Strategi positioning program U2 (Uje & Udin) Trans 7

STRATEGI POSITIONING PROGRAM U2 (UJE & UDIN)
TRANS 7
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:
Pepen Fauzi
NIM : 107051003124

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H / 2011 M

ABSTRAK

Pepen Fauzi 1070451003124
Strategi Positioning Program Religi U2 (Uje & Udin) Trans 7
Televisi sebagai media komunikasi untuk penyampaian informasi,
pendidikan dan hiburan adalah satu media audio visual dengan jangkauan yang

sangat luas. Televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena
kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui
siaran gambar sekaligus narasinya (suaranya). Untuk bisa bersaing dengan
program lainnya dibutuhkan strategi –strategi serta manajemen yang baik.
Program U2 (Uje & Udin) adalah jenis program religious varietyshow dalam
bentuk baru. Dan waktu tayang bersaing dengan jenis program yang berbeda.Ini
merupakan langkah kongkret pihak stasiun dalam mem-positioning suatu
program. Strategi positioning adalah siasat dan perencanaan yang dibangun oleh
stasiun televisi untuk memberikan citra diri dan produk yang ditawarkan kepada
khalayak agar berhasil memperoleh posisi yang jelas yang mengandung arti dalam
benak sasaran (konsumennya).
Dalam hal ini peneliti membatasi strategi positioning program religi U2
(Uje&Udin) pada televisi Trans7 dalam episode 44,45 dan 46. Dan rumusan
masalahnya adalah bagaimana strategi positioning yang dilakukan pada program
religi U2 (Uje&Udin) Trans7? Bagaimana mengukur keberhasilan dari strategi
positioning program religi U2( Uje & Udin) Trans 7 pada episode 44 dan 45?
Teori pendukung dari strategi positioning ini dalam segi content/isi cerita
ialah teori agenda setting. Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa,
maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.
Program U2 (Uje & Udin) menggunakan tranding topic sebagai stimulus para

audiencenya.Teori ini menjelaskan mengapa ketika orang menggunakan media
yang sama juga ikut membicarakan hal yang sama pula.
Penelitian dengan judul Strategi positioning program religi U2: Uje &
Udin TRANS 7 ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Bogdan dan Taylor (1975:5) memdefinisikan “metodologi penelitian kualitatif”
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari subjek maupun objek dan perilaku yang dapat di amati.
Pendekatan itu diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh ).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah strategi postioning program
U2 adalah berdasarkan ciri khas menetapkan konsep perjalanan ceramah dan
sketsa. Dengan Uje sebagai narasumber dan Udin sebagai asisten ustad.
Berdasarkan manfaat adalah Syi’ar, berdasarkan target audience adalah umat
muslim yang terbagi dari berbagai usia, jenis kelamin dan status ekonomi. Dan
berdasarkan program pesaing menetapkan pukul 07.30 bersaing dengan jenis
program entertainment, information, News dan children series. Dan penetapan
posisi berdasarkan kategori kategori Religious program (siaran keagamaan)
namun dikemas dalam bentuk variety show.Mengenai keberhasilan dalam episode
44, 45 dan 46 melalui share dan rating. Program ini mengalami penurunan sebesar
0.1 poin dan penaikan 0.3 poin. Oleh karena itu, strategi positioning U2 (Uje &
Udin) dirasa belum mendapati posisi yang optimal. Namun dengan demikian,

program U2 (Uje & Udin) masih dalam perkembangan positif
i

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta Alam yang penuh rahman dan
rahim sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke
jalan yang lurus dan terang benderang.
Penyelesaian skripsi ini dapat tercapai karena mendapat banyak dukungan
dan bantuan, baik berupa moril maupun materil,
1. Dr. M. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan I, Drs. Mahmud Jalal, MA
selaku Pembantu Dekan II, Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan
III, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarrofah, MA selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah banyak membantu dan mendukung penulis.
4. Drs. H. Sunandar Ibnu Noer M.Ag selaku pembimbing yang banyak

