KERAGAAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN ORGANIK DI KOTA MALANG

(1)

KERAGAAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

SAYURAN ORGANIK DI KOTA MALANG

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Agribisnis

Diajukan oleh :

Siti Nurmala

NIM : 201010390211005

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

M A L A N G

2012


(2)

T E S I S

Dipersiapkan dan disusun oleh :

SITI NURMALA Nim : 201010390211005

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal, 26 April 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Ir. ANAS TAIN, MM

Sekretaris : Ir. ISTIS BAROH, MP

Penguji I : Dr. Ir. ADI SUTANTO, MM


(3)

KERAGAAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

SAYURAN ORGANIK DI KOTA MALANG

Yang diajukan oleh :

SITI NURMALA Nim : 201010390211005

Telah disetujui Tanggal, 2 Mei 2012

Pembimbing Utama

Dr. Ir. ANAS TAIN, MM

Direktur

Program Pascasarjana

Dr. LATIPUN, M.Kes.

Pembimbing Pendamping

Ir. ISTIS BAROH, MP

Ketua Program Studi Magister Agribisnis


(4)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : SITI NURMALA Nim : 201010390211005 Program Studi : Agribisnis

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa : 1. Tesis dengan judul

Keragaan Pengembangan Agribisnis Sayuran Organik Di Kota Malang

Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, bagi sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang,

Yang menyatakan


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah kepada Penulis sehingga penyusunan tesis dengan judul “ Keragaan Pengembangan Agribisnis Sayuran Organik di Kota Malang” yang merupakan satu syarat untuk memperoleh gelar Magister strata dua (S2) pada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Penyusunan tesis ini tidak akan mungkin berjalan tanpa ada bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Anas Tain, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan motivasi, saran perbaikan dalam penyusunan tesis..

2. Ir, Istis Baroh, MSi, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk dalam penyusunan tesis.

3. Seluruh Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

4. Seluruh Staf dan Karyawan Magister Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak membantu kelancaran proses pendidikan Magister Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Pemerintah Kota Malang yang telah memberikan ijin belajar untuk menempuh studi strata dua (S2) pada Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Belahan jiwa dan permata hatiku atas segala dukungan dan doanya semoga ini dapat menjadi motivasi untuk berkarya lebih baik di masa mendatang.


(6)

v

Akhirnya Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk mendekati sebuah kesempurnaan. Semoga penulisan tesis ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan,

Malang, April 2012


(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.5. Definisi Operasional ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Kajian Pustaka ... 10

2.1.1. Pendekatan Agribisnis ... 10

2.1.2. Pengertian Pertanian Berkelanjutan ... 11

2.1.3. Pengertian Pertanian Organik ... 14

2.1.4. Penerapan Sistem Pertanian Organik di Indonesia ... 17

2.1.5. Permasalahan Pengembangan Pertanian Organik ... 18

di Indonenesia 2.1.6. Strategi Pencapaian Produk Pangan Organik ... 20

di Indonesia 2.2. Kerangka Pemikiran ... 21


(8)

vii

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Subyek, Obyek dan Tempat Penelitian ... 23

3.2. Metode Penelitian ... 23

3.2.1. Desain Penelitian ... 23

3.2.2. Sumber Data dan Cara Menentukannya ... 24

3.2.3. Metoda Penarikan Sampel ... 26

3.2.4. Operasional Variabel ... 28

3.3. Metode Analisis Data ... 32

3.3.1. Metode Statistik Deskriptif ... 32

3.3.2. Analisis SWOT ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.2. Program Pembangunan Kota Malang ... 40

4.3. Pengembangan Pertanian Organik di Kota Malang ... 43

4.3.1. Sub-Sistem Hulu ... 47

4.3.1.1. Aspek Sarana dan Parasarana ... 47

4.3.1.2. Aspek Produksi ... 50

4.3.1.3. Analisis SWOT Subsistem Hulu... 51

4.3.2. Subsistem Subsisten Pertanian Organik ... 56

4.3.2.1. Aspek Budidaya... 57

4.3.2.2. Aspek Produksi dan Produktivitas ... 62

4.3.2.3. Analisis SWOT Subsistem Pertanian Primer... 69

4.3.3. Subsistem Agribisnis Hilir ... 75

4.3.3.1. Aspek Pengolahan Hasil dan Pemasaran ... 75

4.3.3.2. Aspek Produksi ... 80

4.3.3.3. Analisis SWOT Subsistem Agribisnis Hilir ... 88

4.3.4. Subsistem Penunjang ... 93

4.3.4.1. Peran lembaga Sertifikasi ... 93

4.3.4.2. Peran Lembaga Keuangan dan Lembaga Penelitian 95 4.3.4.3. Peran Sarana Transportasi ... 96


(9)

