Pengukuran Kecepatan Gelombang Seismik Laut 2D menggunakan Prestack Time Migration dengan Metode Kirchhoff

PENGUKURAN KECEPATAN GELOMBANG SEISMIK LAUT
2D MENGGUNAKAN PRESTACK TIME MIGRATION
DENGAN METODE KIRCHHOFF

STEFANY REZA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengukuran
Kecepatan Gelombang Seismik Laut 2D Menggunakan Prestack Time Migration
dengan Metode Kirchhoff adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Stefany Reza
NIM C54090044

ABSTRAK
STEFANY REZA. Pengukuran Kecepatan Gelombang Seismik Laut 2D
Menggunakan Prestack Time Migration dengan Metode Kirchhoff. Dibimbing
oleh HENRY M. MANIK
Metode seismik adalah suatu metode dalam geofisika yang digunakan untuk
mempelajari struktur dan strata bawah permukaan bumi. Gelombang seismik
dipancarkan oleh pemancar ke dalam laut sampai ke lapisan bawah permukaan
dasar laut. Gelombang dipantulkan kembali ke hidrofon dan berisi informasi
parameter elastis dari bawah permukaan dasar laut. Metode yang digunakan pada
penelitian ini yaitu menggunakan Prestack Time Migration (PSTM) dengan
metode Kirchhoff memiliki keunggulan dapat meningkatkan Signal/Noise dari
data dan dapat menyelesaikan permasalahan yang meliputi waktu, sudut, dan jarak
yang terdapat dalam penampang seismik Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis kecepatan parameter default dan root mean square (rms)
menggunakan Prestack Time Migration metode Kirchhoff. Hasil penampang dari
kedua perlakuan tersebut diaplikasikan dalam data seismik line 13-1 pada perairan
teluk Bone, Sulawesi Selatan. Penampang seismik tersebut terdapat batas sekuen
seismik tipe atas (toplap), bawah (downlap), dan fenomena sesar normal dan naik.
Berdasarkan hasil yang didapat, penampang prestack time migration dengan
menggunakan analisis kecepatan rms (picking velocity) memberikan hasil
penampang yang lebih baik dibandingkan prestack time migration dengan
menggunakan analisis kecepatan parameter default.
Kata kunci: Kirchhoff, Metode Seismik, prestack time migration

ABSTRACT
STEFANY REZA. Velocity Measurement Using 2D Marine Seismic Waves use
Prestack Time Migration with Kirchhoff Method. Supervised by HENRY M.
MANIK
Seismic method is a method used in geophysics to study the structure of
earth surface and below using sounds. Seismic waves are emitted by the
transmitter into the sea to the subsurface ocean floor. Reflected wave is returned
subbottom to the hydrophone and contains information on the elastic parameters
of the subbottom. The method used in this study is using the Prestack Time

Migration (PSTM) with the Kirchhoff method has the advantage to increase the
Signal/Noise data and be able to improve data quality including time, angles, and
distances. This study was conducted to analyze the speed of default parameters
and the root mean square (rms) using Prestack Kirchhoff Time Migration method.
Cross-sectional results of the two treatments were applied in seismic data line 131 in the Gulf of Bone waters, South Sulawesi. In the seismic section are sequence
boundaries of toplap, downlap, normal and reverse faults event. Based on the
results obtained, cross prestack time migration using the rms velocity analysis
(picking velocity) gives better results compare to the cross section of prestack
time migration using default parameters.
Keyword: Kirchhoff, Prestack time migration, Seismic Method

PENGUKURAN KECEPATAN GELOMBANG SEISMIK LAUT
2D MENGGUNAKAN PRESTACK TIME MIGRATION
DENGAN METODE KIRCHHOFF

STEFANY REZA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan

pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Pengukuran Kecepatan Gelombang Seismik Laut 2D menggunakan
Pres tack Time Migration dengan Metode Kirchhoff
: Stefany Reza
Nama
: C54090044
NIM

Disetujui oleh

Dr. Henry M. Manik, M.T
Pembimbing


Diketahui oleh

Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 29 Juli 2013
/'

Judul Skripsi : Pengukuran Kecepatan Gelombang Seismik Laut 2D menggunakan
Prestack Time Migration dengan Metode Kirchhoff
Nama
: Stefany Reza
NIM
: C54090044

Disetujui oleh

Dr. Henry M. Manik, M.T
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr. I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 29 Juli 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah,
serta inayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “PENGUKURAN KECEPATAN GELOMBANG
SEISMIK LAUT 2D MENGGUNAKAN PRESTACK TIME MIGRATION
DENGAN METODE KIRCHHOFF”. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini terutama
kepada:
1. Dr. Henry M. Manik, M.T selaku dosen pembimbing dalam penelitian skripsi
ini atas segala saran, bimbingan dan nasehatnya selama penelitian

berlangsung dan selama penulisan skripsi ini..
2. Andrian Wilyan Djaja, S.Si selaku pembimbing teknis di lembaga Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung
Kementrian ESDM.
3. Lili Sarmili, M.Sc sebagai pemilik data Line 13-1 perairan Teluk Bone,
Sulawesi Selatan yang digunakan dalam penelitian ini.
4. Dr.Udrekh selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukkan
dalam penulisan skripsi ini
5. H. Zamratul Fuadi dan Mesda Roza B. Selaku kedua orang tua saya beserta
keluarga yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat.
6. Keluarga besar ITK 46 terutama (Fredy, lia, jon, ismet) atas dukungan doa,
semangat kebersamaan dan persahabatan.
7. Keluarga besar PSM IPB Agria Swara terutama (Firdha, Nadia, Yovita, Dini)
atas dukungan doa, semangat kebersamaan dan persahabatan.
8. Mbak Besta dan bang mahendra atas segala masukkan dan bantuannya
selama penulis mengerjakan tugas akhir ini.
9. Seluruh staf pengajar dan administrasi mayor Ilmu dan Teknologi Kelautan
(ITK), serta semua pihak yang telah berkontribusi langsung dalam penelitian
dan proses penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun,

semoga bermanfaat

Bogor, September 2013

Stefany Reza

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ vi
PENDAHULUAN.............................................................................................1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian .........................................................................................1
METODE.......................................................................................................... 2
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................2
Alat ..............................................................................................................2
Bahan ............................................................................................................2
Prosedur Analisis Data ................................................................................3
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................9
Prapemrosesan Sinyal Seismik .....................................................................9

Pemrosesan Sinyal Seismik ........................................................................11
Pascapemrosesan Sinyal Seismik ...............................................................16
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................19
Kesimpulan ................................................................................................19
Saran ..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................19
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... 21

DAFTAR TABEL
1.
2.

