Penggunaan Ruang Kandang Berdasarkan Perilaku Berang-berang Cakar Kecil (Aonyx cinereus, Illiger 1815) di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga

PENGGUNAAN RUANG KANDANG BERDASARKAN PERILAKU
BERANG-BERANG CAKAR KECIL (Aonyx cinereus, Illiger 1815) DI
PUSAT PENYELAMATAN SATWA CIKANANGA

YUKA CHANDRA ASRIANTI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Ruang
Kandang Berdasarkan Perilaku Berang-berang Cakar Kecil (Aonyx cinereus,
Illiger 1815) di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Yuka Chandra Asrianti
NIM E34090103

ii

ABSTRAK
YUKA CHANDRA A. Penggunaan Ruang Kandang Berdasarkan Perilaku
Berang-Berang Cakar Kecil (Aonyx cinereus, Illiger 1815) di Pusat Penyelamatan
Satwa Cikananga. Dibimbing oleh DONES RINALDI dan BURHANUDDIN
MASY’UD.
Istirahat, bermain, dan makan merupakan perilaku yang paling banyak
dilakukan oleh berang-berang cakar kecil jantan dan betina. Sedangkan yang
paling sedikit adalah perilaku memelihara tubuh satu sama lain dan perilaku
konflik. Penggunaan ruang kandang berang-berang terdiri dari tiga grid utama
yang menjadi pusat keseluruhan aktivitas mereka yaitu grid lima, delapan, dan
dua. Ketiga grid tersebut memiliki komponen-komponen yang mendukung

perilaku berang-berang seperti di habitat aslinya. Sedangkan grid satu dan tiga
merupakan grid yang jarang dikunjungi dikarenakan memiliki permukaan tanah
yang menanjak dan terdapat sisa-sisa pecahan semen bekas pembangunan
kandang. Hasil dari perhitungan frekuensi perilaku di dalam suatu grid pada tabel
silang sama dengan hasil uji analisis Duncan yang menyatakan bahwa terdapat
minimal satu perilaku yang memiliki nilai paling signifikan diantara perilaku
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suatu pemilihan penggunaan ruang oleh
satwa berhubungan dengan perilaku tertentu yang sesuai dengan daya dukung di
suatu ruang.
Kata Kunci: berang-berang cakar kecil, perilaku, ruang

ABSTRACT
YUKA CHANDRA A. The Use of Cage Space Based on The Behavior of Asian
Small Clawed Otter (Aonyx cinereus, Illiger 1815) in Cikananga Animal Rescue
Centre. Supervised by DONES RINALDI and BURHANUDDIN MASY’UD.
Take a rest, play arround, and eat are of the most common behaviours
encountered in both male and female otter. In contrast, the least common one are
keeping others clean and avoiding conflict. The cage chamber of otter consisted of
three main grids which function as the center of their whole activities, i.e., grid
five, eight, and two. Those three grids had the essential components supporting

the otter behavior to live as in its native habitat. Grid one and three were of the
least often visited grids because they have coarse surface and messed by the
remain material during cage building. Behavior frequency calculation in a grid on
cross table showed the same result with Duncan analysis test, which explain that
there was at least one behavior having the most significant value compare to other
behaviors. This result indicates that the choosing of a grid for animal is related to
their certain behavior supporting to the applied grid.
Keywords: behavior, asian small clawed otter, space

iii

PENGGUNAAN RUANG KANDANG BERDASARKAN PERILAKU
BERANG-BERANG CAKAR KECIL (Aonyx cinereus, Illiger 1815)
DI PUSAT PENYELAMATAN SATWA CIKANANGA

YUKA CHANDRA ASRIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

v

Judul Skripsi : Penggunaan Ruang Kandang Berdasarkan Perilaku Berang-berang
Cakar Kecil (Aonyx cinereus, Illiger 1815) di Pusat Penyelamatan
Satwa Cikananga
Nama
: Yuka Chandra Asrianti
NIM
: E34090103


Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS
Pembimbing II

Ir Dones Rinaldi, MScF
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2013 ini ialah
penggunaan ruang kandang berdasarkan suatu perilaku pada mamalia , dengan
judul Penggunaan Ruang Kandang Berdasarkan Perilaku Berang-berang Cakar
Kecil (Aonyx cinereus, Illiger 1815) di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Ir Jonni Kawaldi Hasibuan
dan Ibunda Enny Setia Rahayu sebagai orangtua penulis. Terimakasih juga
diucapkan kepada Bapak Ir Dones Rinaldi MScF sebagai dosen pembimbing
utama dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS sebagai dosen pembimbing
kedua atas bimbingan dan saran dalam penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada kekasih penulis Muhammad Adly Rahandi
Lubis dan para sahabat (Nurhamidah, Gayuh, Salli, Widya, Ayu, Wulandari, Roro,
Helmi, Indri), serta rekan di lapang (Pak Alen, Ms. Willy, Vina, Ebi) atas
dukungan dan bantuan yang sangat banyak dalam kelancaran karya ilmiah ini.
Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada Kepala International Otter
Social Fund di Scotlandia (Grace M Yoxon dan Paul Yoxon), Ecologist di
Wetlands International Indonesia dan Country Representative for Indonesia
IUCN Otter Specialist Group (Irwansyah Reza Lubis MSc), dan Wakil Kepala
IUCN/SSC Otter Specialist Group (Lesley Wright) yang telah membantu dalam
pengumpulan data pendukung.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Yuka Chandra Asrianti

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian


2

Bahan dan Alat

3

Pengumpulan Data

3

Prosedur Analisa Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Identifikasi Perilaku Berang-Berang Cakar Kecil


5

Identifikasi Total Waktu Penggunaan Ruang

8

Identifikasi Hubungan Perilaku terhadap Penggunaan Ruang Kandang

10

Pola Penggunaan Ruang berdasarkan Perilaku

13

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan


15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

viii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Berang-berang cakar kecil betina dan jantan
Proporsi waktu perilaku berang-berang cakar kecil
Total waktu penggunaan setiap grid kandang berang-berang cakar
kecil
Jenis perilaku berang-berang cakar kecil setiap grid
Pola penggunaan ruang berang-berang cakar kecil berdasarkan
perilaku

3
6
9
11
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Ilustrasi kandang berang-berang cakar kecil
Identifikasi jenis tumbuhan di dalam kandang berang-berang cakar
kecil
Aktivitas harian berang-berang cakar kecil
Hasil uji lanjut Duncan dan Annova
Hasil uji Pearson Chi-square