viii

4.3.4.5. Peran pemerintah ... 99

4.3.4.6. Persepsi ... 102

4.3.4.7. Analisis SWOT Subsistem Penunjang ... 107

4.4. Analisis SWOT Pengembangan Agribisnis Sayuran Organik... 111

di Kota Malang 4.4.1. Analisis Faktor Internal Pengembangan Agribisnis ... 111

Sayuran Organik 4.4.2. Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis... 113

Sayuran Organik 4.4.3. Diagram SWOT Pengembangan Agribisnis ... 114

Sayuran Organik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

5.1. Kesimpulan ... 118

5.2. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Elemen Populasi yang Digunakan ... 27 Tabel 2 Variabel Penelitian pada Subsistem Agribisnis Hulu ... 28

Sistem Pertanian Organik.

Tabel 3 Variabel Penelitian pada Subsistem Pertanian Primer ... 29 Sistem Pertanian Organik.

Tabel 4 Variabel Penelitian pada Subsistem Pertanian Primer ... 30 Sistem Pertanian Non-Organik.

Tabel 5 Variabel Penelitian pada Subsistem Agribisnis Hilir ... 30 Sistem Pertanian Organik

Tabel 6 Variabel Penelitian pada Subsistem Penunjang ... 31 Sistem Pertanian Organik.

Tabel 7 Komposisi Penduduk Kota Malang Usia 10 Tahun ke Atas.... 38 Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama

Tabel 8 Penggunaan Lahan per Kecamatan Kota Malang tahun 2010... 39

Tabel 9 Bantuan Peralatan Pengolah Pupuk Organik ... 48 Tabel 10 Produksi Pupuk dan Pestisida Organik di Kota Malang ... 50

Tabel 11 Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Agribisnis ... 52 Sayuran Organik Pada Subsistem Hulu

Tabel 12 Matrik Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis .... . 54 Sayuran Organik Pada Subsistem Hulu

Tabel 13 Data Produksi dan Produktivitas Sayuran Organik ... 63 di Kota Malang

Tabel 14 Analisa Usahatani Tomat Organik dan Konvensional... 68 Pada Lahan seluas 800 m2

Tabel 15 Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Agribisnis ... 69 Sayuran Organik Pada Subsistem Pertanian Primer

Tabel 16 Matrik Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis ... 71 Sayuran Organik Pada Subsistem Pertanian Primer


(11)

x

Tabel 17 Spesifikasi Hasil Olahan Unggulan Kota Malang ... 75

Tabel 18 Kinerja Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil ... 77 di Kota Malang

Tabel 19 Indikator Kinerja Pengembangan PPHP 2007-2010... 78 di Kota Malang

Tabel 20 Kinerja Penanganan Kota Malang... 79 Sayuran Organik Pada Subsistem Hulu

Tabel 21 Produksi Hasil Olahan Organik... 80

Tabel 22 Daftar Harga Produk Organik Standar SNI dalam Kemasan.... 82 di Tingkat Kelompok Tani

Tabel 23 Daftar Mitra Kerja Penyaluran Produk Organik... 87

Tabel 24 Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Agribisnis ... 88 Sayuran Organik Pada Subsistem Agribisnis Hilir

Tabel 25 Matrik Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis .... 90 Sayuran Organik Pada Subsistem Agribisnis Hilir

Tabel 26 Kelompok Tani yang Memperoleh Sertifikasi... 94 Pangan Organik

Tabel 27 Ruang Lingkup Sayuran Organik yang Bersertifikat ... 95

Tabel 28 Susunan Kepengurusan Kelompok Tani Organik... 97

Tabel 29 Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Agribisnis ... 107 Sayuran Organik Pada Subsistem Penunjang

Tabel 30 Matrik Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis .. 108 Sayuran Organik Pada Subsistem Penunjang

Tabel 31 Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Agribisnis .... 112 Sayuran Organik di Kota Malang

Tabel 32 Matrik Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis .... 113 Sayuran Organik di Kota Malang

