Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUNCULNYA PEKERJA ANAK DI DUSUN AMAL BAKTI DESA PASAR V KEBUN KELAPA KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Disusun oleh
Dede Nurcholis 100902046
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

Nama Nim Judul

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Lembar Persetujuan Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
: Dede Nurcholis : 100902046 : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

PEMBIMBING

Medan, Agustus 2015

Drs. Bengkel, M.Si NIP 196301031989031003
Ketua Departemen


Hairani Siregar, S.Sos, MSP NIP 197109271998012001
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP 196805251992031002

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: DEDE NURCHOLIS

NIM

: 100902046


ABSTRAK

(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 92 halaman, 38 kepustakaan, 7 tabel, dan

lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Munculnya Pekerja Anak Di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang”. Masalah yang dibahas dalam

skripsi ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pekerja anak.

Informan dari penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu informan utama yang

terdiri dari 5 orang pekerja anak dan informan kunci yang terdiri dari 5 orang tua

para pekerja anak. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui studi


kepustakaan dan studi lapangan dengan cara wawancara mendalam dan observasi.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi bahwa

terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya pekerja anak yaitu faktor

ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan

motivasi diri.

Kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan munculnya pekerja

anak adalah faktor ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, ketersediaan lapangan

pekerjaan, dan motivasi diri.

Kata kunci: Pekerja Anak, Pekerja Batu Bata, Faktor Ekonomi, Sosial, Budaya, Pendidikan, Ketersediaan Lapangan Pekerjaan, Motivasi DiriPengaruh, Pola Asuh Orang Tua, Perkembangan Anak


Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

NAME

: DEDE NURCHOLIS

NIM

: 100902046

ABSTRACT

(This thesis consists of: 6 chapters, 92 pages, 38 libraries, 7 tables, and


attachments)

This thesis submitted in order to achieve a degree qualified Social

Welfare, with the title "The Factors Affecting Emergence Child Labour at hamlet

of Amal Bakti Village of Pasar V Kebun Kelapa Subdistrict of Beringin District

of Deli Serdang". The problem addressed in this thesis are the factors that

influence the emergence of child labour.

Informants of this research is divided into 2 there are main informants

consisting of 5 child labours and key informants consisting of 5 parents of child

labour. The method used is descriptive method with qualitative approach. The

technique of collecting data through literature study and field studies by means of


in-depth interviews and observation. The data obtained in this thesis were

analyzed by qualitatively technique.

Based on the data that has been collected and has been analyzed that there

are several factors affecting emergence of child labour is a factor of economic,

social, cultural, educational, job availability, and self-motivation.

The conclusion that the factors affecting emergence of child labor is a

factor of economic, social, cultural, educational, job availability, and self-

motivation.

Keywords: Child Labour, Worker Bricks, Economic Factors, Social, Cultural, Educational, Availability Employment, Self Motivation

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan masa perkuliahan di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) dan atas izinNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak Di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Orangtua penulis,Oman dan Nurhayati yang dengan penuh cinta dan kasih sayang telah merawat, membesarkan, mendidik, mendukung, serta selalu berupaya memenuhi kebutuhan penulis. Semoga apa yang penulis berikan ini dapat menambah kebanggaan bagi kedua orang tua.
Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan yang telah membantu penulis selama kuliah sampai penulis lulus, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Sp, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Bengkel, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu untuk membimbing, memberikan arahan dan dukungan serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.SP, selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.
5. Kepada seluruh Dosen Depertemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Dosen pengajar mata kuliah, yang telah memberikan materi kuliah selama penulis menjalankan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada Kak Zuraidah yang telah banyak membantu penulis dalam melengkapi segala berkas perkuliahan khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kepada Kak Debby dan Bang Ria yang telah banyak membantu saya dalam mengurus segala berkas untuk perkulihan.
8. Kepada adik tercinta Laila Farhanah dan Siti Fatinah yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada para sahabat terdekat Dimas Alfisyahri, Iqbal Fazuani, Puri Nugraha, Arief Rahman Hakim Nanda Nugraha, Ferdian Erman, Intan Rahmadhani, Ria Adriana, dan Dwi Jayanti terima kasih yang luar biasa untuk dukungannya dalam segala proses penyelesaian skripsi ini termasuk memberikan semangat dan tak pernah bosan mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Kalian lebih dari sekedar sahabat bagiku, kalian adalah keluargaku. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian semua.
10. Kepada teman-teman seperjuangan di Kessos 2010 Clara Kirnanda, Silva, Riza Pahlevi, Suarni, Atar, Pram, David, Irsan, Halason, Maya Jelita, Wenny,
Universitas Sumatera Utara

