Perkembangan Masalah Gizi Kurang Kaitannya dengan Kebijakan dan Program Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi di Indonesia

i

PERKEMBANGAN MASALAH GIZI KURANG KAITANNYA
DENGAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM KETAHANAN PANGAN
DAN PERBAIKAN GIZI DI INDONESIA

ANAK AGUNG AYU WIDI UTARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ii

ABSTRACT
ANAK AGUNG AYU WIDI UTARI. Trend of Malnutrition in Relation with the
Food and Nutrition Security Policy and Program in Indonesia. Under supervision
of DRAJAT MARTIANTO and YEKTI HARTATI EFFENDI.
Malnutrition, especially severe underweight among under-five years old
children is a complex issue in the sense influenced by various aspects, as

explained in the framework of UNICEF (1998). The study was aimed to examine
development of malnutrition among under-five years old children in Indonesia and
associate it with the development of food security policy and nutrition
improvement program. A descriptive study designed was implemented and a set
of secondary data was used in the study. Data gathering was conducted at
corresponding institutions. Data was analyzed using Microsoft Excell 2007 for
Windows and Statistical Program for Sosial Sciences (SPSS) 16.0 version. The
result showed that the the prevalence of malnutrition has decreased from 37.5%
in 1989 to 17.9% in 2010. Policies and programmes for food security and nutrition
improvement have been developed over 35 years of the period of Repelita III, IV
Repelita V Repelita VI Repelita, Propenas, RPJMN 2004-2009, RPJMN 20102014, and RANPG 2011-2015. During Repelita III (1979-1983), the goal is to
achieve self-sufficiency and Repelita VI, food self-sufficiency achieved in 1984. In
the period Repelita VI (1994-1998), the target prevalence of PEM (Protein Energy
Malnutrition) under-five years old children 30%, and has been reached at the end
of Repelita VI 20.7%. In the period Propenas (1999-2004), the target prevalence
of malnutrition children 20%, but at the end Propenas this target was not
achieved because of the prevalence 27.5%. In RPJMN period (2004-2009) the
prevalence of malnutrition among under-five years old children target is 20% and
has been reached at 17.9% by the year 2010. Compared with the MDGs by
2015, at 18.5%, the target was exceeded. Trend of present malrition problem are

stunting and overweight among under-five years old children.
Keywords : Protein Energy Malnutrition, Under Five Years Old Children, Food
Security Policy, Nutrition Improvement Program.

iii

RINGKASAN
ANAK AGUNG AYU WIDI UTARI. Perkembangan Masalah Gizi Kurang
Kaitannya dengan Kebijakan dan Program Ketahanan Pangan dan Perbaikan
Gizi di Indonesia. Dibimbing oleh DRAJAT MARTIANTO dan YEKTI HARTATI
EFFENDI.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan
masalah gizi kurang kaitannya dengan kebijakan dan program ketahanan pangan
dan perbaikan gizi di Indonesia. Tujuan khususnya yaitu mempelajari: (1)
perkembangan masalah gizi kurang di Indonesia, (2) kebijakan dan program
pemerintah dalam mendukung pembangunan ketahanan pangan dan perbaikan
gizi di Indonesia, (3) keterkaitan prevalensi gizi kurang dengan parameter
pembangunan ekonomi dan sosial (tingkat kemiskinan, PDB/kapita, dan rata-rata
lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas), (4) keterkaitan prevalensi gizi kurang
dengan parameter pembangunan kesehatan lingkungan (proporsi rumah tangga

yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak dan proporsi rumah
tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi yang layak), (5) keterkaitan
prevalensi gizi kurang dengan parameter pembangunan pelayanan kesehatan
dasar (jumlah posyandu dan cakupan imunisasi lengkap), (6) keterkaitan
prevalensi gizi kurang dengan persentase anggaran program perbaikan gizi
terhadap anggaran departemen kesehatan dan (7) tren masalah gizi terkini dan
kaitannya dengan kebijakan ketahanan pangan dan perbaikan gizi. Penelitian ini
menggunakan desain studi deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengolah
data sekunder yang berasal dari berbagai instansi terkait. Penelitian
dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2011 di Bogor, Jawa Barat.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
terdiri dari status gizi balita di Indonesia, akses air minum layak, akses sanitasi
layak, cakupan imunisasi lengkap, jumlah posyandu, tingkat kemiskinan di
Indonesia, rata-rata lama sekolah penduduk, dokumen kebijakan dan program
ketahanan pangan dan gizi (Repelita, Propenas, RPJMN, RANPG) di Indonesia
selama tiga puluh lima tahun terakhir (1980-2015).
Data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif
dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows dan Statistical Program
for Sosial Sciences (SPSS) versi 16.0. Pengolahan data status gizi balita
dilakukan yakni dengan cara analisis tren terhadap variabel yang diteliti antar

