Pengaruh Intensitas Pengolahan Tanah dan Bahan Organik terhadap Sifat Fisik Tanah

PENGARUW INTENSITAS PENGOLANAN TAMAW
DAN BANAN ORGANlK TERNADAP SlFAT FISIH TANAN

1995
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT

PERTAHiAN BOGOA
B O G O R

RAMCES T m P U B O E O N . F 26. 0422. Pengaruh Intensitas Pengolahan
T a n a h Dan Bahan Organik T e r h a d a p Sifat Fisik Tanah. Di Bawah
Binnbingan Dr. Ir. Tineke Mandang, $IS.

R I N G K A S A N

Faktor pengelolaan yang paling potensial dalam merubah agregat tanah
adalah pengolahan tanah. Penggunaan alat-alat pang bekerja secara mekanis akan
mempermudah pencapaian tujuan pengolahan tanah pertanian. Pengolahan tanah
sebetulnya bertujuan untuk menumnkan "bulk density" tanah, tetapi jika
menggunakan alat-alat berat dan dalam jangka waktu yang lama akan

rnenyebabkan kenaikan "bulk density" tanah yang berakibat menurunkan
porositas tanah.
Tanah pertanian memiliki sifat kemampuan yang terbatas dalam
nlemberikan hasil produk pertanian.

Dalam beberapa ha1 seringkali dijumpai

suatu keadaan yang mengharuskan pemakaian bahan organik untuk perbaikan
sifat fisik tanah. Hal itu mengingat adanya peranan lain dari bahan organik,
selain sebagai penyedia hara juga berperan antara lain dalam perbaikan sifar fisik
tanah dan biologi tanah. Tanpa dilakukan perbaikan sifat fisik tanah terlebih
dahulu, seringkali usaha pemakian pupuk anorganik tidak berhasil dan
mcnguntungkan (Arsyad, 1985).
Tujuan penelitian ini adalah untuk rnempelajari pengaruh inte~~sitas
pengolahan tanah dan bahan organik terhadap sifat fisik tanah dengan mengamati
kadar air, tahanan penetrasi, bulk density dan distribusi agregat tanah.

Penelitian dilakukan pada tanah Podsolik Merah Kuning. Permukaan
tanah cukup datar. Lahan untuk penelitian terdiri dari petak-petak berukuran
6x15 m? Penelitian dimulai dengan memberikan bahan organik kedalam tanah

dalam 3 taraf yaitu, tanpa bahan organik (BOO), bahan organik Sesbania rostruta
4.5 ton keringlha (BOs) dan bahan organik jerami padi 4.5 ton keringlha (BOj).
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanall diamati dala~n2 taraf
intensitas pengolahan tanah yaitu intensitas pengolahan tanah dengan penggaruan
750 rpm pto ( R l ) dan penggaruan 1000 rpm pto (R2).
Pemberian bahan organik berpengaruh sangat nyata secara statistik
terhadap tahanan penetrasi, bulk density dan distribusi agregat tanah. Pemberian
bahan organik cenderung menurunkan tahanan penetrasi. bulk density dan
distribusi agregat tanah, dengan nilai tcrkecil dihasilkan ballan organik jerami
padi. Kadar air pada pemberian bahan organik lebih kccil dibanding dengan
tanpa bahan organik.

Keadaan ini diduga bahwa sebelu~iipcrlakuan bahan

organik, tanah pada perlakuan bahan organik lebih kering dibanding tanpa
perlakuan bahan organik.
Peningkatan intensitas pengolahan tanah mcinpunyai pengaruh berarti
terhadap tahanan penetrasi, bulk density, kadar air dan distribusi agregat tanah.
Pengamatan tahanan penetrasi, bulk density, kadar air dan distribusi agregat
tanah pada intensitas pengolahan tanah dengan penggaruan 1000 rpm pto (R2),

~nemberikan nilai lebih kccil dibanding dengan intensitas pengolahan tanah
dengan penggaruan 750 rpm pto (Rl) .

Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa perlakuan bahan organik
dan intensitas pengolahan tanah dapat mengurangi kepadatan tanah, memberikan
partikel-parteikel hasil pengoiahan tanah yang lebih seragam penyebarannya.

iii

PENGARUH INTENSITAS PENGOLABAN TANAH
DAN BAPHAN ORGmPM TERPPADAP SWAT FHSIM TANAH

Olch :
Ramces Tampubolon

F26. 0422

SHUlPPPSH
scbagai salah satu syarat untuk mcnipcrolch gclar


SARJANA TEmQLOGI PERTANIm
pada JURUSt?PN MEH(;MESASI PI%RTmIm
Fakultas Teknologi Penanian
Institut Pertanian Bogor

INSTPTUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKRTOLOGI PERTAMAN

TAWAM
DAN BA

ORGANIM TER

AP SIFAT FISIK TANAH

SKRIPSI
sehagai salah satu syarat untuk ineinperoleh gelas

SARJANA TEWVOLOGI PERTANIAN
pada JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN


Fakultas Tek~iologiPertanian

Institut Pertanian Bogor

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
atas berkat dan kamnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan
penelitian hingga penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
I.

Dr. Ir. Tineke Mandang, MS atas bimbingan dan pengarahannya
dalam penulisan skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Nora I-Ierdiana Panjaitan, DEA selaku dosen penguji.

3.


Ir. Desrial, M Eng selaku dosen penguji.

4.

Kedua orangtuaku, kakak dan adik-adikku atas doa dan kasih
sayangnya yang tiada henti.

5.

Seluruh staf dan dosen jurusan mekanisasi pertanian, yang telah
mendidik dan memberi ilmu pengetahuan selama penulis duduk
dibangku kuliah.

6.

Rekan Ir. Mastur dan Ir. Rajamaja Lingga atas kebersarnaan dan
kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

7.


Rekan-rekan di HOSANA, yang lebih memberi dorongan dan bantuan
dalam penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis berharap sernoga skripsi ini bermanfaat bagi

yang memerlukamya.

I~.!~;IE~~
.

RINGKASAN

.

KATA PENGANTAR

DAFTAR IS1

.

.


.

.

.

.

.

.

.

.

'

'


.

"

.

'

.

'

.

.

.

.


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


.

.

i

.

. . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTARTABEL

. . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAI.'TAR GAMEAR

. . . . . . . . . .

DAFTAR LAE1PLKAI.I .

C'. .

I).

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

3
4.
I:.

~ ' < 5 l l ~ ~ l I ' t J I~&tl?311
!l
(I?l:cJ?tl-i

IaV

l:i.::i.i

I
1;11~:3.
'7

:

1cil.iril
%

J!

.

1iar;il Peliqaiiiatali Kadau A i r 'railall ( 9 , )
Pada 11ltr n : ; i t a s PenqoLalxai-I 'I'ai~ah Deiigail
L~eiiygar-ticiri7 5 0 r p m p t o (R1) Dan
L O O 0 rpiri pt.0 (R2) . . . . . . . . . . .

Tabel

10.

Ni.lai Bulk Density (gr/cm3)
Pada Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 750 rpm pto (Rl)
Dan 1000 rprn pto (R2) .
.

.

.47

Tabel 11.