Rahma, Fauziah, Icha, Kristin, Desi Ginting, Sofian, dan semua nya yang tidak tersebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini dan sukses untuk kita semua. 11. Kepada Lili Suryani yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan Nining yang sering mengingatkan tentang “veteran FISIP” yang memacu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Kepada para staff KKSP Bang Jai, Pak Edong, Bang Jimy, Bang Maman, Bang Samsul Bang Eko, Ocik, Kak Inong, Kak Susi, yang telah memberikan dukungan baik semangat maupun bahan pustaka yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Kepada para alumni Smart Ekselensia Indonesia terkhusus alumni Smart Medan yang selalu memberikan semangat dan doanya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini, dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungannya. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan bekerja keras dalam menyusun skripsi ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun penulisan dari skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga bermanfaat bagi semua pihak.
Universitas Sumatera Utara


Medan, Agustus 2015 Penulis Dede Nurcholis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR......................................................................................... iii DAFTAR ISI........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 10 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................ 11
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11 1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 11 1.4 Sistematika Penulisan.......................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak ......................................................................................................... 13 2.1.1 Pengertian Anak ............................................................................... 13 2.1.2 Hak-Hak Anak.................................................................................. 15 2.1.3 Konvensi Hak Anak ......................................................................... 19 2.1.4 Perlindungan Anak ........................................................................... 22 2.1.4.1 Pengertian Perlindungan Anak ............................................ 22 2.1.4.2 Prinsip Perlindungan Anak .................................................. 24 2.2 Pekerja Anak ............................................................................................ 26 2.2.1 Pengertian Pekerja Anak................................................................ 26 2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Pekerja Anak....................... 28 2.2.3 Teori Pengerahan Tenaga Kerja..................................................... 34
Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Bentuk-Bentuk Pekerjaan Untuk Anak.......................................... 34 2.2.5 Dampak-Dampak yang Dialami oleh Pekerja Anak ...................... 40 2.3 Kesejahteraan Anak ................................................................................. 41 2.4 Kerangka Pemikiran................................................................................. 44 2.5 Definisi Konsep ....................................................................................... 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ......................................................................................... 48 3.2 Lokasi Penelitian...................................................................................... 48 3.3 Informan................................................................................................... 48 3.3.1 Informan Kunci.............................................................................. 49 3.3.2 Informan Utama ............................................................................. 49 3.4 Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 49 3.5 Teknik Analisis Data................................................................................ 51 BAB IV DESKRIPSI LOKASI 4.1 Gambaran Umum Dusun Amal Bakti...................................................... 52 4.1.1 Komposisi Penduduk ..................................................................... 53 BAB V ANALISIS DATA 5.1 Hasil Temuan ........................................................................................... 62 5.1.1 Informan Utama ............................................................................. 62 5.1.2 Informan Kunci.............................................................................. 76 5.2 Analisis Data ............................................................................................ 84 5.2.1 Faktor Ekonomi ............................................................................. 85 5.2.2 Faktor Sosial .................................................................................. 85 5.2.3 Faktor Budaya ................................................................................ 86
Universitas Sumatera Utara

5.2.4 Faktor Pendidikan .......................................................................... 87 5.2.5 Faktor Ketersediaan Lapangan Pekerjaan...................................... 88 5.2.6 Faktor Motivasi Diri ...................................................................... 89 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 91 6.2 Saran ........................................................................................................ 92 LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Spesifikasi Wilayah ..............................................................................53 Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Desa Pasar V Kebun Kelapa
Kecamatan Beringin .............................................................................54 Tabel 4.3 Data Anak-Anak di Desa Pasar V Kebun Kelapa
Kecamatan Beringin .............................................................................54 Tabel 4.4 Data Tamatan Pendidikan di Desa Pasar V Kebun Kelapa
Kecamatan Beringin .............................................................................55 Tabel 4.5 Data Etnis di Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan

Beringin ................................................................................................57 Tabel 4.6 Data Agama di Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan
Beringin ................................................................................................58 Tabel 4.7 Data Mata Pencaharian Pokok di Desa Pasar V Kebun Kelapa
Kecamatan Beringin .............................................................................59
Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA

: DEDE NURCHOLIS

NIM

: 100902046

ABSTRAK


(Skripsi ini terdiri dari: 6 bab, 92 halaman, 38 kepustakaan, 7 tabel, dan

lampiran)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Munculnya Pekerja Anak Di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang”. Masalah yang dibahas dalam

skripsi ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pekerja anak.

Informan dari penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu informan utama yang

terdiri dari 5 orang pekerja anak dan informan kunci yang terdiri dari 5 orang tua

para pekerja anak. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui studi

kepustakaan dan studi lapangan dengan cara wawancara mendalam dan observasi.


Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisi bahwa

terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya pekerja anak yaitu faktor

ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan

motivasi diri.

Kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan munculnya pekerja

anak adalah faktor ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, ketersediaan lapangan

pekerjaan, dan motivasi diri.

Kata kunci: Pekerja Anak, Pekerja Batu Bata, Faktor Ekonomi, Sosial, Budaya, Pendidikan, Ketersediaan Lapangan Pekerjaan, Motivasi DiriPengaruh, Pola Asuh Orang Tua, Perkembangan Anak

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

NAME

: DEDE NURCHOLIS

NIM

: 100902046

ABSTRACT

(This thesis consists of: 6 chapters, 92 pages, 38 libraries, 7 tables, and

attachments)

This thesis submitted in order to achieve a degree qualified Social

Welfare, with the title "The Factors Affecting Emergence Child Labour at hamlet

of Amal Bakti Village of Pasar V Kebun Kelapa Subdistrict of Beringin District

of Deli Serdang". The problem addressed in this thesis are the factors that

influence the emergence of child labour.

Informants of this research is divided into 2 there are main informants

consisting of 5 child labours and key informants consisting of 5 parents of child

labour. The method used is descriptive method with qualitative approach. The

technique of collecting data through literature study and field studies by means of

in-depth interviews and observation. The data obtained in this thesis were

analyzed by qualitatively technique.

Based on the data that has been collected and has been analyzed that there

are several factors affecting emergence of child labour is a factor of economic,

social, cultural, educational, job availability, and self-motivation.

The conclusion that the factors affecting emergence of child labor is a

factor of economic, social, cultural, educational, job availability, and self-

motivation.

Keywords: Child Labour, Worker Bricks, Economic Factors, Social, Cultural, Educational, Availability Employment, Self Motivation

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia secara berkelanjutan melakukan
pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar tujuan negara dapat terlaksana dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu melaksanakannya dengan baik sehingga perlu dipersiapkan sejak dini. Upaya peningkatan dan pengembangan kualitas generasi bangsa tidak dapat dilepaskan dari upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan anak pada khususnya, yang diwarnai dengan upaya pendalaman dibidang pendidikan, kesehatan, dan intelektual.
Ironinya saat ini kesejahteraan bagi masyarakat sangat sulit didapat terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Kesejahteraan yang merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 belum mampu diwujudkan oleh negara, akibatnya masyarakat yang tidak mampu bersaing akan terpinggirkan atau mengalami kemiskinan. Berdasarkan Berita Resmi Statistik, Maret 2013 jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen).
Universitas Sumatera Utara

Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013) (http://www.bps.go.id).
Kemiskinan yang terjadi mengakibatkan tidak mampu terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga, sehingga seluruh anggota keluarga mau tidak mau harus mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak terkecuali anakanak. Orang tua sangat membutuhkan tenaga anak-anaknya untuk membantu meningkatkan pendapatan rumah tangga. Asra (dalam Usman & Nachrowi, 2004: 101) mengemukakaan bahwa 35 persen orang tua akan mengalami penurunan pendapatan rumah tangganya jika anak mereka berhenti bekerja. Imawan (dalam Usman & Nachrowi, 2004: 101) menemukan bahwa 23,5 persen pendapatan anakanak yang bekerja diberikan untuk orang tuanya. Hal ini disebabkan anak-anak membutuhkan pekerjaan justru karena keluarga ekonomi yang miskin. Hal tersebut menjadi cikal bakal dari permasalahan anak yang terjadi di Indonesia seperti anak jalanan, anak terlantar, anak terjerat dengan masalah hukum dan buruh anak atau pekerja anak.
Fenomena pekerja anak merupakan fenomena global yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Namun demikian, permasalahan pekerja anak di tiap-tiap negara berbeda derajat kualitas dan kuantitas permasalahannya yang semakin kompleks, sementara disisi lain perangkat perlindungannya masih lemah sehingga masalah pekerja anak semakin
Universitas Sumatera Utara

luas terjadi (http://analisis-kontribusi-anak-bekerja-terhadap-pendapatan-keluargauntuk-memperoleh-pendidikan-yang-layak-pdf.html).
Sumbangan pekerja anak untuk ekonomi keluarga memang tidak kecil. Diperkirakan pekerja anak rata-rata memberi sumbangan 20% bagi ekonomi keluarga. Angka ini muncul dalam sebuah laporan yang diungkap dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai masalah pemukiman (Habitat II) di Turki tahun 1996, dengan jumlah sebesar itu wajar jika orang tua dengan ekonomi pas-pasan merelakan anaknya mencari tambahan penghasilan (www.Fokus No. 70 Volume. 02 Januari 2013).
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat, dari 6,5 juta pekerja anak berusia 6-18 tahun, sebanyak 26 persen di antaranya bekerja di lingkungan yang berbahaya bagi anak. Karena itu, 1,7 juta anak tersebut harus diprioritaskan untuk ditarik dari tempat mereka bekerja, lalu disekolahkan kembali. Mereka bekerja di jalanan, di pabrik yang berurusan dengan bahan kimia, prostitusi, bahkan bekerja di sektor domestik sebagai pembantu rumah tangga yaitu sebanyak 60 persen (http://www.tempo.co/read/news/2012/06/04/173408068/17-Juta-Anak-Bekerjadi-Lingkungan-Berbahaya).
Berdasarkan sumber dari detik.com disebutkan bahwa kasus-kasus pekerjaan yang terburuk bagi anak sudah cukup memprihatinkan. Data dari BPS dan ILO pada bulan Februari 2010 disebutkan pada 2009 jumlah anak sebanyak 58,8 juta. Pada tahun 2008 pekerja anak di sektor perkebunan di Sumut mencapai 155.196 anak, sementara Dinas Sosial Sumut menemukan anak-anak berusia di bawah 18 tahun sebanyak 281 orang "bekerja" di tiga lokalisasi yaitu Bandar Baru
Universitas Sumatera Utara

(Deli Serdang), Bukit Maraja (Simalungun), dan Warung Bebek (Serdang Bedagai). Jumlah ini belum termasuk yang dijumpai di diskotik, dan pub yang mencapai 500 orang, dan masih banyak anak-anak yang dilacurkan yang belum terdata (http://news.detik.com/read/2010/06/12/112038/1376912/10/ratusan-anakberpawai-tolak-pekerja-anak?browse=frommobile).
Keseluruhan anak berusia 5-17, sekitar 58,8 juta, 4,05 juta atau 6,9 persen di antaranya termasuk dalam kategori anak yang bekerja. Dari jumlah keseluruhan anak yang bekerja, 1,76 juta atau 43,3 persen merupakan pekerja anak. Dari jumlah keseluruhan pekerja anak berusia 5-17, 48,1 juta atau 81,8 persen bersekolah, 24,3 juta atau 41,2 persen terlibat dalam pekerjaan rumah, dan 6,7 juta atau 11,4 persen tergolong sebagai „idle‟, yaitu tidak bersekolah, tidak membantu di rumah dan tidak bekerja (http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_122351/lang--en/index.html).
Isu tentang pekerja anak sangat erat kaitannya dengan hak asasi manusia dan tidak hanya bersifat nasional tetapi bersifat internasional. Masyarakat internasional telah menaruh perhatian serius terhadap masalah pekerja anak. Hal ini terbukti dengan terwujudnya kesepakatan internasional yang dituangkan dalam berbagai konvensi, antara lain Konvensi ILO Nomor 138 mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja dan Konnvensi ILO Nomor 182 mengenai pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kedua konvensi tersebut dan telah mengadopsi substansinya kedalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Selanjutnya pemerintah juga telah merumuskan kebijakan teknis dan tahapan penerapannya sesuai dengan kondisi
Universitas Sumatera Utara

faktual masyarakat, potensi yang dimiliki dan tingkat kemajuan masyarakat (http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publication/wcms_120565.pdf).
Pekerja Anak memiliki sifat dan kebutuhan yang spesifik, maka mereka memerlukan perlindungan khusus pula agar tetap eksis berpartisipasi dalam pembangunan. Perlindungan khusus yang diberikan kepada pekerja anak diarahkan untuk mengurangi dan atau menghilangkan pengaruh buruk dari pekerjaan yang dilakukan anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, sosial dan intelektualnya.
Anak-anak yang masuk ke pasar kerja menjadi pekerja anak merupakan rasionalisasi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang dilanda kemiskinan. Hal ini menjadi legitimasi mempekerjakan anak-anak, bahkan dengan pekerjaan yang eksploitatif, upah murah dan pekerjaan yang berbahaya. Keberadaan pekerja anak ini dilematis. Disatu sisi anak-anak bekerja untuk memberikan kontribusi pendapatan keluarga, namun mereka rentan dengan eksploitasi dan perlakuan salah. Pada kenyataannya, sulit untuk memisahkan antara partisipasi anak dan eksploitasi anak.
Kenyataan ini menyebabkan anak-anak tersebut semakin terkungkung dalam dunia kerja yang penuh dengan ketidakpastian. Efek lebih lanjut adalah ketidakpastian anak dalam menghadapi masa depan. Pendidikan yang rendah dan kepribadian yang belum matang akan membuat mereka tidak memiliki posisi tawar menawar (bargaining) yang tinggi dalam dunia kerja atau lingkungan sosial. Mereka akhirnya berfungsi sebagai pelestari siklus kemiskinan
Universitas Sumatera Utara

keluarganya. Dengan kata lain, tidak ada mobilitas vertical sang anak dalam perjalanan hidupnya (http://pekerja-anak-bermasalah-sejak-definisi.html).
Berbagai pekerjaan digeluti oleh anak yang bersekolah, putus sekolah, bahkan ada yang tidak sempat bersekolah. Kebutuhan anak yang seharusnya dipenuhi oleh orang tua adalah mendapatkan pendidikan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk bermain dalam masa perkembangan fisik dan mentalnya serta mendapatkan kasih sayang dari orangtua. Kemampuan fisik anak masih terbatas sesuai dengan pertumbuhannya. Pada prinsipnya anak tidak boleh bekerja, namun dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan anak boleh bekerja demi kepentingan dan kondisi tertentu seperti pekerjaan ringan, pekerjaan dalam rangka bagian kurikulum dan pendidikan dan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minat anak.
Ironinya saat ini banyak anak yang bekerja bukan dalam konteks pembelajaran sebagaimana undang-undang Nomor 13 tahun 2003, namun mereka melakukan pekerjaan berat dan mengancam kehidupan dalam segala aspek. Anak yang bekerja tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh hak-hak sebagaimana mestinya, seperti mendapatkan kasih sayang, pendidikan, dan bermain.
Indonesia tidak mengatur bagaimana sistem jam kerja pada pekerja anak, faktanya pekerja anak bekerja relatif panjang tanpa pengawasan dan sangat menganggu jam bermain dan belajar anak. Namun sebagai tuntutan anak harus bekerja dan mengorbankan hak-hak mereka sebagai anak dan juga bisa dilihat kehidupan anak yang bekerja dengan anak yang masih bersekolah sangat berbeda
Universitas Sumatera Utara

180 derajat baik dari segi kasih sayang, pengawasan, jam bermain serta pola pikir anak.
Data Sakernas tahun 2009 menunjukkan bahwa rata-rata jam kerja bagi pekerja anak adalah 27 jam. Ini berarti bahwa separuh dari mereka bekerja sedikitnya 27 jam dalam seminggu.Terlihat terlalu tinggi untuk jenis pekerjaan yang „aman/safe' bagi anak-anak. Pekerja anak yang memiliki jam kerja relatif rendah, 1-20 jam, adalah sekitar 36 persen. Sebaliknya, mereka yang memiliki jam kerja lebih dari 45 yang cukup tinggi, hampir 22 persen untuk laki-laki dan 29 persen untuk perempuan (Sukroni, 2009: 32)
Di daerah perkotaan anak-anak yang bekerja dalam jangka waktu 20 jam per minggu kurang dari 50%, sedangkan di daerah pedesaan lebih dari 50%. Sebagian besar pekerja anak di perkotaan bekerja selama 21-35 jam per minggu. Satu hal yang kiranya perlu menjadi perhatian bahwa 29% pekerja anak di perkotaan ternyata mempunya jam kerja yang sangat panjang, yaitu lebih dari 40 jam per minggu (Nachrowi, 2004: 34)
Menurut penelitian ILO di Kotamadya Bandung, lebih dari setengah (60,2 %) pekerja anak harus bekerja sekitar 40 jam per minggu atau sekitar 7 - 10 jam per hari dengan waktu kerja antara jam 7-8 atau sampai jam 4-5 sore. Bahkan di Bekasi dan Tangerang pekerja anak bisa bekerja sampai 14 jam per hari. Melihat jadwal kerja yang begitu padat tentu saja tidak memungkingkan seorang pekerja/buruh anak untuk mendapatkan pendidikan, kurangnya waktu istirahat akan menambah gangguan dan perkembangannya.
Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya pekerja anak dapat dilihat dalam perspektif yang lengkap, yaitu dengan melihat dua sisi yang berbeda seperti sisi penawaran dan sisi permintaan. Meskipun, masyarakat menyediakan tenaga kerja anak, tetapi jka tidak ada perusahaan yang mempekerjakannya, sudah pasti pekerja anak tidak muncul. Demikian pula sebaliknya, bila permintaan terhadap pekerja anak tinggi, tetapi masyrakat tidak menyediakan maka pekerja anak juga tidak muncul (Nachrowi, 2004: 4).
Dusun Amal Bakti merupakan salah satu dusun di kabupaten Deli Serdang, dimana banyak pekerja anak yang bekerja sebagai pembuat batu bata. Pekerja anak tersebut bekerja membuat batu bata dimulai ketika mereka pulang sekolah sekitar jam 1 hingga jam 5 sore atau setengah hari. Pekerja anak tergantung pada faktor cuaca, mereka hanya dapat bekerja pada saat cuaca panas, sebaliknya pada saat hujan mereka tidak dapat bekerja karena tanah yang menjadi bahan baku pembuatan batu bata menjadi terlalu lunak. Mereka dapat menghasilkan lebih banyak batu bata ketika tanah yang digunakan untuk membuat batu bata tersebut lembut, yaitu tidak terlalu lunak dan tidak juga keras.
Mayoritas pekerja anak sebagai pembuat batu bata di dusun Amal Bakti disebabkan lingkungan yang sangat memungkinkan anak untuk bekerja karena di desa tersebut terdapat banyak kilang batu bata yang menerima pekerja tanpa melihat usia dan tidak memerlukan kemampuan khusus. Selain itu tawaran kerja dari pemilik kilang batu bata dan ajakan teman-teman sepermainan juga menjadi faktor penyebab anak menjadi pekerja anak.
Universitas Sumatera Utara

Sistem kerja yang digunakan pekerja anak di kilang batu bata yaitu sistem harian dan borongan. Sistem harian artinya anak-anak bekerja dan digaji sesuai dengan banyak batu bata yang dihasilkan, sedangkan borongan artinya anak-anak bekerja secara berkelompok yang terdiri dari 6-9 orang untuk menghasilkan batu bata sebanyak 15.000-25.000 buah.
Pendapatan rata-rata pekerja anak di kilang batu bata dengan sistem harian sekitar Rp.60.000-Rp.70.000 jika full day dan Rp.30.000 jika bekerja setengah hari, sedangkan upah untuk anak-anak yang memilih sistem borongan sekitar Rp.70.000-Rp.90.000. Penghasilan dengan sistem borongan memang lebih besar, namun tanggung jawab mereka lebih besar pula, mereka harus menyelesaikan belasan ribu bahkan puluhan ribu batu bata dalam sehari sehingga mereka harus bekerja dengan cepat. Berbeda dengan sistem harian, dengan sistem ini anak-anak tidak terbebani dengan hasil minimal batu bata dalam sehari sehingga mereka bisa bekerja lebih santai. Adapun penghasilan yang diperoleh dari membuat batu sebagian diberikan kepada orang tua dan sebagian lagi dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan si anak tersebut.
Tidak semua pekerja anak memiliki sifat peduli dengan ekonomi orang tua mereka. Faktanya di dusun Amal Bakti sebagian kecil anak menyalahgunakan penghasilan yang mereka dapat dengan melakukan perbuatan menyimpang seperti berjudi, balap liar dan seks bebas. Hal ini tidak dapat diawasi karena orang tua yang bekerja seharian penuh jarang berkumpul dengan anak-anak mereka, jarang berkomunikasi dan tidak mengetahui aktivitas anak mereka di lingkungan masyarakat. Orang tua mengetahui informasi anak mereka dari masyarakat sekitar.
Universitas Sumatera Utara

Permasalahan yang dilihat peneliti adalah apa yang menjadi faktor munculnya pekerja anak pembuat batu bata yaitu anak-anak yang bekerja selepas pulang sekolah. Beberapa teori menjelaskan bahwa faktor utama munculnya pekerja anak adalah faktor ekonomi keluarga yang rendah, namun hasil pra observasi peneliti melihat rumah keluarga anak-anak yang bekerja tergolong permanen yaitu dengan konstruksi pondasi, dinding batu bata, atap genteng, dan lantai keramik. Sekilas dapat disimpulkan dengan keadaan rumah tersebut tidak tergolong miskin. Berkaca dari hal tersebut peneliti ingin menggambarkan lebih detail faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pekerja anak. Sehubungan dengan hal tersebut maka untuk dapat mengetahui apa yang menyebabkan munculnya pekerja anak perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor penyebab munculnya pekerja anak yang hasilnya akan dituangkan dalam penelitian berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak Di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut “apa faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pekerja anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang”.
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pekerja anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
1.3.2 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam
rangka: a. Memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pekerja anak. b. Mengembangkan kemampuan berfikir penulis melalui karya ilmiah dan penelitian ini. c. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam menanggulangi masalah pekerja anak.
1.4 Sistematika Penelitian Sitematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab,
dengan urutan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tinjauan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
Universitas Sumatera Utara

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang teori teori yang mendukung dalam penelitian, kerangka pemikiran dan definisi konsep.
BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, unit analisis dan informan, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN\ Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan datadata lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V: ANALISIS DATA Bab ini berisikaan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.
BAB VI: PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bermanfaat.
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anak 2.1.1 Pengertian Anak
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Anak perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial, dan mempunyai akhlak yang mulia (Herlina, 2003:4).
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak adalah aset bangsa. Masa depan bangsa dan negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila kepribadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang. Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan. Bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak
Universitas Sumatera Utara

seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan lagi anak-anak tapi orang dewasa.
Menurut the Minimum Age Convention nomor 138 (1973), pengertian anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on the rights of the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu, UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 tahun 1979 tentang Kesejahtaraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun (Huraerah, 2006: 31).
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk pada saat dalam kandungan. Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiaptiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya. Menurut Konvensi Hak Anak pasal 1, anak berarti setiap manusia yang berusia dibawah delapan belas tahun kecuali, berdasarkan undang undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih cepat.
Universitas Sumatera Utara

Pengakuan terhadap anak secara internasional dilakukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui suatu konvensi pada tahun 1989 (UNICEF). Prinsip-prinsip yang dianut dalam konveksi hak anak adalah
a. Non Diskriminasi, artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam KHA (Konvensi Hak Anak) harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini merupakan pencerminan dari prinsip universalitas HAM
b. Yang terbaik bagi anak (Best Interests Of The Child), artinya dalam semua tindakan yang menyangkut anak, maka apa yang terbaik bagi anak haruslah menjadi pertimbangan yang utama.
c. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Survival And Development), artinya bahwa hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui dan bahwa hak anak atas kelangsungan hidup dan perkembangannya harus dijamin. Prinsip ini mencerminkan prinsip indivisibility HAM
d. Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child), maksudnya bahwa pendapat anak, terutama yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan.
2.1.2 Hak-Hak Anak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak Bab II
Pasal 2-9 mengatur hak-hak anak atas kesejahteraan, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara

a. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Yang dimaksud dengan asuhan adalah berbagai upaya yang dilakukan kepada anak-anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlantar, anak terlantar dan anak yang mengalami masalah kelainan yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. b. Hak atas pelayanan
Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna. c. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan
Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. d. Hak atas perlindungan lingkungan hidup
Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar. e. Hak mendapat pertolongan pertama
Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama berhak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan.
Universitas Sumatera Utara

f. Hak memperoleh asuhan Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan
olehnegara atau orang atau badan lain. Dengan demikian anak yang tidak mempunyai orang tua itu dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosial. g. Hak memperoleh bantuan
Anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungankeluarganya dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar. h. Hak diberi pelayanan dan asuhan
Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yangbertujuan mendorong guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. i. Hak memperoleh pelayanan khusus
Anak cacat berhak memperoleh pelayan khusus untuk mencapai tingkatpertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan dan kesanggupannya. j. Hak mendapat bantuan dan pelayanan
Anak berhak mendapat bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendidikan dan kedudukan sosial (Prinst, 1997: 57).
Adapun hak-hak dasar anak menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:
Universitas Sumatera Utara

a. Hak untuk hidup layak Setiap anak berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan b. Hak untuk berkembang
Setiap anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan. Mereka berhak untuk mengetahui identitasnya, mendapatkan pendidikan, bermain, beristirahat, bebas mengemukakan pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinan, dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai potensinya. c. Hak untuk mendapat perlindungan
Setiap anak berhak untuk mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah. d. Hak untuk berperan serta
Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat termasuk kebebasan untuk berekspresi, kebebasan untuk berinteraksi dengan orang lain dan menjadi anggota suatu perkumpulan. e. Hak untuk memperoleh pendidikan
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan minimal tingkat dasar. Bagi anak yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu dan yang tinggal di daerah terpencil, pemerintah berkewajiban untuk bertanggung jawab untuk membiayai pendidikan mereka.
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Konvensi Hak Anak Konsep tentang perlindungan Anak pertama kali dicetuskan pasca
berakhirnya perang dunia ke-1 yang merupakan respon dari berbagai penderitaan yang kebanyakan dialami oleh kaum perempuan dan anak akibat peperangan. Pada saat itu beberapa aktivis perempuan menggelar aksi untuk meminta perhatian dunia agar peduli akan nasib perempuan dan anak- anak yang menjadi korban perang. Pada tahun 1923 seorang aktivis perempuan berkebangsaan Inggris bernama Eglantyne Jebb merumuskan dan menyuarakan 10 Hak Dasar yang harus dipenuhi dan dimiliki oleh Anak yaitu:
a. Hak untuk memiliki Nama (identitas) b. Hak Mendapatkan makanan (asupan gizi yang layak) c. Hak Bermain d. Hak Rekreasi e. Hak Kebangsaan f. Hak Mendapat Persamaan (non diskriminasi) g. Hak Perlindungan h. Hak Pendidikan i. Hak Kesehatan j. Hak untuk Berperan Dalam pembangunan.
Pada tahun 1924 kesepuluh Hak Dasar Anak tersebut dideklarasikan dan diadopsi secara internasional oleh Liga Bangsa-Bangsa yang dikenal dengan Deklarasi Jenewa. Setelah berakhirnya Perang Dunia II tepatnya pada tanggal 10 Desember 1948 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal mengenai HAM
Universitas Sumatera Utara