Tabel 33 Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis ... 117 Sayuran Organik di Kota Malang


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan... 23 Agribisnis Sayuran di Kota Malang

Gambar 2 Matrik SWOT ... 34 Gambar 3 Peta Kota Malang ... 37 Gambar 4 Grafik Produksi Pupuk Organik Padat di Kota Malang... 51

Gambar 5 Diagram Cartesius Analisis SWOT pada Subsistem Hulu.... 55

Gambar 6 Grafik Perkembangan Produksi Sayuran Organik... 65

Gambar 7 Grafik Perkembangan Produksi Sayuran Organik Dominan. 66

Gambar 8 Diagram Cartesius Analisis SWOT pada Subsistem... 73 Pertanian Primer

Gambar 9 Grafik Produksi Olahan Organik di Kota Malang... 81

Gambar 10 Struktur Rantai Pasokan... 86

Gambar 11 Diagram Cartesius Analisis SWOT pada Subsistem... 92 Agribisnis Hilir

Gambar 12 Diagram Cartesius Analisis SWOT pada Subsistem... 110 Penunjang

Gambar 13 Diagram Cartesius Analisis SWOT Pengembangan... 114 Agribisnis Sayuran Organik di Kota Malang


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Primer Penilaian terhadap Agribisnis Sayuran Organik di Kota Malang pada Subsistem Pertanian Primer

Lampiran 2 Data Primer Penilaian terhadap Agribisnis Sayuran Non- Organik di Kota Malang pada Subsistem Pertanian Primer

Lampiran 3 Data Primer Penilaian terhadap Agribisnis Sayuran Organik di Kota Malang pada Subsistem Hulu

Lampiran 4 Data Primer Penilaian terhadap Agribisnis Sayuran Organik di Kota Malang pada Subsistem Agribisnis Hilir

Lampiran 5 Data Primer Penilaian terhadap Agribisnis Sayuran Organik di Kota Malang pada Subsistem Penunjang

Lampiran 6 Tingkat Kepuasan Konsumen Membeli dan Mengkonsumsi Sayuran Organik


(14)

122

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2002). Prospek Pertanian Organik di Indonesia. Badan Litbang

Deptan. diakses 28 April 2011 dari http://www.litbang.deptan.go.id/ berita/one/17/.

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia. Statistik Tahunan. BPS. Jakarta. BPS. (2011). Kota Malang dalam Angka. 2011. Kota Malang.

Downey, WD and Erickson, SP. (1987). Agribusiness Managemen. Mc Graw- Hill Book Company, New York, Second Edition

Emalinda, O dan Darfis, I. ( 2010). Analisis Dampak Penggunaan Pestisida Secara Intensif Terhadap Populasi Dan Aktifitas Mikro Organisme Tanah diKawasan Sentral Sayuran Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Diakses 26 Oktober 2011 dari http://lp.unand.ac.id/?p

Erianto. (2009).Dampak Pupuk Kimia. Diskses 25 Oktober 2011 dari

http://eriantosimalango.wordpress.com/2009/06/03/ Dampak-pupukkimia/ Fitri,L dan Muliawan, H. (2011). Manajemen Strategik dalam Organisasi.CAPS. Yogyakarta

International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM).( 2006). Definition of Organic culture Report to the Task Force. Retrieved

Oktober22, 2011 from http://www.ifoam.org/organic_facts/doa/pdf/

Definition_of_Organic_Agriculture_ Report.pdf.

Irawan, B. (2001). Agribisnis Hortikultura : Peluang dan Tantangan dalam Era Perdagangan Bebas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Diakses 27 Desember 2011 dar

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/(4)%20soca-b%20irawan-agribisnis%20hortikultura(1).pdf

Mohamad, SP dan Saludin, M. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Prihandarini, R. 2008. Teknlogi Budidaya Organik. Diskses 28 April 2011 dari http://www.biotama.com/index.php?option=com_content&task=view&id

=55&Itemid=1

Rangkuti, F.( 1997). Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Pustaka Utama. Jakarta.

Sudirja, R. (2008). Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik. Makalah Disampaikan pada Acara Penyuluhan


(15)

123

Pertanian di Kabupaten Purwakarta. Diakses 22 Oktober 2011. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03

/pembangunan_pertanianberkelanjutan_berbasis_sistem pertanian_organik.pdf.