waktu selama tiga puluh tahun terakhir yaitu, tingkat kemiskinan, PDB/kapita,
rata-rata lama sekolah penduduk, akses air minum layak, akses sanitasi layak,
jumlah posyandu, cakupan imunisasi lengkap, dan alokasi anggaran perbaikan
gizi.
Analisis yang digunakan untuk menganalisis kebijakan dan program
ketahanan pangan dan perbaikan gizi dilakukan secara deskriptif dengan metode
content analysis (metode analisis isi). Penggunaan analisis isi untuk memilah
program/kegiatan dan indikator-indikator apa saja yang dijadikan arah kebijakan
pada periode Repelita III-VI, Propenas 1999-2004, RPJMN 2004-2009, RPJMN
2010-2014 dan RANPG 2011-2015. Dengan demikian, penelitian ini akan
menguraikan perbedaan atau perbandingan hasil analisis isi terhadap berbagai
dokumen kebijakan tersebut terkait ketahanan pangan dan perbaikan gizi selama
tiga puluh tahun lima terakhir (1980-2010).
Berdasarkan data trend perkembangan gizi kurang, terjadi
kecenderungan penurunan prevalensi gizi kurang (gizi buruk dan gizi kurang)
pada anak balita dari 37.5% pada tahun 1989 menjadi 17.9% pada tahun 2010.
Prevalensi gizi buruk tertinggi terdapat pada tahun 1995, yaitu sebesar 11.6%

iv


atau sebanyak 2.4 juta jiwa balita menderita gizi buruk dari 21.5 juta balita.
Prevalensi gizi buruk terendah terdapat pada tahun 2010, yaitu 4.9%, artinya
terdapat 4.9% balita yang menderita gizi buruk di Indonesia pada tahun 2010.
Berbagai kebijakan dan program yang mendukung ketahanan pangan
dan perbaikan gizi di Indonesia sejak Repelita III sampai RPJMN 2004-2009
berpengaruh terhadap perkembangan masalah gizi kurang pada balita.
Penguatan produksi pangan terjadi selama periode Repelita III sampai Repelita
IV dengan tercapainya swasembada pangan pada periode Repelita IV. Pada
periode Repelita V sampai RepelitaVI kebijakan ketahanan pangan dan
perbaikan gizi mulai banyak diarahkan pada distribusi dan konsumsi pangan.
Selanjutnya pada periode Propenas 1999-2004, kebijakan ketahanan pangan
dan gizi berorientasi pada pengamanan ketersediaan pangan, peningkatan
diversifikasi pangan, meningkatkan distribusi pangan, dan mengembangkan
kemandirian pangan. Sedangkan pada periode RPJMN 2004-2009, pemerintah
mempromosikan “Revitalisasi Pertanian” dengan upaya mencapai swasembada
beras maupun non beras melalui pangan alternatif seperti jagung dan singkong,
disamping beras. Sedangkan kebijakan dan program perbaikan pada periode ini
terlihat semakin “kabur” karena pemerintah lebih mengakomodir hal-hal yang
bersifat makro, seperti ketersediaan pangan, dll.
Hasil analisis hubungan antara prevalensi gizi kurang dengan parameter

pembangunan ekonomi dan sosial menunjukkan bahwa : tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara prevalensi gizi kurang dengan tingkat
kemiskinan, terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara prevalensi gizi
kurang dengan PDB/kapita, dan tidak terdapat hubungan antara prevalensi gizi
kurang dengan rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas. Hasil analisis
hubungan antara prevalensi gizi kurang dengan parameter pembangunan
kesehatan lingkungan menunjukkan bahwa : tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara prevalensi gizi kurang dengan proporsi rumah tangga dengan
akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan terdapat hubungan yang
signifikan dan negatif antara prevalensi gizi kurang dengan proporsi rumah
tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak. Hasil analisis
hubungan antara prevalensi gizi kurang dengan parameter pembangunan
kesehatan dasar menunjukkan bahwa : tidak terdapat hubungan antara
prevalensi gizi kurang dengan dengan jumlah posyandu dan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara prevalensi gizi kurang dengan cakupan
imunisasi lengkap. Hasil analisis hubungan antara prevalensi gizi kurang dengan
anggaran perbaikan gizi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat
kuat dan signifikan antara prevalensi gizi kurang dengan jumlah anggaran
perbaikan gizi per balita.
Selain gizi kurang, beberapa permasalahan gizi lain yang saat ini mulai

bermunculan adalah adanya balita yang pendek/stunting dan masalah gizi lebih.
Kebijakan ketahanan pangan dan perbaikan gizi dalam RPJMN 2010-2014 yang
didukung oleh RANPG 2011-2015 menunjukkan bahwa pemerintah memiliki
upaya untuk mengatasi masalah gizi terkini seperti stunting yang masih dijumpai
pada anak balita, namun pemerintah belum menetapkan suatu target untuk
menangani masalah gizi lain seperti masalah gizi lebih yang mulai banyak terjadi
pada anak balita maupun pada penduduk usia 15 tahun ke atas.

