak Tono memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
1.
Menganalisis kelayakan usaha budidaya burung Lovebird dilihat dari aspek
non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
hukum, dan aspek sosial lingkungan.
2.
Menganalisis kelayakan usaha budidaya burung Lovebird dilihat dari
kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit adn Cost Ratio
(Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).
3.
Menganalisis tingkat kepekaan atau sensitivitas dari usaha budidaya burung
Lovebird milik Bapak Tono.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain:
1.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah kemampuan
berkomunikasi dengan masyarakat luas, menambah wawasan dan berguna
untuk mengembangkan daya analisis kelayakan pengembangan usaha serta
penerapan teori-teori yang telah diperoleh semasa perkuliahan.
2.
Bagi pembudidaya burung Lovebird, penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi dalam melakukan pertimbangan usaha dan kelayakan usaha untuk
keberlanjutannya agar mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan
yang maksimal.
3.
Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi
dalam mempertimbangkan penanaman modal pada usaha budidaya burung
Lovebird.
4.
Bagi akademisi, penelitian ini sebagai informasi dan bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Burung Lovebird (Agapornis)
Lovebird merupakan burung endemik Benua Afrika. Lovebird pertama kali
ditemukan pada tahun 1600. Lovebird merupakan burung kesayangan yang mudah
dijinakkan sehingga banyak orang yang ingin memeliharanya. Pada tahun 19001927, penjelajah Eropa bernama Fischer menyembunyikan burung Lovebird
dikapalnya. Burung tersebut dinamakan Fischer Lovebird.
Di Inggris, Lovebird dikenal sebagai burung peliharaan berbulu cantik dan
bersuara merdu. Di tempat asalnya, Lovebird dilombakan karena kemerduan suara
dan keindahan warnanya. Karena itu, varietas warna Lovebird dari tahun ke tahun
bertambah banyak. Padahal, pada awalnya Lovebird hanya memiliki sembilan
spesies dengan sembilan warna dasar. Lovebird terus dikembangkan sehingga
memiliki warna yang beragam dari hasil persilangan yang terus-menerus

8

dilakukan, terutama oleh masyarakat di Benua Eropa. Namun, hanya beberapa
spesies yang berhasil dikembangkan dan dikomersialkan (Sitanggang dkk, 2011).
Budidaya Burung Lovebird
Penangkaran burung Lovebird
Kandang yang digunakan untuk tempat hidup burung kicau sangat beragam,
yaitu sangkar dan kandang. Hal ini tergantung dari jenis burung yang akan
dipelihara. Setiap jenis burung memiliki karakter dan kebiasaan yang berbeda.
Burung Lovebird merupakan burung yang memiliki paruh bengkok dan sangat
kuat, serta dikenal sebagai hewan pengerat. Oleh karena itu, diperlukan Kandang
dari bahan yang tidak bisa rusak karena gigitan Lovebird, yaitu sangkar yang
terbuat dari kawat atau logam lainnya. Kawat ram atau sangkar besi yang
digunakan berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm yang bisa ditempati sepasang
Lovebird. Kemudian perlu disiapkan tempat untuk bertelur yang terbuat dari kotak
kayu dengan ukuran 25 cm x 20 cm x 25 cm dan juga tenggeran.

