Pengaruh Larutan Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum val) terhadap Produksi Ookista Eimeria spp pada Ayam

PENGARUH LARUTAN LEMPUYANG WANGI

(Zingiber 。イッュエゥ」ャカセI@

TERHADAP PRODUKSI OOKISTA

EilJleria spp P ADA AYAM
, >'

SKRIPSI

Oleh:
OSYE SYANITA ALAMSARI
B01496142

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000

DAFTARISI


Lembar Persembahan ................... '" .................................. '" ......................... .
Ringkasan ........................................................................................................

11

Riwayat Hidup.................................................................................................

111

Ucapan Terima kasih.......................................................................................

IV

Daftar isi...........................................................................................................

V

Daftar Tabel ....................................................................................................

Vll


Daftar Gambar .............. '" ........................................................ '" .... ... .... ........

Vlll

Daftar Lampiran ............. '" ... ... .... ... ... ... ... ...... ................... ...... .......... .... .... .......

ix

L

II.

Pendahuluan

I.I.Latar belakang ..................................................................................

I

I.2.Tujuan ...................................................................................... ........


3

Tinjauan Pustaka

IT.I.Agen Penyakit .......................... '" ... ...... ................... ... .... ....... .... ......

4

II. 1. 1 Klasifikasi..............................................................................

4

II.I.2 Morfologi. ........................................................ '" .... ... .... ........

5

II.l.3 Siklus hidup ...........................................................................

7


II.l.4 Patogenitas.............................................................................

9

II.l.S Gejalaklinis...........................................................................

11

II.2.Lempuyang wangi ( Zingiber aromaticum val. )...... .... ....... .... ....... ...

II

II.2.I.Klasifikasi ... '" ................... '" ... ...... ...... ................ .... ................

II

II.2.2.Kandungan dan khasiat ............... '" ... ...... ... ....... ... ........... ........

13


V

ill.

II.2.3 .Mekanisme kerja ............ """"'"''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

13

II.3 .Koksidiostat (Sulfaquinoxaline) "."" .. "" .. "" .. "."." .. "" .. " .. "." .. " .. "

14

Bahan dan Metode

III.l.Tempat dan waktu................ .................. ................ ........................

15

III.2.Bahan dan alat

III.2.1.Bahan ."."." .. "."."."."."."."." .. "" .. "" .. "" .. "." .. "" .. " .. "." .. ".

15

III. 2. 2. Alat-alat. ...... ...... ... ... .................................. ... .........................

15

III. 3 .Metode ....... """.""""."."." .. """". """ """""'"''''''''''''''''''''''''''''''

16

III.3 .1.Penyediaan larutan lempuyang wangi ....................................

16

III.3 .2.Koleksi ookista......................................................................

17


III.3.3.Penghitungan ookista.............................................................

18

III.3.4.Analisis data..........................................................................

18

IV.

Hasil dan Pembahasan.........................................................................

19

V.

Kesimpuian dan saran

V.l.Kesimpulan """."."."."." .. "."."."."."."."."."."."." .. "."." .. " .. " .. "..


24

Y.2.Saran...............................................................................................

24

VI.

Daftar Pustaka

VII.

Lampiran

VI

DAFTAR TABEL

No.


Teks

I. Interaksi antara waktu terhadap berbagai konsentrasi larutan
Lempuyang wangi, kontrol obat dan kontrol positif...........................

Hal

20

vii

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Hal

1.


Struktur Apicomplexa ......................................................................

5

2.

Ookista dari genus Eimeria yang telah bersporulasi.. .......... ........... ....

6

3.

Siklus hidup Eimeria tenella..............................................................

10

4.

Tanaman Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum val) .................


12

5.

Rimpang lempuyang wangi yang telah dikeringkan dan telah di buat
Serbuk..............................................................................................

6.

16

Rata-rata jumlah ookista per gram tinja (OPG) pada ayam yang
terinfeksi oleh Eimeria spp dengan pemberian berbagai
konsentrasi larutan lempuyang wangi ...............................................