v

PERKEMBANGAN MASALAH GIZI KURANG KAITANNYA
DENGAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM KETAHANAN PANGAN
DAN PERBAIKAN GIZI DI INDONESIA

ANAK AGUNG AYU WIDI UTARI

Skripsi
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat


DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

vi

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

Nama
NIM

: Perkembangan Masalah Gizi Kurang Kaitannya dengan
Kebijakan dan Program Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi
di Indonesia
: Anak Agung Ayu Widi Utari
: I14070069


Disetujui :
Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Drajat Martianto, M. Si
NIP 19640324 198903 1 004

Dosen Pembimbing II

dr. Yekti Hartati Effendi, S.Ked
NIP 19471029 197901 2 001

Diketahui,
Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
NIP 19621218 198703 1 001

Tanggal Disetujui :

vii


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang melimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perkembangan Masalah KEP (Kurang Energi Protein) di
Indonesia Kaitannya dengan Kebijakan dan Program di Bidang Ketahanan
Pangan dan Perbaikan Gizi” . Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu
syarat kelulusan untuk mencapai gelar Sarjana Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari
banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si selaku dosen pembing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan pikiran, dengan sabar memberikan masukan,
saran,

kritikan,

semangat

dan


motivasi

kepada

penulis

untuk

menyelesaikan skripsi ini.
2. dr. Yekti Hartati Effendi, S.Ked selaku dosen pembing akademik dan
dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikiran,
dengan sabar memberikan masukan, saran, kritikan, semangat dan
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji
atas segala saran dan masukkan yang diberikan untuk perbaikan skripsi
ini.
4. Bapak Budi dari Badan Pusat Statistik yang telah membantu penulis
untuk

memperoleh

data

indikator

pendidikan

yang

mendukung

penyelesaian skripsi.
5. Bapak Lucky dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang
telah membantu penulis untuk memperoleh data anggaran pembangunan
yang mendukung penyelesaian skripsi.
6. Ibu Suparmi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Kesehatan yang telah membantu penulis untuk memperoleh data status
gizi yang mendukung penyelesaian skripsi.
7. Kedua orang tua dan keluarga besar Puri Kanginan yang senantiasa
memberi dukungan, dorongan, serta semangat kepada penulis.
8. Teman seperjuangan penulis: Devi Sandy Ambarpratiwi, Nesyi Febi
Oktarina Putri, dan Elfrida Yuliansari yang telah bekerja sama dalam
penelitian.

viii

9. Teman kosan Tilotama: Sukma, Gek Iwik, Renny, Puspita, Ika, Dian, dan
Santi yang selalu mendukung dan membantu penulis. Terimakasih untuk
kebersamaan, kekeluargaan, dan kerjasamanya.
10. Sahabat-sahabat Gizi Masyarakat 44 (Linda, Riri, Stefani, Riza, Melda,
Mayang, Devi Nur, Siha, Fatma, Upil, Atika Primadala, Syifa Aulia, Imam,
Anti Kitty, Saskie dan semua yang tidak dapat disebutkan satu per satu),
teman-teman KKP Desa Cinagara (Chacha, Novi, Bocad, Adji, dan Gian),
juga teman Internship Dietetik RS Kanker Dharmais (Sisil, Chacha, Eka,
Merita) terimakasih untuk kerjasama dan kebersamaannya.
11. Keluarga besar Gizi Masyarakat: para pengajar, staf TU, teman-teman
angkatan 42, 43 (Mba Chika, Mba Indah, Ka Guntari), 45, 46 atas segala
bantuannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan
dan bantuan yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya,

penulis

menyadari bahwa

dalam

penelitian

ini masih

memerlukan saran dan kritik untuk perbaikan dari berbagai pihak. Semoga hasil
penelitian ini memberikan manfaat yang nyata dalam perbaikan upaya
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi Kurang Energi Protein di
Indonesia.
Bogor, Oktober 2011

Anak Agung Ayu Widi Utari

ix

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Anak Agung Ayu Widi Utari dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 2 Februari 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari
Bapak Agung dan Ibu Ketut. Sejak kecil penulis tinggal di Depok. Penulis
menamatkan pendidikan di SD Katolik Maria Cimanggis, Kota Depok tahun 2001,
SLTP Katolik Maria Cimanggis, Kota Depok pada tahun 2004, dan SMAN 3
Depok pada tahun 2007.
Penulis berkesempatan untuk melanjutkan studi menjadi mahasiswa IPB
pada tahun 2007 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB), selanjutnya
diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia dengan
program Mayor Ilmu Gizi pada tahun 2007.
Selama kuliah, penulis pernah tergabung dalam organisasi kampus, yaitu
HIMAGIZI (Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi) IPB sebagai anggota klub Gizi
Olahraga periode 2009/2010. Selain itu,

penulis juga tergabung dalam

organisasi independen bernama BKG (Badan Konsultasi Gizi) IPB sebagai ketua
di divisi hubungan masyarakat periode 2009/2011.
Penulis pernah melakukan KKP (Kuliah Kerja Profesi) di Desa Cinagara,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor untuk studi tentang revitalisasi posyandu
dengan

peningkatan

partisipasi

masyarakat

melalui

aksi

komunikatif.