Parameter
Pengolahan
Line
13-1
Digunakan
Untuk
Menggambarkan Urutan Pengolahan Dasar .............................................. 9
Nilai Kecepatan rms Line 13-1............................................................... 13


DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

18.
19.

20.
21.
22.
23.

Peta Daerah Akuisisi Data ......................................................................... 2
Diagram Alir Pemrosesan Data Seismik Laut 2D ..................................... 3
Alur Pemrosesan dalam Tahapan Geometry Assignment .......................... 4
Alur Pemrosesan dalam Tahapan Dekonvolusi......................................... 5
Alur Pemrosesan dalam Tahapan Analisis Kecepatan .............................. 5
Alur Pemrosesan dalam Tahapan Prestack Time Migration ..................... 7
Spesifikasi Parameter Migrasi Kirchhoff Pada Pre-stack Time
Migration dalam Menggunakan Analisis Kecepatan (a) Parameter
Default, (b) Kecepatan rms ....................................................................... 7
Alur Pemrosesan dalam Tahapan Stacking ............................................... 8
Batas Sekuen Seismik ............................................................................... 8
Top mute pada Source 11 sampai 20 ....................................................... 10
Kill trace pada Source 71 dan 75 Dilakukan Proses Kill trace
dengan Memilih Trace yang akan Dihapus ............................................. 10
Proses Band pass dengan Melakukan Pemilihan pada Puncak dan
Dasar ........................................................................................................ 10
Penampang Brutestack Line 13-1............................................................ 11
Analisis Kecepatan Menggunakan Parameter Default ............................ 12
Proses Pemilihan Kecepatan pada CDP 223 ........................................... 12
Volume viewer/Editor Untuk Kontrol Kualitas Hasil Analisis
Kecepatan ................................................................................................ 12
Penampang Seismik Proses Prestack Time Migration Line 13-1
Menggunakan Analisis Kecepatan Parameter Default ............................ 14
Penampang Seismik Proses Prestack Time Migration Line 13-1
Menggunakan Analisis Kecepatan rms ................................................... 14
Penampang Seismik Proses Prestack Time Migration Line 13-1
Menggunakan Analisis Kecepatan Parameter Default (Tampilan
Hitam-Putih) ............................................................................................ 15
Penampang Seismik Proses Prestack Time Migration Line 13-1
Menggunakan Analisis Kecepatan rms (Tampilan Hitam-Putih) ........... 15
Tampilan Wiggle Trace PSTM Menggunakan (a) Kecepatan
Parameter Default, (b) Kecepatan rms .................................................... 16
Penampang Seismik Line 13-1 Perairan Teluk Bone, Sulawesi
Selatan ..................................................................................................... 17
Batas Sekuen Seismik Line 13-1 ............................................................. 18

DAFTAR ISTILAH
1.

Bandpass-gate:

Proses
yang
meredam/muting
teratenuasi

2.

Brutestack:

Penampang seismik yang masih kasar,
biasanya digunakan oleh pengolah data
seismik untuk menyajikan gambaran awal
dari struktur bawah permukaan dasar laut
pada saat survei lapang

3.

CDP:

Kepanjangan dari Common Depth Point yang
merupakan sinyal hasil pantulan dari satu
titik reflektor direkam sekelompok receiver
yang berbeda

4.

Demultiplexing:

Data yang tersusun berdasarkan urutan
pencuplikan disusun kembali berdasarkan
penerima atau channel

5.

Downlap:

Terminasi lateral lapisan pada batas
pengendapan aslinya pada batas bawah
sekuen pengendapan dimana lapisan awalnya
miring terminates downdip pada bidang yang
awalnya horisontal atau miring

6.

Geometry Assignment:

Menggabungkan data seismik dengan desain
akuisisi di lapangan yang sebenarnya

7.

Kill Trace:

Proses yang dilakukan untuk membuang data
yang mengandung dua kali tembakan atau
lebih

8.

Multiple:

Pantulan ganda yang terjadi akibat muka
gelombang terpantulkan dua atau lebih dari
kombinasi lapisan daerah yang diteliti

9.

Offset:

Jarak dari sumber gelombang ke penerima

10.

PSTM:

Kepanjangan dari pre-stack time migration
yang merupakan proses migrasi yang
dilakukan
terlebih
dahulu
sebelum
melakukan proses stacking

dilakukan
sinyal
yang

untuk
telah

11.

Signal to Noise Ratio:

Perbandingan (ratio) antara kekuatan Sinyal
(signal strength) dengan kekuatan Derau
(noise level)

12.

Spike Deconvolution:

Proses pengubahan wavelet seismik menjadi
spike

13.

Stacking:

Proses penggabungan beberapa jejak dalam
satu CDP yang sama

14.

Supergather Formation:

Untuk membentuk suatu formasi paket CDP
dengan
input
dataset
yang
telah
didekonvolusi

15.

Toplap:

Terminasi lateral lapisan pada batas
pengendapan aslinya pada batas atas sekuen
pengendapan

16.

Topmute:

Proses yang dilakukan untuk menghilangkan
peristiwa refleksi dari medium air yang
mengandung informasi yang tidak diinginkan
dan pemilihan garis dilakukan pada
gelombang pertama

17.

TWT:

Kepanjangan dari Two Travel Way Time
yang merupakan jumlah waktu yang
diperlukan, biasanya dalam satuan milli
second, untuk menempuh jarak yang dilalui
oleh energi akustik (gelombang seismik)
yang keluar dari sumber dan energi akustik
yang kembali ke penerima

18.

Zero-offset:

Jarak sumber gelombang dengan penerima
sama dengan nol

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini,
mendorong manusia untuk lebih mengeksplorasi kekayaan dan sumber daya alam
yang belum terjamah, khususnya perairan laut. Salah satu teknologi yang dapat
mendukung kegiatan ekplorasi bawah laut adalah penggunaan metode seismik.
Metode seismik adalah suatu metode dalam geofisika yang digunakan untuk
mempelajari struktur dan strata di bawah permukaan bumi, dengan memanfaatkan
perambatan, pembiasan, dan pemantulan gelombang akustik. Gelombang seismik
dipancarkan oleh pemancar ke dalam laut sampai ke lapisan bawah permukaan.
Gelombang suara dipantulkan oleh lapisan bumi kembali ke hidrofon. Metode
seismik dapat memberikan informasi yang akurat mengenai gambaran struktur
permukaan bumi dan di bawah permukaannya (Tristiyoherni 2010).
Dalam prosesnya survei seismik melibatkan aktivitas migrasi, yaitu proses
merekonstruksi penampang seismik sehingga peristiwa refleksi yang direposisi
terhadap bagian bawah permukaan bumi menunjukkan lokasi dan waktu
perekaman yang presisinya tinggi berdasarkan pengoreksian refleksi suara secara
vertikal (Kearey and Brooks 1991). Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah Prestack Time Migration (PSTM) dengan Migrasi Kirchhoff yang
memiliki keunggulan meningkatkan rasio S/N (Signal/Noise), sehingga
memperbaiki sejumlah masalah teknis terkait waktu, sudut, dan jarak penampang
yang selalu dialami ketika survei seismik berlangsung (Suprajitno 2002).
Analisa kecepatan bertujuan untuk mendapatkan fungsi kecepatan yang
akan dibutuhkan dalam memperoleh stacking terbaik (Tristiyoherni 2010).
Menurut Murdianto (2009) migrasi prestack dapat memberikan informasi
kecepatan yang lebih akurat. Migrasi prestack dapat dilakukan secara iteratif
dengan tujuan untuk memperbarui model kecepatan, sehingga hasil migrasi
menjadi semakin baik. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
kecepatan parameter default dan root mean square (rms) menggunakan PSTM
metode Kirchhoff. Hasil penampang dari kedua perlakuan tersebut diaplikasikan
dalam data seismik line 13-1 pada perairan Bone, Sulawesi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan penampang Prestack Time
Migration menggunakan metode Kirchhoff, untuk kecepatan parameter default
dan kecepatan root mean square (rms).

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dan pengolahan data berada di laboratorium Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Kementrian ESDM
Bandung. Penelitian dan pengolahan data dilakukan pada bulan Februari – April
2013.

Gambar 1. Peta Daerah Akuisisi Data
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perangkat keras
(Personal Computer (PC) sistem operasi Linux) dan perangkat lunak (Promax 2D
Version 2003.3.3 ©Landmark Graphics Corporation 1989-2002. All Rights
Reserved dan ArcGis 10).
Bahan
Penelitian ini menggunakan data seismik berekstensi SEG-D yang
merupakan hasil rekaman pada akuisisi data seismik perairan Teluk Bone,
Sulawesi Selatan Line 13-1 pada koordinat 4030’52,71”LS, 120057’14,71”BT
sampai 4030’41,79”LS, 121029’35,76”BT (Gambar 1). Kegiatan survei akuisisi
data dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(PPPGL) pada bulan November 2011.

3
Prosedur Analisis Data
Tahap pemrosesan sinyal seismik yang dilakukan antara lain tahap
prapemrosesan, pemrosesan, dan pascapemrosesan. Tahap prapemrosesan terdiri
dari demultiplexing, geometry assignment, editing, dekonvolusi. Tahap
pemrosesan terdiri dari analisis kecepatan, koreksi normal move out (NMO),
prestack time migration (PSTM), stacking. Tahap pascapemrosesan yaitu analisis
hasil pengolahan data merupakan interpretasi hasil data yang didapatkan dari
tahapan prapemrosesan dan pemrosesan. Gambar 2 merupakan diagram alir
Pengolahan Data Seismik Laut 2D Pada perangkat lunak ProMAX.
Input data (SEG-Y/D)
Demultiplexing
Geometry
Editing
Dekonvolusi
Analisis Kecepatan

Picking Velocity

Kecepatan rms

Parameter Default

Koreksi NMO

Prestack Time Migration

Stacking

Citra Seismik 1

Citra Seismik 2

Gambar 2. Diagram Alir Pemrosesan Data Seismik Laut 2D

4
Prapemrosesan Sinyal Seismik
Prapemrosesan sinyal seismik adalah langkah pertama dan penting dalam
urutan pengolahan. Tahap ini telah dilakukan pada data hasil rekaman seismik di
Perairan Teluk Bone, Line 13-1 yaitu demultiplexing, geometry assignment,
editing serta dekonvolusi.
Demultiplexing
Format perekaman data penelitian ini adalah demultiplexed yang berarti data
tersusun dari urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver atau
channel. Tipe sercel atau tipe alat yang di gunakan saat akuisisi data yang dipilih
yaitu 408XL karena akuisisi di laut (menggunakan hidrofon), apabila akuisisi
darat maka tipe sercel yang dipilih 428XL. Data yang dimasukkan harus memiliki
format SEG-D sehingga dapat diproses di perangkat lunak promax. Data yang
telah dimasukkan ke dalam perangkat lunak promax kemudian disimpan sebagai
output raw data.
Geometry assignment
Tahapan geometry assignment dilakukan untuk menggabungkan data
seismik dengan desain akuisisi di lapangan yang sebenarnya. Gambar 3
merupakan alur pemrosesan dalam tahapan Geometry Assignment

Gambar 3. Alur Pemrosesan dalam Tahapan Geometry Assignment
Editing
Proses editing dilakukan untuk menghilangkan bising dalam data seismik
sehingga mendapatkan data yang berkualitas sebelum dilakukan tahap selanjutnya
dengan melalui proses top mute, kill trace, dan bandpass-gate. Top mute
dilakukan untuk menghilangkan derau sebelum event refleksi terjadi pada raw
data. Proses kill trace dilakukan untuk membuang data yang mengandung dua
tembakan atau lebih. Proses bandpass-gate dilakukan 2 kali yaitu puncak dan
dasar. Proses puncak yaitu melakukan pemilihan setelah gelombang pertama dan
proses dasar dilakukan pemilihan pada batas waktu yang ditetapkan untuk
mendapatkan data yang baik.

5
Dekonvolusi
Menurut (Yilmaz 1987), dekonvolusi adalah proses yang meningkatkan
resolusi temporal data seismik dengan mengompresi wavelet seismik dasar. Proses
ini dilakukan untuk mempertajam sinyal refleksi dan menghilangkan multiple
pada jarak pendek. Penelitian ini menggunakan metode spike deconvolution dan
memakai filtering fasa minimum. Gambar 4 merupakan Alur pemrosesan dalam
tahapan dekonvolusi.

Gambar 4. Alur Pemrosesan dalam Tahapan Dekonvolusi
Pemrosesan Sinyal Seismik
Pemrosesan sinyal seismik adalah langkah kedua dalam urutan pengolahan
setelah prapemrosesan. Tahapan ini yaitu analisis kecepatan, migrasi, dan stacking.
Analisis Kecepatan
Kecepatan adalah variabel yang sangat penting dalam pengolahan data
seismik, karena kecepatan diperlukan untuk menghitung kedalaman dari reflektor
bawah permukaan dari data seismik yang direkam dalam domain waktu (Priyono
2006). Analisis kecepatan merupakan proses penentuan kecepatan bawah
permukaan berdasarkan data seismik yang dimiliki yang bertujuan untuk
menentukan kecepatan yang sesuai untuk memperoleh stacking yang terbaik
(Yilmaz 1987). Estimasi akurat yang digunakan untuk menghitung kedalaman
dari reflektor bawah permukaan berdasarkan data seismik biasanya disebut
dengan model kecepatan (Simon K and Andrew C 2011). Parameter default
merupakan standar baku nilai kecepatan suatu alat yang tersedia di perangkat
lunak promax. Analisis kecepatan dilakukan dengan melakukan pemilihan
kecepatan pada interval medium yang berbeda dan dilakukan membentuk suatu
pola hiperbolik. Kecepatan yang digunakan dalam pemrosesan data seismik ini
yaitu parameter default dan kecepatan akar rerata kuadrat (root mean square/ rms
velocity).

Gambar 5. Alur Pemrosesan dalam Tahapan Analisis Kecepatan

6
Pada Gambar 5 bagian alur pemrosesan supergather formation digunakan
untuk membentuk suatu formasi paket CDP (CDP’s supergather) dengan input
dataset yang telah didekonvolusi. Proses ini akan mengumpulkan CDP-CDP
dengan trace header SG_CDP. Tabel kecepatan didefenisikan untuk menyimpan
hasil pemilihan kecepatan, yakni dengan nama velan13-1s.
Analisis kecepatan dilakukan pada tahap pemrosesan untuk membenarkan
kecepatan agar seolah-olah antara source dan receiver berada pada titik yang sama
dan tidak hiperbolik lagi, kemudian energi yang dihasilkan digunakan sebagai
indikasi kecepatan stack yang sesuai (Victor 2010).
Koreksi Normal Move Out (NMO)
Menurut Yilmaz (2001), koreksi NMO bertujuan untuk mengembalikan
masing-masing reflektor sehingga rekaman di bagiam bawah dasar berupa
hiperbolik garis lengkung menjadi garis lurus pada zero-offset sehingga sinyal
yang diperoleh menjadi maksimal. Koreksi NMO diterapkan untuk mengoreksi
efek adanya jarak offset antara titik tembak dan penerima pada suatu jejak yang
berasal dari satu CDP (Common Depth Point). Koreksi ini menghilangkan
pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah
vertikal (normal incident).
Prestack time migration (PSTM) dan Stacking
Migrasi merupakan proses mengembalikan posisi reflektor yang bergeser
dari posisi yang sebenarnya akibat dari sifat gelombang. Prestack Time Migration
(PSTM) merupakan teknik migrasi data dengan memperbesar koherensi data
sinyal seismik dengan melakukan migrasi sebelum proses stacking (Sidabalok
2012). Proses migrasi prestack time migration menggunakan metode migrasi
Kirchhoff. Metode Kirchhoff digunakan karena perhitungannya dapat
menyelesaikan permasalahan yang meliputi waktu, sudut, dan jarak yang terdapat
dalam penampang seismik (Suprayitno 2002). Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu migrasi Kirchhoff ialah model
kecepatan yang digunakan dalam migrasi tersebut. Saat melakukan migrasi, model
kecepatan yang digunakan terlalu rendah maka data akan under migrated
sehingga stacked section terlihat pola difraksi, sedangkan model kecepatan yang
digunakan terlalu tinggi maka data akan over migrated sehingga pola difraksi
tidak menjadi suatu titik melainkan menjadi kurva refleksi kebawah atau menjadi
bentuk cekungan kebawah (Yilmaz 1987). Menurut Murdianto 2009, metode
Kirchhoff dapat menangani dips hingga 900, tidak dapat menangani variasi
kecepatan yang kuat lateral, dan tidak baik ketika rendah signal to noise ratio.
Metode Kirchhoff berdasarkan penjumlahan difraksi dengan menggunakan prinsip
huygens (Yijun Y 2011). Prinsip huygens yaitu mekanisme dimana sebuah pulsa
seismik akan kehilangan energi seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Menurut (Abdullah 2007) bahwa prinsip huygens merupakan setiap titik-titik
pengganggu yang berada didepan muka gelombang utama akan menjadi sumber
bagi terbentuknya deretan gelombang yang baru. Jumlah energi total deretan
gelombang baru tersebut sama dengan energi utama. Gambar 6 dan 7 merupakan
alur pemrosesan dalam tahapan prestack time migration dan spesifikasi parameter

7
migrasi kirchhoff pada prestack time migration dalam menggunakan analisis
kecepatan (a) parameter default, (b) picking velocity