Gambar 4 Glodok
Perbedaan burung Lovebird jantan dan betina
Terdapat banyak jenis burung Lovebird yang berada di Indonesia, seperti
fisher Lovebird, Lovebird mawar, dan Lovebird leher kuning. Masing–masing
jenis tersebut bersifat not–sexually dimorphic. Artinya, antara jantan dan betina
memiliki bentuk fisik yang sama. Oleh karena itu, butuh teknik khusus dan
pengalaman untuk membedakan antara Lovebird jantan dan betina. Secara fisik
jenis kelamin pada Lovebird sangat sulit dibedakan. Jangan tertipu oleh Lovebird
yang kawin, karena Lovebird yang kawin belum tentu Lovebird tersebut jantan
dan betina. Bisa jadi Lovebird tersebut jantan semua atau betina semua. Cirinya
adalah jika kira-kira dua minggu setelah kawin Lovebird tersebut tidak juga
bertelur berarti Lovebird tersebut jantan semua dan sebaliknya jika kira-kira 2
minggu setelah kawin Lovebird tersebut bertelur lebih dari 6 telur kemungkinan
besar Lovebird tersebut betina semua.
Cara yang digunakan kebanyakan orang di Indonesia untuk membedakan
jenis kelamin Lovebird adalah dengan cara meraba tulang supit, dimana jika jarak
antara kedua tulang supit renggang dan terasa lentur maka Lovebird tersebut
biasanya berjenis kelamin betina. Jika jarak antara tulang supit sempit terasa keras
biasanya Lovebird tersebut berjenis kelamin jantan. Namun, cara tersebut tidak
100% benar. Untuk cara yang paling akurat yang sering dilakukan oleh orangorang barat yaitu dengan cara tes darah dengan jalan mencabut sehelai bulu
Lovebird dimana pada pangkal bulu Lovebird tersebut terdapat sedikit darah yang
menempel selanjutnya dibawa ke laboratorium yang khusus untuk meneliti jenis
kelamin Lovebird. Cara inilah, cara yang sangat akurat untuk menentukan jenis
kelamin Lovebird. Cara lain yang digunakan para penghobi burung ini dengan

9

menggunakan jarum atau logam lainnya yang digantung bebas dengan benang
kemudian didekatkan diatas kepala burung, jika jarum atau logam bergerak maju
mundur maka burung itu jantan dan jika bergerak memutar maka burung itu
betina.

Gambar 5 Perbedaan kelamin dapat dilihat dari bentuk sayap
Pemilihan calon indukan
Lovebird bisa bertelur pada usia 8 bulan. Namun, usia tersebut kurang baik
untuk produktivitas Lovebird. Pada usia 8 bulan Lovebird belum benar-benar
matang untuk berproduksi, sehingga sering terjadi kegagalan dalam penetasan.
Kalaupun berhasil kemungkinannya sangat kecil dan kualitas Lovebird yang
dihasilkan biasanya kurang bagus. Untuk usia yang bagus yaitu usia 1 tahun, pada
usia tersebut Lovebird benar-benar sudah siap untuk berproduksi. Ciri – ciri calon
indukan betina yang bagus adalah durasi suaranya saat “ngekek” lumayan
panjang, bagian perut sampai pantat menggembung, badan besar dan tegap.
Sedangkan ciri calon pejantan yang bagus adalah “pen” atau alat kelaminnya
besar dan panjang, paruh tebal.
Penjodohan burung Lovebird
Lovebird adalah salah satu jenis burung yang setia dengan pasangannya.
Burung ini hanya mau kawin pada satu pasangan saja. Ini berlaku sampai mereka
mati. Maka dari itu, perlu ada penanganan khusus untuk menjodohkan Lovebird.
Untuk menjodohkan Lovebird, letakkan masing–masing jantan betina di sangkar
terpisah dan dekatkan kedua sangkar tersebut. Kalau mereka selalu berdekatan
maka kemungkinan besar sudah berjodoh. Proses ini biasanya memakan waktu 3–
7 hari. Proses penjodohan ini bisa sangat cepat bila dilakukan saat masing–
masing Lovebird tersebut sudah memasuki masa berahi.
Masa birahi ini ditandai dengan perilaku – perilaku tertentu, seperti sering
berkicau serta melakukan aktivitas – aktivitas birahi, yaitu jantan berusaha
mengawini benda – benda didekatnya, merunduk serta membuka sayap dengan
ekor bergerak naik turun. Jika jantan dan betina tersebut sudah berjodoh, maka
keduanya siap untuk dimasukkan ke dalam sebuah sangkar penangkaran. Ada hal
yang harus diingat: Jika setelah dikumpulkan dalam satu kandang ternyata tidak
mau kawin atau selalu kejar–kejaran maka dipastburung penjodohan ini telah
gagal. Cobalah untuk mengulangi lagi proses ini dengan menukar salah satunya
dengan Lovebird yang lain. Ada juga kejadian unik, yaitu pasangan tersebut cerai.
Hal ini biasanya terjadi karena kondisi kandang yang kurang nyaman, stres,
maupun perebutan makanan.

