Desain Eksperimen Variabel Penelitian Pengembangan Instrumen

34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Eksperimen

Penelitian ini merupakan suatu quasi eksperimen tentang penerapan model pembelajaran tematik yang dilakukan melalui desain eksperimen kelompok kontrol pretes-postes. Untuk memperoleh data pada kedua kelompok tersebut diberikan pretes dan postes. Perbedaan antara kedua kelompok tersebut adalah perlakuan dalam proses pembelajaran, dimana kelompok atau kelas eksperimen memperoleh pembelajaran tematik, sedangkan kelas kontrol memperoleh pembelajaran konvensionalbiasa. Sehubungan dengan desain seperti di atas, Ruseffendi 1998:45 mengatakan bahwa pada jenis desain eksperimen ini terjadi pengelompokan subjek sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol serta adanya pretes dan postes O. Kelas yang satu memperoleh perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran tematik X, sedangkan kelas yang satu lagi tidak memperoleh perlakuan atau pembelajarannya secara biasa. Desain eksperimennya adalah sebagai berikut: Kelas Eksperimen O X O Kelas Kontrol O O 34 35 Keterangan: O = pretes O = postes X = perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran tematik

B. Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel atau objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas yaitu pembelajaran dengan pendekatan tematik. 2. Variabel terikat yaitu kemampuan koneksi matematis dan sikap siswa.