18
19
20
22
23

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus) terdapat di Bangladesh,
Brunei, China Selatan, India Selatan, Indonesia (Jawa, Kalimantan, Pulau
Karimun, dan Sumatera), Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, Thailand, dan
Vietnam (Larivie’re 2003). Berang-berang Asia juga dapat ditemukan di Jerman,
Inggris (Wright 2003) dan Ohio (Maslanka dan Crissey 2002).
Hampir dari seluruh 13 spesies berang-berang di dunia mengalami
penurunan populasi akibat aktivitas manusia. Ancaman utama dari kehidupan
mereka yaitu degradasi lahan dan pencemaran air. Bentuk ancaman lain terhadap
berang-berang yaitu penangkapan. Padahal beberapa jenis berang-berang sudah
ada yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 , namun mereka
tetap ditangkap untuk diambil bulunya dan digunakan sebagai hewan peliharaan
untuk membantu menangkap ikan di sungai (DWCT 2006). Penangkapan berangberang dilatarbelakangi oleh sifatnya yang mudah dijinakkan dan mudah dilatih
untuk menangkap ikan bagi keperluan nelayan (Sastrapradja et al. 1982).
Berdasarkan status perlindungan International Union for Conservation of
Nature (IUCN) Red List pada tahun 2004, berang-berang memiliki status
perlindungan hampir terancam punah dan kondisi keberadaan berang-berang terus
mengalami penurunan jumlah di habitat alaminya. Dalam waktu empat tahun
yaitu di tahun 2008 status berang-berang berubah menjadi rentan (Hussain dan
Choudhury 1997). Peningkatan status IUCN ini diakibatkan oleh penurunan
jumlah populasi berang-berang di alam yang disebabkan salah satunya akibat
adanya penangkapan untuk koleksi bagi kebun binatang dan sebagai hewan
peliharaan. Pada tahun 1985, terdapat tiga belas kebun binatang di Amerika Utara
yang memiliki berang-berang dari Asia (Larivie’re 2003).
Akibat keadaan populasi berang-berang yang semakin menurun, maka
upaya konservasi perlu dilakukan agar kelestariannya dapat dipertahankan. Salah
satu upaya dalam konservasi berang-berang cakar kecil adalah konservasi ex-situ.
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.31/MenhutII/2012 konservasi ex situ adalah konservasi tumbuhan dan/atau satwa yang
dilakukan diluar habitat aslinya. Salah satu lembaga konservasi ex-situ yang dapat
menyelamatkan suatu spesies yang terancam yaitu pusat penyelamatan satwa.
Suatu pusat penyelamatan satwa harus memiliki pengelolaan yang baik dalam
berbagai diantaranya penyediaan sarana pemeliharaan dan perawatan. Namun,
penyediaan sarana seperti kandang satwa terkadang tidak memperhatikan
kebutuhan satwa dan jenis satwanya sehingga menyebabkan rehabilitasi satwa
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup banyak. Menurut WSPA
(2009) kandang sangat mempengaruhi perilaku alami satwa. Bahkan, apabila
kandang tidak sesuai dengan satwa mengakibatkan satwa menunjukkan perilaku
yang stereotipe (berulang-ulang) akibat stres. Maka dari itu perlu adanya
penelitian lebih rinci tentang penggunaan ruang kandang berdasarkan perilaku
berang-berang cakar kecil untuk mengetahui batasan tertentu yang menjadi hal
penting bagi satwa.

2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis membuat rumusan
penelitian sebagai berikut:
1. Apa saja perilaku berang-berang dan berapa proporsi waktu dari setiap
perilaku berang-berang cakar kecil dalam sehari?
2. Berapakah total waktu penggunaan ruang kandang oleh berang-berang cakar
kecil?
3. Apakah penggunaan ruang berhubungan dengan perilaku yang ditunjukkan
berang-berang cakar kecil?
4. Apakah tiap perilaku memiliki pola tertentu dalam penggunaan ruang?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Penelitian bertujuan untuk :
Mengidentifikasi perilaku berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus, Illiger
1815).
Mengidentifikasi penggunaan ruang kandang oleh berang-berang cakar kecil
Mengidentifikasi hubungan perilaku berang-berang cakar kecil terhadap
penggunaan ruang kandang
Mengidentifikasi penggunaan pola penggunaan ruang berdasarkan perilaku
berang-berang cakar kecil

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar dalam
pengelolaan berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus, Illiger 1815) khususnya
di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga dan konservasi ex-situ lain pada
umumnya serta dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi
pengelola dalam mengelola kandang untuk berang-berang cakar kecil.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian berada di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC),
Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat,
khususnya kandang berang-berang cakar kecil. Penelitian dilaksanakan pada
tanggal 15 Juli 2013 sampai 29 Juli 2013.

3

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan terdiri dari dua ekor berang-berang cakar kecil
(Aonyx cinereus, Illiger 1815) yang terdiri dari satu ekor jantan dan satu ekor
betina serta kandang berukuran 800 m2 yang dibagi menjadi sembilan grid
(kuadran) (Gambar 1). Grid merupakan suatu prinsip dalam mengembangkan
suatu rancangan yang tersusun dari dua sumbu populer horizontal dan vertikal
yang berfungsi sebagai alat dalam membantu pengelolaan dan mempermudah
dalam mengamati suatu fungsi ruang (Maulana 2013). Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian adalah tally sheet pengamatan untuk mencatat data perilaku
satwa, alat tulis, kamera dan handycam untuk menngambil dan merekam perilaku
satwa, alat ukur untuk mengukur luas kandang dan pembatas grid, binokuler
untuk alat bantu dalam mengamati satwa, dan headlamp.

a

b
Gambar 1 Berang-berang cakar kecil (a)betina dan (b)jantan.

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder.
Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pengamatan berupa :
a) Kondisi kandang di dalam setiap grid.
b) Cuaca dan temperatur saat pengamatan
c) Perilaku berang-berang diamati dengan menggunakan metode focal animal
sampling. Tiap ekor berang-berang akan diamati selama satu minggu dengan
waktu pengamatan dimulai pada pukul 06.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Perilaku berang-berang yang diamati berdasarkan klasifikasi Scott (1963)
meliputi:
 Ingestive behavior (perilaku makan dan minum) terdiri dari mencari
makan, menangkap makanan, berjalan dengan makanan, menjaga
makanan, bermain dengan makanan, makan, minum, , memasukkan
makanan ke dalam kolam.
 Epimiletic (merawat tubuh) dan et epimiletic terdiri dari membersihkan
diri sendiri dan membersihkan ssatu sama lain, dengan cara menggigiti
kulit dan ruas rambut.