Sudiarso. ( 2010). Strategi Pengembangan Pertanian Organik untuk

Menghantarkan Indonesia Sebagai Produsen Pangan Organik terkemuka. Makalah Disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Universitas Brawijaya. Malang.

Suwantoro, A.A. (2008). Analisis Pengembangan Pertanian Organik di Kabupaten Magelang (Studi Kasus di Kecamatan Sawangan). Tesis. Universitas Diponegoro

Sutanto. Rachman (2002). Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan, Yogyakarta: Kanisius.

Sinar tani. (2011). Lima Gerakan Menuju Pertanian Organik. Edisi 19-25 Oktober 2011, Nomor 3427, Tahun XLII.


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Saat ini perhatian masyarakat dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan, seiring dengan maraknya trend baru gaya hidup sehat masyarakat dunia dengan slogan Back to Nature. Orang makin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non-alami seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuhan, dalam produksi pertanian ternyata berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkunan hidup. Gaya hidup yang demikian ini (Anonim, 2002) telah mengalami pelembagaan secara internasional yang diwujudkan melalui regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) serta ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Adanya preferensi konsumen inilah yang menyebabkan permintaan produk pertanian organik di seluruh dunia tumbuh rata-rata 20% setiap tahun.

Di Indonesia, pertanian organik dideklarasikan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang (Prihandarini, 2008). Walaupun demikian, produk organik yang beredar di pasar

Indonesia sangat terbatas baik jumlah maupun ragamnya meskipun beberapa

produk organik seperti beras dan sayuran organik mulai muncul di berbagai pasar swalayan di kota-kota besar.


(17)

2

Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika yang unik, maka Indonesia memiliki modal dasar yang luar biasa besarnya yang diperlukan untuk mengembangkan pertanian organik. Karena itu diperlukan upaya percepatan transformasi keunggulan komparatif ini menjadi keunggulan kompetitif agar peluang pasar tersebut dapat benar-benar diraih untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Menurut Sudiarso (2010), Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional, hal ini karena berbagai keungulan komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya

lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti

pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain. Berdasaran data yang dilaporkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS, 2007), luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat luas. Dari 75 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan. Sementara itu menurut International Federation of Organic Agricultural Movement (IFOAM. 2006) Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0,09%) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, sehingga masih terbuka luas kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi salah satu produsen produk organik.

Sistem pertanian organik berorientasi pada pemanfaatan sumber daya lokal, tanpa aplikasi pupuk buatan dan pestisida kimiawi (kecuali bahan yang diperkenankan), sebaliknya menekankan pada pemberian pupuk organik (alam), dan pestisida hayati, serta cara-cara budidaya lainnya yang tetap berpijak pada


(18)

3

peningkatan produksi dan pendapatan, serta berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Prihandarini,2008).

Hasil penelitian tentang Analisis Dampak Penggunaan Pestisida Secara Intensif Terhadap Populasi dan Aktifitas Mikro Organisme Tanah, di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok diperoleh kesimpulan bahwa telah terjadi penurunan pH tanah sebesar 0,5 unit (lapisan 0-10 cm) dan 0,93 unit (lapisan 10-20 cm), C-organik dari kriteria tinggi menjadi rendah, penurunan biomassa mikro organisme tanah sebesar 2,31% (lapisan 0-10 cm) dan 2,20% (lapisan 10-20 cm), penurunan populasi bakteri dan jamur tanah dalam jumlah yang significan serta terjadi penurunan aktivitas respirasi mikro organisma tanah (Emalinda dan Darfis, 2010). Data-data tersebut membuktikan bahwa telah terjadi penurunan kualitas lahan pertanian akibat pemakaian pestisida secara intensif dalam usaha pertanian di kawasan tersebut.