Hasil Analisis Statis'ik
Pengaruh Intensitas Pengolahan Tanah
Terhadap Bulk Density . . . . . . . . . . . 4 0

'Yabel 12.

Hasil Anallsis Statistik
Pengaruh Bahan Organik Terhadap
Bulk Density . . . . . . . . . . . . . . .

.50

Tabel 13.

Hasil ka1i.si.s Statistik
Pengaruh Intensitas Pengolahan Tanah
Terhadap Distribusi Agregat Tanah (MWD) . .51

'Pabel 14.

Iiasil Analisis Statistik
Pengaruh Bahan Organik Terhadap
Distribusi Agregat Tanah (MWD) . . . . . . .52

Gambar
Gambar

Gambar

Gambar

Gambar

1.

2.

3.

4.

5.

Diagram Segitiga Tekstur Tanah
Menurut USDA (Sarwono, 1987) .
Penetrometer Tipe Tekan (a)
dan Tipe Pukul (b) Untuk
Menentukan Kekuatan Tanah di
Lapangan (Hillel, 1980) . . .

. . . . . .14

Panjang Pemotongan Permukaan Suatu
Tanah Pada Variasi Kecepatan Maju Dan
Putaran (rpm) Alat Olah Three-blade .
Pensaruh Penambahan Bahan
0rganik Terhadap Pembebasan
Fosfat Terikat (Hakim, N. dkk.

.

.25

.28
.30

6.

Jerami Padi Yang Sudah Kering .

Gambar

7.

Kondisi Areal Tanah Penelitian

Gambar

8.

Gambar

9.

10.

1986)

.22

Benih Sesbania rostrata (A),
Sesbania rostrata berumur + 2-3
minggu (B), Sesbania rostrata
siap untuk dipanen ( C ) dan Sesbania
rostrata sesudah dipanen (D) .

Gambar

Gambar

.6

. . . . . .31
Plot Perlakuan Penelitian . . . . . . . .33

Pencincangan Bahan Organik
Jerami Padi, Sebelum Diberikan
Kedalam Tanah . . . . . . . .
Oven Yang Digunakan Untuk
Pengamatan Kadar Air Dan
Bulk Density Sampel Tanah .

. . .
.

.34

. .35

. . . . . . . .36

Gambar

11.

Penetrometer Tipe SR-2

Gambar

12.

Penimbangan Massa Agregat Tanah .

Gamabr

13.

Tahanan Penetrasi Pada Intensitas
Pengolahan Tanah Dengan Penggaruan
750 rpm pto (Rl) dan 1000 rpm pto (R2) . .44

Gambar

14.

Bulk Density Pada Intensitas
Pengolahan Tanah Dengan Penggaruan
750 rpm pto (Rl) . . . . . . . . .

.37

. .

.49

Gambar

Gambar

Gambar

15.

16.

17.

Eulk Density Intensitas
Pengolahan Tanah Dengan
Penggaruan 1000 rpm pto (R2) . . . .

.

.

.49

Mean Weight Diameter Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 750 rpm pto (Rl). .

.

.53

Mean Weight Diameter Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 1000 rpm pto (R2). . . .53

Lampiran l(a). Traktor Jiangxi 184-4

. . . . . . . .

Lampiran 1 (b). Saringan (Ayakan) Pengamatan
Distribusi Agregat Tanah .

.61

.61

. . . . . . .62

Lampiran 2.

Susunan Kimia Bahan Organik

Lampiran 3.

Pengamatan Tahanan Penetrasi
Pada Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 750 rpm pto (Rl) . . . .63

Lampiran 4.

Pengamatan Tahanan Penetrasi
Pada Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 1000 rpm pto (R2)

Larnpiran 5.

Larnpiran 6.

Lampiran 7.

Pengamatan Kadar Air Dan
Bulk Density Pada Intensitas
Pengolahan Tanah Dengan
Penggaruan 750 rpm pto (Rli . dan
PadalOOO rprnpto (R2). . . . . .

. .

.64

. . . .65

Pengamatan Distribusi Agregat
Tanah Menurut Fraksi Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 750 rprn pto (Rl).
Perlakuan Tanpa Bahan Organik . . . .

.

.66

Pengamatan Distribusi Agregat
Tanah Menurut Fraksi Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 750 rpm pto (Rl).
Perlakuan Bahan Organik Sesbania
Rostrata . . . . . . . . . . . . . . .

.

.67

Lampiran 8.

Pengamatan Distribusi Agregat
Tanah Menurut Fraksi Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 750 rpm pto (Rl).
Perlakuan Bahan Organik Jerarni Padi . . .68

Lampiran 9.

Pengamatan Distribusi Agregat
Tanah Menurut Fraksi Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 1000 rpm pto (R2).
Perlakuan Tanpa Bahan Organik . . . .

. .69

Lampiran 1.0.

Pengamatan Distribusi Agregat
Tanah Menurut Fraksi Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 1000 rpm pto (R2).
Perlakuan Bahan Organik Sesbania
Rostrata . . . . . . . . . . . . . . . . .70

Lampiran 11.

Pengamatan Distribusi Agergat
Tanah Menurut Fraksi Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 1000 rprn pto (R2).
Perlakuan Bahan Organik Jerami Padi

Larnpiran

12.

Pengamatan Distribusi Agregat
Tanah Menurut MWD Pada
Intensitas Pengolahan Tanah
Dengan Penggaruan 750 rpm pto (R1) . . . .72

Lampiran

13.

Pengamatan Nilai Distribusi
Agregat Tanah Menurut MWD Pada
Intensitas Pengolahan Tanah Dengan
Penggaruan 1000 rpm pto (R2) . . . . . . .73

Lampiran

14.

Uji Statistik Pengaruh Bahan
Organik Dan Intensitas Pengolahan
Tanah Terhadap Tahanan Penetrasi .

Lampiran

Lampiran

15.

16.

.

Uji Statistik Pengaruh Bahan
Organik Dan Intensitas Pengolahan
Tanah Terhadap Bulk Density . . . .

. . .74

.

. .75

Uji Statistik Pengaruh
Bahan Organik Dan Intensitas
Pengolahan Tanah Terhadap Distribusi
Agregat Tanah (MWD) . . . . . . . . . . . .76

A. LATAR BELAKANG
Alat olah tanah telah dirancang sedemikian rupa sehingga lnampu rnerubah
agregat tanah dari keadaan yang kurang menguntungkan ke keadaan yang lebih
menguntungkan.

Penggunaan alat-alat mekaiiis dalaiii rangka mempeniiudah

pengotahan tanah, sangat membantu.

Penggunaan peralatan mekanis, akan

memberikan produktifitas yang tinggi terhadap tanaman pertanian.
Sejalan dengan upaya meningkatkan produktifitas tanah dan mengurangi
subsidi untuk pupuk anorganik, pemakaian bahan organik perlu digalakkan,
disamping pemakaian pupuk anorganik. Hal itu merigingat adanya peranan lain
dari bahan organik selain sebagai penyedia hara juga berperan antara lain dalarn
perbaikan sifat fisik tanah dan biologi tanah. Dalam beberapa ha1 seringkali
dijumpai keadaan yang mengharuskan pemakaian bahan organik untuk perbaikan
sifat fisik tanah. Tanpa dilakukan perbaikan sifat fisik tanah terlebih dahulu,
seringkali usaha pemakaian pupuk anorganik tidak berhasil dan menguntungkan

(Arsyad, 1989).
Pengolahan tanah sebagai upaya perbaikan sifat fisik tanah ternyata tidak
selalu menguntungkan. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan terhadap tenaga,
biaya dan waktu untuk pelaksanaan pengolahan tanah.