4



Agonistic (perilaku yang bertentangan atau konflik antar satwa ) sifat
agresif yang ditunjukkan satwa untuk mempertahankan diri atau
menyatakan tidak suka terhadap individu lain.
 Investigation behavior (perilaku memeriksa lingkungannya) terdiri dari
melihat ke sekitar, menciumi sekitar, mendengarkan sesuatu, mencari
sesuatu, reaksi terhadap manusia, reaksi terhadap kebisingan, reaksi
terhadap suara satwa lain, mencoba melewati pagar, mencoba melewati
pintu.
 Sexual behavior (perilaku kawin) terdiri dari menciumi punggung
betina, saling menjilati kelamin pasangan, kopulasi.
 Social behavior (perilaku sosial) terdiri dari memanggil teman,
mengikuti teman, mengeluarkan suara “hap” berulang kali sebagai
isyarat untuk mengikuti.
 Resting behavior (perilaku istirahat) terdiri dari berbaring, tidur, mata
setengah terpejam, bangun, meregang, menaruh wajah di atas tanah,
menguap, membawa serasah/ranting/rumput untuk alas tidur.
 Play behavior (perilaku bermain) terdiri dari berlari, berlari
mengelilingi, memanjat, menggelinding, menggali, bersembunyi,
berenang, menyelam dalam kolam, bermain didalam kolam,
menggulung serasah, bermain biji, bermain dengan drum.
 Eliminative behavior (perilaku membuang kotoran) terdiri dari
membuang urin, membuang feses, spraint, menggesekkan ekor
d) Pengamatan pada penggunaan ruang kandang oleh berang-berang cakar kecil
menggunakan metode grid kuadrat system. Pada sistem ini areal kerja dibagi
menjadi 9 grid persegi dan selanjutnya dilakukan pengukuran frekuensi atau
lamanya waktu individu berang-berang cakar kecil berkunjung ke masingmasing grid persegi (Lampiran 1).
Keterangan kondisi tiap grid :
1. Grid 1 : tertutupi oleh tumbuhan bawah yang padat, dua pohon Afrika,
dan permukaan lebih tinggi dibandingkan grid lainnya.
2. Grid 2 : terdapat lubang dari tanah yang agak menjorok ke bagian dalam
yang terbentuk secara alami serta agak tertutupi oleh tumbuhan
bawah. Letak lubang tepat di atas pintu masuk gorong-gorong
3. Grid 3 : terdapat satu pohon Afrika dan satu pohon cemara, tertutupi oleh
tumbuhan bawah yang padat dan terdapat beberapa bongkahan
semen bekas pembangunan kandang
4. Grid 4 : terdapat tanaman rumput bambu dan tertutupi oleh tumbuhan
bawah
5. Grid 5 : terdapat gorong-gorong dan shelter
6. Grid 6 : tertutupi tumbuhan bawah dan adanya permukaan tanah yang
agak menurun
7. Grid 7 : terdapat tanaman sereh dan tumbuhan bawah tidak terlalu padat
8. Grid 8 : terdapat kolam berukuran 2m x 4m x 40cm
9. Grid 9 : ditutupi oleh semak-semak yang membentuk terowongan
e) Identifikasi jenis tanaman pada setiap grid di dalam kandang dengan
melakukan wawancara terhadap animal keeper mengenai jenis tanaman yang
berada di dalam kandang. Jenis tanaman dalam setiap grid dapat dilihat pada
Lampiran 2.

5

f)

Wawancara terhadap animal keeper, penanggung jawab pengelolaan berangberang, dan para ahli berang-berang.

Data Sekunder
Data sekunder yang diambil berupa data yang berkaitan dengan pengelolaan
berang-berang serta studi literatur.

Prosedur Analisis Data
Analisis Perilaku
Data perilaku dilihat dari hasil ethogram yang ada kemudian dihitung waktu
yang dibutuhkan untuk setiap perilaku dari tiap kategori berang-berang cakar kecil
yang diamati.
Analisis Pola Penggunaan Ruang Kandang
Analisis pola penggunaan ruang pada kandang dapat dilakukan dengan
menggunakan penghitungan total waktu lamanya berang-berang cakar kecil
menghabiskan waktu di dalam grid dan disajikan dalam bentuk grafik.
Analisis Hubungan Perilaku dengan Penggunaan Ruang Kandang
Dua variabel yang diamati yaitu perilaku dan penggunaan suatu grid dalam
ruang kandang. Setelah data pola penggunaan ruang kandang dan perilaku telah
didapat maka akan dimasukkan kedalam cross tab dan dianalisis menggunakan uji
hipotesis Chi-square. Uji ANOVA digunakan untuk mengetahui hubungan yang
lebih signifikan antara perilaku dengan penggunaan grid (Fogiel 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Perilaku Berang-Berang cakar Kecil
Jenis perilaku harian yang teridentifikasi antara lain makan, bermain,
membersihkan diri, membersihkan satu sama lain, memeriksa lingkungan,
istirahat, sosial, konflik, seksual, dan membuang kotoran (Lampiran 3).
Pengamatan terhadap perilaku berang-berang cakar kecil jantan dan betina selama
dua minggu (168 jam) menunjukkan adanya perilaku yang paling banyak
dilakukan dan paling sedikit dilakukan di dalam kandang. Terdapat tiga perilaku
berang-berang cakar kecil jantan maupun betina yang memiliki nilai proporsi
waktu yang tinggi dibandingkan dengan perilaku lainnya yaitu perilaku istirahat,
bermain dan makan. Sedangkan perilaku membersihkan satu sama lain dan
konflik memiliki nilai proporsi waktu terendah (Gambar 2)

Waktu (jam)

6

Perilaku

Gambar 2 Proporsi waktu perilaku berang-berang cakar kecil.
Perilaku istirahat, bermain, dan makan merupakan yang paling sering
dilakukan karena memiliki total waktu lebih dari 10 jam. Perilaku istirahat
memiliki nilai yang paling tinggi selama pengamatan yaitu sebesar 39 jam
(46,4%) untuk jantan dan 43 jam (51,8%) untuk betina. Perilaku istirahat pada
jantan maupun betina terjadi diantara pukul 11.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB
dan masuk kembali ke dalam gorong-gorong pukul 17.00 WIB. Hal ini didukung
oleh pernyataan Ovenden (2005) bahwa berang-berang cakar kecil lebih aktif di
pagi hari dan menjelang sore hari dan sekitar jam makan siang maupun sore hari
menuju malam berang-berang cakar kecil lebih banyak menghabiskan waktu
untuk beristirahat. Berang-berang cakar kecil dapat menghabiskan waktu selama
tiga jam untuk tidur di dalam gorong-gorong dan sarang pada siang hari. Sesekali
mereka terlihat tidur disekitar pinggir kolam setelah bermain atau mencari makan.
Proporsi waktu perilaku istirahat betina lebih tinggi dibandingkan jantan. Hal ini
juga didukung oleh pernyataan Ovenden (2005) bahwa perilaku istirahat berangberang cakar kecil betina dewasa memiliki proporsi waktu yang lebih besar
dibandingkan jantan. Hal ini terjadi karena betina lebih aktif dibandingkan jantan
sehingga menyebabkan energi yang dipakai akan lebih banyak pada betina.
Proporsi waktu tertinggi kedua adalah perilaku bermain yaitu sebesar 18
jam (21,4%) untuk jantan dan 16 jam (19,3%) untuk betina. Hal tersebut
dikarenakan berang-berang cakar kecil merupakan satwa yang memiliki
metabolisme yang tinggi dan memiliki gaya hidup dengan energi yang tinggi
untuk tetap menjaga tubuhnya selalu hangat sehingga berang-berang cakar kecil
sangat aktif bermain (WPZ 2013). Perilaku bermain jantan maupun betina muncul
saat mereka melakukan aktivitas lainnya seperti aktivitas makan, membersihkan
diri dan perilaku lainnya. Berang-berang cakar kecil akan berhenti bermain saat
cuaca sedang panas atau sinar matahari sedang terik.
Proporsi waktu tertinggi ketiga adalah perilaku makan yaitu sebesar 13 jam
(15,4%) untuk jantan dan 11 jam (13,2%) untuk betina. Perilaku makan berangberang cakar kecil sering terlihat disela-sela aktivitas lainnya, misalnya bermain