Menurut Erianto (2009), penggunaan pupuk kimia berlebihan akan memutuskan siklus hara tanah tersebut terutama akan mematikan organisme t a n a h . Dampaknya zat hara yang terkandung dalam tanah menjadi diikat oleh molekul-molekul kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus tak dapat dilakukan lagi. Akibatnya ketahanan tanah/ daya dukung tanah dalam memproduksi menjadi kurang hingga nantinya tandus. Tak hanya itu penggunaan pupuk kimiawi secara terus-menerus menjadikan menguatnya resistensi hama akan suatu pestisida pertanian. Masalah lainnya adalah penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama pemupukan Nitrogen dengan urea tidak pernah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar 40-60% saja. Jumlah yang hilang


(19)

4

mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian (leaching) serta terbawa air hujan (run off). Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Upaya perbaikan lingkungan terutama kondisi tanah baik yang berhubungan dengan faktor fisik tanah, faktor kimia tanah maupun faktor hayati (biologis) tanah melalui sistem pertanian organik membutuhkan kurun waktu yang cukup lama. Menurut Sutanto (2002), untuk membebaskan tanah dan air dari pencemaran zat-zat kimia dibutuhkan proses lama dan harus dilakukan dalam

satuan hamparan lahan yang luas. Proses ini paling sedikit membutuhkan waktu

tiga tahun.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengembangkan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, pertanian organik menjadi salah satu pilihan yang dapat diambil. Pemerintah akhirnya mempunyai komitmen untuk mengembangkan pertanian organik yang pada awal revolusi hijau tidak mendapat perhatian yang memadai. Departemen Pertanian mencanangkan Program Go Organik 2010 dengan berbagai pentahapannya yang dimulai pada tahun 2001. Dan menginjak tahun 2011 oleh masyarakat dilanjutkan dengan program Go Green 2011 (Sinar Tani, 2011).

Penelitian sebelumnya yang dlakukan oleh Suwantoro (2008) terhadap Kelompok Paguyuban Petani Lestari yang mengembangkan pertanian organik, khususnya padi organik di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang Jawa Tengah menunjukkan bahwa pengembangan pertanian organik menghadapi berbagai kendala yaitu (a) pertanian organik dipandang sebagai sistem pertanian


(20)

5

yang merepotkan, (b) ketrampilan petani masih kurang, persepsi yang berbeda mengenai hasil, (c) penurunan produktivitas pada masa awal dimulainya budidaya, (d) lahan pertanian organik belum terlindungi, (e) pembangunan pertanian belum terintegrasi dengan pembangunan perternakan, (f) kegagalan menjaga kepercayaan pasar dan (g) dukungan pemerintah yang masih kurang. Sedangkan pendekatan perencanaan kebijakan pengembangan pada kasus tersebut diatas adalah (a) perluasan lahan bekerjasama dengan pelanggan tetap untuk menjamin pasokan, (b) pemberian insentif atau kompensasi bagi para petani yang melaksanakan pertanian organik untuk pertamakalinya, (c) bekerjasama dengan kelompok tani semi organik untuk melakukan budidaya secara organik, (d) pembuatan demplot / percontohan pertanian organik, (e) mengintegrasikan bidang pertanian dan peternakan, (f) pelatihan peningkatan ketrampilan pengolahan dan pembuatan pupuk dan pestisida alami memanfaatkan potensi lokal, (g) menjaga kepercayaan pasar. Dalam hal ini Suwantoro berpendapat bahwa kesadaran akan pentingnya melakukan upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan seringkali terkalahkan oleh pertimbangan teknis.

Hasil analisa tanah yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Malang dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur tahun 2011 terhadap kandungan unsur hara makro dan pH tanah diperoleh hasil bahwa hampir semua lokasi di Kota Malang mempunyai kandungan N rendah sampai tinggi, P sedang. K rendah sampai sedang dan pH agak asam. Tingginya unsur hara N dalam tanah diduga karena akumulasi dari proses pemupukan Urea ataupun ZA yang dilakukan selama bertahun-tahun. Akibatnya berdampak terhadap pH tanah.


(21)

6

Pertanian organik di Kota Malang khususnya untuk tanaman sayuran sudah dirintis sejak tahun 2007 di Kecamatan Kedungkandang dan Sukun oleh beberapa kelompok tani di wilayah tersebut, yang pada awalnya hanya fokus kurang dari 10 jenis sayuran, saat ini sudah lebih beragam dan mencapai 35 jenis sayuran. Saat ini segmen pasar sudah terbentuk, baik di Kota Malang, Surabaya dan sekitarnya. Sayangnya permintaan pasar yang meningkat tidak diikuti dengan kontinuitas pasokan, meskipun produksi di tingkat hulu hinga hilir menunjukkan trend kenaikan yang positip. Sebagai gambaran, hampir 5 tahun terakhir produksi pupuk organik mengalami kenaikan rata-rata sebesar 27 % per tahun, produk sayuran organik sebesar 41 % per tahun, dan produk olahan sejak tahun 2010 mengalami kenaikan produksi sekitar 100%. Kondisi demikian mengindikasikan bahwa pasar yang terbuka luas belum diimbangi dengan kesiapan pelaku usaha untuk berorientasi pasar global, yang lebih menekankan pada aspek kuantitas, kualitas, keamanan dan harga yang bersaing.