10

Alternatif lain untuk penjodohan adalah dengan mengumpulkan banyak
Lovebird sekaligus disebuah kandang yang besar. Paling tidak harus ada lima
pasang Lovebird dalam kandang tersebut. Satu hal yang harus diingat pula bahwa
Lovebird tidak mengenal poligami atau poliandri seperti layaknya bangsa burung
yang lain. Oleh karena itu, jumlah Lovebird yang terdapat dalam kandang besar
tersebut antara najntan dan betinna harus sama. Kalau ada sepasang Lovebird
yang sudah berjodoh, mereka biasanya langsung masuk ke glodok untuk kawin
dan bertelur. Apabila hal tersebut sudah terlihat, maka kita dapat memindahkan
sepasang Lovebird tersebut ke kandang penangkaran.

Gambar 6 Penjodohan Lovebird
Masa bertelur, mengeram, dan menetas
Apabila Lovebird sudah mulai kawin, burung akan mencari tempat untuk
bertelur. Oleh karena itu, dalam kandang harus disediakan “glodok” sebagai kotak
sarang. Siapkan pula alas pengeraman di dasar “glodok” tersebut secara insting
biasanya Lovebird tetap mencari bahan untuk membuat sarang. Di alam bebas,
biasanya mereka mengumpulkan berbagai ranting kecil, tangkai daun, dan
sebagainya.
Tebarkan ranting – ranting kecil, tangkai daun maupun kulit jagung kering
didasar kandang. Diusahakan pula untuk tidak menebarkan bahan – bahan yang
masih basah atau segar. Gunakan yang sudah kering saja. Bahan – bahan yang
masih segar dapat membusuk di dalam glodok. Hal ini bisa menimbulkan masalah
sendiri. Selain itu, jangan gunakan sebagai bahan yang bersifat sintesis seperti
serat plastik maupun karet. Bahan – bahan sintesis bisa menjadi racun apabila
termakan oleh Lovebird. Umumnya Lovebird bertelur sampai enam butir. Jangan
khawatir jika Lovebird tidak langsung mengeram. Biasanya burung ini baru akan
mengerami telurnya setelah telur ketiga keluar. Pada saat pengeraman, induk
Lovebird akan sesekali keluar dari glodok untuk makan, mandi, atau sekadar
merentangkan sayap.
Telur – telur Lovebird akan menetes setelah dierami selama 21 – 23 hari.
Ada yang unik dari Lovebird, yaitu proses penetasan telur ini bisa memakan
waktu cukup lama, yaitu sekitar 24 jam. Hal ini alami dan jangan khawatir karena
pada saat proses penetasan tersebut memang sedang terjadi berbagai penyesuaian
di dalam tubuh anak Lovebird. Sebaiknya peternak tidak turut campur dalam
proses penetasan yang lama ini karena bisa menyebabkan anak Lovebird menjadi
tumbuh tidak normal maupun cacat. Mungkin pada saat masa pertama keluar tidak
semua telur tersebut bisa menetas atau mandul. Hal ini alami dan tidak perlu
terlalu mengkhawatirkan hal ini. Biasanya Lovebird baru benar – benar produktif
setelah masa bertelur yang kedua dan seterusnya.
Mandulnya telur Lovebird biasanya disebabkan oleh induk yang terlalu
muda, lingkungan yang tidak sehat dan nutrisi yang tidak cukup atau gizi buruk.

11

Jika kemandulan terjadi secara terus menerus maka hal ini patut dicurigai.
Cobalah untuk membuka cangkang telur yang tidak menetas tersebut dan lihatlah
bagaimana perkembangan embrio Lovebird. Jika embrio itu ternyata ada tetapi
hanya setengah jadi, kemungkinan besar ada yang salah dengan proses
pengeraman telurnya. Bisa saja telur tersebut tergelincir keluar sarang sehingga
tidak tererami oleh induknya.