Gambar 6. Alur Pemrosesan dalam Tahapan Pre-stack Time Migration

(a)
(b)
Gambar 7. Spesifikasi Parameter Migrasi Kirchhoff Pada Pre-stack Time
Migration dalam Menggunakan Analisis Kecepatan (a) Parameter
Default, (b) Kecepatan rms
Migrasi Kirchhoff pada dasarnya merupakan penjumlahan kurva difraksi.
Jika kurva difraksi diketahui, maka penjumlahan dapat dilakukan baik secara
prestack maupun post stack. Pada kasus zero-offset, kurva difraksi berupa
hiperbolik dan dapat didefinisikan sebagai berikut (Adhiputra 2011):


.............................................................................................. (1)

Dimana (x0,z0) merupakan lokasi titik difraksi dan
............................................................................................................... (2)
Pada kasusn non zero-offset, kurva difraksi didefinisikan sebagai persamaan yang
dikenal sebagai persamaan double square root




................................................................. (3)

Dimana xs merupakan posisi dari sumber dan x merupakan posisi penerima
Stacking merupakan proses penggabungan beberapa trace dalam satu CDP
yang sama bertujuan untuk mempertinggi signal to noise ratio, guna
menghasilkan suatu penampang bawah permukaan atau pencitraan kualitas data
seismik (Guochang Liu 2009). Hasil output dari PSTM dan stacking ini akan
menjadi bahan analisis dari perbandingan kedua jenis analisis kecepatan yang
telah diterapkan sebelumnya. Gambar 8 merupakan alur pemrosesan tahapan
stacking.

8

Gambar 8. Alur Pemrosesan dalam Tahapan Stacking
Hasil Analisis Data
Analisa sekuen seismik merupakan identifikasi satuan stratigrafi utama yang
disebut sebagai sekuen pengendapan (Sukmono 1999). Menurut Mitchum (1977)
didalam Sukmono (1999), sekuen pengendapan adalah sebuah satuan stratigrafi
yang terdiri atas urutan yang relatif selaras dari lapisan batuan yang secara genetik
berhubungan dan di batasi di bagian atas dan bawah oleh bidang ketidakselarasan
atau korelasi bidang selarasnya. Terdapat dua jenis batas sekuen seismik (Gambar
19) yaitu batas atas (erosional truncation dan toplap) dan batas bawah (onlap dan
downlap).

Gambar 9. Batas Sekuen Seismik
Kondisi dasar geologi yang sering dijumpai pada penampang seismik salah
satunya yaitu kondisi sesar (fault). Kondisi sesar yang dijelaskan hanya tiga jenis
saja yaitu sesar normal, sesar naik, dan graben. Sesar normal merupakan sesar
yang pergeseran dominannya kearah dip dan bagian hanging wall bergerak relatif
turun dibandingkan dengan foot wall. Sesar naik merupakan pergeseran yang
dominan dengan arah kemiringan, dimana hangging wall relatif bergeser keatas
dibandingkan dengan blok foot wall. Graben adalah blok yang bergerak ke bawah
yang kedua sisinya terikat oleh sesar normal yang non paralel.
Pada penelitian ini, data yang telah termigrasi dengan Prestack Time
Migration merupakan hasil analisis kecepatan menggunakan parameter default
dan kecepatan rms (picking velocity), kemudian diamati kondisi geologi dan
sekuen seismiknya.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan pemrosesan data seismik terdiri dari tiga tahapan
yaitu prapemrosesan, pemrosesan, dan pascapemrosesan kemudian dianalisa hasil
dan pengaruh tiap proses serta dilihat perbedaan antara parameter default dan
picking analisis kecepatan.
Prapemrosesan Sinyal Seismik
Geometry assignment
Tabel 1 merupakan Parameter pengolahan untuk line 13-1 digunakan untuk
menggambarkan urutan pengolahan dasar. Tahap ini dilakukan memasukan
parameter lapangan ke dalam data set yang dimiliki (2D Marine Geometry
Spreadsheet).
Tabel 1. Parameter pengolahan line 13-1 digunakan untuk menggambarkan urutan
pengolahan dasar
Parameter
Shot Interval
Group Interval
Near Channel
Far Channel
Interval channel
Near/Minimum offset
Nominal Source Depth
Nominal Receiver Depth
Distance between CDP
Number of shots
Sail Line Azimuth

Nilai
25 m
12.5 m
13
48
12.5 m
101 m
4m
8m
6.25 m
2698
90

Proses Editing
Proses editing terdiri dari tiga tahapan yaitu top mute, kill trace dan band
pass. Top mute dilakukan untuk menghilangkan derau sebelum peristiwa refleksi.
Gambar 10 merupakan proses top mute pada source 11 sampai 20. Pada tahapan
ini dilakukan pemotongan sinyal yang tidak akan diikutsertakan dalam
pemrosesan data selanjutnya. Proses ini berfungsi menghilangkan peristiwa
refleksi dari medium air yang mengandung informasi yang tidak diinginkan dan
pemilihan garis dilakukan pada gelombang pertama. Setelah top mute, dilakukan
proses kill trace. Proses ini dilakukan untuk membuang data yang mengandung
dua kali tembakan atau lebih, biasa hal ini terjadi akibat kesalahan pada
kompresor. Pada Gambar 11, menunjukan data rekaman seismik pada source 71
dan 75 terdapat peristiwa refleksi yang berbeda dengan jejak-jejak lainnya. Jejak
ini harus dihapus agar tidak merusak data seismik dengan melakukan pemilihan
pada seluruh channel lalu dihapus pada trace yang terdapat dua kali tembakan.