Selanjutnya, penulis melakukan Internship Dietetik yang berjudul “Proses Asuhan
Gizi pada Kasus Penyakit Dalam, Kasus Bedah, dan Penyakit Anak di Rumah
Sakit Kanker Dharmais Jakarta” pada bulan Februari-Maret 2011. Pengalaman
kepanitiaan yang pernah diikuti penulis antara lain INDEX 2009 (Indonesia
Ecology Expo), IPB Green Festival 2009, Ecology Sport Event 2010,
SENSASIONAL (Seminar Gizi Nasional) tahun 2011.

x

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................. 2
Kegunaan ......................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 4
Arah Pembangunan di Bidang Pangan dan Gizi............................................. 4
Masalah Kurang Energi Protein (KEP) Anak Balita ........................................ 6
Pengertian KEP ........................................................................................ 6
Klasifikasi KEP .......................................................................................... 7
Penyebab KEP ........................................................................................ 11
Permasalahan KEP di Indonesia ............................................................ 12
Upaya Penanggulangan KEP ................................................................. 14
Faktor yang Berpengaruh Pada KEP ............................................................ 15
Tingkat Kemiskinan................................................................................. 15
Produk Domestik Bruto (PDB) ................................................................ 17
Indikator Pendidikan (BPS 2009) ........................................................... 18
Kesehatan Lingkungan ........................................................................... 19
Pelayanan Kesehatan Dasar .................................................................. 21
Anggaran Perbaikan Gizi ........................................................................ 23
Kebijakan Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi ....................................... 24
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................... 26
METODOLOGI...................................................................................................... 28
Desain, Waktu, dan Tempat .......................................................................... 28
Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................................... 28
Pengolahan dan Analisis Data....................................................................... 30
Asumsi dan Keterbatasan Penelitian............................................................. 31
Definisi Operasional ....................................................................................... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 36
Perkembangan Prevalensi Gizi Kurang di Indonesia .................................... 36
Kebijakan dan Program Pemerintah dalam Mendukung Ketahanan
Pangan dan Perbaikan Gizi di Indonesia ...................................................... 46
Hubungan Parameter Pembangunan Ekonomi dan Sosial dengan
Masalah Gizi Kurang...................................................................................... 56
Kemiskinan.............................................................................................. 56
Produk Domestik Bruto (PDB) Per Kapita .............................................. 60
Pendidikan .............................................................................................. 63
Hubungan Parameter Pembangunan Kesehatan Lingkungan dengan
Masalah Gizi Kurang...................................................................................... 66
Akses Air Minum Layak .......................................................................... 66

xi

Akses Sanitasi Layak .............................................................................. 69
Hubungan Perkembangan Parameter Pembangunan Pelayanan
Kesehatan Dasar dengan Masalah Gizi Kurang ........................................... 73
Posyandu ................................................................................................ 73
Cakupan Imunisasi Lengkap .................................................................. 75
Hubungan Perkembangan Anggaran Program Perbaikan Gizi dengan
Masalah Gizi Kurang...................................................................................... 77
Pembiayaan Kesehatan.......................................................................... 77
Tren Masalah Gizi Terkini dan Kaitannya dengan Kebijakan Ketahanan
Pangan dan Perbaikan Gizi ........................................................................... 81
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 85
Kesimpulan .................................................................................................... 85
Saran .............................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 87
LAMPIRAN ........................................................................................................... 91

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Klasifikasi KEP berdasarkan baku median WHO-NCHS ................................ 7

2

Klasifikasi KEP menurut Departemen Kesehatan RI ...................................... 8

3

Klasifikasi KEP menurut Gomez...................................................................... 8

4

Klasifikasi KEP menurut McLaren ................................................................... 8

5

Klasifikasi KEP menurut Trust Party................................................................ 9

6

Klasifikasi KEP menurut Waterflow ................................................................. 9

7

Klasifikasi KEP menurut Jellife ........................................................................ 9

8

Klasifikasi status gizi balita berdasarkan nilai Z-score .................................. 10

9

Prevalensi kurus pada balita (BB/TB < -2 SD) 1990-2001 ........................... 13