Dengan melihat potensi lokal, yaitu ketersediaan air dan bahan baku ataupun pupuk organik siap pakai, sebenarnya kelompok tidak mengalami kendala teknis yang berarti. Upaya untuk menjangkau pasar yang lebih luas tersebut terkendala oleh terbatasnya produk disebabkan lahan untuk budidaya yang kurang memadai luasannya. Di sisi lain masih banyak lahan yang memungkinkan untuk budidaya organik belum termanfaatkan secara optimal, lahan pekarangan ataupun lahan semi-organik. Selain keterbatasan lahan, kendala lain yang tidak kalah penting turut andil terjadinya kondisi yang kurang menguntungkan tersebut adalah keterbatasan modal usaha, persaingan harga produk di pasaran, dan rendahnya minat generasi muda untuk menekuni pertanian.


(22)

7

Namun demikian, di tengah berbagai keterbatasan yang dihadapi, Kelompok tani dengan anggotanya mampu membangun jaringan pasar, tetap menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen melalui produk yang telah bersertifikat organik. Tingginya permintaan serta respon positif konsumen akan produk organik menunjukkan bahwa pertanian organik memiliki peluang yang terbuka luas untuk dapat dikembangkan di Kota Malang dan sekitarnya bertumpu pada potensi dan sumber daya lokal yang tersedia. Untuk itu diperlukan upaya dan strategi pengembangan agribisnis sayuran organik yang tepat dan aplikatif di lapangan.

1.2.Perumusan Masalah

Kondisi sekarang ketika para petani mempunyai kebebasan untuk menanam apa saja dan memilih teknik budidaya yang dikehendaki, pertanian organik belum menunjukkan perkembangan yang siginifikan baik dalam artian jumlah pelaku maupun luasan lahan bahkan ketika pemerintah sudah mencanangkan Program Go Organik 2010, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Program Go Green 2011. Kelompok tani yang bergerak di bidang pertanian organik selama ini belum mampu memenuhi seluruh permintaan produk organik. Berbagai keuntungan yang diperoleh dan dirasakan oleh para pelaku pertanian organik belum menjadi daya tarik bagi para petani konvensional. Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang beragam mengenai pertanian organik sehingga pertanian organik dimaknai secara berbeda-beda.

Dari beberapa uraian di atas dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut;


(23)

8

1. Bagaimana keragaan pengembangan agribisnis sayuran organik di Kota Malang?

2. Apa kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh petani sayuran organik dalam mengembangkan pertanian organik.

3. Bagaimana upaya dan strategi yang tepat dalam mengembangkan sayuran organik?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan pengembangan agribisnis sayuran organik di Kota Malang;

2. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh petani sayuran organik dalam mengembangkan pertanian organik di Kota Malang;

3. Untuk menentukan strategi pengembangan agribisnis pertanian organik di Kota Malang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang berguna dalam : 1. Memberi masukan mengenai upaya-upaya ke depan yang perlu ditempuh

untuk mendorong pertumbuhan agribisnis sayuran organik.

2. Memberi masukan bagi pemerintah dalam menentukan strategi pembinaan dan peningkatan produksi sayur organik;


(24)

9 1.5. Definisi Operasional

1. Petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani pelaku budidaya pertanian organik, kecuali disebut lain dalam tulisan ini.

2. Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan 3. Keragaan Agribisnis adalah wujud penyelenggaraan seluruh kegiatan yang

meliputi usaha hulu, usaha tani, dan agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip komersial atau ekonomi.

4. Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian

yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida.

5. Pertanian semi organik merupakan sistem pertanian yang mengarah kepada pertanian organik tetapi dalam pelaksanaannya masih menggunakan pupuk pabrikan sebagai pupuk dasar.

6. Pengembangan diartikan sebagai suatu proses perubahan secara bertahap ke arah tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi dan meluas dan mendalam yang secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan.