mengarahkan dan memberikan petunjuk dalam proses penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
5. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta H. Abu Bakar Arsyad dan umi Hj.
Asmarah yang telah memberikan kasih dan sayangnya sepanang masa serta
kakakku dan adik-adikku tersayang yang telah memberikan motivasi,

ii

dukungan, semangat, do’a serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah ikhlas
memberikan ilmunya sebagai modal utama bagi penulis.
7. Seluruh Staf UIN yang telah membantu penulis dalam pembuatan surat untuk
mendukung penelitian ini.
8. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan
bahan-bahan sebagai rujukan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Pihak Stasiun Televisi Trans7, mba’Indri bagian Hrd, Boris Sport7, mas Ucup
Affendi dan Apriani selaku produser associate, Tansa Ginanjar, Erlinda Nur,
Bang Abdul Jawad cameraman, Revino dan Harun.

10. Pihak keluarga Ust. Jeffri Al-Buchori yang telah ramah menerima penulis
dikediamannya. Bang Udin nganga, Opie Kumis serta Daus yang sering
berkelakar dan bersahabat.
11. Guru-guru pengajianku, Al-Habib As-sayid Ir.Ahyad Bin Abdullah Banahsan,
KH. Abdul Jawad Dasuki, Ust. Syukur S. Ag yang telah memberikan ilmu dan
ridhonya sehingga penulis dapat mengamalkan segala sesuatunya sehingga
harapan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semoga semua ini menjadi
berkah.Amiin Ya Robbal’alamin
12. Seluruh kawan-kawan Mahasiswa KPI angkatan 2007 khususnya kelas KPI A
yang selalu memberikan canda dan tawa serta dukungan yang sangat berharga
bagi penulis. Dan untuk sahabat-sahabatku terutama Feza, Mila, Ali, Fais,

iii

Adi, Ais, Uwi, Pranna, Uci, Kiki terima kasih untuk semangat dan do’a
kalian, semoga persahabatan kita terjalin sampai akhir hayat nanti.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang terbaik kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Amiin.

Jazakallahu khoiron katsiron..
Jakarta, 20 September 2011

Pepen Fauzi

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK

..............................................................................................

i

KATA PENGANTAR.................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................


v

DAFTAR TABEL .......................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................

1


B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................

11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................

12

D. Metodologi Penelitian ..........................................................

13

E. Tinjauan Pustaka....................................................................

15

F. Sistematika Penulisan ...........................................................

17


LANDASAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Televisi .......................................................

18

1.

Sejarah dan Perkembangan Televisi ................................

18

2.

Televisi Sebagai Media Dakwah .....................................

20

B. Ruang Lingkup Dakwah.........................................................

22


1.

Efektivitas Dakwah Melalui Televisi...............................

22

2.

Metode Dan Media Dakwah............................................

23

3.

Format Acara Dakwah di Televisi ...................................

27

C. Komunikasi Dalam Strategi Pemasaran..................................


29

1.

Pengertian Strategi ..........................................................

v

29

2.

Tahap-Tahap Strategi ......................................................

33

3.

Strategi Positioning .........................................................

34

4.

Sistematika Perolehan Rating Televisi.............................

36

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah dan Perkembangan Trans7 ........................................

43

1.

Sejarah Trans7 ................................................................

43

2.

Logo Trans7....................................................................

44

B. Visi dan Misi Trans7 ............................................................

44

C. Program-program Trans7 ......................................................

45

D. Struktur Organisasi Trans7.....................................................

47

E. Profil Program U2 (Uje & Udin) Trans7 ................................

48

1.

Sinopsis...........................................................................

48

2.

Profil Narasumber ..........................................................

49

a) Biografi Ust. Jeffry Al-Buchori ................................

49

b) Biografi Udin Nganga ..............................................

57

3.

Latar Belakang dan Tujuan Program U2 (Uje & Udin) ....

58

4.

Target Audience/ Pemirsa ...............................................