21

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Hal

1. Data Hasil penelitian .............................................................................

28

2. Tabel Gejala Klinis dan PA dari Berbagai Jenis Eimeria ......................

29

3. Puncak Aktivitas Beberapa Anticoccidia terhadap E. tene/fa .................

30

4. Hasil Analisis Data ...............................................................................

31

lX

Bab I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan suatu negara tidak hanya dilihat dari kemajuan teknologinya,

tetapi juga ditinjau dari seberapa banyak protein yang dikonsumsi oleh penduduknya.
Sumber protein hew ani adalah daging, yang dihasilkan oleh ternak sapi, kerbau, babi,
kambing, domba dan ayam serta

susu dan telur.

Namun dalam kenyataannya

konsumsi masyarakat terhadap telur lebih tinggi dibandingkan dengan sumber potein
hewani lainnya, karena harganya yang lebih terjangkau oleh masyarakat. Untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia, perlu di kembangkan
usaha di bidang peternakan, di antaranya peternakan ayam.
Keberhasilan suatu peternakan ayam ditunjang oleh berbagai macam faktor
diantaranya yaitu faktor bibit unggul, persediaan makanan, manaj emen peternakan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit serta modal dan pemasaran.

Dalam hal

peningkatan produktivitas ternak ayam yang telah ada, maka makanan dan penyakit
merupakan dua faktor penting yang perlu diperhatikan.
Penyakit yang menyerang ayam dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur
ataupun parasit. Diantara berbagai penyakit yang disebabkan oleh parasit, koksidiosis merupakan penyakit yang paling banyak timbul pada ayam. Koksidiosis disebab
kan oleh protozoa yang berasal dari Filum Apicomplexa.

Protozoa ini dapat

berkembang biak secara membelah diri di dalam sel epitel usus dan subepitel usus
ayam ( parasit intraseluler ) (Levine, 1985 ).

1

Gejala klinis yang disebabkan oleh penyakit koksidiosis umumnya berupa
diare, depresi, sayap terkulai, anoreksia, penurunan berat badan, keterlambatan masa
produksi telur dan penurunan produksi telur sebagai akibat peradangan pada usus
ayam (McDougald dan Reid, 1997).
Patogenitas coccidia terhadap induk semang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu faktor umur induk semang, jumlah parasit yang termakan oleh
induk semang dan derajat virulensi parasit pada induk semang.

Koksidiosis pada

ayam yang disebabkan oleh genus Eimeria mempunyai induk semang yang sangat
j enis spesifik (Bains, 1979; Levine, 1985) yang berarti j enis Eimeria tertentu yang
menyerang ayam tidak mampu menyerang induk semang lain, demikian pula
sebaliknya.
Luas penyebaran koksidiosis pada ayam di berbagai negara di dunia sesuai
dengan luas penyebaran dari induk semang. Penyebaran koksidiosis yang sangat luas
menyebabkan penyakit ini tidak dapat diberantas secara total dan mengakibatkan
kerugian yang cukup besar pada peternakan ayam yang terserang koksidiosis tersebut.
Salah satu cara untuk mencegah terj adinya koksidiosis pada ayam yaitu dengan
memberikan anticoccidia

( koksidiostat ) di dalam pakan ayam. Pemakaian dari

satu macam koksidiostat secara luas dan terus-menerus tanpa dapat dihindari telah
menyebabkan terjadinya resistensi obat ( Chapman, 1997).

Resistensi telah

berkembang terhadap semua komponen obat yang telah diperkenalkan dan jika
kemoterapi ingin tetap digunakan untuk mengendalikan koksidiosis, maka penting
untuk mencari bahan yang baru sebagai anticoccidia.

2

Penelitian untuk mencari bahan baru sebagai anticoccidia terus berjalan dan
kini alternatif tanaman tradisional sebagai anticoccidia mulai dipertimbangkan, salah
satunya adalah tanaman Lempuyang wangi ( Zingiber aromaticum ) yang dapat
dijumpai hampir di setiap daerah di Indonesia.

1.2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari larutan berbagai
konsentrasi dari rimpang Lempuyang wangi ( Zingiber aromaticum Val. ) terhadap
produksi ookista pada koksidiosis ayam dan untuk mengetahui apakah rimpang
lempuyang wangi dapat digunakan sebagai anticoccidia.

3

Ookista akan dikeluarkan bersama-sama dengan tinja ayam yang
terinfeksi dan merupakan bentuk yang paling tahan terhadap keadaan
lingkungan ( Farmer, 1980 ), kecuali terhadap panas

dan kekeringan.

Menurut Gordon (1977) jika ookista terpapar panas dengan temperatur 4550°C untuk satu hari atau terpapar dalam jangka waktu yang pendek dalam
temperatur 56°C maka akan berakibat kematian pada ookista.
Ookista yang te1ah bersporulasi memiliki 4 sporokista yang masingmasing mengandung 2 sporozoit. Sporozoit-sporozoit biasanya memanjang,
satu ujungnya membulat dan yang lainnya ( ujung anterior) meruncing, atau
mereka dapat berbentuk seperti sosis. Gambar dari ookista Eimeria spp yang
telah bersporulasi dapat dilihat pada gambar 2.

TOP1 MIKROPIL
MIKROPIL

セウMZ
BiMGセL⦅@

GRANULA KUTUB

セ]MN@

BADAN STIDA
"",,-,-u\--

GELEMBUNG RETRAKTIL
KECIL Dl DALAM SPOROZOIT
GELEMBUNG RETRAKTlL
BESAR DI DALAM SPOROZOIT
SPOROKISTA

セBMN@

RESlDU OOKISTA
RESlDU SPOROKISTA
INTI SPOROZOlT
SPOROZOlT
LAPISAN DALAM DINDlNG OOKISTA
"--.. LAPISAN LUAR DINDlNG OOKISTA

Gambar 2 : Ookista dari genus Eimeria yang telah bersporulasi (Levine, 1973
dalam Levine 1990 )

6

11.1.3 Siklus Hidup

Siklus hidup Eimeria spp mirip satu dengan yang lainnya dan dapat
digambarkan dengan siklus hidup E. tenella yang ditemukan dalam sekum
ayam. Eimeria spp memiliki 2 tahap dalam siklus hidupnya, tahap eksogenus
yaitu ookista berada di luar tubuh induk semang yang keluar dari tubuh induk
semang bersama dengan tinja dan tahap endogenus yang dimulai dari
masuknya ookista infektif ke dalam tubuh induk semang.

Dalam tahap

endogenus, ookista berada di dalam lumen saluran pencernaan dan dilanjutkan
ke tahap intraseluler yaitu di dalam sel epitel usus. Selain itu ada pula tahapan
yang dikenal dengan tahap sporogoni, tahap merogoni (skizogoni) dan tahap
gametogoni. Tahap skizogoni dan sporogoni merupakan tahapan reproduksi
aseksual, sedangkan gametogoni merupakan tahapan reproduksi seksual.
Tahap sporogoni terjadi di luar tubuh induk semang. Ookista yang keluar
bersama tinja akan bersporulasi di luar tubuh induk semang dalam kondisi
lingkungan yang sesuai. Untuk teIjadinya sporulasi sangat diperlukan oksigen
yang cukup serta suhu (25-32°C) dan kelembaban yang optimum ( Farmer,
1980; Gordon,1977 ).
Siklus infeksi Eimeria dimulai dengan masuknya ookista yang telah
bersporulasi ke saluran pencernaan induk semang secara peroral.

Ookista

yang telah berada dalam saluran pencernaan induk semang kemudian akan
mengalami peristiwa ekskistasi, yaitu pecahnya dinding ookista dan
terbebasnya sporozoit dari sporokista. Menurut Doran and Farr (1962, dalam
Gordon 1977) sporokista dilepaskan dari dalam ookista (ekskistasi) didalam

7

lambung mekanik unggas(gizzard) dan sporozoit akan lepas dari sporokista
setelah berada didalam usus halus (duodenum dan jejunum). Ekskistasi
ditunjang oleh temperatur tubuh induk semang, aktivitas saluran pencernaan
seperti gerakan mekanik lambung dan peristaltik usus, enzim tripsin serta
garam-garam empedu. Selain faktor-faktor diatas maka suatu polysacharida
yang disebut dengan amylopectin kemungkinan juga berperan dalam proses
ekskistasi dari ookista (Nakai dan Ogimoto, 1989 ).
Setelah peristiwa ekskistasi maka sporozoit-sporozoit memasuki lamina
propria sel epitel sekum atau sel epitel usus halus ayam. Menurut Farmer
(1980), masuknya sporozoit ke dalam sel epitel saluran pencernaan
melibatkan sebuah sistem transport makrofag. "Penetration tubes" atau
saluran penetrasi pada epitel mengijinkan sporozoit untuk lewat ke dasar
membran. Menurut Long ( 1989 ) transportasi sporozoit dari villi-villi usus
ke dalam kripta dari kelenjar Lieberkuhn kemungkinan dibantu oleh
"Interepithelial Lymphocites" (IEL's ).
Setelah sporozoit berhasil memasuki sel epitel kemudian akan membulat
menjadi meronlskizon generasi I yang memproduksi kira-kira 900 merozoit
generasi I. Pada hari ke-3 meron generasi I melepaskan merozoit dengan cara
merobek dinding sel.

Merozoit akan kembali memasuki sel baru dan

menghasilkan meron generasi II yang mengeluarkan merozoit generasi II
sebanyak 200-350.

Sebagian besar merozoit generasi II akan kembali

memasuki sel epitel yang sehat dan sebagian lagi akan menghasilkan skizon
generasi III yang memproduksi merozoit sebanyak 3-40 buah, sedang

8

sebagian yang lain berkembang menjadi mikrogamet dan makrogamet
Selanjutnya makrogamet dan mikrogamet memasuki tahap siklus seksual,
hasil perkawinan dari makrogamet mikrogamet adalah zigot.

Zigot akan

membungkus dirinya dengan dinding sel yang tebal dan menjadi ookista
muda. Tergantung pada jenis Eimeria, pada hari ke-5 sampai dengan hari
ke-7 ookista akan keluar bersama tinja. Gambar siklus hidup dari

Eimeria

spp yang diwakili oleh E. tenella dapat dilihat pada gambar 3.

U1.4 Patogenitas
Ookista yang bersporulasi merupakan ookista yang infektif ( Levine,
1985). Siklus hidup akan berlangsung apabila ookista yang bersporulasi
termakan oleh induk semang yang rentan.
Setelah masuk ke saluran pencernaan,

ookista pecah kemudian

mengeluarkan sporozoit, yang akan berkembang di dalam sel epitel usus dan
menyebabkan lesio pada usus dan sekum. Pada E. tenella perdarahan mulai
terlihat pada hari ke-4 setelah infeksi. Perdarahan yang hebat terjadi pada
hari ke-5 atau ke-6 setelah infeksi karena lepasnya merozoit dari sel epitel ke
dalam lumen sekum. Pada E. necatrix yang menyerang bagian tengah usus
halus, perdarahan pada jaringan submukosa terjadi pada hari ke-5 dan ke-6
setelah infeksi, perdarahan tersebut dihubungkan dengan skizon generasi II
yang dapat terlihat sebagai fokus-fokus berwarna putih yang dike1ilingi zona
perdarahan.

9

ill.3

Alat hitung

- Tabung sentrifuge

Gelas objek

- Tissue

Cover glass

- Kandang ayam batere

Metode

ill.3.! Penyediaan Larutan Lempnyang wangi
Lempuyang wangi yang telah diidentifikasi dicuci sampai bersih,
kemudian diiris tipis dan dijemur dibawah sinar matahari sampai kering. lrisan
lempuyang wangi yang telah kering kemudian digiling dengan mesin penggiling
sampai menjadi serbuk ( Gambar 5).

Serbuk lempuyang wangi kemudian

ditimbang sebanyak 1 gram, 10 gram, dan 20 gram. Masing-masing kemudian
dilarutkan dengan air matang sampai 100 m!.

Gambar 5 : Rimpang lempuyang wangi yang telah dikeringkan dan
telah dibuat serbuk.

PENGARUH LARUTAN LEMPUYANG WANGI

(Zingiber 。イッュエゥ」ャカセI@

TERHADAP PRODUKSI OOKISTA

EilJleria spp P ADA AYAM
, >'

SKRIPSI

Oleh:
OSYE SYANITA ALAMSARI
B01496142

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000

DAFTARISI

Lembar Persembahan ................... '" .................................. '" ......................... .
Ringkasan ........................................................................................................

11

Riwayat Hidup.................................................................................................