Berdasar ha1 tersebut di atas, pcrbaikan sifat fisik tanah yairg stiukturnya
buruk akan rnenguntungkan untuk perturnbuhan dan hasil tanaman. Seinentara
itu, pada keadaan lainnya, untuk suatu tanah yang sifat fisiknya telah baik
intensitas pengofahan tanah dapat ditekan sekecil mungkjn.

'Tujuan penelitian ini adalah untuk me~npelajari pengaruh intensitas
pengolahan tanah dan bahan organik terhadap beberapa sifat fisik tanah. Sebagai
indikator untuk bahan organik digunakan Sesbania rostmrfl dan jerarni padi.

II. TENJAUAN PUSTAKA
A. TANAN SECARA UMUM
Tanah sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman, yang menyediakan
urlsur-unsur hara bagi tanaman untuk pertumbuhannya, mempakan suatu sistem
dispersi dan dinamis.

Sebagai sistem dispersi dan dinamis tanah rnervpakan

tempat terjadinya reaksi kimia dan fisika. Komposisi ketiga bahan penyusun
tanah yaitu pasir, liat dan debu menentukan jenis tanah. Hubungan ketiga bahan
tersebut menunjukkan sifat-sifat fisik tanah (Hillel, 1980). Sifat fisik tanab yang
umum digunakan untuk menentukan kondisi tanah antar-a lain : tekstur dan
struktur tanah, bulk density, porositas dan kadar air tanah.

La1 (1979) menyatakan bahwa tekstur tanah sangat herperall dalam
menentukan sistem pengolahan tanah dan pemilihan mesin-mesin pertanian yang
sesuai untuk digunakan.

B. BEBERAPA PARAMETER SWAT FISIK TANAN
Tanah mempakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahanbahan padat, cair dan gas. Fase padat yang hampir menernpati 50% volume
tanab sebagian besar terdiri dari balian mineral sehagian lainnya bahan organik.
Pener~tuansifat fisik tanah sangat penting artinya dalam hidang pertanian.
Diketahui sifat-sifat fisik tanah sangar merlipengaluhi pertumbuhan dan
produktifitas tanaman. Kondisi fisik tanah menerltukan penetrasi akar di dalam
tanah, retensi akar, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman.

1. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjuk pada suatu keadaan kasar halusnya tanah, yang
berhubungan dengan bagian nisbi jarah-jarah berbagai ukuran. Tekstur tanah
merupakan perbandingan relatip (dalam persen) fraksi-fraksi pasir, debu dan
liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil yang
berdiameter kurang dari 2 mm. Komposisi ketiga bahan penyusun tanah ini
akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kjmia dan kimia tanah.
Pasir merupakan fraksi tanah yang berukuran 2.00 mm sampai 50 pm.
Berdasarkan pada sistem USDA (United States Departernent of Agriculture)
pasir dibedakan atas pasir sangat halus, pasir halus, pasir sedang, pasir kasar
dan pasir sangat kasar. Klasifikasi separate tanah menurut sistem USDA
(United Stares Departernerzt of Agriculture) dan sisteln International
Science Society disajikan pada tabel 1. Tabel 1 ~nemperlihatkanbahwa
tanah dengan partikel-partikel pasir ukurannya jauh lebih besar dan memiliki
luas permukaan yang kecil (dengan berat yang sa~na)di banding tanah
dengan partikel-partikel debu dan liat.
Kombinasi fraksi-fraksi tanah tersebut menghasilkan kelas tekstur tanah
(Gambar 1).

Tanah dengan kandungan debullempung yang tinggi

mempunyai kapasitas tertinggi untuk mengikat air tersedia bagi pertumbuhan
tanaman, karena kombinasi yang unik antara luasan permukaan dengan
ukuran pori. Keadaan ini menyebabkan tekstur tanah berdebu lebih subur

Tabel I . Klasifikasi Partikel-partikel Taniah Menurut
Sistem USDA dan Sistem Internasional

A-sistem USDA
5-sistem Internasional
*-sumber : Nakim, N. dkk. 1986.

Proses pembentukan tanah selanjutnya, pelapukan debu akan merubah
partikel debu menjadi partikel liat, sehingga butiran-butiran liat yang sangat
halus akan mengakibatkan luas pemukaan butiran tanah semakin besar.
Dengan demikian tanah dengan kandungan liat tinggi akan dapat lebih
banyak menyerap unsur-unsur dalam tanah, terutama air. Kuatnya gayaadhesi antara air dan butiran tiat akan mempersulit lepasnya air.
Tanah dengan tekstur liat mempunyai jumlah pori mikro yang besar dan
pori rnakro yang relatif sedikit. Pori mikro merupakan tempat tersimpannya
air tanah, sedangkan pori makro merupakan tempat tersimpannya udara

6
dalam tanah. Dengan demikian pada tanah berliat, aerasi tanah kurang baik
karena tanah mengikat air terlalu banyak, sehingga tidak ada lagi tempat
untuk udara. Keadaan seperti ini tidak sesuai dengan pertunlbuhan tanaman.
Tanaman akan kekurangan oksigen untuk

pernafasannya, sehingga

pertumbuhan tanaman akan terganggu (Saifuddin S, 1985).

Gambar 1. Diagram Segitiga Tekstur Tanah Meuurut USDA
(Sanvono, 198T).

2. Struktur Tanah
Ukuran, bentuk dan cara pengukuran agregat beserta ~uang-ruangpori
diantaranya disebut struktur tanah.

Struktur tanah adalah susunan yang

bersifat saling orientasi dan organisasi partikel-partikel dalam tanah. Baver

(1959) menyatakan bahwa struktur tanah menunjukkan kombinasi atau
susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai pada
partikel sekunder atau agregat.
Struktur tanah yang remah akan mempermudah gcrakan air dan udara.
Ketersediaan udara dan air dalam tanah dengan komposisi yang tepat akan
mendorong pertumbuhan yang cepat. Struktur tanah yang semakin kompak
(tangguh) akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman semakin kurang baik,
karena jumlah pori-pori tanah akan semaki~lrnenciut.Tekstur tanah dan
Struktur tanah merupakan dua sifat tanah pang penting, karena sangat
lnempengaruhi semua sifat tanah sepe~tidaya tahan tanah ~nengikatair dan
permeabilitas, peredaran udara, temperatur dalam tanah serta pengolahan
tanah (Aak, 1988).

Soepardi (1983) lebih lanjut menyatakan bahwa dalaln waktu singkat
sifat tanah tidak berubah, walaupun proses yang berlangsung dalam tanah
sangat aktif. Dengan demikian tanah berpasir atau tanah berliat akan tetap
menjadi tanah berpasir atau tanah berliat untuk waktu yang cukup lama.
Untuk itu nisbah antara beberapa kelompok ukuran tanah merupakan ciri
khas dan tidak berubah dan dianggap sebagai ciri dasar tanah. Perbaikan

8
struktur tanah dapat dilakukan dengan cara melakukan teknik pengolahan
tanah yang tepat, pergiliran waktu tanam serta jenis tanaman. Penggunaan
bahan organik seperti jerami, pupuk kandang, sisa tanaman juga dapat
mempertahankan struktur tanah, agar tetap baik untuk pertumbuhan tanaman

(Aak, 1988).