60

D. Tim Produksi Program U2 (Uje & Udin)................................

61

E. Stuktur Tim Produksi Program U2 (Uje & Udin)....................

64

BAB IV ANALISIS DATA
A. Tahapan Strategi ..................................................................

65

B. Strategi Positioning ..............................................................

73

1.

Penetapan Posisi Berdasarkan Ciri Khas Program ...........

75

2.

Penetapan Posisi Berdasarkan Manfaat Program .............

77

vi

3.

Penetapan Posisi Berdasarkan Pengguna Tertentu/ Target
Audience.........................................................................

78

4.

Penetapan Posisi Berdasarkan Program Pesaing ..............

79

5.

Penetapan Posisi Berdsarkan Kategori Program ..............

86

C. Mengukur Tingkat Keberhasilan dari Strategi Positioning
Program U2 (Uje & Udin) episode 44,45 dan 46 ....................
BAB V

81

PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................

89

B. Saran ....................................................................................

90

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

92

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Profil Program U2 (Uje & Udin) Trans7 .........................................

48

Tabel 2: Tim Produksi Program U2 (Uje & Udin).........................................

61

Tabel 3: Segmentasi Demografik Program U2 (Uje & Udin) Trans7 .............

79

Tabel 4: Program Komparasi Program U2 (Uje& Udin) Trans7 ....................

80

Tabel 5: General Program.............................................................................

82

Tabel 6: By Segment Program U2 (Uje& Udin) Trans7 ................................

84

Tabel 7: Programe Character Program U2 (Uje& Udin) Trans7 ....................

97

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Struktur Organisasi Trans 7 .........................................................

47

Gambar 2: Struktur Tim Produksi Program U2 (Uje & Udin) Trans7 ...........

61

Gambar 3: By Minute Program U2 (Uje& Udin) Trans7 ...............................

83

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata televisi berasal dari Yunani dari istilah “tele”yang berarti
jauh dan kata vision yang berarti penglihatan. Jadi televisi artinya
transmisi gambar visual dari jarak jauh sebagai satu rangkaian elektronik
atau pesawat televisi.1Televisi memiliki daya tarik sendiri, televisi
menggabungkan unsur audio (pendengaran) dan unsur visual (penglihatan)
karena menampilkan gambar hidup dan warna. Kedua aspek ini membuat
televisi menarik perhatian masyarakat dan menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk menonton.
Televisi sebagai media komunikasi untuk penyampaian informasi,
pendidikan dan hiburan adalah satu media audio visual dengan jangkauan
yang sangat luas. Kartikasari mengutip pernyataan Sudrajat yang
menjelaskan bahwa “pengertian televisi sesungguhnya adalah suatu
perlengkapan elektronik yang pada dasarnya adalah sama dengan gambar
hidup yang meliputi gambar dan suara.2
Mengingat sifatnya terbuka, cakupan pemirsanya tidak mengenal
usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat mulai anak-anak, remaja,
hingga orang dewasa luasnya jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya,
menjadikan media televisi sebagai media pembawa informasi yang besar

1

Readers Didest, How To Increase Your World Power, (Hongkong, Readers Digest
Associatoin Far East Itd, 1975), h. 175-176
2
Tatiek Kartikasari et.al., Pesan-pesan Budaya Film Anak-anak dalam Tayangan Televisi,
(Studi tentang pengaruh sistem modern terhadap prilaku sosial remaja Cianjur), (Depdikbud :
Jakarta, CV Eka Putra, 1995), h. 30

1

2

dan cepat pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap, dan prilaku anggota
masyarakat serta perubahan sistem dan tata nilai yang ada.3
Dari arahan ini peneliti membatasi bahwa ketertarikannya kepada
bagaimana suatu program televisi dapat mempengaruhi masyarakat pada
umumnya. Atau dengan kata lain, bagaimana program telvisi menanamkan
sebuah sinyal pesan kepada benak mereka karena dari sinilah positioning
sebuah produk dibutuhkan yang selanjutnya dibahas lebih dalam dibawah
ini.
Dalam perkembangannya sekarang televisi sudah memasyarakat
seperti halnya radio.Kini hampir setiap orang sudah dapat menikmati
siaran televisi. Televisi merupakan hasil teknologi komunikasi yang dapat
menyiarkan suatu program dalam bentuk suara sekaligus gambar (audiovisual) dari stasiun yang memancarkannya. Mengutip dari buku
(Darwanto:1994)

dikatakan

oleh

Dr.