7

sambil mencari makan di dalam kolam. Hal ini dikarenakan menurut WWT
(2009) berang-berang cakar kecil memiliki sistem metabolisme yang sangat cepat
sehingga makanan hanya membutuhkan waktu satu sampai dua jam untuk
melewati tubuhnya sehingga dari itu dibutuhkan pemberian pakan yang sering
terutama pada sore hari. Aktivitas makan jantan maupun betina adalah pada saat
animal keeper mulai memberi pakan ke dalam kolam pada pagi hari pukul 08.30
WIB dan sore hari pukul 14.00 WIB. Aktivitas makan berang-berang cakar kecil
terjadi pukul 08.30-11.00 WIB dan pukul 14.00-15.30 WIB.
Perilaku membersihkan satu sama lain dan konflik memiliki total waktu
yang sangat kecil yaitu di bawah satu jam. Nilai pada perilaku membersihkan satu
sama lain memiliki proporsi waktu sebesar 0,07 jam (8,3%) pada jantan dan 0,04
jam (4,8%) pada betina. Perilaku saling membersihkan satu sama lain merupakan
perilaku yang jarang terjadi meskipun sesekali tampak berang-berang cakar kecil
menjilati tubuh temannya. Hal ini didukung oleh Ovenden (2005) perilaku saling
merawat tubuh memiliki nilai persentase yang kecil pada saat pengamatan di
dalam suatu penangkaran berang-berang cakar kecil.
Nilai pada perilaku konflik antar satwa memiliki proporsi waktu sebesar
0,06 jam (7,1%) pada jantan dan 0,05 jam (6,02%) pada betina. Nilai yang kecil
pada perilaku konflik antar satwa dikarenakan lingkungan disekitar kandang yang
sunyi, bersifat alami, dan jarang dilalui oleh manusia. Hal ini didukung dengan
pernyataan Mitchell et al. (1990) bahwa kehadiran manusia dapat menyebabkan
ketakutan pada satwa, memprovokasi stress, dan efek yang negatif yang dapat
menyebabkan perilaku konflik terjadi. Kehadiran manusia yang terlalu sering
dapat menyebabkan satwa merasa tidak nyaman dan mengakibatkan stimuli yang
saling berkonflik dan dapat memicu perilaku konflik antar satwa (WSPA 2009).
Selain itu, berang-berang cakar kecil di PPS Cikananga tidak dikelompokkan
dalam satu kandang melainkan satu kandang hanya diisi oleh sepasang berangberang cakar kecil saja sehingga meminimalkan terjadinya konflik. Perilaku
konflik ditandai dengan suara melengking dan menggeram yang ditunjukan saat
memperebutkan makanan, bermain dan suara konflik pasangan berang-berang
cakar kecil lainnya (Lubis R 5 Juli 2014, komunikasi pribadi).
Perilaku lainnya seperti memeriksa lingkungan, sosial, seksual, membuang
kotoran, dan membersihkan diri merupakan perilaku yang memiliki total waktu
yang tergolong sedang. Perilaku memeriksa lingkungan memiliki proporsi waktu
sebesar 4,8 jam (5,71 %) pada jantan dan 4,04 jam (4,87 %) pada betina. Perilaku
memeriksa lingkungan ditunjukkan saat terjadinya gangguan seperti suara yang
keras atau gerakan yang mengejutkan berang-berang cakar kecil seperti pohon
yang tertiup angin besar. Perilaku memeriksa lingkungan diawali dengan melihat
ke sekitar sambil mengendus ke udara dan kemudian mendatangi sumber yang
menimbulkan suara atau gerakan.
Perilaku sosial memiliki proporsi waktu sebesar 3,83 jam (4,56 %) pada
jantan dan 4,53 jam (5,46 %) pada betina. Perilaku sosial ditunjukkan dengan
adanya suara-suara yang mereka buat untuk memberi isyarat kepada satu sama
lain. Menurut Anne (1980) berang-berang cakar kecil memiliki aktivitas
komunikasi yang terdiri dari visual (memberi pertanda dengan postur tubuh),
olfaktori dan penandaan lewat bau (feses, urin, kelenjar anal), suara (“hah”,
menggeram, mendengus, “hum”, coo, siulan).

8

Perilaku seksual memiliki proporsi waktu sebesar 2,03 jam (2,42%) pada
jantan dan 0,66 jam (0,80 %) pada betina. Perilaku seksual ditunjukkan dengan
adanya proses kopulasi dan bercumbu. Proses kopulasi hanya terjadi didalam air
(kolam) selama pengamatan. Menurut Autuori dan Deutsch (1977), berang-berang
cakar kecil yang diamati di penangkaran melakukan kopulasi selama 10 menit
kemudian berhenti sejenak untuk makan ataupun minum dan setelah 5 menit
kemudian kopulasi akan terjadi kembali dan satu menit sebelum berakhir, berangberang cakar kecil melakukan kopulasi di dalam air.
Perilaku membuang kotoran memiliki proporsi waktu sebanyak 1,96 jam
(2,33 %) pada jantan dan 1,19 jam (1,43 %) pada betina. Menurut Duplaix (1980)
perilaku membuang kotoran terdiri dari membuang feses dan urin. Berang-berang
cakar kecil tidak menggunakan air untuk membuang kotorannya akan tetapi
membutuhkan komponen seperti batang kayu, batu besar, tempat yang terbuka.
Perilaku membersihkan diri memiliki proporsi waktu sebesar 1,59 jam
(1,89 %), pada jantan dan 1,53 jam (1,84 %) pada betina. Menurut Duplaix (1980)
perilaku membersihkan diri terdiri dari berguling di pasir atau rumput,
menggosokkan tubuh ke vegetasi, menggigiti ruas rambut, menggaruk, dan
mengusap tubuh menggunakan kaki depannya. Selama pengamatan, berangberang cakar kecil tampak bersandar di pinggiran kolam sambil membersihkan
diri saat matahari sedang terik. Hal ini diduga berang-berang cakar kecil juga
melakukan aktivitas berjemur dalam perilaku membersihkan dirinya. Menurut
Lubis (5 Juli 2014, komunikasi pribadi) berang-berang cakar kecil melakukan hal
tersebut diduga untuk mengeringkan tubuhnya sehabis masuk kedalam air.