10

Picking line

Gambar 10. Top mute pada Source 11 sampai 20

Derau

Sinyal

Derau Alat
Gambar 11. Kill trace pada Source 71 dan 75 Dilakukan Proses
Kill trace dengan Memilih Trace yang akan Dihapus

Pemilihan
Garis Puncak

Pemilihan
Garis Dasar
Gambar 12. Proses Band pass dengan Melakukan Pemilihan
pada Puncak dan Dasar
Tahapan terakhir pada proses editing yaitu proses bandpass-gate (Gambar
12). Pada proses ini dilakukan dua kali pemilihan yaitu pada puncak dan dasar,
pemilihan puncak dilakukan setelah gelombang pertama, sedangkan dasar

11
dilakukan pada batas waktu yang ditetapkan. Proses pemilihan dasar dimaksudkan
untuk meredam/muting sinyal yang telah teratenuasi.
Dekonvolusi
Gambar 13 merupakan penampang seismik yang telah melalui proses
dekonvolusi, terlihat multiple terdapat pada kisaran kedalaman 5500 ms satuan
waktu (TWT) setara dengan 8681 m dan sudah terlihat gambaran bawah
permukaan dasar laut. Penampang tersebut merupakan penampang sementara
untuk melihat sejauh mana kualitas data seismik yang baru diperoleh dari sebuah
akuisisi, atau mendapatkan gambaran awal kondisi bawah permukaan dan mulai
menunjukkan struktur geologi.

Gambar 13. Penampang Brutestack Line 13-1
Pemrosesan Sinyal Seismik
Analisis Kecepatan
Analisis kecepatan merupakan proses pemilihan (picking) kecepatan
gelombang seismik yang sesuai. Gambar 14 menggambarkan analisis kecepatan
prestack time migration menggunakan parameter default. Parameter default itu
sendiri adalah parameter fungsi yang memiliki nilai default yang disediakan untuk
kecepatan. RMS kecepatan dalam waktu untuk migrasi yaitu 1:0 – 1480 ms, 1000
– 2500 ms, 2000 – 3200 ms, 3000 – 4000 ms, 4000 – 4500 ms, 5000 – 6000 ms,
7000 – 8000 ms (mili sekon). Gambar 15 menggambarkan proses pemilihan
kecepatan dimana prinsip dari analisis kecepatan yaitu mencari kesamaan dari
refleksi-refleksi yang identik sepanjang hiperbola suatu jendela waktu (time
window). Gambar 15 menunjukkan proses analisis kecepatan CDP 223 dengan
timegate ± 2.500 ms sampai ± 7.500 ms. Titik-titik berwarna merah merupakan
titik pemilihan, daerah yang dipilih adalah daerah dengan respon amplitudo
terkuat atau baik menunjukkan kesamaan, yaitu ditandai dengan warna merah
pada semblance panel. Garis merah menggambarkan hiperbolik dari kecepatan
seismik, semakin mendekati inti bumi maka nilai kecepatan semakin bertambah.

12

Parameter default

Gambar 14. Analisis Kecepatan Menggunakan Parameter Default
Titik-titik picking

semblance panel

Gambar 15. Proses Pemilihan Kecepatan pada CDP 223

Gambar 16. Volume viewer/Editor Untuk Kontrol Kualitas Hasil
Analisis Kecepatan
Tahap ini terkadang sulit membedakan antara reflektor yang sebenarnya
dengan multipel. Multipel juga memiliki gambaran refleksi yang sama kuat
dengan reflektor sinyal yang diinginkan, sehingga diperlukan konsentrasi tinggi

13
pada proses analisis kecepatan untuk memilih titik-titik reflektor dengan
kecepatan yang membentuk pola hiperbolik serta membedakan antara kecepatan
reflektor dan multipel. Gambar 16 menunjukan volume viewer yang kita gunakan
sebagai kontrol kualitas hasil dari analisis kecepatan.
Tabel 2 menggambarkan keterangan waktu tempuh gelombang beserta
kecepatan root mean square (rms) juga semakin bertambah ketika mendekati inti
bumi. Tabel 2 dapat dilihat dalam CDP yang sama terdapat dua nilai kecepatan.
Nilai kecepatan di CDP kedua lebih besar dari pada nilai kecepatan di CDP
pertama. Hal ini juga terjadi pada waktu tem]puh sinyal pantulan, dimana CDP
kedua waktu pantulan yang digunakan lebih lama dibandingkan dengan waktu
tempuh pada CDP pertama. Hal ini disebabkan karena semakin jauh jarak offset
suatu penerima, maka semakin besar waktu yang diperlukan gelombang untuk
merambat dari sumber untuk sampai ke penerima.
Tabel 2. Nilai Kecepatan rms Line 13-1
CDP

Waktu (ms)

223

2565,9
3153,9
2680,7
3555,4
2752,4
3240,0
2795,4
3326,0
2867,1
3455,1
2030,4
3254,3
2024,1
3326,0
2824,1
3369,0
2052,0
3311,7
2824,1
3326,0
2709,4
3053,5
2594,6
3082,2
2580,3
3182,6

901
1801
2701
3601
4501
5401
6301
7201
8101
9001
9901
10590

Kecepatan
RMS (m/s)
1606,5
2036,7
1611,0
2090,6
1640,4
2028,3
1590,5
1936,4
1592,5
2078,2
1607,4
1906,0
1603,1
1911,3
1606,4
1954,7
1611,7
1931,8
1603,1
1943,6
1623,1
1908,1
1507,1
1921,3
1608,4
2008,7

14
Prestack time migration dan Stacking
Proses migrasi prestack time migration menggunakan metode migrasi
kirchhoff dengan frekuensi maksimum 80 Hz, nilai frekuensi ini menyatakan
frekuensi maksimum yang digunakan dalam data. Migration aperture width
sebesar 5000 m, nilai ini menyatakan jarak horisontal maksimum dimana energi
dapat bergerak dalam migrasi. Prestack time migration memakai CDP interval
6,25 dan nilai kecepatan rms yang dihasilkan oleh proses analisis kecepatan
(Gambar 17), nilai kecepatan menggunakan parameter default (Gambar 16).
Penampang seismik prestack time migration menggambarkan reflektivitas
penampang dengan penetrasi gelombang mencapai ± 5000 ms dan bagian
selanjutnya adalah multipel. Daerah reflektivitas tersebut menunjukkan struktur
lapisan bumi yang ada di bawah dasar laut. Apabila hasil kedua PSTM ( Gambar
16 dan 17) dibandingkan dengan hasil output brutestack (Gambar 12), maka akan
terlihat perbedaan kualitas yang signifikan dan menggambarkan struktur lapisan
bumi yang ada di bawah dasar laut yang jelas.