Jack

Lyle,

Director

Of

Communication Institute The West Center pernah menyatakan di depan
rapat staff Menteri Penerangan RI, tentang efektifitas dalam menjalankan
fungsi televisi, ia menyatakan sebagai berikut :
Bahwa televisi untuk kita sebagai "jendela dunia". Apa yang
kita lihat melalui jendela ini sangat membantu dalam
mengembangkan daya kreasi kita, hal ini seperti diungkapkan oleh
Walter Lippman beberapa tahun lalu, bahwa dalam pikiran kita ada
semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan
sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan proses belajar,
terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat situasi yang

3

Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, Media Televisi :tujuan, isi, pengelola serta
dampaknya terhadap perubahan sistem nilai, (pengaruh tayangan program televisi terhadap
perilaku anak dan pemuda), (Jakarta, BPPN, 1992), h. 1

3

tidak setiap orang bertemu mengunjungi, atau telah mempunyai
pengalaman.4
Apabila kita melihat perkembangan pertelevisian di Indonesia,
maka kita sangat bergembira dengan adanya kebijakan pemerintah yang
membolehkan beroperasinya stasiun-stasiun televisi swasta seperti, RCTI,
SCTV, MNC TV, TVONE, ANTV, INDOSIAR, TRANS 7, ,TRANS TV,
JAK TV, O CHANNEL, ANTEVE, GLOBAL TVdan sebagainya. Dari
sekian banyak stasiun televisi tersebut, kini telah hadir setiap hari di
tengah-tengah masyarakat Indonesia yang menyajikan program-program
tayangan yang beraneka ragam, dari yang sifatnya hiburan, pendidikan,
dakwah islamiyah dan lain sebagainya.
Abad ini adalah abad informasi.Teknologi telah melahirkan media
baru yang lebih efisien, efektif dan mencapai jangkauan yang lebih luas.
Semua teknologi komunikasi dapat digunakan sebagai media dakwah,
salah satunya adalah televisi.
Media atau sarana dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
membantu juru dakwah dalam menyampaikan dakwahnya secara efektif
dan efisien, baik itu media cetak, media audio, media visual, maupun
media audio-visual.
Mengutip dari buku Drs. Muhaemin, menurut Dr. Abdul Karim
Zaedan, media dakwah ada dua macam5:

4

Darwanto Sastro Subroto, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta : Duta
Wacana University Press, 1994), hal. 89
5
Drs. Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Methodologi Dakwah Usaha Nasional,
(Surabaya-Indonesia : 1994), cet. Ke-1, hal. 130-131

4

a) Media ekstern : yang mempunyai hubungan langsung dengan
penggunaan

kesempatan

yang

lebih

menguntungkan

dalam

melaksanakan dakwah.
b) Media intern : penyampaian dakwah dengan perantaraan bahasa,
perbuatan (melalui akhlak) dan sikap juru dakwah sendiri.
Menurut Drs. Slamet Muhaemin Abda, media dilihat dari empat
sifat yaitu :


Media visual yaitu seperti film, gambar, dan foto.



Media auditif seperti radio, tape recorder, telepon, dan telegram.



Media audio-visual seperti film, televisi dan video.