C. Pengembangan Instrumen

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil angket, observasi dan wawancara. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari skor hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika melalui pendekatan tematik. Instrumen dalam penelitian ini berupa angket, observasi, wawancara dan tes soal bentuk uraian untuk mengukur kemampuan koneksi matematis. 1. Angket Siswa Angket siswa bertujuan untuk mengungkap sikap siswa terhadap matematika, sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, sikap siswa terhadap pembelajaran tematik, dan sikap siswa terhadap soal-soal koneksi matematis. Angket ini berisi 30 pernyataan, masing-masing memuat dua alternatif 36 jawaban yaitu Ya dan Tidak. Angket ini diberikan diakhir pembelajaran pada siswa di kelas eksperimen. 2. Observasi Observasi dilakukan untuk menginventarisir data mengenai sikap dan aktivitas siswa dalam belajar, sikap guru serta interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan harapan agar hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti ketika penelitian berlangsung dapat ditemukan. Dan selanjutnya dijadikan masukan-masukan bagi peneliti untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Data hasil observasi dianalisis sebagai data pendukung yang menggambarkan suasana kegiatan pembelajaran tematik. 3. Wawancara Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh keterangan yang belum jelas terungkap jika hanya menggunakan angket dan observasi. Pedoman wawancara disusun dan dikembangkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui pendapat, pandangan, saran dan kritik dari guru mengenai pembelajaran tematik. Wawancara ini dilakukan setelah selesai seluruh kegiatan pembelajaran. 4. Tes Koneksi matematis Untuk mengetahui kemampuan awal siswa, pada awal pembelajaran dilakukan pretes untuk mengukur kemampuan koneksi matematis yang terkait dengan bahan ajar. Sedangkan pada akhir pembelajaran dilakukan postes, dengan soal yang sama dengan soal pretes. 37 Tes kemampuan koneksi matematis dalam hal ini berupa tes uraian yang mengukur kemampuan mengaitkan antar topik matematika, mengaitkan dengan mata pelajaran lain dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya soal tes kemampuan koneksi matematis adalah 12 soal. Dengan rincian, 4 soal tentang pengaitan antar topik matematika, 4 soal tentang koneksi antara matematika dengan mata pelajaran lain dan 4 soal terakhir untuk koneksi antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi persyaratan tes yang baik, sebelum tes diberikan kepada sampel penelitian, tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu. Sebelum penyusunan tes, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tes sebagaimana terlihat pada lampiran 3.1 halaman 99. Sebelum tes yang terdapat pada lampiran 3.2 halaman 100 ini dipakai untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu dilakukan analisis soal mengenai validitas isi. Instrumen tersebut dinilaiditelaah terlebih dahulu oleh kedua pembimbing. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui instrumen mana yang layak untuk diujicobakan. Setelah ujicoba instrumen dilaksanakan yaitu pada tanggal 25 Pebruari 2009 di SDN Pajajaran Bandung, hasil ujicoba tersebut dikoreksi dan di skor melalui pedoman penskoran yang telah ditentukan. Pemberian skor pada tes koneksi matematis dalam penelitian ini berdasarkan pada penskoran yang dikemukakan oleh Sabandar dalam Yuliastuti, 2003:24, yaitu sebagai berikut: 38 Tabel 3.1 Kriteria Pemberian Skor Menurut Sabandar Skor Kriteria 4 Lengkap dan kompeten 3 Kompetensi dasar 2 Jawaban parsial 1 Jawaban hanya coba-coba saja Tak ada respon Berdasarkan tabel tersebut penulis memodifikasi interpretasi kemampuan koneksi matematis siswa seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2 Pemberian Skor dan Interpretasi Kemampuan Koneksi Matematis Skor Interpretasi 4 Jawaban lengkap dan benar 3 Jawaban benar tetapi tidak lengkap 2 Jawaban benar sebagian 1 Jawaban salah Tidak ada jawaban atau kosong Setelah dilakukan penskoran, tahap selanjutnya adalah mengetahui kualitas setiap soal. Untuk mengetahui kualitas setiap soal tersebut dilakukan analisis butir soal yang meliputi aspek validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Rumus-rumus dari keempat faktor dalam menganalisis butir soal tersebut adalah sebagai berikut: 39 a Validitas Koefisien korelasi validitas dihitung dengan korelasi product moment pearson yaitu:                 −                 −                 − = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N r Kemudian untuk menguji keberartian koefisien korelasi yang diperoleh digunakan statistik uji Sudjana, 1988:365: 2 1 2 r n r t − − = Kriteria pengujian : dengan mengambil taraf nyata α, maka H diterima, jika : 2 : 1 2 − − − n t α t 2 : 1 2 − − n t α b Reliabilitas Penghitungan koefisien reliabilitas untuk soal bentuk uraian menurut Ruseffendi 1998:155 digunakan rumus alpha, yaitu:         −       − = ∑ 2 2 2 1 j i j p DB DB DB b b r c Daya Pembeda Perhitungan daya pembeda setiap butir soal menurut Suherman, 1990:202 digunakan rumus: SMI X X DP B A − = 40 d Tingkat Kesukaran Untuk mengetahui tingkat kesukaan TK setiap butir soal untuk tes bentuk uraian digunakan rumus yang dikemukakan oleh Karno To 1996 : 16 yaitu : B A B A I I S S TK + + = Proses perhitungan analisis butir soal dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 107. Berikut ini akan dijelaskan keempat faktor untuk analisis butir soal secara keseluruhan, hasil perhitungan yang diperoleh dari tes ujicoba instrumen yang berupa validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Ujicoba Intrumen No. Soal Validitas Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran 1 Invalid Jelek Soal Mudah 2 Valid Cukup Soal Mudah 3 Valid Cukup Soal Mudah 4 Valid Cukup Soal Sedang 5 Valid Cukup Soal Sedang 6 Valid Jelek Soal Sukar 7 Valid Cukup Soal Mudah 8 Invalid Jelek Soal Sedang 9 Valid Cukup Soal Sedang 10 Valid Cukup Soal Sedang 11 Valid Cukup Soal Sedang 12 Valid Cukup Soal Sedang 41 Sedangkan untuk reliabilitas soal diperoleh r 11 = 0,799. Karena r 11 = 0,799 0,70, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi. Dari hasil analisis butir soal, butir soal yang memiliki kualitas yang baik adalah nomor 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, dan 12. Sembilan soal tersebut dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik karena telah memenuhi kriteria soal yang baik yaitu memiliki kriteria soal yang valid dan daya pembedanya tergolong cukup. Sedangkan soal nomor 6 memiliki daya pembeda jelek. Karena indikator yang ingin diukur dalam soal ini diperlukan untuk tes soal koneksi, maka soal nomor 6 diperbaiki. Untuk soal nomor 1 dan 8 dibuang, karena soal ini tidak tergolong soal yang valid. Indikator yang ingin diukur dalam kedua soal ini juga telah terwakili oleh soal nomor 6 dan 7. Untuk menghemat waktu, biaya dan tenaga, butir soal yang digunakan untuk penelitian sebanyak 6 soal yaitu soal nomor 4, 5, 6, 7, 11, dan 12. Keenam soal tersebut telah mewakili seluruh indikator yang ingin diukur.

D. Waktu dan Tempat Penelitian