Identifikasi Total Waktu Penggunaan Ruang
Ruang kandang pada berang-berang cakar kecil terbagi menjadi sembilan
grid yang diamati secara bersamaan dalam satu waktu. Dari hasil pengamatan,
terdapat tiga grid yang menjadi tempat kesukaan yaitu grid lima, delapan, dan dua.
Sedangkan grid yang paling sedikit digunakan adalah grid tiga dan grid satu
(Gambar 3).
Berang-berang cakar kecil menghabiskan waktu paling banyak di grid lima.
Pada grid lima terdapat komponen berupa gorong-gorong, shelter, tumbuhan
bawah, dan serasah. Hal ini memotivasi berang-berang cakar kecil untuk
melakukan perilaku istirahat. Motivasi merupakan kebutuhan untuk
menampakkan perilaku yang spesifik karena adanya mekanisme syaraf (neural)
yang internal mengukur stimuli yang masuk dan menyeleksi respon apa yang
paling sesuai (Hurnik et al. 1995). Hal ini diperkuat oleh AT (2013) yang
mengatakan berang-berang cakar kecil akan mencari tempat beristirahat di atas
tanah seperti area rumput dan lubang bawah tanah seperti rongga di bawah
pohon dan bekas pipa drainase kering. Perilaku istirahat yang diamati tidak hanya
saat tidur tapi juga aktivitas seperti mengumpulkan daun, rumput dan memeriksa
gorong-gorong diamati sebagai perilaku istirahat. Berang-berang cakar kecil
sering terlihat mengumpulkan daun kering dan menarik tumbuhan bawah hingga
ke akarnya dengan menggunakan gigi mereka. Daun kering dan rumput akan
dibawa ke dalam gorong-gorong untuk digunakan sebagai alas tidur mereka. Hal
ini juga dinyatakan oleh Wright (2005) bahwa berang-berang cakar kecil akan

9

menarik rumpun bambu dengan cara merundukkan bambu menggunakan kaki
depannya lalu memotongnya dengan menggunakan giginya terlebih saat kondisi
cuaca mulai mendingin. Penggunaan grid lima yang tinggi juga berkaitan dengan
suhu udara berkisar antara 20,50C-220C pada saat pengamatan di minggu kedua
sehingga berang-berang cakar kecil lebih banyak menghabiskan waktu untuk
istirahat.

2500
2112
1861

Waktu (menit)

2000

1500

1000
501
500

231

229
3

3

23

10

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Grid

Gambar 3 Total waktu penggunaan setiap grid kandang berang-berang cakar
kecil.
Tempat favorit kedua berang-berang cakar kecil yaitu grid delapan. Di grid
ini terdapat komponen kolam yang menjadi tempat untuk seluruh perilaku
terutama perilaku makan dan bermain. Hal ini dikarenakan berang-berang cakar
kecil merupakan satwa yang memiliki tubuh untuk beradaptasi dengan baik di air
sehingga hampir seluruh aktivitas didukung oleh keberadaan air baik hamparan
sungai serta terkait aliran sungai, parit, kolam, danau dan hutan. Berang-berang
cakar kecil betina bahkan memilih lokasi tenang untuk berkembang biak seperti
aliran sungai (AT 2013). Berang-berang cakar kecil juga sering terlihat
beristirahat atau berjemur dipinggir kolam. Hal ini dikarenakan menurut Heap et
al. (2008) berang-berang cakar kecil membutuhkan kolam di dalam penangkaran
karena setelah bermain atau mencari makan di dalam kolam berang-berang cakar
kecil akan menghabiskan waktu untuk beristirahat di bawah matahari.
Tempat favorit ketiga berang-berang cakar kecil yaitu grid dua. Di grid ini
berang-berang cakar kecil paling sering menggunakan untuk aktivitas tidur. Pada
grid dua terdapat lubang tanah yang menjorok agak ke dalam yang
memungkinkan berang-berang cakar kecil tidur atau sekedar berbaring saja.
Biasanya berang-berang cakar kecil akan menggunakan grid ini sebagai tempat
beristirahat ketika adanya gangguan saat mereka tidur didalam gorong-gorong.
Gangguan dapat berupa suara berisik dari satwa lain, suara konflik pasangan
berang-berang cakar kecil di kandang lain, dan suara manusia atau kendaraan
animal keeper yang melintas. Saat terjadi gangguan, berang-berang cakar kecil

10

yang sedang beristirahat di dalam gorong-gorong akan keluar dari mulut goronggorong untuk memeriksa suasana sekitar lalu akan melanjutkan kembali istirahat
di grid dua. Lubang yang berada di grid dua memungkinkan berang-berang cakar
kecil tetap bisa mengawasi suasana sekitar sambil beristirahat karena tidak terlalu
tertutup seperti gorong-gorong. Menurut WSPA (2009) satwa akan memilih suatu
ruang yang cukup luas, tempat untuk tidur yang nyaman dan memiliki suatu
peluang untuk tetap dapat mengontrol lingkungannya.
Grid yang paling sedikit digunakan berang-berang cakar kecil adalah grid
tiga dan satu. Hal ini dikarenakan grid tiga dan satu memiliki permukaan yang
menanjak, banyaknya pecahan semen dari sisa pembangunan kandang serta
tertutupi oleh tumbuhan bawah yang padat (Lampiran 2). Menurut Heap et al.
(2008), penggunaan substrat bagi lantai dasar dalam pembuatan kandang berangberang cakar kecil tidak boleh menggunakan bahan seperti beton karena akan
membuat luka pada kaki dan ekor berang-berang. Berang-berang cakar kecil
biasanya menggunakan kedua grid tersebut hanya untuk bermain dan memeriksa
lingkungan.

Identifikasi Hubungan Perilaku Terhadap Penggunaan Ruang Kandang
Berang-berang cakar kecil akan membangun sarang di tempat yang
berdekatan dengan air dan melakukan aktivitas yang baik apabila tempat
tinggalnya berdekatan dengan air (AT 2013). Beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan habitat mereka yaitu predator lain dan ketersediaan
makanan serta adanya kumpulan berang-berang cakar kecil lain disekitar sungai.
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku berang-berang cakar kecil berhubungan
dengan suatu kondisi habitat atau tempat di dalam suatu ruang.
Hasil penelitian ini menjelaskan terdapat hubungan antara perilaku dengan
penggunaan ruang. Hal ini ditunjukkan dengan menggunakan uji Chi-square yang
memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 dibawah alpha (tingkat kesalahan) 5%
(Lampiran 4). Setelah dilakukan uji Chi-square kemudian dilanjutkan
menggunakan uji Anova dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 5). Hasil Anova dari
sembilan grid menunjukkan adanya perilaku yang berbeda dengan perilaku
lainnya pada masing-masing grid. Gambar 4 merupakan hasil uji lanjut Duncan
yang menyatakan bahwa masing-masing grid menunjukkan perilaku yang paling
banyak dilakukan di dalam setiap grid. Hal ini dikarenakan pola perilaku berangberang cakar kecil sangat bergantung kepada komponen-komponen abiotik dan
biotik yang terdapat di dalam grid.
Perilaku sosial berhubungan erat dengan grid satu, tiga, dan tujuh. Dari
komponen kandang yang kita ketahui ketiga grid tersebut memiliki komponen
utama yang sama yaitu terdapat pohon dan tumbuhan bawah. Sedangkan dapat
kita lihat pula bahwa perilaku sosial selalu bersamaan terjadi dengan perilaku
bermain. Hal ini dikarenakan pada saat mereka bermain akan terjadi aktivitas
seperti saling mengejar dan bersembunyi. Berang-berang cakar kecil menyukai
tempat tersebut sebagai tempat bersembunyi dikarenakan adanya pohon dan
tumbuhan yang dapat menyembunyikan tubuh mereka. Perilaku sosial terjadi saat
salah satu berang-berang cakar kecil tidak dapat menemukan pasangan mereka
atau memanggil pasangan mereka untuk kembali bermain. Selain itu perilaku