Gambar 7 Pengeraman dan penetasan
Pemberian pakan anakan burung Lovebird
Untuk meningkatkan produktivitas induk Lovebird dapat dilakukan dengan
cara mengambil anak Lovebird pada usia sekitar 4 minggu. Disamping itu, anak
Lovebird akan menjadi lebih jinak sehingga juga dapat meningkatkan harga jual
Lovebird. Anak Lovebird diletakkan pada sebuah kotak yang di beri alas kain
handuk dan diberi lampu 5 watt untuk menjaga kehangatan. Pakan untuk anak
Lovebird bisa menggunakan bubur bayi instant yang banyak dijual di toko sekitar.
Bubur bayi dicampur dengan air hangat.
Pada awalnya campuran yang diberikan dalam bentuk yang tidak terlalu
kental. Semakin bertambah umur anak Lovebird, tingkat kekentalan makanan
semakin bertambah pula. Alat yang digunakan bisa memakai pipet suntik dengan
membuang jarumnya. Pemberian pakan dilakukan minimal tiap 4 jam sekali
secara teratur sampai anakan berumur 1,5 bulan.

Gambar 8 Meloloh anakan dengan bubur bayi instan
Penelitian Terdahulu : Kelayakan Produk Hobiis
Analisis kelayakan usaha budidaya burung Lovebird
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui bermanfaat atau tidak
investasi yang dilakukan oleh seorang pengusaha pada usaha yang akan atau
sedang dijalankannya sehingga menghindarkan pengusaha tersebut dari kegiatan
investasi yang merugikan. Salah satu analisis kelayakan usaha yang dilakukan
adalah pada budidaya burung Lovebird. Burung Lovebird sebagai komoditi baru
di Indonesia memiliki prospek pengembangan usaha. Namun, budidaya burung
Lovebird ini membutuhkan modal yang cukup besar untuk diusahakan sehingga

12

dengan adanya analisis kelayakan usaha dapat diketahui berapa manfaat yang
didapatkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Winata (2012) tentang Analisis Usaha
Peternakan Tasya Lovebird di Kartasura, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam aspek non finansial usaha ini layak dijalankan yang meliputi aspek
pemasaran, anakan Lovebird berusia 2 bulan sampai 3 bulan akan dipasarkan di
pulau Jawa dengan harga yang bervarian tergantung warna dan jenis Lovebird dan
biasanya para pelanggannya akan datang sendiri kerumah. Aspek teknis terlihat
peternakan Tasya ini tidak memiliki kendala baik dalam hal tempat produksi,
pengadaan indukan dan bahan baku lain. Aspek manajemen dari peternakan Tasya
Lovebird sudah tersusun dengan dengan baik yaitu Bapak Gion sebagai pemimpin
dan pemilik usaha ini, Ibu Rahayu sebagai wakil pimpinan, dan memiliki empat
karyawan yang masing – masing diberikan tugas hampir sama. Aspek lingkungan
dari usaha ini dapat mengurangi angka pengangguran daerah Kartasura dan
limbah dari peternakan ini dibuang jauh dari lokasi pemukiman sehingga tidak
mengganggu lingkungan. Dilihat dari aspek non finansial maka usaha ini layak
karena banyak memberikan manfaat bagi pelaku usaha maupun lingkungan
sekitarnya. Dilihat dari hasil NPV sebesar Rp425 793 812.11, IRR sebesar 3.35
persen, payback period dicapai dalam waktu 24 bulan 14 hari, PI sebesar 2.38,
dan BEP sebanyak 158 ekor anakan.
Analisis kelayakan usaha ikan hias air tawar
Penelitian selanjutnya berkaitan tentang ikan hias air tawar, karena penulis
terkendala dengan sedikitnya penelitian tentang burung Lovebird atau burung
kicau lainnya maka penulis menggunakan panduan penelitian terdahulu dengan
karakteristik komoditi yang sama yaitu ikan hias air tawar. Ada beberapa
penelitian terdahulu yang penulis jadikan acuan untuk menulis skripsi ini, seperti
penelitian yang dilakukan Rohmawati (2010) tentang Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm di Desa Ciluar
Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Hasil penelitian dilihat dari aspek teknis
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam tersediaan
bahan baku dalam pengadaan atau ketersediaan induk ikan hias air tawar. Dari
aspek manajemen menunjukan perusahaan menggunakan struktur organisasi
berbentuk garis dan cukup sederhana sehingga mampu menjalankan tugas masingmasing sesuai dengan kewajibannya. Aspek Hukum menunjukkan bahwa Arifin
Fish Farm dapat digolongkan dalam usaha perorangan. Aspek pasar usaha ini
menunjukkan potensi ikan hias air tawar sangat baik untuk dikembangkan dapat
dilihat dari permintaan yang cukup tinggi. Hasil Perhitungan aspek finansial pada
usaha ikan hias air tawar dengan rencana pengembangan dengan lahan 800 m2
menunjukan perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp2 039 639 749,
nilai Net B/C diperoleh sebesar 4.08, nilai IRR sebesar 60 persen, payback period
sebesar 2.03, nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp434 591 902. Pada
hasil perhitungan analisis sensitivitas jika terjadi penurunan harga penjualan,
maka menunjukkan usaha ini masih tetap layak untuk dilanjutkan. Penurunan
harga jual ikan hias sebesar 20 persen per tahun menghasilkan NPV Rp1 125 203
260, Net B/C sebesar 2.43 dan IRR sebesar 34 persen. sedangkan penurunan
sebesar 30 persen menghasilkan NPV sebesar Rp667 985 016, Net B/C sebesar
1.79 dan IRR sebesar 24 persen.