Media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, dan buletin.
Setiap media memang memiliki kelebihan masing-masing, namun

banyak para pakar komunikasi yang mengatakan, bahwa jangkauan media
TV jauh lebih besar dan lebih luas dari media lainnya. Tentu saja hal ini
akan semakin mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi.
Begitu juga dalam proses pelaksanaan dan perkembangan dakwah.
Dilihat dari sisi dakwah, pasti saja media TV jauh lebih efektif dari pada
jenis-jenis media lainnya.Selain itu, dakwah di TV memiliki relevansi
sosiologi, mengingat mayoritas masyarakat kita beragama Islam. Secara
ekonomis, dakwah di TV punya pangsa pasar yang potensial. Fungsi
dakwah di TV biasa membantu individu dan masyarakat untuk

5

menemukan kembali dan memperkokoh nilai-nilai yang selama ini
menjadi bagian dari identitas mereka.6
Khusus

seperti

media

TV,

kiranya

dapat

mengupayakan

pendekatan yang bervariasi seperti yang selama ini banyak dilakukan.
Untuk tarikh dan akhlak misalnya akan lebih atraktif jika ingin lebih dekat
dengan pendekatan “film” tentang masalah-masalah fiqh dengan
pendekatan dialog atau tanya jawab dengan pemirsa dan sebagainya untuk
menunjang keberhasilan dakwah.
Oleh karena itu pesatnya perkembangan televisi-telivisi swasta di
Indonesia menjadikan persaingan para marketer dalam dunia pertelevisian
berkompetisi untuk membuat dan mengemas program televisinya agar
berhasil dalam proses ideasi kepada konsumennya. Pada umumnya,
televisi-televisi swasta di Indonesia tentunya merupakan televisi-televisi
yang mempertimbangkan keuntungan (profit). Di samping itu programprogram tersebut juga sebagai citra diri dari perusahaan pertelevisian itu
sendiri. Dengan cukup beragam program-program yang ditawarkan.
Dari baragam program tersebut, stasiun televisi juga mempunyai
program ke-rohanian, yaitu yang lebih dikenal program religi. Seperti
misalnya tvOne dengan progam religinya “Damai Indonesiaku”, MncTV
“Taman Hati”, Indosiar dengan “Mama&Aa” dan Trans7 dengan program
religinya U2: Uje&Udin dan lain sebagainya.
Televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena
kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan
6

194.

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka), Jilid 16, Cet. I, h.

6

melalui siaran gambar sekaligus narasinya (suaranya). Dakwah melalui
televisi dapat dilakukan dengan cara baik, dalam bentuk ceramah,
sandiwara, pragmen ataupun drama. Dengan melalui televisi seorang
pirsawan

dapat

mengikuti

dakwah,

seakan

ia

berhadapan

dan

berkomunikasi langsung di hadapan da'i. Sangat menarik dakwah melalui
televisi, dan apalagi jika da'i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya
dalam suatu program yang mudah dan disenangi berbagai kalangan
masyarakat.7
Kelebihan dakwah melalui media televisi dibandingkan dengan
media lainnya adalah disamping menarik karena kemungkinan penyajian
yang bervariasi, juga kemampuannya menjangkau daerah yang cukup luas.
Seorang da'i hanya cukup duduk beraction di studio tanpa harus tergantung
berkumpulnya komunikan, sebaliknya komunikan tidak lagi harus
menyiapkan diri secara resmi mengikuti suatu program dakwah seperti
halnya untuk menghadiri pengajian.
Di tengah perubahan masyarakat dan bangsa, serta akselerasi
perkembangan dunia, memang mau tidak mau dakwah islamiyah harus
mengakomodir peran dan fungsi perangkat komunikasi dan informasi
modern dengan segenap kemajuan teknologinya. Dengan menggunakan
teknologi demikian dakwah islamiyah akan lebih efektif dan efisien, selain
juga akan lebih luas lagi jangkauannya. Persoalannya tinggal bagaimana

7

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi dakwah, (Surabaya : al-Ikhlas,
1994), cet. Ke-1, hal. 87-89

7

setiap mendayagunakan dan menghasilgunakan segenap kecanggihan
teknologi komunikasi tersebut secara optimal.8
Oleh karena itu kita juga harus menyadari, bahwa kemajuan di
bidang teknologi dan alat-alat komunikasi massa mengharuskan kita untuk
menyesuaikan dalam teknologi dan metodologi dakwah serta media
dakwah. Jika tidak ada kesesuaian antara media dakwah dengan berbagai
bidang teknologi alat-alat komunikasi, maka sulit rasanya kegiatan dakwah
dapat berkembang.
Dengan demikian jelaslah, bahwa secara fungsional televisi
menjadi

perangkat

strategi

dan

universal

bagi

usaha

memacu

pembangunan mental spiritual dan akhlak masyarakat. Sejumlah
kecanggihan yang dimiliki oleh televisi dengan segenap perkembangan
artistik, estetik, dan etiknya dapat didayagunakan secara optimal untuk
mendorong manusia mendalami ajaran agamanya secara lebih intens.
Sumbangan televisi swasta terhadap dakwah Islam dapat pula ditampilkan
melalui program-program acara lain, baik film, musik, atau sinetron dan
lainnya.
Program religi U2:Uje&Udin adalah kemasan baru dari produk
yang telah dibuat oleh stasiun televisi Trans7. Program U2: Uje&Udin
merupakan program mengenai perjalanan ceramah ust. Jefri Al-Bukhori
serta asistennya ustad Udin Nganga (seorang comedian) dari tempat ke
tempat lain untuk berdakwah. Diselingi dengan sketsa-sketsa pendek
mengenai permasalahan dalam Islam antara Udin dengan Opie Kumis
8

A. Alatas Fahmi, Peran dan Fungsi Sosio Kultural TV Swasta dalam Dakwah Islam,
(Jakarta : Salam, 2 Juli 1992), hal. 4

8

(pemeran pendukung yang juga comedian) yang sedang dibutkan oleh
keduanya yang nantinya hal-hal ini dikupas dan dijelaskan oleh Uje secara
mendetail berdasarkan nash-nash Al-Qur’an serta hadist-hadist berkaitan
dengan permasalahan tersebut. Dalam penayangannya dibumbui dengan
tayangan rohani Islam yang menggabungkan unsur dramatisasi dan juga
unsur jenaka di dalam tayangan tersebut. Masalah-masalah Udin yang di
jawab dengan tausyiah-tausyiah ust. Jefri Al- Buckhori yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menyejukkan hati serta membuat kita berfikir.
Menampilkan kesan jenaka tetapi sarat nilai-nilai Islami. Mengenai syariat
Islam, fiqih maupun ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ALLAH
SWT.
Dari sinilah peneliti terbesit gagasan dan ketertarikan untuk
meneliti strategi atau kiat-kiat begaimana penetapan posisi (positioning)
suatu program serta segementasi penonton program-program religi Islam
yang ada pada suatu televisi-televisi swasta.Bahkan yang menjadi point
penting program ini ditayangkan tidak dalam traffic program religi Islami
pada umumnya, melainkan ditempatkan pada traffic program-program
yang bukan program religious.Ini menjadikan tantangan lebih bagi pihak
stasiun televisi dalam berkompetesi dengan program saingan atau bahkan
sedikit banyak bisa saja ini menjadi strategi dalam memasarkan program
tersebut agar menjadi alternative bagi pemirsanya untuk menjadikan
program ini lebih kompetitif dibandingkan pada traffic yang pada
umumnya. Di tengah maraknya program-program yang sangat mengiurkan
keuntungan yang fenomenal seperti sinetron, FTV, dan lainnya.. Yang