10 Jenis data yang digunakan, tahun dan sumber data penelitian.................... 28
11 Jenis variabel, kategori, tahun, dan keterangan variabel penelitian ............. 30
12 Trend perkembangan KEP dan gizi kurang pada balita di Indonesia
periode Repelita III-RPJMN ........................................................................... 38
13 Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang balita di Indonesia tahun 1989-2010
menurut indeks BB/U dengan status masalah kesehatan secara nasional . 41
14 Perkembangan kebijakan ketahanan pangan dan perbaikan gizi periode
Repelita III sampai Repelita IV ...................................................................... 48
15 Perkembangan kebijakan ketahanan pangan dan perbaikan gizi periode
Repelita V sampai Repelita VI ....................................................................... 49
16 Perkembangan kebijakan ketahanan pangan dan perbaikan gizi periode
Propenas sampai RPJMN 2004-2009 ........................................................... 50
17 Hubungan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita dengan
parameter pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia
tahun 1989-2010 ............................................................................................ 56
18 Perkembangan tingkat kemiskinan dan status gizi balita di Indonesia
tahun 1989-2010 ............................................................................................ 57
19 Perkembangan PDB per kapita di Indonesia tahun 1989-2010 dan status
masalah kesehatan secara nasional ............................................................. 61
20 Perkembangan rata-rata rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun
ke atas penduduk Indonesia tahun 1995-2010 dan status masalah
kesehatan secara nasional ............................................................................ 63

xiii

21 Hubungan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita dengan
parameter pembangunan kesehatan lingkungan di Indonesia
tahun 1989-2010 ............................................................................................ 66
22 Perkembangan akses air minum layak dan status gizi balita di Indonesia
tahun 1989-2010 ............................................................................................ 67
23 Perkembangan akses sanitasi layak dan status gizi balita di Indonesia
tahun 1989-2010 ............................................................................................ 70
24 Hubungan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita dengan
parameter pembangunan pelayanan kesehatan dasar di Indonesia
tahun 1989-2010 ............................................................................................ 73
25 Perkembangan jumlah posyandu dan status gizi balita di Indonesia
tahun 1989-2010 ............................................................................................ 74
26 Hubungan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita dengan
perkembangan anggaran program perbaikan gizi tahun 1989-2010............ 77
27 Perkembangan persentase anggaran perbaikan gizi terhadap anggaran
Depkes dan status gizi balita di Indonesia tahun 1989-2010 ....................... 78
28 Permasalahan gizi masyarakat lainnya tahun 2007 ..................................... 81
29 Cakupan upaya perbaikan gizi masyarakat tahun 2007 ............................... 82
30 Kebijakan ketahanan pangan dan perbaikan gizi periode RPJMN 2010-2014
dan RANPG 2011-2015 ................................................................................. 83

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Penyebab KEP (Kurang Energi Protein) menurut UNICEF (1998)
disesuaikan dengan kondisi Indonesia .......................................................... 27

2

Perkembangan prevalensi gizi kurang menurut indeks BB/U
WHO-NCHS pada balita di Indonesia tahun 1989-2010 beserta Target
MDGs

3

dan RPJMN 2009 ................................................................ 40

Hubungan antara prevalensi gizi buruk (%) dengan tingkat kemiskinan (%)
di Indonesia selama dua puluh tahun terakhir (1989-2010) ......................... 59

4

Hubungan antara prevalensi gizi kurang (%) dengan PDB per kapita
di Indonesia selama dua puluh tahun terakhir (1989-2010) ......................... 62

5

Hubungan antara rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas
dengan prevalensi gizi buruk (%) di Indonesia pada tahun 1995-2010 ....... 64

6

Hubungan antara rata-rata lama sekolah dengan prevalensi
gizi kurang (%) di Indonesia pada tahun 1995-2010 .................................... 65

7

Hubungan antara prevalensi gizi buruk (%)dengan proporsi
rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak (%)
di Indonesia (1989-2010) ............................................................................... 71

8

Hubungan antara prevalensi gizi kurang (%) dengan proporsi
rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak (%)
di Indonesia (1989-2010) ............................................................................... 72

9

Perkembangan cakupan imunisasi lengkap pada balita di Indonesia
tahun 1991-2010 .......................................................................................... 75

10 Hubungan antara prevalensi gizi kurang (%) dengan anggaran
perbaikan gizi per balita di Indonesia (1989-2010) ....................................... 79

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Lampiran 1 Kaitan kebijakan dan program ketahanan pangan dan
perbaikan gizi dengan perkembangan KEP pada balita di Indonesia .......... 92

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti
empiris menunjukkan bahwa kualitas SDM sangat ditentukan oleh status gizi
yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan antara lain oleh jumlah asupan
pangan yang dikonsumsi. Hal ini sejalan dengan WHO (1999) menyatakan
bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang
siklus kehidupan. Sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja,
dewasa, dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat gizi merupakan
kebutuhan utama untuk pertahanan hidup, pertumbuhan fisik, perkembangan
mental, prestasi kerja, kesehatan, dan kesejahteraan (Supariasa et al 2001).
Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks dan memiliki dimensi
yang luas karena penyebabnya multi faktor dan multi dimensi, tidak hanya
merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah sosial, ekonomi,
budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Menurut kerangka pikir UNICEF
(1990) masalah gizi berakar pada masalah ketersediaan, distribusi, dan
keterjangkauan pangan, kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan serta perilaku
masyarakat.