(DUHAM). Peristiwa yang diperingati setiap tahun sebagai Hari Hak Azasi Manusia (HAM) Sedunia tersebut menandai perkembangan penting dalam sejarah HAM. Beberapa hal yang menyangkut hak khusus bagi anak-anak tercakup pula dalam deklarasi ini. Pada tahun 1959 Majelis Umum PBB kembali mengeluarkan pernyataan mengenai hak anak sekaligus merupakan deklarasi internasional kedua di bidang hak khusus bagi anak-anak. Selanjutnya perhatian dunia terhadap eksistensi bidang hak ini semakin berkembang.
Tahun 1979 bertepatan dengan saat dicanangkannya Tahun Anak Internasional, pemerintah Polandia mengajukan usul disusunnya perumusan suatu dokumen yang meletakkan standar internasional bagi pengakuan terhadap hak-hak anak dan bersifat mengikat secara yuridis. Inilah awal mula dibentuknya Konvensi Hak Anak. Tahun 1989 rancangan Konvensi Hak Anak diselesaikan dan pada tahun itu juga tanggal 20 November naskah akhir tersebut disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB. Rancangan inilah yang hingga saat ini dikenal sebagai Konvensi Hak Anak (KHA). Pada 2 September 1990 KHA mulai diberlakukan sebagai hukum internasional. Indonesia meratifikasi KHA pada 25 September 1990 melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990.
Konvensi Hak Anak memberikan definisi bahwa ”Anak” adalah manusia yang berumur di bawah 18 tahun dan memiliki hak-hak yang harus di penuhi seperti hak untuk hidup, hak tumbuh berkembang, perlindungan dan partisipasi. Hak-hak tersebut tidak dapat diabaikan dan semestinya harus dipenuhi oleh lingkungan dimana anak berdomisili dan berinteraksi sebagai mahluk sosial. Konvensi Hak Anak lahir dari sebuah kesadaran bahwa sesuai kodratnya anak adalah rentan, lugu, belum dapat mandiri oleh sebab itu anak membutuhkan
Universitas Sumatera Utara

perawatan dan perlindungan yang khusus dari orang dewasa agar fisik dan mentalnya dapat bertumbuh dengan baik. Tujuan Konvensi Hak Anak adalah agar anak sebagai individu mampu memainkan peranan yang konstruktif dalam masyarakat. Hal ini di tegaskan dalam mukadimah KHA paragraf ke-7 yaitu :
”.....anak harus sepenuhnya di persiapakan untuk menjalani kehidupannya baik sebagai pribadi yang utuh maupun masyarakat”. Sistem struktural masyarakat, anak seringkali dianggap sebagai pelaksana dari keputusan yang ditetapkan oleh orang dewasa karena masih belum memiliki kapasitas untuk mandiri. Anak hanya dianggap sebagai konsumen dari budaya yang telah dikembangkan oleh orang dewasa. Agar proses menuju kematangan sebagai seorang individu diperlukan tindakan sosialisasi dari orang-orang dewasa sekitarnya. Sehubungan dengan konsep pemaknaan anak (children), pada masa kanak-kanak (childhood) beberapa ahli sosiologi seperti Jenks serta James dan Prout menyatakan ada beberapa ciri-ciri paradigma tentang anak yaitu: a. Masa kanak-kanak (childhood) dipahami sebagai sebuah konstruksi sosial. Pandangan ini memilki perbedaan dan kematangan biologis yang memandang bahwa masa kanak-kanak sebagai sebuah gambaran natural dan universal. Memandang childhood sebuah komponen struktural dan kultural yang khusus dari berbagai masyarakat. b. Childhood merupakan sebuah variabel dari analisis sosial. Hal ini tidak bisa terlepas dari variabel lain seperti gender, kelas dan etinisitas. Analisis komparatif dan cross-kultrural lebih mengungkapkan keberagaman dari childhood dari pada sebuah fenomena yang bersifat tunggal dan universal
Universitas Sumatera Utara

c. Hubungan sosial anak. Hubungan sosial anak dan budaya merupakan studi yang berguna dalam hak (right) anak, bebas dari perspektif dan kepentingan orang dewasa (adults).
d. Anak merupakan dan harus dipandang sebagai subjek yang aktif dalam konstruksi dan determinasi dari kehidupan sosial mereka sendiri, kehidupan di seputar mereka dan dari masyarakat dimana mereka tinggal. Anak bukanlah subjek pasif dari struktur dan proses sosial
e. Childhood merupakan sebuah fenomena dalam kaitan dengan mana hermeneutik ganda dari ilmu pengetahuan sosial merupakan pernyataan yang benar atau tajam (acutely). Untuk menyatakan sebuah paradigma baru dari sosiolog

Dokumen yang terkait

Kontribusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Pasar V Kebun Kelapa Desa Amal Bakti, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 7 109

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 1 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 35

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pekerja Anak di Dusun Amal Bakti Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 7

Kontribusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Pasar V Kebun Kelapa Desa Amal Bakti, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 9

Kontribusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Pasar V Kebun Kelapa Desa Amal Bakti, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 9

Kontribusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Pasar V Kebun Kelapa Desa Amal Bakti, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 9