13

Penelitian yang dilakukan oleh Made (2005) mengenai Analisa Kelayakan
Bisnis Usaha Pembudidayaan Ikan Koki pada Lahan Terbatas di Jakarta.
Penelitian tersebut mengkaji kelayakan usaha dilihat dari aspek pemasaran, aspek
teknis dan aspek finansial. Melihat semakin terbatasnya lahan di daerah
perkotaan, maka kawasan perkotaan menjadi objek penelitian dalam hal
menerapkan teknologi hemat lahan dan air. Dari hasil analisa dapat dikatakan
bahwa usaha budidaya ikan koki pada lahan terbatas di Kota Jakarta layak
dilakukan, karena usaha ini dapat memberikan keuntungan bagi pengelolanya.
Dilihat dari hasil NPV sebesar Rp109 863 062, IRR sebesar 64.91 persen,
payback period dicapai dalam 7.32 bulan, Net B/C 2.18 dan BEP tercapai pada
tingkat penjualan Rp1 748 414. Tetapi usaha ini sensitif terhadap perubahan harga
jual (output) dan perubahan volume produksi minimal 45 persen. Jika terjadi
penurunan terhadap faktor-faktor tersebut lebih dari 45 persen maka kegiatan
usaha budidaya tidak layak secara finansial untuk dilakukan.
Penelitian oleh Rahmawan (2004) berkaitan tentang Analisis Kelayakan
Pengembangan Investasi Pengembangan Usaha Pemasok (Supplier) Ikan Hias di
Adil Fish Farm, Depok. Penelitian tersebut mengkaji tentang aspek finansial dan
aspek non finansial. Dari aspek non finansial diperoleh bahwa pada aspek teknis
tidak ada kesulitan dalam pengadaan ikan hias dari petani maupun dalam proses
produksinya. Pada aspek manajemen, dengan struktur yang sederhana Adil Fish
Farm masih mampu menjalankan manajemen usahanya dengan baik. Pada aspek
pasar, adanya permintaan yang kontinu dari pihak konsumen menunjukkan usaha
ini masih memiliki peluang pasar yang baik. Pada aspek finansial, usaha ini layak
untuk dijalankan karena memiliki NPV sebesar Rp453 361 955, Net B/C Ratio
sebesar 2.35 dan IRR sebesar 61 persen serta keuntungan yang cukup besar yaitu
sebesar Rp126 781 000. Pada hasil analisis sensitivitas, untuk kenaikan harga
bahan bakar (BBM) maksimal yaitu sebesar 10 persen dan kenaikan harga cacing
(pakan) maksimal sebesar 50 persen maka usaha ini tetap layak untuk
dilaksanakan.
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam
menganalisis kelayakan usaha. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Winata (2012), yaitu mengenai lokasi penangkaran Lovebird dan
penelitian oleh Winata tidak menggunakan alat analisis sensitivitas dan switching
value, sedangkan persamaannya adalah komoditi yang diteliti dan kriteria alat
analisis yang digunakan yaitu analisis finansial dan analisis non finansial.
Pada penelitian Rohmawati (2010), Made (2005), dan Rahmawan (2004)
perbedaan dengan penelitian ini yaitu mengenai lokasi perusahaan dan jenis
komoditas yang dikaji dalam penelitian. Sedangkan persamaannya dengan
penelitian ini yaitu karakteristik komoditas yang diteliti merupakan produk hobiis
dan penelitian ini mengkaji tentang analisis kelayakan usaha dimana kriteria alat
analisis yang digunakan yaitu analisis finansial, analisis non finansial dan analisis
sensitivitas.

14

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi kelayakan bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), penanaman modal dalam suatu usaha
atau proyek, baik untuk usaha baru maupun perluasan usaha yang sudah ada
biasanya disesuaikan dengan tujuan dan bentuk badan usahanya. Dalam
menjalankan suatu bisnis oleh perusahaan salah satu tujuannya yaitu memperoleh
keuntungan (profit), dalam arti seluruh aktivitas perusahaan ditujukan untuk
mencari keuntungan bahkan usaha yang bersifat sosial pun pada praktiknya juga
perlu memperoleh keuntungan agar mampu membiayai usahanya sendiri, tidak
hanya tergantung pada donatur. Agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai
sesuai dengan yang diinginkan maka apabila ingin melakukan investasi dalam
memulai suatu usaha sebaiknya didahului dengan suatu studi. Tujuannya adalah
untuk menilai apakah investasi yang akan ditanam layak atau tidak untuk
dijalankan (sesuai dengan tujuan perusahaan) atau dengan kata lain apakah usaha
tersebut dijalankan akan memberikan suatu manfaat atau tidak. Studi tersebut
disebut studi kelayakan bisnis.
Menurut Ibrahim (2003) dalam Nurmalina, dkk (2009), studi kelayakan
bisnis adalah kegiatan untuk menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh
dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi
kelayakan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan
keputusan mengenai apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta
apakah akan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang
dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk mengetahui tingkat benefit
yang dicapai dari suatu bisnis yang akan atau telah dijalankan, memilih alternatif
bisnis yang menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi berdasarkan pada
alternatif bisnis yang menguntungkan tersebut. Selain itu, studi kelayakan bisnis
juga dapat digunakan untuk menghindari pemborosan sumberdaya.
Menurut Johan (2011) bisnis didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau
aktifitas yang mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki ke dalam suatu
kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa, dengan tujuan barang dan
jasa tersebut dapat dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh
keuntungan atau pengembalian hasil. Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk
mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha.
Layak atau tidak layak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil
pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah
usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam
jangka waktu tertentu. Suatu bisnis dapat dikategorikan layak dengan adanya
landasan kelayakan yang mendasarinya sedangkan dikategorikan tidak layak
karena ada faktor-faktor ketidaklayakan yang mempengaruhi.
Aspek-aspek studi kelayakan bisnis
Menurut Nurmalina, dkk (2009), dalam studi kelayakan bisnis terdapat dua
kelompok aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek
finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek

15

lingkungan. Kasmir dan Jakfar (2010) menyatakan bahwa masing-masing aspek
tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika
salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan
yang diperlukan.
1.
Aspek pasar
Pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam suatu usaha karena
berkaitan dengan kelangsungan produksi. Jika pasar menyerap hasil produksi
dalam jumlah yang tinggi, tentu tidak menjadi masalah sebab usaha akan
mendapatkan keuntungan. Tetapi jika pasar menyerap hasil produksi dalam
jumlah yang rendah, akan mendatangkan kerugian pada usaha yang dirintis
(Rahardi et al. 1993). Umumnya tujuan studi pasar bertujuan untuk mengukur dan
memperkirakan permintaan untuk menilai ketetapan waktu dan harga dari proyek
dalam memproduksi barang/jasa. Hal ini sangat penting karena tidak ada proyek
yang berhasil tanpa adanya permintaan. Dengan demikian akan terlihat berapa
besar volume yang akan dikejar untuk mencapai sasaran laba yang telah
ditetapkan dan berapa besar biaya yang harus dikorbankan untuk mencapai tingkat
penjualan tersebut. Menurut (Nurmalina et al. 2009) aspek pasar dan pemasaran
mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan
perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan.
2.
Aspek teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiaannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Aspek ini berpengaruh terhadap
kelancaran usaha terutama terhadap proses produksi. Hal yang perlu dianalisis
dalam aspek ini adalah sebagai berikut:
1.
Penentuan lokasi bisnis
Pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebaik-baiknya agar tidak
merugikan usaha yang telah dirintis. Menurut Rahardi et al. (1993),
penentuan lokasi usaha perlu ditinjau dari aspek-aspek sebagai
berikut:
a. Aspek teknis-ekonomis
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknisekonomis, yaitu:
 Biaya transportasi
Hal ini berkaitan dengan transportasi dari pusat produksi dengan
lokasi sumber bahan produksi ataupun lokasi dengan pasar.
 Sarana jalan
Sarana jalan merupakan hal yang penting sebab dapat
berpengaruh terhadap biaya pemasaran atau biaya pengangkutan
yang mengakibatkan adanya penambahan biaya operasional.
Tak jarang suatu lokasi harus dibuatkan sarana jalan terlebih
dahulu karena lokasi itu sulit untuk dicapai.
 Tenaga kerja
Ketersediaan tenaga kerja disekitar lokasi dan besarnya upah
menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Tersedianya tenaga
kerja berpengaruh terhadap biaya produksi.
 Sewa tanah