Gambar 17. Penampang Seismik Proses Prestack Time Migration Line 13-1
Menggunakan Analisis Kecepatan Parameter Default

Gambar 18. Penampang Seismik Proses Prestack Time Migration Line 13-1
Menggunakan Analisis Kecepatan rms

15
Kedua gambar tersebut (Gambar 17 dan 18) menunjukkan perbedaan hasil
penampang seismik pada proses analisis kecepatan menggunakan parameter
default dan kecepatan rms (picking velocity) yaitu secara keseluruhan hasil
penampang Gambar 18 terlihat lebih halus dari hasil penampang Gambar 17.
Penampang seismik dengan tampilan hitam-putih menggunakan kecepatan
parameter default (Gambar 19) dan kecepatan rms (Gambar 20) terlihat adanya
perbedaan. Penampang seismik menggunakan kecepatan rms (Gambar 20)
menunjukkan kekontinuitasan lapisan yang lebih jelas daripada menggunakan
kecepatan parameter default (gambar 19).

Gambar 19. Penampang Seismik Proses Prestack Time Migration Line 13-1
Menggunakan Analisis Kecepatan Parameter Default (Tampilan
Hitam-Putih)

Gambar 20. Penampang Seismik Proses Prestack Time Migration Line 13-1
Menggunakan Analisis Kecepatan rms (Tampilan Hitam-Putih)
Keterangan:
= Perbedaan kontinuitas lapisan

16
Hal ini terlihat bahwa penampang seismik menggunakan kecepatan rms
(picking velocity) lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kecepatan
parameter default dan ini sesuai oleh Tristiyoherni (2010) yang menyatakan
bahwa pembuatan model kecepatan yang tepat akan digunakan sebagai data
masukan yang baik untuk proses migrasi yang menghasilkan nilai yang lebih tepat
dititik refleksi pada penampang seismik serta Liu Guo-Feng (2009) yang
menyatakan model kecepatan menggambarkan kesesuaian prestack kirchhoff time
migration.

(a)
(b)
Gambar 21. Tampilan Wiggle Trace PSTM Menggunakan (a) Kecepatan
Parameter Default, (b) Kecepatan rms
Gambar 21 merupakan tampilan wiggle trace setelah proses pre-stack time
migration (PSTM), Gambar 21(a) menggunakan kecepatan parameter default dan
21(b) kecepatan rms. Tampilan wiggle trace kedua perlakuan tersebut sama.
Secara teori terjadi perbedaan yang jauh karena data yang menggunakan
kecepatan parameter default tidak memiliki model geologi yang sesuai. Hal ini
disebabkan offset pada data pendek/kecil sehingga hasil yang didapatkan tidak
terlalu jauh bahkan terlihat hampir sama. Proses stacking dalam penelitian ini
untuk menguji seberapa tingkat keberhasilan metode analisis kecepatan dalam
mendapatkan hasil penampang seismik yang lebih baik, karena kecepatan
merupakan parameter penting dalam mempengaruhi kualitas stacking pada
pengolahan data seismik (Yeru 2008).
Pascapemrosesan Sinyal Seismik
Hasil Analisis Data
Pengolahan data seismik tahap demultiplexing hingga prestack time
migration menghasilkan penampang seismik perairan bone line 13-1. Lintasan 131 ini merupakan lintasan dari arah barat ke timur sepanjang 68,025 km.
Penampang seismik (Gambar 22) dapat kita lihat beberapa reflektor yang
merefleksikan gelombang seismik. Horison pertama yang berwarna kuning
merupakan dasar perairan yang memberikan pantulan pertama kali. Horison ke
dua yang berwarna hijau merupakan lapisan kedua (reflektor 1), dimana
gelombang seismik yang berhasil melalui sea bad, dipantulkan oleh lapisan ini
lalu diikuti oleh horison orange (reflektor 2), merah (reflektor 3), biru (reflektor 4),
dan indigo (reflektor 5). Pada kedalaman TWT 5500 ms sudah tidak terlihat lagi
reflektor sehingga ditafsirkan daerah ini disusun atas batuan yang padat dan keras.

Bidang patahan
Reflektor 2

seabed

Reflektor 1

Reflektor 4
Reflektor 3

Reflektor 5

17

Gambar 22. Penampang Seismik Line 13-1 Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan

18
Berdasarkan penarikan horison reflektor ini dapat kita tentukan sekuen
pengendapan. Sekuen pengendapan A merupakan sedimen tertua yang memiliki
ketebalan sekitar 0,5 s atau 750 m. Sekuen pengendapan selanjutnya yaitu sekuen
B menutupi sekuen A, ketebalan dari sekuen B sekitar 0,5 s atau 750 m. Sekuen C
diendapkan di atas sekuen B, sekuen ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sekuen C1
yang bawah dan sekuen C2 yang bagian atas. Ketebalan sekuen C berkisar 1
hingga 1,5 detik (twt) atau sekitar 1000 m hingga 1500 m. Sekuen terakhir
terdapat diatas sekuen C yaitu sekuen D merupakan sekuen termuda dimana
sedimen endapan terbentuk.
Pada Gambar 22 dapat kita lihat kontinuitas pada lapisan bagian atas dari
pemantul pertama (seabed) kontinu yang menunjukkan adanya proses
pengendapan yang seragam sebagai indikasi lingkungan pengendapan yang
tenang, material-material yang terendapkan tidak mendapat gangguan. Pada
bagian bawah bentuk kontinuitasnya tidak kontinu yang mana menunjukkan
bahwa lingkungan pengendapannya tidak seragam, berarti material–material yang
terendapkan mendapat gangguan. pada line 13-1 Perairan Teluk Bone terdapat
fenomena sesar normal dan sesar naik.

Gambar 23. Batas Sekuen Seismik Line 13-1
Penampang seismik Line 13-1 (Gambar 23) terdapat batas sekuen seismik
tipe atas (toplap) garis berwarna hijau dan bawah (downlap) garis berwarna hitam.
Toplap adalah terminasi lateral lapisan pada batas pengendapan aslinya pada batas
atas sekuen pengendapan (Sukmono 1999). Toplap mencerminkan
nondepositional hiatus (suatu selang waktu dimana tidak ada pengendapan).
Downlap adalah terminasi lateral lapisan pada batas pengendapan aslinya pada
batas bawah sekuen pengendapan dimana lapisan awalnya miring terminates
downdip pada bidang yang awalnya horisontal atau miring (Sukmono 1999).
Bentuk eksternal fasies seismik pada line 13-1 bertipe Sheet.