Dengan

demikian

masalah

pangan

dan

gizi

merupakan

permasalahan berbagai sektor dan penyelesaiannya menjadi tanggung jawab
bersama pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, langkah-langkah
penanggulangannya juga harus dirumuskan dan dilaksanakan bersama.
Meski secara makro ketersediaan pangan sangat penting untuk menjamin
ketahanan pangan nasional, namun untuk menjamin tercapainya status gizi yang
baik yang diperlukan adalah akses terhadap pangan. Seperti diketahui, baik
secara nasional maupun global, ketersediaan pangan yang melimpah melebihi
kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh penduduk terbebas
dari kelaparan dan gizi kurang seperti yang terjadi pada tahun 1990. Oleh karena
itu, pada tahun 2000 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan
pernyataan tentang perlunya upaya global untuk peningkatan kesejahteraan
manusia sebagai salah satu ukuran pencapaian ketahanan pangan melalui
Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasaran pertamanya bukan pada
tercapainya produksi atau penyediaan pangan, tetapi menurunkan kemiskinan
dan kelaparan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat.

2

Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development
Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan
bahwa tahun 2015 setiap Negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan
separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua dari lima indikator sebagai
penjabaran tujuan pertama MDGs adalah menurunnya prevalensi gizi kurang
pada anak balita dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi
(mengkonsumsi energi kurang dari 70% kebutuhan untuk hidup sehat). Kedua
indikator tersebut mencerminkan tingginya keterkaitan antara kondisi ketahanan
pangan dengan status gizi masyarakat (Dewan Ketahanan Pangan 2009).
Menurut World Bank (2006), masalah gizi kurang maupun gizi lebih tidak
dapat ditangani hanya dengan kebijakan dan program jangka pendek sektoral
yang tidak terintegrasi. Pengalaman negara berkembang yang berhasil
mengatasi masalah gizi secara tuntas dan berkelanjutan, seperti Thailand, Cina
dan Malaysia, menunjukkan perlunya strategi kebijakan jangka pendek dan
jangka panjang. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan pembangunan bidang
ekonomi, pangan dan gizi, kesehatan, pendidikan, dan keluarga berencana yang
saling terkait dan terintegrasi untuk meningkatkan status gizi masyarakat.
Selama ini kajian mengenai masalah gizi lebih banyak dikaji dari aspek
mikro berupa analisis determinan masalah gizi dan belum banyak diarahkan dari
berbagai kebijakan di bidang ketahanan pangan dan kesehatan yang ada pada
saat itu. Padahal berbagai kebijakan tersebut saling mempengaruhi program
intervensi yang dijalankan dengan masalah gizi. Untuk itu peneliti mencoba untuk
mengkaji perkembangan masalah gizi di Indonesia dan mengaitkannya dengan
perkembangan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan perbaikan gizi.
Pemilihan rentang waktu antara tahun 1980 sampai 2010 mempertimbangkan
banyaknya perubahan yang

terjadi dalam sistem ketatanegaraan di bidang

kebijakan ketahanan pangan maupun perbaikian gizi selama periode tersebut.
Selanjutnya, Pemerintah diharapkan dapat menggunakannya sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun strategi terutama dari segi ketahanan pangan
dan kesehatan guna mengatasi masalah gizi yang terjadi di Indonesia.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan
masalah gizi kurang kaitannya dengan kebijakan dan program ketahanan pangan
dan perbaikan gizi di Indonesia.

3

Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1.

Mempelajari perkembangan masalah gizi kurang di Indonesia.

2.

Mempelajari kebijakan

dan

program

pemerintah

dalam

mendukung

pembangunan ketahanan pangan dan perbaikan gizi di Indonesia.
3.

Mempelajari

keterkaitan

prevalensi

gizi

kurang

dengan

parameter

pembangunan ekonomi dan sosial (tingkat kemiskinan, PDB/kapita, dan
rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas)
4.

Mempelajari keterkaitan prevalensi gizi kurang dengan parameter kesehatan
lingkungan (proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air
minum layak dan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap
sanitasi yang layak).

5.

Mempelajari keterkaitan prevalensi gizi kurang dengan parameter pelayanan
kesehatan dasar (jumlah posyandu dan cakupan imunisasi lengkap).

6.

Mempelajari keterkaitan prevalensi gizi kurang dengan persentase anggaran
program perbaikan gizi terhadap anggaran departemen kesehatan.

7.

Mempelajari tren masalah gizi terkini dan kaitannya dengan kebijakan
ketahanan pangan dan perbaikan gizi
Kegunaan
Penelitian