3. Bulk Density Tanah
Bulk density tanah dipengaruhi oleh struktur tanah dan merupakan sifat
fisik tanah yang dapat menunjukkan tingkat kesuburan tanah atau tingkat
kepadatan tanah. Pada keadaan struktur tanah yang baik atau bulk density
tanah yang rendah, peluang untuk terjadinya stress air iilenjadi kecil. Hal
ini karena kisaran kadar air tanah yang dapat dimanfaatkan tanaman lnenjadi
lebar.

Hambatan pertumbuhan akibat aerasi yang buruk atau tahanan

mekanik tanah yang tinggi menjadi kecil.
Pada tanah bertekstur buruk atau bulk density yang tinggi, kisaran kadar
air yang dapat dimanfaatkan tanaman menjadi sempit. Hal itu disebabkan,
pada kadar air sedikit lebih rendah tahanan mekanik tanah ~nenjadilebih
tinggi.
Pada umumnya butiran primer tanah yang makin halus menghasilkan
bulk density yang rendah, dengan demikian tanah yang mengandung banyak
pasir akan cenderung memiliki bulk density yang tinggi, akibatnya tanah
yang banyak mengandung liar akan cendemng memiliki bulk density yang
rendah.

Wesley (1973) menyatakan bulk density tanah merupakan

9
perbandingan antara masa tanah seluruhnya dengan isi tanah seluruhnya.
Pengaruh bulk density tanah terhadap kekuatan tanah telah banyak diteliti.
Pada bulk density tanah yang rendah kohesi tanah relatif lebih rendah
dibanding pada bulk density tanah yang tinggi. Pada bulk density tanah
yang sama, meningkatnya kadar air dalam selang 7 hingga 21 persen
menurunkan kohesi tanah (Shebi & al, 1980). Bulk density tanah dapat
dinyatakan dengan bulk density basah dan bulk density kering. Bulk density
total adalah massa tanah total per-unit volume, sedangkan bulk density
kering adalah ratio antara lnassa tanah kering oven dengan volume total

(Niilel, 1980).

dimana :

6t = bulk density basah (gr/cm3)

6s

=

bulk density kering (gr/cm3)

M, = massa tanah total (gr)

M,

=

massa tanah kering oven (gr)

V,

=

volume padatan (cm3)

11
Jumlah, ukuran dan keseimbangan pori mengcndalikan takaran air tanah
tersedia (Poerwowidodo, 1987). Lebih lanjut Hillel (1980) menambahkan
bahwa akibat tanah padat adalah menurunnya porositas total, khususnya poripori makro. Ini berarti &an mengurangi kandungan udara dalam tanah.

5. Madsnr Air Tanah
Air di dalam tanah dapat berupa air gravitasi, air kapiler dan air
higroskopis (Sarwono, 1987). Radar air tanah adalah junilah air yang
terdapat dalam pori-pori tanah dalam satu massa tanah tertentu. Pada tanah
yang bertekstur lebih halus, kadar air pada tegangan air yang sama lebih
tinggi.

Dengan demikian tanah bertekstur halus lebih kuat menahan air

dihanding tanah yang kasar. Kadar air tanah yang makin tinggi mcnuiurtkan
kekuatan tanah berdasarkan pada tahanan penetrasi.

Biasanya kadar air

tanah dinyatakan dengan persen berat. Di dalam tanah mineral jenis kadar
air tanah berbasis berat dapat mencapai 25 % sampai 60 % tergantung pada
berat jenis tanah. Wesley (1973) menyatakan bahwa kadar air tanah adalah
perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah.
Kadar air tanah biasanya dinyatakan dalam basis kering dan basis basah.
Kadar air tanah dapat dinyatakan dengan beberapa metode, yaitu (1) metode
gravimetrik, (2) metode tegangan dan hisapan, (3) metode hambatan listrik
dan (4) metode pembauran neutron.
Pengukuran kadar air yang paling umum adalah dengan metode
gravimetrik. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut : sampel tanah

12

diambil, kemudian ditentukan berat basah dan berat keringnya. Berat basah
ditentukan dengan menimbang sampel tanah yang baru diambii dari lapang,
sedangkan berat kering diukur setelah sainpel tanah dioven selama 24 jam
dengan suhu 105 "C.

Kadar air dapat dinyatakan dengan rasio antara

penurunan berat setelah pengeringan terhadap berat kcring sampel tanah.

dimana :
KAb

=

kadar air tanah berbasis berat (%)

Wa

=

berat sampel tanah basah (gr)

Wb

=

berat sampel tanah kering (gr)

Penentuan kadar air tanah cara lainnya adalah dalam persen volume,
paitu persentase air terhadap volume tanah. Keuntungan cara ini dapat
meinberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi turnbuhan pada volume
tanah tertentu.

Pendekatan menghitung kadar air yang dinyatakan dengan

persen volume :

KAV

=

VA
-*loo%
Vt

dirnana :

KAV

=

Kadar air tanah berdasar volume (%)

VA

=

Volume air (cm3)

Vt

=

Volume tanah dan pori (cm3)

6 . Tahanan Penetrasi Tanah
Salah satu cara untuk menentukan karakteristik kekuatan tanah adalah
dengan mempergunakan penetrometer.

Beberapa tipe penetrometer telah

dirancang dan dipergunakan secara komersil, tetapi belum ada standarisasi
mengenai bentuk dan cara penekanannya ke dalam tanah (Hillel, 1988).

Anonim (1985) menambahkan bahwa pada mulanya penetrometer hanya
dirancang untuk peyelidikan kuantitatif terhadap relatif zarah-zarah dan
konsistensi tanah.
Sekarang banyak jenis penetrometer telah dirancang untuk pengukuran
kuantitatif kekuatan tanah terhadap penembusan sehingga dapat dihubungkan
secara tepat dengan sifat-sifat tanah, seperti daya olah, kerapatan relatif
zarah-zarah, kemampatan daya tahan terhadap tekanan dan daya dukung
terhadap penggunaan alat-alat besar

Nillel (1980) rnembedakan penetrometer menjadi dua tipe yaitu
penetrometer tipe tekan dan penetrometer tipe pemukul (Gamhar 2).
Sedangkan Baver g
t&
(1978)
l
membedakannya menjadi tipe pukul dan tipe
catat.

Tahanan penetrasi tanah pada tipe pukul ditentukan berdasarkan

14
julnlah pukulan yang diperlukan untuk menembus tanah sedalam 1 inch,
sedangkan tipe catat menunjukkan nilai gaya untuk menembus tanah per-unit
luas ujung penembus.

Garnbar 2.

Penetrometer Tipe Tekan (a) da11Tipe Pukul (b) untuk
Menentukan Kekuatan Tanah di Lapangan (Hillel,
1980)

Vomocil (1958) menyatakan bahwa tidak satupun metode pengukuran
pemadatan tanah yang memuaskan.