7. Pendampingan adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan tenaga pendamping yang berperan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator.


(1)

mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian (leaching) serta terbawa air hujan (run off). Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Upaya perbaikan lingkungan terutama kondisi tanah baik yang berhubungan dengan faktor fisik tanah, faktor kimia tanah maupun faktor hayati (biologis) tanah melalui sistem pertanian organik membutuhkan kurun waktu yang cukup lama. Menurut Sutanto (2002), untuk membebaskan tanah dan air dari pencemaran zat-zat kimia dibutuhkan proses lama dan harus dilakukan dalam satuan hamparan lahan yang luas. Proses ini paling sedikit membutuhkan waktu tiga tahun.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengembangkan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, pertanian organik menjadi salah satu pilihan yang dapat diambil. Pemerintah akhirnya mempunyai komitmen untuk mengembangkan pertanian organik yang pada awal revolusi hijau tidak mendapat perhatian yang memadai. Departemen Pertanian mencanangkan Program Go Organik 2010 dengan berbagai pentahapannya yang dimulai pada tahun 2001. Dan menginjak tahun 2011 oleh masyarakat dilanjutkan dengan program Go Green 2011 (Sinar Tani, 2011).

Penelitian sebelumnya yang dlakukan oleh Suwantoro (2008) terhadap Kelompok Paguyuban Petani Lestari yang mengembangkan pertanian organik, khususnya padi organik di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang Jawa Tengah menunjukkan bahwa pengembangan pertanian organik menghadapi berbagai kendala yaitu (a) pertanian organik dipandang sebagai sistem pertanian


(2)

yang merepotkan, (b) ketrampilan petani masih kurang, persepsi yang berbeda mengenai hasil, (c) penurunan produktivitas pada masa awal dimulainya budidaya, (d) lahan pertanian organik belum terlindungi, (e) pembangunan pertanian belum terintegrasi dengan pembangunan perternakan, (f) kegagalan menjaga kepercayaan pasar dan (g) dukungan pemerintah yang masih kurang. Sedangkan pendekatan perencanaan kebijakan pengembangan pada kasus tersebut diatas adalah (a) perluasan lahan bekerjasama dengan pelanggan tetap untuk menjamin pasokan, (b) pemberian insentif atau kompensasi bagi para petani yang melaksanakan pertanian organik untuk pertamakalinya, (c) bekerjasama dengan kelompok tani semi organik untuk melakukan budidaya secara organik, (d) pembuatan demplot / percontohan pertanian organik, (e) mengintegrasikan bidang pertanian dan peternakan, (f) pelatihan peningkatan ketrampilan pengolahan dan pembuatan pupuk dan pestisida alami memanfaatkan potensi lokal, (g) menjaga kepercayaan pasar. Dalam hal ini Suwantoro berpendapat bahwa kesadaran akan pentingnya melakukan upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan seringkali terkalahkan oleh pertimbangan teknis.

Hasil analisa tanah yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Malang dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur tahun 2011 terhadap kandungan unsur hara makro dan pH tanah diperoleh hasil bahwa hampir semua lokasi di Kota Malang mempunyai kandungan N rendah sampai tinggi, P sedang. K rendah sampai sedang dan pH agak asam. Tingginya unsur hara N dalam tanah diduga karena akumulasi dari proses pemupukan Urea ataupun ZA yang dilakukan selama bertahun-tahun. Akibatnya berdampak terhadap pH tanah.


(3)

Pertanian organik di Kota Malang khususnya untuk tanaman sayuran sudah dirintis sejak tahun 2007 di Kecamatan Kedungkandang dan Sukun oleh beberapa kelompok tani di wilayah tersebut, yang pada awalnya hanya fokus kurang dari 10 jenis sayuran, saat ini sudah lebih beragam dan mencapai 35 jenis sayuran. Saat ini segmen pasar sudah terbentuk, baik di Kota Malang, Surabaya dan sekitarnya. Sayangnya permintaan pasar yang meningkat tidak diikuti dengan kontinuitas pasokan, meskipun produksi di tingkat hulu hinga hilir menunjukkan trend kenaikan yang positip. Sebagai gambaran, hampir 5 tahun terakhir produksi pupuk organik mengalami kenaikan rata-rata sebesar 27 % per tahun, produk sayuran organik sebesar 41 % per tahun, dan produk olahan sejak tahun 2010 mengalami kenaikan produksi sekitar 100%. Kondisi demikian mengindikasikan bahwa pasar yang terbuka luas belum diimbangi dengan kesiapan pelaku usaha untuk berorientasi pasar global, yang lebih menekankan pada aspek kuantitas, kualitas, keamanan dan harga yang bersaing.