ini diharapkan

dapat memberikan

informasi mengenai

perkembangan masalah gizi kurang dan kaitannya dengan kebijakan di bidang
ketahanan pangan dan perbaikan gizi di Indonesia serta beberapa indikator
parameter pembangunan ekonomi dan sosial, parameter pembangunan
kesehatan, parameter pembangunan pelayanan kesehatan dasar dan anggaran
program perbaikan gizi serta menmpelajari tren masalah gizi terkini. Penelitian ini
juga dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah dan pihak terkait untuk
memutuskan suatu kebijakan atau program yang tepat terkait dengan masalah
akses pangan, gizi, dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Arah Pembangunan di Bidang Pangan dan Gizi
Kesejahteraan suatu bangsa tergantung pada kemampuan dan kualitas
sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu negara
dapat diketahui dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Komponen IPM yang
dijadikan ukuran kualitas SDM suatu bangsa terdiri atas tingkat ekonomi,
pendidikan, dan kesehatan. Posisi IPM Indonesia berada pada urutan ke 108 dari
177 negara (Dewan Ketahanan Pangan 2007). Jika dilihat dari tingkat
kemiskinan, sekitar 40 juta jiwa masih berada di bawah garis kemiskinan.
Kemiskinan akan berdampak pada penurunan kemampuan rumah tangga
dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah dan kualitas yang baik. Hal
tersebut akan berakibat pada kekurangan gizi diindikasikan dari status gizi anak
balita dan wanita hamil. Pada akhirnya berdampak pada lahirnya generasi muda
yang tidak berkualitas. Dalam jangka pendek, Indonesia akan mengalami
kesulitan dalam mencapai pembangunan nasional yang optimal.
Pangan merupakan modal dasar pembangunan, berperan sebagai
sumber zat gizi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas SDM.

Dalam

Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 1999-2004, pembangunan
pangan dan gizi tercantum dalam bidang ekonomi serta sosial budaya. Investasi
pembangunan tidak hanya terbatas pada sarana fisik, tetapi mencakup
kebutuhan pokok, kesehatan dan kesejahteraan sosial (Karsin 2004).
Salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tujuan
tersebut adalah melalui Indonesia Sehat 2010 dengan difokuskan pada
terbentuknya manusia yang berkualitas. Indikator manusia yang berkualitas
tersebut adalah:
a. manusia yang mampu hidup lebih lama (terukur dari umur harapan hidup)
b. dapat menikmati hidup sehat (terukur dari angka kesakitandan kurang gizi),
c. mempunyai kesempatan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan (terukur
dengan angka melek huruf dan tingkat pendidikan)
d. hidup dengan sejahtera (terukur dengan tingkat pendapatan per kapita yang
cukup memadai atau bebas kemiskinan)
Sejalan dengan itu, tujuan dan arah pembangunan pangan dan gizi
adalah perbaikan konsumsi pangan menuju pola pangan harapan Indonesia dan
status gizi untuk meningkatkan kualitas SDM. Adapun startegi pencapaiannya

5

adalah melalui peningkatan produksi dan ketersediaan pangan, pengawasan
disteribusi pangan serta partisipasi masyarakat (Karsin 2004).
Dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RANPG) 2006-2010
terdapat strategi untuk mengatasi masalah gizi, baik itu strategi jangka pendek
maupun jangka panjang. Strategi jangka pendek terdiri atas kebijakan yang
mendorong ketersediaan pelayanan, kebijakan yang meningkatkan akses
masyarakat terhadap layanan, dan kebijakan yang mendorong perubahan ke
arah perilaku hidup sehat dan sadar gizi dilakukan melalui pendidikan gizi dan
kesehatan.
Kebijakan

yang

mendorong

ketersediaan

pelayanan,

diantaranya

pelayanan gizi dan kesehatan yang berbasis masyarakat (contoh posyandu),
pemberian suplemen zat gizi mikro, pemberian bantuan pangan kepada anak
kurang gizi dari keluarga miskin, fortifikasi bahan dan biofortifikasi. Kebijakan
yang meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan, meliputi bantuan
langsung tunai (BLT) bersyarat bagi keluarga miskin, pemberian kredit mikro
untuk pengusaha kecil dan menengah, pemberian makanan, khususnya pada
waktu darurat, pemberian suplemen zat gizi mikro, khususnya zat besi, vitamin A
dan zat yodium, bantuan pangan langsung kepada keluarga miskin, dan
pemberian kartu miskin untuk keperluan berobat. Kebijakan yang mendorong
perubahan ke arah perilaku hidup sehat dan sadar gizi dilakukan melalui
pendidikan gizi dan kesehatan. Pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan anggota keluarga khususnya kaum perempuan tentang gizi
seimbang, memantau berat badan bayi dan anak sampai usia 2 tahun,
pengasuhan bayi dan anak yang benar, air bersih dan kebersian diri serta
lingkungan, dan pola hidup sehat lainnya seperti berolah raga, tidak merokok,
makan sayur dan buah setiap hari.
Strategi jangka panjang

terdiri atas

kebijakan

yang mendorong

penyediaan pelayanan, kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan
atau kebutuhan pangan dan gizi, dan kebijakan yang mendorong perubahan
perilaku hidup sehat dan gizi yang baik bagi anggota keluarga. Kebijakan yang
mendorong penyediaan pelayanan meliputi, pelayanan kesehatan dasar,
penyediaan air bersih dan sanitasi, pengaturan pemasaran susu formula,
kebijakan pertanian pangan untuk menjamin ketahanan pangan, kebijakan
pembangunan industri pangan, memperbanyak fasilitas olah raga bagi
masyarakat.

Kebijakan

yang

mendorong

terpenuhinya

permintaan

atau

6

kebutuhan pangan dan gizi, seperti pembangunan ekonomi yang meningkatkan
pendapatan rakyat miskin, pembangunan ekonomi dan sosial yang melibatkan
dan memberdayakan masyarakat miskin, pembangunan yang menciptakan
lapangan kerja, kebijakan fiskal, dan harga pangan yang meningkatkan daya beli
masyarakat miskin, dan pengaturan pemasaran pangan yang sehat dan aman.
Kebijakan yang mendorong perubahan perilaku yang mendorong hidup sehat
dan gizi baik bagi anggota keluarga, seperti meningkatkan kesetaraan gender,
mengurangi beban kerja wanita terutama pada waktu hamil, dan meningkatkan
pendidikan wanita baik pendidikan sekolah maupun diluar sekolah.
Strategi-strategi di atas tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah,
melainkan melibatkan banyak pelaku, yaitu pemerintah, masyarakat dan sektor
swasta. Kemitraan
menunjukkan

antara

adanya

pemerintah

proses

dengan masyarakat dan

pembangunan

yang

berkelanjutan

swasta
dalam

memanfaatkan sember daya yang ada sehingga dapat terwujud tujuan
pembangunan nasional yaitu ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga.
Masalah Kurang Energi Protein (KEP) Anak Balita
Pengertian KEP
Selama empat dekade terakhir, terjadi transisi penggunaan istilah KEP
pada anak balita di Indonesia. Pada masa Repelita I (1970) sampai akhir
Repelita V (1993) istilah yang sering digunakan untuk masalah kekurangan gizi
makro pada anak balita adalah KKP atau Kurang Kalori dan Protein. Istilah
tersebut berubah pada masa Repelita VI (1994-1998) menjadi KEP atau Kurang
Energi Protein dan kembali berubah menjadi gizi kurang (baku WHO NCHS)
pada masa Propenas (1999-2004) hingga saat ini. Adanya perubahan istilah KEP
menjadi gizi kurang disebabkan oleh beberapa hal seperti, adanya perbedaan
pengertian dan istilah yang digunakan pada tiap periode pembangunan serta
adanya perbedaan dalam pengukuran antropometri untuk mengklasifikasikan
status gizi balita.
Kurang Energi Protein (KEP) didefinisikan sebagai masalah gizi kurang
akibat konsumsi pangan yang tidak cukup menjadi energi dan protein serta
karena gangguan kesehatan (Soekirman 2000). Menurut Almatsier (2001), KEP
merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami sindroma gabungan antara
kekurangan energi dan protein secara bersamaan. Sedangkan Gizi kurang
adalah masalah gizi yang dilihat berdasarkan berat badan dan umur, tinggi
badan dan umur, dan juga berat badan dan tinggi badan pada balita (Atmarita

7

dan Tatang S. Fallah 2004). Selain perbedaan tersebut, istilah KEP dan gizi
kurang juga dibedakan karena metode pengukuran dalam mengklasifikasikan
status gizi balita juga berbeda. Pada pengklasifikasian masalah KEP, metode
pengukuran yang digunakan adalah persentase terhadap nilai median,
sedangkan untuk klasifikasi masalah gizi kurang digunakan metode pengukuran
terhadap skor simpangan baku/standar deviasi.
Klasifikasi KEP
Manifestasi KEP dapat ditentukan dengan mengukur status gizi balita.
Status gizi balita mencerminkan status gizi masyarakat, oleh karena itu untuk
menilainya dapat menggunakan pendekatan penilaian status gizi golongan anak
balita. Status gizi dapat dinilai dengan empat cara, yaitu konsumsi pangan,
antropometri, biokimia, dan klinis (Riyadi 2001). Penilaian status gizi antropometri
merupakan penilaian yang umum digunakan.
Ada dua jenis baku acuan dalam mengklasifikasikan status gizi, yaitu
baku lokal dan internasional. Terdapat beberapa baku acuan internasional, yaitu
Havard (Boston), WHO-NCHS, Tanner dan Kanada. Havard dan WHO-NCHS
adalah yang paling umum digunakan di seluruh negara. Data baku rujukan WHONCHS disajikan dalam dua versi yaitu persentil dan Z-score.
Sejak

tahun

80-an

Indonesia

menggunakan

dua

baku

acuan

internasional, yaitu Havard dan WHO-NCHS. Semiloka Antropometri Ciloto
(1991) menyarankan pengajuan penggunaan secara seragam baku rujukan
WHO-NCHS sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan
baik perorangan maupun masyarakat.
Pada penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat
beratnya KEP, klasifikasi demikian yang sering dipakai adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi Berdasarkan Baku Median WHO-NCHS
Tabel 1 Klasifikasi KEP berdasarkan baku median WHO-NCHS
Klasifikasi KEP
BB/U
BB/TB
Ringan
70-80%
80-90%
Sedang
60-70%
70-80%
Berat