19

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil yang didapatkan dalam pengolahan data seismik menggunakan
prestack time migration dapat disimpulkan bahwa proses analisis kecepatan atau
model kecepatan sangat mempengaruhi kualitas hasil stack untuk migrasi. Hasil
penampang seismik line 13-1 prestack time migration dengan menggunakan
analisis kecepatan rms (picking velocity) memberikan hasil penampang yang lebih
baik dibandingkan prestack time migration dengan menggunakan analisis
kecepatan parameter default. Penampang seismik line 13-1 terlihat batas sekuen
seismik tipe atas (toplap), bawah (downlap), fenomena sesar normal dan naik
serta bentuk eksternal fasies seismik pada line tersebut bertipe sheet.
Saran
Dalam pemilihan analisis kecepatan sebaiknya diketahui reflektornya,
karena penting dalam seismik refleksi, evaluasi, dan interpretasi. Diperlukan
banyak iterasi (pengulangan) di analisis kecepatan serta dibutuhkan konsistensi
disaat picking velocity.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. 2007. Ensiklopedia Seismik Online. [Terhubung Berkala]
http://ensiklopedia seismik.com (Diunduh: 12 Maret 2013)
Adhiputra, K. 2011. Migrasi Prestack Kedalaman untuk Pencitraan Struktur
Komplek dengan Algoritma Local Angle Domain [tesis]. Jakarta (ID):
Unversitas Indonesia.
Guochang L, Sergey F, dan Long J. 2009. Stacking seismic Data Using Local
Correlation. Geophysics, 74, No.3, V43-V48.
Kearey, P dan Michael B. 1991. An Introduction to Geophysical Exploration.
King S, A. Curtis, dan T. L. Poole. 2011 Interferometric Velocity Analysis Using
Physical and Nonphysical Energy. Geophysics, 76, No.1, SA35-SA49, doi:
10.1190/1.3521291.
Munaji, S. 2002. Pengolahan Data Seismik Prinsip Dasar dan Metodologi. Depok
(ID): Universitas Indonesia.
Murdianto, B. 2009. Workshop Pengolahan Data Seismik Menggunakan SU
Vol.3 Interpolasi Kecepatan – Poststack/Prestack Time Migration. Depok
(ID): Universitas Indonesia.
Priyono, A. 2006. Metode Seismik I. Departemen Teknik Geofisika. Bandung
(ID): Institut Teknologi Bandung.
Sidabalok, D. F. 2012. Studi Komparasi Prestack Time Migration dengan PostStack Time Migration Seismik 2D Multichannel Di Perairan Maluku Utara
[skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

20
Simon K dan Andrew C. 2011. Velocity Analysis Using Both Reflections and
Refractions in Seismic Interferometry. Geophysics. Vol. 76, No.5.
10.1190/GEO2011-0008.1.
Sukmono, S. 1999. Interpretasi Seismik Refleksi. Bandung (ID): Teknik
Geofisika-ITB.
Tristiyoherni, W. 2010. Analisa Prestack Time Migration (PSTM) Data Seismik
2D Pada Lintasan “ITS” Cekungan Jawa Barat. ITS-Undergraduate-12351.
Victor. 2010.SeismicMethodIV.http://www.docstoc.com/docs/30492489/SeismicMethod-IV [Diunduh: 22 Mei 2013]
Yeru, F. 2008. Model Kecepatan menggunakan Horizon Velocity Analysis dan
Penyelarasan dengan Data Sumur [skripsi]. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Yijun Y, yuan G, dan Liying Bai. 2011. Prestack Kirchhoff Time Migration of 3D
Coal Seismic Data for Mining Zones. Geophysical Prospecting, 2011,59,
455-463.
Yilmaz, O. 1987. Seismic Data Processing. Tulsa (US). Society Exploration
Geophysics.
Yilmaz, O. 2001. Seismic Data Analysis Processing Inversion, and Interpretation
of Seismic Data Volume 1. Tulsa (US). Society Exploration Geophysics.

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Juli
1991 dari ayah yang bernama H. Zamratul Fuadi dan
ibu Mesda Roza B. Penulis merupakan anak ketiga dari
tiga bersaudara. Tahun 2006 – 2009 penulis telah
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
Negeri 53 Jakarta. Tahun 2009 penulis diterima sebagai
mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan (ITK) melalui jalur Undangan
Masuk Mahasiswa IPB (USMI).
Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian
Bogor, penulis pernah mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa yang didanai
oleh DIKTI tahun 2012, menjadi participant di acara Aviation Alternative Fuel
Initiative (CAAFI) in Asia & ASEAN Algae Biofuel Initiative Conference 15-16
February 2012 Singapore, delegasi IPB dalam PSM AgriaSwara pada kegiatan
“The IV International Harald Andersén Chamber Choir Competition” tahun 2012
sebagai penyanyi. Penulis aktif dalam organisasi unit kegiatan mahasiswa (UKM)
PSM IPB AgriaSwara dalam periode 2010/2011 dan 2011/2012 sebagai anggota
divisi kesekretariatan, Himpunan Mahasiswa Ilmu dan teknologi Kelautan
(HIMITEKA) periode 2010/2011 sebagai sekretaris divisi kewirausahaan dan
periode 2011/2012 sebagai ketua divisi kewirausahaan.
Penulis pernah mengikuti kepanitiaan Bina Desa FPIK tahun 2011 sebagai
anggota divisi kesehatan lingkungan, kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru
Perikanan (OMBAK) FPIK tahun 2011 sebagai anggota divisi logstran, kegiatan
“The IV International Harald Andersén Chamber Choir Competition” tahun 2012
sebagai human welfare commite. Dalam rangka penyelesaian studi di departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis
melaksanakan penelitian dengan judul “Pengukuran Kecepatan Gelombang
Seismik Laut 2D Menggunakan Pre-stack Time Migration dengan Metode
Kirchhoff”.