111

Ucapan Terima kasih.......................................................................................

IV

Daftar isi...........................................................................................................

V

Daftar Tabel ....................................................................................................

Vll

Daftar Gambar .............. '" ........................................................ '" .... ... .... ........

Vlll

Daftar Lampiran ............. '" ... ... .... ... ... ... ... ...... ................... ...... .......... .... .... .......

ix

L

II.

Pendahuluan

I.I.Latar belakang ..................................................................................

I

I.2.Tujuan ...................................................................................... ........

3

Tinjauan Pustaka

IT.I.Agen Penyakit .......................... '" ... ...... ................... ... .... ....... .... ......

4

II. 1. 1 Klasifikasi..............................................................................

4

II.I.2 Morfologi. ........................................................ '" .... ... .... ........

5

II.l.3 Siklus hidup ...........................................................................

7

II.l.4 Patogenitas.............................................................................

9

II.l.S Gejalaklinis...........................................................................

11

II.2.Lempuyang wangi ( Zingiber aromaticum val. )...... .... ....... .... ....... ...

II

II.2.I.Klasifikasi ... '" ................... '" ... ...... ...... ................ .... ................

II

II.2.2.Kandungan dan khasiat ............... '" ... ...... ... ....... ... ........... ........

13

V

ill.

II.2.3 .Mekanisme kerja ............ """"'"''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

13

II.3 .Koksidiostat (Sulfaquinoxaline) "."" .. "" .. "" .. "."." .. "" .. " .. "." .. " .. "

14

Bahan dan Metode

III.l.Tempat dan waktu................ .................. ................ ........................

15

III.2.Bahan dan alat
III.2.1.Bahan ."."." .. "."."."."."."."." .. "" .. "" .. "" .. "." .. "" .. " .. "." .. ".

15

III. 2. 2. Alat-alat. ...... ...... ... ... .................................. ... .........................

15

III. 3 .Metode ....... """.""""."."." .. """". """ """""'"''''''''''''''''''''''''''''''

16

III.3 .1.Penyediaan larutan lempuyang wangi ....................................

16

III.3 .2.Koleksi ookista......................................................................

17

III.3.3.Penghitungan ookista.............................................................

18

III.3.4.Analisis data..........................................................................

18

IV.

Hasil dan Pembahasan.........................................................................

19

V.

Kesimpuian dan saran

V.l.Kesimpulan """."."."."." .. "."."."."."."."."."."."." .. "."." .. " .. " .. "..

24

Y.2.Saran...............................................................................................

24

VI.

Daftar Pustaka

VII.

Lampiran

VI

DAFTAR TABEL

No.

Teks

I. Interaksi antara waktu terhadap berbagai konsentrasi larutan
Lempuyang wangi, kontrol obat dan kontrol positif...........................

Hal

20

vii

Dokumen yang terkait

Produksi Ookista Eimeria spp pada Ayam Dengan Pemberian Larutan Biji Labu (Cucurbita Moschata) Berbagai Konsentrasi

0 7 60

Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Larutan Lempu Yang Wangi (Z. Aromaticum Val.) Terhadap Diferensiasi Leukosit Ayam Yang Terinfeksi Eimeria Spp

0 18 82

EFEKTIVITAS EKSTRAK LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

1 3 11

Pengaruh penambahan tepung lempuyang (Zingiber aromaticum.Val) dalam ransum terhadap produksi karkas kelinci New Zealand White jantan

1 10 50

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI RIMPANG LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val)

0 3 82

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) DAN FRAKSI-FRAKSINYA Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Dan Fraksi-Fraksinya Dengan Metode Dpph Serta Penetapan Kadar

0 3 10

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) DAN FRAKSI-FRAKSINYA Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Dan Fraksi-Fraksinya Dengan Metode Dpph Serta Penetapan Kadar

0 2 13

EFEKTIVITAS EKSTRAK LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti.

1 2 8

PENGARUH MINYAK ATSIRI RIMPANG LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) TERHADAP LIBIDO MENCIT PUTIH JANTAN.

0 0 6

Pengaruh Pemberian Infusa Rimpang Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum, Val) Terhadap Perubahan Kadar Asam Urat Di Dalam Darah Tikus Putih Jantan - Ubaya Repository

0 0 1