16

2.

3.

Sewa tanah ini ditujukan untuk menjaga jika sewaktu-waktu ada
pengembangan usaha, sehingga perlu dicari lokasi yang
memiliki harga atau sewa tanah yang ringan.
 Sarana listrik dan irigasi
Ketersediaan listrik dan irigasi berpengaruh terhadap jalannya
produksi.
b. Aspek iklim
Umumnya bisnis perburungan tergantung pada faktor-faktor alam,
seperti curah hujan dan sinar matahari. Curah hujan dapat
mempengaruhi sumber air. Curah hujan yang sedikit kurang ideal
untuk bisnis perburungan. Begitu juga halnya dengan sinar
matahari. Sinar matahari berpengaruh terhadap perkembangbiakan
burung karena dapat mempengaruhi suhu. Oleh karena itu, aspek
iklim merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya
perburungan, sehingga jenis burung yang akan dibudidayakan
hendaknya sesuai dengan iklim suatu daerah.
c. Aspek Agronomis
Aspek agronomis mencakup topografi, lokasi, jenis, kondisi tanah,
dan jenis perairan yang ada di lokasi. Semua ini harus diperhatikan
karena sangat berpengaruh pada perkembangan burung. Misalnya
pada dataran tinggi (suhu terlalu dingin) burung akan kekurangan
nafsu makan.
Luas produksi
Penentuan luas produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi
yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan
kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang peling
efisien (Kasmir dan Jakfar 2010). Luas produksi dapat dilihat dari
aspek ekonomis dan aspek teknis. Jika dari aspek ekonomis yang
dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya
yang paling efisien, sedangkan dari aspek teknis yang dilihat adalah
jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan
peralatan produksi. Bagi perusahaan yang tergantung pada mesin dan
peralatan produksi serta berproduksi berdasarkan pesanan, penentuan
luas produksi kurang begitu penting. Menurut Suliyanto (2010) ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan luas
produksi, yaitu:
a. Batasan permintaan pasar
b. Batasan kapasitas mesin
c. Batas jumlah dan kemampuan tenaga kerja
d. Batasan kemampuan finansial dan manajemen
e. Batasan ketersediaan bahan dasar
f. Batasan ketersediaan faktor-faktor produksi yang lain
Pemilihan mesin peralatan dan teknologi
Dalam pemilihan teknologi yang perlu diperhatikan adalah seberapa
derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang
diharapkan. Beberapa kriteria dalam pemilihan teknologi, yaitu
ketepatan teknologi dengan bahan baku, keberhasilan penggunaan
teknologi di tempat lain, pertimbangan teknologi lanjutan akibat

17

keusangan, dan kemampuan pengetahuan tenaga kerja dan
kemungkinan pengembangannya (Nurmalina et al. 2009).
4.
Penentuan layout bangunan
Layout adalah suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan adanya
layout dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu memberikan
ruang gerak yang memadai untuk beraktivitas dan pemeliharaan,
pemakaian ruangan yang efisien, mengurangi biaya produksi maupun
investasi, serta memberikan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan
kerja yang lebih baik (Kasmir dan Jakfar 2010)