Dengan melihat potensi lokal, yaitu ketersediaan air dan bahan baku ataupun pupuk organik siap pakai, sebenarnya kelompok tidak mengalami kendala teknis yang berarti. Upaya untuk menjangkau pasar yang lebih luas tersebut terkendala oleh terbatasnya produk disebabkan lahan untuk budidaya yang kurang memadai luasannya. Di sisi lain masih banyak lahan yang memungkinkan untuk budidaya organik belum termanfaatkan secara optimal, lahan pekarangan ataupun lahan semi-organik. Selain keterbatasan lahan, kendala lain yang tidak kalah penting turut andil terjadinya kondisi yang kurang menguntungkan tersebut adalah keterbatasan modal usaha, persaingan harga produk di pasaran, dan rendahnya minat generasi muda untuk menekuni pertanian.


(4)

Namun demikian, di tengah berbagai keterbatasan yang dihadapi, Kelompok tani dengan anggotanya mampu membangun jaringan pasar, tetap menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen melalui produk yang telah bersertifikat organik. Tingginya permintaan serta respon positif konsumen akan produk organik menunjukkan bahwa pertanian organik memiliki peluang yang terbuka luas untuk dapat dikembangkan di Kota Malang dan sekitarnya bertumpu pada potensi dan sumber daya lokal yang tersedia. Untuk itu diperlukan upaya dan strategi pengembangan agribisnis sayuran organik yang tepat dan aplikatif di lapangan.

1.2.Perumusan Masalah

Kondisi sekarang ketika para petani mempunyai kebebasan untuk menanam apa saja dan memilih teknik budidaya yang dikehendaki, pertanian organik belum menunjukkan perkembangan yang siginifikan baik dalam artian jumlah pelaku maupun luasan lahan bahkan ketika pemerintah sudah mencanangkan Program Go Organik 2010, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Program Go Green 2011. Kelompok tani yang bergerak di bidang pertanian organik selama ini belum mampu memenuhi seluruh permintaan produk organik. Berbagai keuntungan yang diperoleh dan dirasakan oleh para pelaku pertanian organik belum menjadi daya tarik bagi para petani konvensional. Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang beragam mengenai pertanian organik sehingga pertanian organik dimaknai secara berbeda-beda.

Dari beberapa uraian di atas dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut;


(5)

1. Bagaimana keragaan pengembangan agribisnis sayuran organik di Kota Malang?

2. Apa kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh petani sayuran organik dalam mengembangkan pertanian organik.

3. Bagaimana upaya dan strategi yang tepat dalam mengembangkan sayuran organik?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan pengembangan agribisnis sayuran organik di Kota Malang;

2. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh petani sayuran organik dalam mengembangkan pertanian organik di Kota Malang;

3. Untuk menentukan strategi pengembangan agribisnis pertanian organik di Kota Malang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang berguna dalam : 1. Memberi masukan mengenai upaya-upaya ke depan yang perlu ditempuh

untuk mendorong pertumbuhan agribisnis sayuran organik.

2. Memberi masukan bagi pemerintah dalam menentukan strategi pembinaan dan peningkatan produksi sayur organik;


(6)

1.5. Definisi Operasional

1. Petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani pelaku budidaya pertanian organik, kecuali disebut lain dalam tulisan ini.

2. Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan 3. Keragaan Agribisnis adalah wujud penyelenggaraan seluruh kegiatan yang

meliputi usaha hulu, usaha tani, dan agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip komersial atau ekonomi.

4. Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian

yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida.

5. Pertanian semi organik merupakan sistem pertanian yang mengarah kepada pertanian organik tetapi dalam pelaksanaannya masih menggunakan pupuk pabrikan sebagai pupuk dasar.

6. Pengembangan diartikan sebagai suatu proses perubahan secara bertahap ke arah tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi dan meluas dan mendalam yang secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan. 7. Pendampingan adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan

menempatkan tenaga pendamping yang berperan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator.