PENGARUH GIBERELIN (GA3) PADA PEMECAHAN DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI TIGA VARIETAS APEL
PENGARUH GIBERELIN (GA3) PADA PEMECAHAN DORMANSI DAN
PERKECAMBAHAN BIJI TIGA VARIETAS APEL
Oleh: Anwar ( 04710008 )
Agronomy
Dibuat: 2010-04-01 , dengan 3 file(s).
Keywords: Kata kunci: pengaruh, giberelin, pemecahan, dormansi, perkecambahan, varietas,
apel
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian giberelin (GA3) terhadap
pemecahan dormansi dan perkecambahan biji tiga varietas apel.
Hipotesa dari percobaan ini adalah diduga terjadi interaksi antara pemberian konsentarasi
giberelin (GA3) dengan varietas pada pemecahan dormansi dan perkecambahan. Diduga
pemberian giberelin (GA3) memberikan pengaruh terhadap pemecahan dormansi dan
perkecambahan. Diduga perbedaan antara varietas memberikan pengaruh terhadap pemecahan
dormansi dan perkecambahan.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang,
yang terletak di Desa Tegal Gondo dengan ketinggian 550 m dpl. pelaksanaan penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor
dan 3 kali ulangan. Setiap faktor terdiri dari 3 level. Faktor pertama (V) adalah varietas yang
terdiri dari Manalagi, Rome beauty, Anna. Faktor yang kedua konsentrasi giberelin (G) yang
terdiri dari konsentrasi 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm.
Pengamatan dilakuakn melalui dua tahapan yaitu pecah dormansi dan perkecambahan,
pengamatan pecah dormansi dilaksanakan setiap hari sampai biji mengalami pecah, sedangkan
interval pengamatan perkecambahan dilakuakan setiap 7 hari dimulai setelah pecah dormansi.
Perameter yang diamati meliputi; saat pecah dormansi, panjang hipokotil, panjang epikotil,
persentase perkecambahan, persentase kecambahn mati, persentase biji mati, persentase
viabilitas biji dorman, total vigor dormansi, nilai penundaan perkecambahan, nilai
perkecambahan, nilai puncak, rata-rata perkecambahan harian.
Hasil dari penelitian ini adalah Pengaruh interaksi tidak berbeda nyata untuk semua pengmatan
kecuali saat pecah dormansi, kombinasi konsentrasi giberelin 1000 ppm pada Rome Beauty
menunjukkan saat pecah dormansi paling cepat 40 hari. Perlakuan konsentrasi giberelin
menaikkan panjang hipokotil pada 7, 14, 21, hari setelah pecah dormansi, dan panjang epikotil
pada 28 hari setelah pecah dormansi. Konsentrasi giberelin 500 ppm sampai 1000 ppm dapat
meningkatkan panjang hipokotil sebesar 1,73 cm sampai 5,07 cm, dan panjang epikotil 3,49 cm
pada konsentrasi giberelin sebesar 1000 ppm. Perlakuan varietas meningkatkan panjang
hipokotil pada umur 14 hari setelah dormansi sebesar 3,06 cm, sedangkan varietas Rome Beauty
dan Anna mempunyai epikotil lebih panjang dibandingkan dengan varietas Manalagi.
ABSTRACT
The research aimed to find out the influence of giberelin (GA3) treatment to dormancy and
germination in three apple varieties.
Research hypothesis was considered there was interaction among giberelin (GA3) concentration
with varieties in dormancy and germination. There suspected the differences among varieties
gave influence to dormancy and germination.
The research was done in laboratorium of Faculty of Farming University of Muhammadiyah
Malang, located in Tegal Gondo village with 550 m above sea height. The research used group
random design arranged in factorial with two factors and three repeatment. All factors consisted
of 3 level. First factor (V) were varieties consisted of Manalagi, Rome beauty, Anna. Second
factor was giberelin (G) concentrate consisted of 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm concentrates.
Research was done through two phases, dormancy breaking and germination, observation in
dormancy breaking was done each day until the seed broken, while germination observation
interval was done every 7 days started after dormancy breaking. Parameter observed consisted of
moment of dormancy breaking, hypocotyle length, epycotile length, germination percentage,
death germination percentage, death seed percentage, viability percentage of dorman seed, total
vigor dormancy, germination delaying, germination value, average peak value, average daily
germination.
The result were interaction didn’t different for all observation, except in dormancy breaking,
concentrate combination of giberelin 1000 ppm at Rome Beauty showed that the fastest
dormancy breaking moment was 40 days. giberelin concentrate treatment raised hypocotyle
length at 7, 14, 21, days after dormancy breaking and epycotyl length in 28 days after dormancy
breaking. Giberelin concentrate 500 ppm till 1000 ppm could raise hypocotyle length for 1,73 cm
to 5,07 cm, and epycotyle length 3,49 cm in giberelin concentrate 1000 ppm. Variety treatment
increased hypocotyle length in 14 days age after dormancy for 3,06 cm, while Rome Beauty
variety and Anna has longer epycotyle longer than Manalagi variety.