11

sosial juga terjadi saat jantan melakukan perilaku memeriksa lingkungan. Betina
akan mengeluarkan suara memanggil “hap” berulang kali agar berang-berang
cakar kecil jantan terlalu lama tidak kembali dari grid satu dan tiga.
GRID 1
(pohon dan
tumbuhan bawah)

GRID 2
(lubang tanah)

GRID 3
(pohon dan tumbuhan
bawah)

SOCIAL & PLAY

RESTING

SOCIAL & PLAY

GRID 4
(rumpun bambu)

GRID 5
(gorong-gorong)

GRID 6
(tumbuhan bawah)

PLAY

RESTING

PLAY

GRID 7
(tumbuhan dan tanah
kosong)

GRID 8
(kolam)

GRID 9
(semak)

ELIMINATIVE
SOCIAL & PLAY

PLAY &
INGESTIVE

PLAY

Gambar 4 Jenis perilaku berang-berang cakar kecil setiap grid.
Bentuk perilaku sosial lainnya berupa mengikuti teman memiliki hubungan
erat dengan grid tujuh. Berang-berang cakar kecil betina sangat suka mengunjungi
grid tujuh untuk memeriksa sekitar atau hanya untuk rasa penasaran saja. Berangberang cakar kecil jantan tampak selalu mengikuti kemanapun betina pergi dan
hampir selalu mengikuti perilaku betina. Hal ini dikarenakan berang-berang cakar
kecil merupakan satwa sosial yang membutuhkan teman dalam aktivitasnya
bahkan tidak dianjurkan untuk memelihara satu individu saja di dalam suatu
penangkaran karena dapat menyebabkan berang-berang menjadi stress (Heap et al.
2008). Selain itu perilaku sosial didukung dengan adanya lubang yang terbentuk
di sekat pembatas kandang pasangan berang-berang cakar kecil lainnya. Perilaku
sosial ditunjukkan berang-berang cakar kecil ketika adanya suara dari pasangan
berang-berang cakar kecil lain dan saat berang-berang cakar kecil jantan di
kandang sebelah memasukkan hidungnya dilubang tersebut. Berang-berang cakar
kecil jantan dan betina menggunakan lubang tersebut untuk saling melihat dengan
berang-berang cakar kecil lainnya. Di saat kondisi tersebut, antar pasangan
berang-berang cakar kecil akan mengeluarkan suara melengking rendah.
Perilaku bermain memiliki hubungan erat dengan grid satu, tiga, empat,
enam, tujuh, delapan, dan sembilan. Keseluruh grid tersebut memiliki komponen
yang mendukung berang-berang cakar kecil untuk menggunakannya sebagai
tempat bermain. Misalnya, di grid satu dan tiga memiliki komponen kandang
yang berbeda dengan grid lainnya yaitu terdapat pohon Afrika dan ditutupi oleh
tumbuhan bawah yang padat. Di grid empat dan tujuh berang-berang cakar kecil

12

banyak menghabiskan waktu untuk bermain karena di grid empat terdapat
komponen kandang yang khas yaitu rumpun bambu yang hampir memenuhi grid
empat sedangkan di grid tujuh terdapat komponen tanaman sereh yang
menyerupai daun padi. Berang-berang cakar kecil senang memanjat batang
bambu dan tanaman sereh agar batang dan daunnya merunduk sehingga dapat
dipotong oleh mereka untuk di gulung menjadi sebuah gumpalan yang bisa
dimainkan dengan cara memegang gumpalan tersebut dengan kaki depannya
sambil berbaring dan di gelindingkan di atas tubuhnya. Menurut Wright (2005)
suatu penangkaran sangat baik apabila terdapat beberapa tumbuhan didalamnya
yang di design secara alami seperti tanaman bambu yang dapat menjadi
enrichment untuk mereka dan akan membuat berang-berang cakar kecil senang
untuk menggunakannya sebagai objek bermain atau alas tidur. Berang-berang
cakar kecil juga menggunakan grid enam dan sembilan untuk tempat bermain
karena kedua grid tersebut memiliki letak yang bersebelahan dan memiliki tipe
komponen kandang yang hampir sama yaitu ditutupi oleh tumbuhan bawah dan
adanya semak yang terdapat rongga rendah dibawahnya yang memungkinkan
berang-berang untuk bersembunyi sambil menunggu temannya menemukan
keberadannya. Grid delapan digunakan tempat bermain karena terdapat komponen
kandang yang khas berupa kolam. Berang-berang cakar kecil sangat sering
bermain di kolam seperti saling mengejar di dalam kolam, bermain biji afrika, dan
mencoba memasukkan benda ke dalam pipa saluran.
Perilaku memeriksa lingkungan memiliki hubungan erat dengan grid tiga.
Di grid tiga terdapat pohon cemara dan pohon Afrika dimana rantingnya sering
jatuh menimbulkan suara yang menyebabkan berang-berang cakar kecil penasaran
dan berlari menuju sumber suara tersebut untuk memeriksanya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan McKay (2009) bahwa berang-berang merupakan satwa yang
kompleks. Orang-orang yang telah bekerja dengan berang-berang menyadari
bahwa mereka adalah makhluk cerdas dan memiliki penasaran yang tinggi bahkan
mereka dapat memecahkan teka-teki, menggunakan alat-alat, dan memanipulasi
lingkungan mereka. Selain itu, berang-berang cakar kecil juga merupakan satwa
yang sangat sensitif dengan gerakan dan suara sekecil apapun sehingga dapat
menimbulkan rasa ingin tahu pada berang-berang cakar kecil (Wright L 6 Februari
2014, komunikasi pribadi).
Perilaku istirahat berhubungan erat dengan grid dua dan lima. Hal ini
dikarenakan pada kedua grid tersebut terdapat komponen kandang berupa lubang
tanah yang menjorok ke dalam pada grid dua dan gorong-gorong serta shelter
pada grid lima yang mendukung berang-berang cakar kecil menggunakan
komponen tersebut untuk beristirahat. Kedua grid ini menjadi grid kesukaan
berang-berang cakar kecil untuk menghabiskan waktu bersitirahat. Hal ini
berkaitan dengan sifat berang-berang cakar kecil yang menyukai tempat
tersembunyi dan tidak dapat dilihat oleh manusia saat beristirahat (Heap et al.
2008).
Perilaku membuang kotoran berhubungan erat dengan komponen yang
berada di dalam grid tujuh yaitu adanya sebagian permukaan tanah yang tidak
ditumbuhi oleh tanaman yang menjadi tempat ideal bagi berang-berang untuk
membuang kotorannya. Menurut Turley (1992), berang-berang cakar kecil
menyukai tempat yang terbuka berupa tanah kering atau tempat berpasir untuk
membuang kotorannya. Bahkan berang-berang cakar kecil yang tinggal di dekat