Untuk itu keperluan pengukuran,

kepadatan tanah ini diberi batasan sebagai kerapatan atau kekerasan tanah
dan kebanyakan ditetapkan langsung melalui pengukuran berat bahan per-unit
volume ketahanan massa tanah terhadap penetrasi. Tahanan penetrasi diberi

dengan agregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah.

Poer\vowidodo (1987) menyatakan bahwa kemantapan agregat tanah
tergantung pada tekstur tanah, khususnya pada persentase liat yang bertindak
sebagai faktor pengikat partikel-partikel tanah. Keadaan ini menunjukkan
bahwa agregat-agregat terikat kuat akan ditemui pada tanah bertekstur berat,
agregat-agregat terikat sedang ditemui pada tanah bertekstur sedang dan
agregat-agregat terikat lemah ditemui di tanah bertekstur ringan.
Bentuk dan kemantapan agregat tanah berperan penting dalam mengatur
hubungan air-tanaman, tata udara tanah, infiltrasi, penetrasi akar dan
pembasuhan hara.
kemampuannya

Peranan agregat tanah terhadap tanah adalah

dalam

memodifikasi

ruang

pori

dalam

tanah

(Poerwowidodo, 1987). Perubahan ukuran agregat tanah merupakan salah
satu faktor pengukuran hasil pengolahan tanah berdasarkan pada tingkat
kegemburan tanah. Lebih lanjut Poerwowidodo (1987) menyatakan hahwa
ukuran agregat suatu contoh tanah akan dapat dievaluasi setelah kelompok
agregat tanah contoh dihitung dengan menggunakan teknik analisis mekanis
tertentu.

Hasil analisis kemudian disusun dalam bentuk kurva, dimana

kurva-kuma tersebut akan memberikan gambaran sebenarnya susunan
mekanis suatu contoh tanah. Van Bavel (1950) mengusulkan pemakaian
mctode MWD (mean weight diameter) sebagai suatu parameter yang cocok
untuk menggambarkan tingkat distribusi agregat tanah.

Metode MWD

adalah metode grafik berdasarkan pada penimbangan massa agregat tanah

17
dari berbagai kelas ukuran diameter yang ditentukan.
distribusi agregat tanah,

dengan nilai

Pada pengamatan

MWD yang semakin kecil

menggambarkan pori-pori tanah semakin kecil, sedangkan pada pengamatan
dengan nilai MWD yang meningkat menggambarkan pori-pori tanah semakin
besar. Perhitungan ukuran butiran tanah rata-rata (MWD) adalah :

dimana :
MWD

=

mean weight diameter (mm)

dij

=

diameter bahan agregat tanah berukuran dij (mm)

wij

=

berat (persen) herat agregat tanah berukuran dij

W

=

berat total tanah (gr)

C. PENGOLAHAN TANAN
Tanah dapat diperbaiki atau ditingkatkan kesuburannya dengan melakukan
pengolahan tanah. Pengolahan tanah merupakan suatu usaha untuk mengubah
kondisi tanah pertanian dengan menggunakan alat-alat pertanian sehingga
diperoleh kondisi tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah yang baik Arsyad (1985)
menyatakan tindakan sebagai berikut : (1) tanah diolah seperlunya saja, (2)
pengolahan tanah bukan sawah dilakukan pada kandungan air yang tepat yaitu pF

18

3-4, (3) mempergunakan bahan kimia untuk memberantas tumbuhan pengganggu,
(4) merubah-ubah kedalaman pengolahan tanah dan ( 5 ) melakukan pengolahan
tanah menurut kontur.

I . Tlnjuan Pengolahan Tanah
Cara pengolahan tanah sangat mempenga~uhijumlah ruang pori dalam
tanah. Pengolahan tanah bertujuan agar tanah mernpunyai mikro porositas
dan makro porositas yang seimbang.

Pemotongan, pengangkutan,

penggemburan dan pembalikan merupakan proses-proses yang berlangsung
pada pengolahan tanah. Smith (1977) menyatakan bahwa tujuan pengolahan
tanah secara umum adalah menciptakan kondisi tanah agar sesuai untuk
pertumbuhan tanaman. Lebih lanjut Kepner @ & (1978) menyatakan bahwa
pengolahan tanah pertanian ditujukan antara lain untuk : (1) perbaikan
struktur tanah agar sesuai untuk perkecambahan dan perkembangan akar
tanaman, (2) mengendalikan tanaman pengganggu, (3) pengelolaan sisa-sisa
tanaman. (4) menekan erosi dan penciptaan konfigurasi permukaan tanah
tertentu, serta (5) melakukan pembalikan tanah, penyisihan batu atau
pembersihan akar yang mengganggu.

Arsyad (1985) mengemukakan bahwa peranan pengolahan tanah dalam
pengawetan tanah adalah sedikit sekali, bahkan dapat merugikan. Dengan
pengolahan tanah, tanah menjadi gembur dan lebih kuat Inenyerap air hujan
sehingga mengurangi aliran permukaan.

Tetapi pengaruh ini hanya

sementara, tanah yang diolah sehingga gernbur lebih mudah tererosi.

2. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisik Tanah
Pengolahan tanah umumnya dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pengolahan
tanah primer dan pengolahan tanah sekunder. Pengolahan tanah primer,
yang umumnya menggunakan alat bajak, lister atau alat rotari, dicirikan oleh
suatu tindakan memotong dan menggemburkan tanah dengan suatu alat
sampai kedalaman tertentu.

Setelah pengolahan tanah pri~ller dilakukan

pengolahan sekunder, yang berupa tindakan menghaluskan, meratakan dan
menggemburkan tanah. Alat yang dipakai untuk pengolahan sekunder antara
lain garu piring, kultivator atau alat rotari. Perbedaan alat yang dipakai
akan berpengaruh terhadap penggunaan tenaga, kedalaman olah serta tingkat
t 8, 1983). Selain itu, perbedaan alat juga
pembalikan tanah (Bukhari g

berpengaruh terhadap sifat fisik tanah yang dihasilkan.
Pengolahan tanah selain mengubah sifat fisik tanah, juga mengubah
kekasaran permukaan tanah sehingga mempengamhi pantulan radiasi surya
dan turbulensi permukaan. Penggunaan bajak singkal dapat meningkatkan
fluktuasi fluks panas dan fluktuasi suhu harian yang lebih tinggi dibanding
penggunaan bajak piring.

3. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Agregat Tanah
Jika suatu tanah tidak dikenai suatu gaya maka tanah hanya akan
memperlihatkan sejumlah sifat, sedang jika tanah itu kemudian terkena gaya
yang dapat menyebabkan perubahan bentuk, maka sistem tanah akan

20
memperliliatkan sejumlah perubahan. Lebih lanjut (Poerwowidodo, 1987)
menyatakan bahwa adanya gaya-gaya dari luar yang bekerja secara
sinambung terhadap tanah aka11 mengakibatkan tanah dinamis.
Selama proses pengolahan tanah agregat-agregat berukuran besar
seringkali dikonversikan menjadi ukuran agregat-agregat yang lebih kecii.
Baver gt & (1978) menyatakan bahwa pengolahan tanah adalah suatu usaha
mernperbaharui dan meninggikan produktivitas tanah. karena pengolahan
tanah tersebut memecah partikel-partikel tanah yang besar menjadi partikelpartikel tanah yang berukuran lebih kecil yang menamhah luas permukaan
media tanah dan memudahkan akar tanaman mendapatkan rnakanan.
Allmaras gt & (1965) menyatakan bahwa perlakuan pengolahan tanah
terbukti berpengaruh terhadap distribusi agregat tanah di lajur-lajur yang
diolah. Alat olah tanah telah dirancang sedemikian rupa sehingga lnampu
merubah agregat tanah, yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
Hasil olah suatu alat olah akan dipenga~uhioleh bentuk alat, ukuran alat,
bahan pemhentuk alat dan operasi alat.
berukuran

Pembentukan agregat tanah

> 5.00 mm di tanah terolah banyak melibatkan pengamh

peralatan olah yang digunakan (Siddoway, 1963). Pengolaban tanah dengan
menggunakan moldboard plolv akan lebih banyak menghasilkan agregat
berukuran lebih dari 0.84 mm dibanding dengan pernakaian sweep ataupun

disk satu arah (Tabel 2).

Tabel 2.

Distribusi Agregat Kering Setelah Pengolahan Awal
Musim Semi Dengan Moldboard plolv Dan Siveep
(Siddoway, 1963).
% Distribusi Ukuran Kering Tanah (mm)

Metode pengolahan tanah sangat bervariasi dari yang konvensional yaitu
dari pembajakan dan penggaruan, sampai pada teknik-teknik pengolahan
tanah khusus yaitu pengolahan tanah dalam strip, vertikal mulching (Ilakirn,

N. dkk, 1986). Siddoway (1963) menambahkan bahwa ukuran agregat
tanah hasil pengolahan tanah erat hubungannya dengan mctode pengolahan
tanah.

Gambar 3.

menunjukkan grafik hasil pengolahan tanah akibat

perbedaan intensitas kecepatan maju dan putaran (rpm) alat olah three-blade.
Pada intensitas pengolahan tanah dengan kecepatan maju tlzree-blade
konstan, dengan variasi putaran (rprn), panjang pemotongan permukaan
tanah sernakin berkurang. Pada kecepatan putaran (rprn) konstan dengan
variasi kecepatan maju, panjang pemotongan permukaan tanah semakin
meningkat. Peningkatan intensitas putaran (rpm) alat olah yang digunakan
mernberikan hasil yang lebih efektif karena ukuran agregat tanah lebih
merata.

Akibatnya aerasi tanah lebih baik.

Hakim, N. dkk (1986)

menambahkan bahwa kedalaman olah suatu alat perlu diubah-ubah untuk
menghindari pemadatan tanah oleh alat-alat mekanis yang digunakan.

PULVERlZATl

DIRECTION OF
PU1,VERIZATION

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 4 2
Panjang pernotongan perinukaan tanah (inchi)
Gambar 3.

Panjang Pemotongan Permukaan Suatu Tanah
Pada Variasi Kecepatan Maju Dan Putaran (rpm)
ALat OIah Three-blade (Cooper, 1963)

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan
tanah, baik secara fisik, kimia maupun dari segi biologi tanah.

Bahan

organik dalam tanah terdiri dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber
sekunder. Wakim, N. dkk (1986) menyatakan sumber primer bahan organik
adalah jaringan tanaman, berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan
buah. Sumber sekunder bahan organik adalah binatang.
Dalam Pengaruhnya terhadap kesuburan tanah, bahan organik sangat
ditentukan oleh sumber dan susunannya.

Lebih 1an.jut I-Iakim, N. dkk

(1986) menyatakan Bahan organik yang berbeda, akan berbeda pula

23
pengaruh yang disumbangkan kedalam tanah. Hal ini berkaitan era1 dengan
komposisi atau susunan dari bahan organiknya.

1. Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Organik
Foth dan Turk (1972) menyatakan bahwa jumlah bahan organik dalan~
tanah dipengaruhi oleh pengolahan tanah, iklim dan vegetasi, temperatur dan
drainase.

Pengolahan tanah yang dilakukan secara terus-menerus akan

mempercepat hilangnya bahan organik dalam tanah.

Kehilangan bahan

organik terjadi dengan cepat setelah pertanian dimulai. Setelah itu kecepatan
menurun hingga tercapai keseimbangan yang baru (Hardjowigeno, 1987).
Kehilangan bahan organik ini disebabkan oleh kondisi fisik tanah yang
msak pada saat pengolahan tanah, sehingga pada saat terjadi erosi yang
disebabkan oleh aliran permukaan lebih mudah terangkut.
Secara kimia dan biologi meningkatnya suhu tanah melalui aktifitas
mikroorganisme akan mempercepat dekomposisi bahan organik.

Batas

temperatur bagi pertumbuhan mikroorganisme adala 0"-50 dan optimum
pada suhu 18"-50" (Waksman, 1952).

2. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Fisik Tanah
Menurut De Datta dan Nundat (1984) terdapat hubungan erat antara
jumlah bahan organik tanah dan sifat keterolahan tanah (Soil Tilth).
Keterolahan tanah pada tanah bertekshlr halus dipengaruhi oleh kadar bahan
organik. Jumlah bahan organik tanah yang cukup akan memperbaiki hasil

24
pengolahan tanah dan akan memperlebar selang kadar air optimum untuk
pengolahan tanah.

Poerwo~vidodo(1984) mengemukakan bahwa salah satu peranan penting
dari bahan organik tanah adalah dalam perbaikan stmktur tanah.

Lebih

lanjut Antonius (1980) menyatakan penambahan bahan organik kedalam
tanah dapat mengakibatkan penurunan bobot isi tanah, peningkatan ruang
pori total, ruang pori drainase cepat serta ruang pori drainase lambat.
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa bahan organik yang
berperan dalam pembentukan agregat mikro (diameter kurang dari 250 pm)
adalah senyawa organik tahan lapuk berupa humus dan senyawa mudah
lapuk antara lain polisakarida.

Pembentukan agregat makro, yaitu

berdiameter lebih dari 250 pm, mensyaratkan adanya agregat mikro.
Agregat mikro yang ada, diikat dan dimantapkan oleh hifa cerldawan dan
akar tanaman. Dalam kaitannya dengan bahan pengikat tersebut, peranan
bahan organik yang diberikan ke tanah sangat penting baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Selain itu, berbagai cara budidaya sepe~ti

penanaman tanaman tertentu atau pemberian inkulen berupa lnikoriza dapat
memperbaiki struktur tanah (Thomas

al, 1986). Pengaruh bahan organik

berbeda-beda menurut macam dan takaran yang diberikan.
Pemberian bahan organik selain dilakukan dengan cara pengadukan
bersama pengolahan tanah, dapat pula diberikan sebagai mulsa.

Cara

pemberian yang demikian disamping marnpu mernperbaiki struktur tanah dan

25
sifat fisik lain yang saling berkaitan, juga mampu menumnkan fluktuasi suhu
harian tanah (Suw2ardjo& a, 1984).

3. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Agregat Tanah
Bahan organik merupakan bahan penting dala~nmenciptakan kesuburan
tanah, baik secara fisik, kimia maupun dari segi biologi tanah. Pengaruh
bahan organik terhadap kimia tanah ialah bahwa bahan organik mengandung
unsur nitrogen, fosfat dan kaiium serta unsur-unsur mikro, akan menambah
kelamtan fosfat karena bahan organik akan menjadi asam humit atau asamasam lain yang dapat meiamtkan Fe dan Al sehingga fosfat dalanl keadaan
bebas (Gambar 4) (Saifuddin, S. 1985).
% P Terikat dibebaskan

0

2

4
6
8
10
Rahaii organik ditanlbahkan (gr)

12

Gambar 4. Pengamh Penambahart Bahan urgan~K Terliadap
Pembebasan Fosfat Terikat (Hakim, N. dkk. 1986)

26

Lebili la~ijutSaifuddin, S (1985) juga menambahka~ibahwa pada biologi
tanah bahan organik aka11mena~nbal~
populasi jasad renik sehiiigga kegi-dtanItegiatan jasad renik dalaln tanah altan meningkat. Mikroba-miltroba dalam
tanah akan tumbuli daii basil dekompos~siinembantu dala~npengiltata~ipe~lgiltaranpartikel-partikel tanah yang baik.
Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman.
tetapi sebahagian besar me~npengaruhitanaman ~nelaluiperubahan sifat daii
ciri tanah (I-Ialtinll, N. dkk. 1986). Lebih la~ijutPoerwowidodo (1987)
menyatalian bahwa bahan organik yang telah terurai akan mempunyai
kemampuan mengliisap d a ~ i memegang air yang tinggi, merangsang
pernbentultan agregat dan menurunkan sifat fisik dari liat.
Peranan balian orgaiiik dalam merangsang pembentultan struktur tanah.
terutama peranannya terhadap agregat-agregat tanali telah banyak diteiiti.
Para pe~teliti berpendapat bahwa bahan organiit ternyata sangat bauyak
~neinperbaikiliualitas tanali (Saifuddin, S. dkk. 1985). Bahail orgaciik yang
belum l~ancur merupakau pelilldung efektif terhadap kekuata~l merusak
butiran l~ujanyaiig jatuh dan menghambat aliran air di perniultaa~itanah
(Poerwowidodo, 1987).
Peinbeiitukan agregat tanah berdiarneter 0.05 mm, berliorelasi lebili
tiiigg~den gar^ frahsi liat berdiaineter 0.5 mikron debandi~lgdengan fraksi liat
berdia~iieter0.1 mikron. Jika kandungan balian orga~iiktersebut tinggi ~naka
pengaruli fraltsi liat pada pembentukan agregat tanah aka11 m e ~ ~ j a dtidak
i

27

nyata d a ~ ijilia kandungan fraksi liat lebih tinggi, ~ n a k apengaruli balian
organili melijadi tidak riyata (Poerwowidodo, 1987). Dalarn peranannya
fraitsi liat sangat penting dalarii pemnbentukan agregat tanah, sedangkan
balian organik memegang peranan utarna dalarn memodifikasi sifat fisik liar.
Penambahan bahan organik akan mengurangi sifat buruk dari liat. Hal ini
juga sesuai dengan Baver (1959) yang menyatakan baliwa agregat tanah
berliubungan erat dengan balian organik.

Pada saat balian organik

dicampurkan Ice dala~iltanali terjadi penigkatan kegiata~i~nikrobatailah.
Peningliatan alttifitas ~nikrobatanah rnelalui peningkatan secara fisik maupun
ltimia. Pengaruh tersebut terjadi setelah diinkubasi selama selang waictu
tertentu.

Seshnrmiu rostrntcr adaiah tanamail legunlitlosa semak yang dapat tun~bub
pada betinggian sampai 1200 rn dari permultaan laut, baik daerali tropik
inaupull sub-tropik.

Sastraprodjo (1983) menyatakan bahwa Sesbutzici

rosrrcitrr adalali aliggota dari fa~nilileguminosa, habitus berupa semak, tinggi
tanarnan berkisar antara 1-1.25 m dan percabangan tidalc begitu banyaii
(Ga~nbar5 ) .
AI-uoin &

(1988) menambahkan baliwa tanaman ini rne~iipunyaisifat

yang uriik karena dapat tu~iibuhbaik pada ltondisl tegalan rnaupurl sawali
apabila sudall berkecambah, pertumbulian Sesbatzia rostrutcr cukup cepat dan
katiar N jaringanya tinggi, seliingga dala~iiwaktu yang culiup singkat iiiampu

28
rnenyediakan N dalam jumlah yang banyak untuk dapat digunakan tanarnan
lain.

Hasit penelitian Mufran Rauf g

a

(1989) menunjukkan bahwa

dengan pemakaian 20 kg benihlha yang ditanam dihasilkan 2.08 ton
keringlha jaringan (daun+batang) Sesbania rosrmra dengan kandungan

N

total 55.27 kg.
Penggunaan Sesbania rostrata sebagai bahan organik mernpunyai
keuntungan selain menambah N kedalam tanah dalam bentuk yang lebih
mantap juga meningkatkan kandungan bahan organik tanall yang berfungsi
sebagai mikroba dan mengawetkan kesuburan tanall (Soepardi, 1975).
Lebih lanjut Aak (1983) menambahkan bahwa Sesbania rostrata mernpunyai
kegunaan yang h a s , baik bagi ternak maupun bahan organik tanah.

Garnbar 5. Benih Sesbania rostrata (A), Sesbania rostrata berurnur
2-3 rninggu (B), Sesbania rostrata siap untuk d
dan Sesbania rostrata sesudah dipanen (Id)

rt

5. Jerami Padi
Padi tergolong tanaman yang toleran terhadap kondisi pengairan, bisa
ditanam pada tanah darat dan disebut padi gogo atau padi ladang dan dapat
ditanam pada tanah tergenang atau padi sawah.

Produksi jerami yang

dihasilkan dari serealia, termasuk padi, saat ini diperkirakan lebih dari 2000
juta ton setiap tahun. Akan tetapi energi yang terkandung di dalam jerami
tidak dimanfaatkan sepenuhnya dan nitrogen di dalam jeralni tidak banyak
kembali ke tanah. Salah satu jenis jerami yang paling penting bagi indonesia
adalah jerami padi (Budi Tangendjaja, 1991). Gambar 6. memperlihtkan
jerami padi yang sudah kering.

Gan~bar 6. Jerami Padi Yang Sudah Kering

30
Budi Tangendjaja (1991) juga menambahkan bahwa pengomposan
jerarni sudah lama dikenal di Indonesia dan prosesnya telali banyak diteliti
di berbagai negara. Tujuan dari proses pengomposan adalah menumnkan
nilai rasio CIN sehingga manaikkan nilai bahan yang dikompos untuk pupuk.
Salah satu syarat dalam pengomposan adalah tersedia nitrogen yang cukup.
Diperkirakan kebutuhan nitrogen untuk pengomposan satu juta ton jerami
adalah 8 kg. FIasil percobaan Hackenberg (1948) &Budi Tangendjaja

(1991) pengukuran ratiao CIN sebelum dan sesudah pengomposan (Tabel 3).
Tabel 3.