PERKECAMBAHAN BIJI TIGA VARIETAS APEL
Oleh: Anwar ( 04710008 )
Agronomy
Dibuat: 2010-04-01 , dengan 3 file(s).
Keywords: Kata kunci: pengaruh, giberelin, pemecahan, dormansi, perkecambahan, varietas,
apel
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian giberelin (GA3) terhadap
pemecahan dormansi dan perkecambahan biji tiga varietas apel.
Hipotesa dari percobaan ini adalah diduga terjadi interaksi antara pemberian konsentarasi
giberelin (GA3) dengan varietas pada pemecahan dormansi dan perkecambahan. Diduga
pemberian giberelin (GA3) memberikan pengaruh terhadap pemecahan dormansi dan
perkecambahan. Diduga perbedaan antara varietas memberikan pengaruh terhadap pemecahan
dormansi dan perkecambahan.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang,
yang terletak di Desa Tegal Gondo dengan ketinggian 550 m dpl. pelaksanaan penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor
dan 3 kali ulangan. Setiap faktor terdiri dari 3 level. Faktor pertama (V) adalah varietas yang
terdiri dari Manalagi, Rome beauty, Anna. Faktor yang kedua konsentrasi giberelin (G) yang
terdiri dari konsentrasi 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm.
Pengamatan dilakuakn melalui dua tahapan yaitu pecah dormansi dan perkecambahan,
pengamatan pecah dormansi dilaksanakan setiap hari sampai biji mengalami pecah, sedangkan
interval pengamatan perkecambahan dilakuakan setiap 7 hari dimulai setelah pecah dormansi.
Perameter yang diamati meliputi; saat pecah dormansi, panjang hipokotil, panjang epikotil,
persentase perkecambahan, persentase kecambahn mati, persentase biji mati, persentase
viabilitas biji dorman, total vigor dormansi, nilai penundaan perkecambahan, nilai
perkecambahan, nilai puncak, rata-rata perkecambahan harian.
Hasil dari penelitian ini adalah Pengaruh interaksi tidak berbeda nyata untuk semua pengmatan
kecuali saat pecah dormansi, kombinasi konsentrasi giberelin 1000 ppm pada Rome Beauty
menunjukkan saat pecah dormansi paling cepat 40 hari. Perlakuan konsentrasi giberelin
menaikkan panjang hipokotil pada 7, 14, 21, hari setelah pecah dormansi, dan panjang epikotil
pada 28 hari setelah pecah dormansi. Konsentrasi giberelin 500 ppm sampai 1000 ppm dapat
meningkatkan panjang hipokotil sebesar 1,73 cm sampai 5,07 cm, dan panjang epikotil 3,49 cm
pada konsentrasi giberelin sebesar 1000 ppm. Perlakuan varietas meningkatkan panjang
hipokotil pada umur 14 hari setelah dormansi sebesar 3,06 cm, sedangkan varietas Rome Beauty
dan Anna mempunyai epikotil lebih panjang dibandingkan dengan varietas Manalagi.
ABSTRACT
The research aimed to find out the influence of giberelin (GA3) treatment to dormancy and
germination in three apple varieties.
Research hypothesis was considered there was interaction among giberelin (GA3) concentration
with varieties in dormancy and germination. There suspected the differences among varieties
gave influence to dormancy and germination.
The research was done in laboratorium of Faculty of Farming University of Muhammadiyah
Malang, located in Tegal Gondo village with 550 m above sea height. The research used group
random design arranged in factorial with two factors and three repeatment. All factors consisted
of 3 level. First factor (V) were varieties consisted of Manalagi, Rome beauty, Anna. Second
factor was giberelin (G) concentrate consisted of 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm concentrates.
Research was done through two phases, dormancy breaking and germination, observation in
dormancy breaking was done each day until the seed broken, while germination observation
interval was done every 7 days started after dormancy breaking. Parameter observed consisted of
moment of dormancy breaking, hypocotyle length, epycotile length, germination percentage,
death germination percentage, death seed percentage, viability percentage of dorman seed, total
vigor dormancy, germination delaying, germination value, average peak value, average daily
germination.
The result were interaction didn’t different for all observation, except in dormancy breaking,
concentrate combination of giberelin 1000 ppm at Rome Beauty showed that the fastest
dormancy breaking moment was 40 days. giberelin concentrate treatment raised hypocotyle
length at 7, 14, 21, days after dormancy breaking and epycotyl length in 28 days after dormancy
breaking. Giberelin concentrate 500 ppm till 1000 ppm could raise hypocotyle length for 1,73 cm
to 5,07 cm, and epycotyle length 3,49 cm in giberelin concentrate 1000 ppm. Variety treatment
increased hypocotyle length in 14 days age after dormancy for 3,06 cm, while Rome Beauty
variety and Anna has longer epycotyle longer than Manalagi variety.