13

mangrove akan mencari tanah kering untuk membuang kotorannya. Hal ini juga
memungkinkan berang-berang cakar kecil untuk melakukan spraint yaitu
menghancurkan dan menyebarkan kotoran ke sekeliling permukaan tanah sambil
mengeluarkan aroma yang khas. Disamping itu, adanya tanaman sereh menjadi
tempat yang juga ideal untuk membuang kotoran karena di habitat alaminya
berang-berang cakar kecil suka membuang kotoran disamping tanaman padi dan
bentuk tanaman sereh menyerupai tanaman padi.
Perilaku makan berhubungan erat dengan komponen kolam yang berada di
dalam grid delapan. Hal ini dikarenakan pemberian pakan pada berang-berang
dilakukan di dalam kolam.

Pola Penggunaan Ruang Berdasarkan Perilaku
Berdasarkan hasil identifikasi penggunaan ruang pada kandang didapatkan
grid-grid yang dipakai oleh berang-berang cakar kecil untuk setiap jenis perilaku
yang dilakukan. Hasil identifikasi penggunaan ruang diuraikan melalui pola
penggunaan ruang dari setiap perilaku (Gambar 5).

Keterangan : (a) makan ; (b) membersihkan diri; (c) membersihkan satu sama lain; (d) memeriksa
lingkungan; (e) istirahat; (f) konflik; (g) seksual; (h) membuang kotoran; (i) bermain,
(j) sosial. Kandang terbagi menjadi sembilan grid (1) Grid satu; (2) Grid dua; (3) Grid
tiga; (4) Grid empat; (5) Grid lima; (6) Grid enam; (7) Grid tujuh; (8) Grid delapan;
(9) Grid sembilan. Ruang yang digunakan ( ) dan tidak digunakan ( )untuk suatu
perilaku berang-berang.

Gambar 5 Pola penggunaan ruang berang-berang cakar kecil berdasarkan
perilaku
Pola penggunaan ruang menggambarkan bahwa setiap perilaku pada
memiliki pola yang berbeda. Pada perilaku makan cenderung menggunakan grid
yang dekat dengan kolam dimana kolam merupakan tempat pakan bagi mereka.
Pada perilaku membersihkan diri, berang-berang cakar kecil hampir
melakukan diseluruh grid kecuali grid satu dan tiga. Perilaku membersihkan diri
dilakukan di sela setiap aktivitas yang mereka, sehingga dapat terjadi hampir di
seluruh grid. Perilaku membersihkan diri dilakukan oleh berang-berang cakar
kecil saat sedang menyusuri setiap grid. Hal ini diduga yang dapat menyebabkan
adanya kotoran yang menempel di tubuhnya saat berang-berang cakar kecil

14

sedang melewati grid yang ada, karena pada saat berjalan melewati seluruh grid
tubuh mereka akan bersentuhan dengan semak, tumbuhan bawah, dan komponen
lainnya. Disamping itu terdapat komponen kandang yang dapat mendukung
perilaku membersihkan diri yaitu berupa batang kayu pada shelter. Berang-berang
cakar kecil sangat senang menggunakan batang kayu tersebut untuk menggesekgesekkan leher dan tubuhnya dan dalam pengelolaan penangkaran, komponen ini
penting untuk digunakan untuk membersihkan diri dengan cara menggesekkan
tubuhnya (Wright L 6 Februari 2014, komunikasi pribadi). Pada perilaku
membersihkan satu sama lain biasa dilakukan di dalam grid yang berdekatan
dengan kolam. Perilaku tersebut dilakukan setiap kali menyelam di dalam kolam
untuk mencari makan atau bermain sehingga perilaku membersihkan satu sama
lain terjadi di dalam grid yang berdekatan dengan komponen kolam.
Perilaku memeriksa lingkungan dilakukan hampir di seluruh grid kecuali di
grid satu. Hal ini dikarenakan grid satu terletak jauh dari faktor yang membuat
berang-berang cakar kecil tertarik. Berang-berang cakar kecil merupakan satwa
yang memiliki rasa penasaran tinggi dan senang tertarik dengan segala sesuatu
yang baru. Ketertarikan berang-berang cakar kecil biasanya dilakukan terhadap
hal yang belum pernah dijumpai, hal yang mengganggu, bersifat menimbulkan
suara atau gerakan (Wright L 6 Februari 2014, komunikasi pribadi). Sedangkan
grid satu terletak pada ujung kandang dan ditumbuhi oleh pohon Afrika yang
sangat besar.
Perilaku istirahat dilakukan di dalam grid yang memiliki komponen untuk
berang-berang cakar kecil tidur (grid dua dan lima) berupa lubang tanah dan
gorong-gorong. Penggunaan grid untuk tidur juga terjadi di grid enam, tujuh,
delapan, dan sembilan. Hal ini dikarenakan aktivitas utama seperti makan dan
bermain paling banyak terjadi didalam grid delapan sehingga berang-berang cakar
kecil akan memakai tempat yang terdekat dengan grid delapan untuk beristirahat.
Perilaku konflik terjadi hanya pada grid delapan dan sembilan. Hal ini
dikarenakan grid delapan merupakan satu-satunya tempat yang menjadi tempat
pakan, sehingga berang-berang cakar kecil sering melakukan aktivitas makan di
grid delapan. Pada saat makan, biasanya akan terjadi perebutan makanan yang
dilakukan oleh betina terhadap jantan yang menyebabkan jantan marah dan
membawa lari makanannya ke dalam grid sembilan. Di dalam grid sembilan juga
akan tetap terjadi perebutan karena betina akan mengejar jantan untuk merebut
makanan. Perilaku konflik terjadi ketika air kolam sudah keruh sehingga betina
sulit menangkap makanan di dalam kolam dan akhirnya merebut makanan jantan.
Pada perilaku seksual dilakukan pada grid dua, lima, tujuh, delapan dan
sembilan. Di grid dua, lima, tujuh, dan sembilan berang-berang cakar kecil
menunjukkan aktivitas bercumbu sedangkan di grid delapan menunjukan perilaku
kawin di dalam air kolam. Aktivitas bercumbu didukung dengan komponen
kandang yang agak tertutup seperti di grid dua dan lima terdapat lubang tanah dan
gorong-gorong sedangkan di grid tujuh dan sembilan terdapat tutupan semak yang
dapat memberikan ruang privasi bagi berang-berang cakar kecil untuk melakukan
aktivitas tersebut.
Pada perilaku membuang kotoran, berang-berang cakar kecil menggunakan
keseluruhan grid kecuali grid satu dan tiga. Hal ini dikarenakan grid satu dan tiga
merupakan grid yang letaknya paling jauh, permukaan yang menanjak, tumbuhan
bawah yang padat serta aktivitas yang terjadi sangat sedikit di kedua grid tersebut.