Ratio C/N Pada Awal dan Akhir Pembuatan Kompos
ja
(Hackenberg (1948) dalam Budi T a ~ ~ g e n d j a(1991))
Ratio C/N

Perlakuan

54

23

Budi Tangendjaja (1991) menyatakan bahwa penggunaan kompos untuk
produksi padi ternyata tidak lebih baik dari pada penggunaan jerami juga
secara pembenaman, bahkan penggunaan jerami lebih baik dari pada kornpos
untuk penanaman kentang, gula bit dan barley. I-Ial ini mungkim disebabkan
oleh hilangnya sebahagian bahan organik sewaktu pernbuatan kompos dan
nitrogen yang ada menguap sebagai amonia sebelum kornpos diberikan
kedalam tanah.

A. TEMPAT DAN PETAK PEmLITIAN
1. Penelitian dilakukan di kebun percobaan IPB Jonggol, Kabupaten Bogor dan
di laboratorium Mekanika dan Fisika Tanah, Jurusan Mekanisasi Pertanian,
FATETA, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

2. Penelitian dilakukan pada tanah Podsolik Merah Kuning (U[tisoO, menurut
sistem taksonomi tanah USDA. Tanah ditutupi oleh rumput setinggi f 5 cm
(Gambar 7)

3. Petak penelitian
Lahan penelitian terdiri dari petak-petak bcrukuran 6x15 mZ,dengan
jumlah dan letak disesuaikan dengan rancangan percobaan.

Gambar 7. Kondisi Areal Tanah Penelitian

B. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah areal tanah seluas
540 m2, hahan organik Sesbania rosrrara dan bahan organik jerami padi.

2. AIat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Peralatan Lapang.

1. Traktor Jiangxi 184-4 seberat 800 kg (Lampiran la)
2. Bajak singkal dan garu rotary

3. Saringan (ayakan) diameter : > 5.6 mm, 4.75 mm-5.6 mm, 4.00 nun
-4.75 mm, 3.38 mm-4.00 mm, 2.8 mm-3.38 mm dan < 2.8 mm.
4. Penetrometer SR-2
5 . Plastik

b. Peralatan Laboratorium
1. Caws (Wadah tanah)
2. Oven

3. Timbangan
4. Ring sampel

5 . Pisau pemotong

C. PERLAKUAN PENELITIAN
Berdasarkan tujuan yang diinginkan beserta berbagai pertimbangan penelitian
dilakukan dalam 2 macam perlakuan yaitu perlakuan terhadap bahan organik
( 8 0 ) dan Intensitas pengolahan tanah (R).
Perlakuan bahan organik yang diberikan ke dalam tanah meliputi tanpa
pemberian bahan organik (BOO), pemberian bahan organik Sesbunia rostrata 4.5
ton keringlha (BOs) dan bahan organik jerami padi 4.5 ton keringlha (BOj).
Perlakuan intensitas pengolahan tanah terdiri dari intensitas pengolahan tanah
dengan penggaruan 750 rpm pto ( R l ) dan intensitas pengolahan tanah dengan
penggaruan 1OOO rpm pto (R2).

D. PROSEDUR PENELITIAN
Areal penelitian diplot sesuai dengan ukuran tiap perlakuan. Kornbinasi dari
perlakuan bahan organik (BO) dan intensitas Pengolahan tanah (R) rnengbasilkan

6 plot perlakuan untuk 3 kali ulangan. Plot penelitian adalah seperti dalam
Gambar 8.

BOO

BOs

Gambar 8. Plot Perlakuan Penelitian

BOj

keterangan :

I

=

arah pembajakan dengan bajak singkal

-

=

arah penggaruan dengan garu rotary

Sebelum pengamatan, tanah terlebih dahulu diberi bahan organik sesuai
dengan perlakuan. Kedua macam perlakuan bahan organik tersebut sebelum
diberikan dicincang terlebih dahulu (Gambar 9). Pemberian kedua bahan
organik kedalam tanah diratakan dengan cangkul. Pengamatan data sifat fisik
tanah dilakukan terhadap :

G a m b a r 9.

Pencincangan Bahan Organik Jerami Padi, Sebeluln
diberikan kedalam Tanah.

1. Kadar Air Tanah
Besarnya kadar air tanah diukur dengan cara mengambil sampel
tanah pada setiap perlakuan, dilakukan pada kedalaman 0-5 cm dan 5-10
cm. Sampel tanah kemudian dikeringkan dengan oven selama 24 jam
dengan suhu 105°C (Gambar 10). Besarnya kadar air tanah dihitung
dengan menggunakan persamaan (4).

2. Bulk Density Tanah
Pengamatan Bulk density tanah, dilakukan pada kedalaman 0-5 cm
dan 5-10 cm. Bulk density tanah dihitung menggunakan persamaan (2).

Gambar 10.

Oven Yang Digunakan Untuk Pengamatan
Kadar Air dan Bulk Density Sampel Tanah

Tahanan Perletrasi Tanah
Tahanan penetrasi diamati pada kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, 10-15
cm, 15-20 cm dan 20-25 cm menggunakan instrument SR-2 (Gambar 11).

Gambar 1 I . Penetrometer Tipe SR-2
Dislribusi Agregat Tanah
Pengamatan distribusi agregat tanah menggunakan saringan, dengan
diameter dari bawah ke atas adalah : 2.8 nim, 3.38 mm, 4.00 mm, 4.75

37
mm dan 5.6 mm (Lampiran lb). Pengamatan dilakukan pada kedalaman
0-5 cm, 5-10 cm dan 10.15 cm. Pengamatan distribusi agregat tanah
contoh tiap lapisan tanah dikering udarakan lalu disaring dengan saringan
berdiameter yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan penimbangan
terhadap agregat tanah (Gambar 12). Perhitungan distribusi agregat tanah
dihitung dengan persamaan (6).

G a m b a r 12.

Penimbangan Massa Agregat T a n a h

E. ANALISIS DATA
Untuk mengetahui pengaruh pelnberian bahan organik dan intensitas
pengolahan tanah terhadap beberapa sifat fisik tanah, kadar air tanah, bulk
density tanah, tahanan penetrasi tanah dan distribusi agregat tanah, analisis data
dilakukan dengan cara matematik menggunakan persamaan yang ada dan analisis
grafik serta analisis statistik. Rancangan analisis statistik yang digunakan adalah
rancangan pereobaan Split-plot, dengan persamaan adalah sebagai berikut :

dimana :

y ij,

=

parameter yang diamati

P

-

nilai tengah umum

-

pengaruh faktor intensitas penggaruan

I?

=

RD,;

=

pengaruh faktor perlakuan bahan organik taraf
ke-j
interaksi faktor intensitas per~ggaruantaraf ke-i
dengan faktor perlakuan taraf ke-j

Ri

cij,

=

galat pada perlakuan faktor R dan D karena k
ulangan

IV. NASII, DAN PEMBAHASAN
A. JENIS TAh!AH
Hasil dari analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Mekanika
Tanah, IPB dan Laboratorium Tanali, Balai Penelitian Tanah, Bogor
memperlihatkan tanah areal penelitian berjenis Podsolik Merall K u n i ~ ~ gData
.
hasil analisis