15

Sedangkan di grid dua, lima, enam, tujuh, delapan, dan sembilan berang-berang
banyak melakukan aktivitas yang memotivasi untuk membuang kotorannya
sekaligus menandai wilayah dengan kotorannya.
Pada perilaku bermain dan sosial terjadi di seluruh grid. Hal ini dikarenakan
berang-berang cakar kecil merupakan satwa yang aktif. Perilaku bermain seperti
berlari, menggelinding, bermain biji, dan bersembunyi membutuhkan ruang yang
luas sehingga keseluruhan grid di gunakan untuk aktivitas bermain oleh berangberang cakar kecil. Perilaku sosial ditandai dengan memanggil pasangan dengan
suara menciap berulang kali hingga pasangan merespon panggilan tersebut.
Perilaku sosial terkadang terjadi beriringan dengan aktivitas bermain berangberang cakar kecil berupa bersembunyi. Biasanya saat salah satu berang-berang
cakar kecil bersembunyi, berang-berang cakar kecil yang lain akan memanggil.
Selain itu berang-berang cakar kecil sering berjalan menyusuri seluruh grid dan
jantan tampak selalu mengikuti berang-berang cakar kecil betina. Hal ini dapat
dikatakan perilaku sosial (Lubis R 7 Februari 2014, komunikasi pribadi).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Proporsi penggunaan waktu perilaku berang-berang cakar kecil yang paling
tinggi adalah istirahat, bermain dan makan sedangkan perilaku yang memiliki
proporsi waktu yang rendah yaitu memelihara tubuh satu sama lain dan
perilaku konflik. Perilaku lainnya seperti perilaku membersihkan diri,
memeriksa lingkungan, sosial, seksual, dan membuang kotoran memiliki
proporsi waktu yang tergolong sedang.
2. Berang-berang cakar kecil menghabiskan banyak waktunya untuk melakukan
aktivitas utamanya di grid lima, delapan, dan dua. Sedangkan grid yang paling
jarang digunakan berang-berang untuk aktivitasnya yaitu grid satu dan tiga.
Grid lainnya yaitu grid sembilan, tujuh, enam, dan empat merupakan grid yang
juga digunakan untuk mendukung aktivitas hariannya.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku dengan penggunaan ruang.
Perilaku sosial memiliki hubungan yang signifikan dengan grid satu, tiga, dan
tujuh. Perilaku bermain memiliki hubungan yang signifikan hampir diseluruh
grid kecuali grid dua dan lima. Perilaku istirahat memiliki hubungan yang
signifikan dengan grid dua dan lima. Pada perilaku membuang kotoran
memiliki hubungan yang signifikan hanya dengan grid tujuh. Perilaku makan
hanya memiliki hubungan yang signifikan dengan grid delapan. sedangkan
perilaku lainnya (membersihkan diri, membersihkan satu sama lain, konflik,
memeriksa lingkungan, seksual) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan
dengan penggunaan grid, artinya perilaku lainnya dapat terjadi di grid
manapun .
4. Berang-berang cakar kecil menggunakan penggunaan ruang tertentu dalam
suatu perilaku tertentu.

16

Saran
1. Didalam pengembangan kandang untuk upaya konservasi ex-situ berangberang, maka perlu mempertimbangkan:
a. luas minimum kandang untuk berang-berang cakar kecil (luas minimum
60m2 untuk sepasang dan penambahan 5m2 untuk satu ekor)
b. komponen penting didalam kandang seperti kolam (20% dari luas kandang),
ketersediaan tanah kosong yang berpasir, tumbuhan yang cukup untuk
memberi kesan mendekati habitat aslinya, lubang tanah, dan balok kayu
merupakan komponen penting yang harus tersedia di dalam kandang.
2. Di masa datang perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi perilaku
berang-berang cakar kecil yang dipengaruhi variabel perubahan lingkungan
seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan.

DAFTAR PUSTAKA
Anne. 1980. Appliquee A La Protection De La Nature. Revue D’ecologie 34: 548561.
[AT] The Angling Trust. 2013. Otter The Facts. [diunduh pada 2013 Juli 18].
Tersedia pada : wildlife@naturalengland.org.uk.
Autuori MP, Deutsch LA. 1977. Contribution to the knowledge of the Giant otter
Pteronura brasiliensis. Zool Garten 47:1-8.
Duplaix N. 1980. Observations on The Ecology and Behavior of The Giant River
Otter Pteronura brasiliensis in Suriname.
[DWCT] Durrel Wildlife Conservation Trust. 2006. Oriental Short Clawed Otter
Species Factsheet. London (UK): DWCT.
Fogiel M. 1995. The Statistics Problem Solver. New York (US): Research and
Education Association.
Heap CJ, Wright L, Andrews L. 2008. Summary of Husbandry Guidelines for
Asian Small Clawed Otter in Captivity. Chestnut Centre (UK): IUCN/SSC
Otter Specialist Group, Otters in Captivity Task Force.
Hurnik JF, Webster AB, Siegel PB. 1985. Dictionary of Farm Animal Behaviour.
Ed ke-2. Ames (Iowa): Iowa State University Press.
Hussain SA, Choudhury BC. 1997. Status and distribution of smooth-coated otters
Lutra perspicillata in National Chambal Sanctuary. Biological Conservation
80: 199-206.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2013. IUCN Red List
of Threatened Species. [diunduh 2013 Juni 26]. Tersedia pada:
http://www.iucnredlist.org.
Larivie’re S. 2003. Amblonyx cinereus. Mammalian Species 720 : 1-5.
Maulana D. 2013. Grid system dan penerapan media. [diunduh 2014 Januari 29].
Tersedia
pada:
http://www.scribd.com/doc/8186817/Grid-System-On
Application.
Maslanka MT, Crissey SD. 2002. Asian small-clawed otter: Nutrition and dietary
husbandry.Nutrition advisory group handbook pp1-13. Colombus (OH):
Columbus Zoological Gardens.

17

McKay. 2009. Basics of Otter Training. IUCN/SSC Otter Specialist Group, Otters
in Captivity Task Force. Indianapolis (US): Indianapolis Zoo.
Mitchell G, Obradovich S, Sumner D, de Morris K, Lofton L, Minor J, Cotton L,
Foster T. 1990. Cage location effects on visitor attandance at three
Sacremento zoo mangabey enclosures. Zoo biology 9 : 55-63.
Ovenden S. 2006. Enclosure usage of captive Asian short clawed-otter Amblonyx
cinerea in response to visitor numbers and altering the location of feeding.
Edinburgh (UK): Edinburgh Zoo.
Sastrapradja S, Adisoemarto S, Boeadi, Munaf HB, Pranowo.