9

membuat para marketer pertelevisian harus kreatif dalam mengemas
program religi ini agar mempunyai daya saing dengan program-program
lainnya. Kalau tidak bisa saja program ini bisa saja tergantikan dengan
program religi lainnya atau lebih ironisnya lagi tergantikan dengan
program selain program religi yang lebih mementingkan keuntungan
semata.Lebih dalam lagi hal ini dibahas dalam positioning yang dilakukan
oleh pihak stasiun televisi maupun marketer televisi tersebut.
Menurut William F. Glueck dan Laurence Jauch, mendefinisikan
strategi sebagai sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategi perusahhan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
perusahaan dapat dicapai melaui pelaksaan yang tepat oleh organisasi.9
Dan strategi positioning adalah siasat dan perencanaan yang
dibangun oleh stasiun televisi untuk memberikan citra diri dan produk
yang ditawarkan kepada khalayak agar berhasil memperoleh posisi yang
jelas yang mengandung arti dalam benak sasaran (konsumennya).10
Menurut Philip Kotler (1997) definisi positioning “the act of
designing the company’s affering and image so what occupy a meaningful
and distinct competitive positioning the taeget costumers mind”. Strategi
positioning adalah tindakan yang dilakukuan marketer untuk membuat
citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil

9

William F. Gluck, Lawrence R. Jauch, Manajemen stratgis dan kebijakan Perusahaan,
edisi ke-dua, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 1992), h.239.
10
Mahmud Machfoesz. Komunikasi Pemasaran Modern.(Penerbit Cakra Ilm. 2010),
h. 133-134

10

memperoleh posisi yang jelas megandung arti dalam benak sasaran
(konsumennya)11.
Dan jika dikaitkan dengan salah satu teori media komunikasi,
positioning ini bisa dikatakan mendekati teori agenda setting. Teori agenda
setting diperkenalkan oleh Marvel Mc Combs dan Donald L. Shaw dalam
tulisan mereka yang berjudul “The Agenda Setting Function Of Mass
Media” yang telah diterbitkan dalam public opnion quertly pada tahun
1972. Teori agenda setting berbicara tentang dampak dari suatu media.
Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu
akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.12
Agenda setting terjadi ketika sinkronisasi antara agenda media
dengan agenda khalayak yang mempunyai kepentingan yang sama. Yang
kemudian melahirkan agenda kebijakan. Ketika suatu issue yang diangkat
dan di anggap penting oleh khalayak. Jika khalayak tidak mempunyai
mainsheet yang sama, (sinkronisasi) maka agenda setting tidak akan
terjadi. Agenda kebijakan yang salah satu pointernya adalah support
(dukungan) ini mempunyai 2 efek, yaitu efek langsung; issue itu ada atau
tidak pada benak khalayak, dan kedua efek lanjutan; persepsi, tindakan13.
Teori ini sedikit banyak bisa saja diterapakan

dalam program

tersebut sebagai salah satu langkah dalam mensiasati untuk menarik
perhatian penonton televisi. Dan penelitian ini menggunakan model

11

Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Kontrol. (Jakarta : Prehallindo, 1997 9th.ed. )Vol.1.
12
Tommy Suprapto, M.S.
Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi,
(Yogyakarta:Media Pressindo, 2009) .cet.ke-1 hal.49-50
13

Ibid. h. 50

11

symbolic interactionsm memahami interaksi sosial yang ada dalam
pemberinaan makna atau kesamaan nilai-nilai.
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini diberi judul
“Strategi Positioning Program Religi U2 (UJE & UDIN) TRANS 7”.

B. Batasan dan Rumusan masalah
Dalam hal ini peneliti membatasi strategi positioning program religi
U2:Uje&Udin pada televisi Trans7 dalam episode 44, 45 dan 46 dalam
share dan rating. Dan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi positioning yang dilakukan pada program religi
U2:Uje&Udin Trans7?
b. Bagaimana mengukur keberhasilan dari strategi positioning program
religi U2: Uje & Udin Trans 7 pada episode 44, 45 dan 46 melalui
share dan rating tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu umum dan khusus
sebagai berikut:
a. Secara umum penelitian ini bertujuan mencari dan mengumpulkan
informasi atas permasalahan yang telah dirumuskan serta analisis
mengenai strategi positioning program religi U2: Uje & Udin
Trans 7 melalui data-data primer dan sekunder yang diperoleh
dalam penelitian.

12

b. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengolah informasi
seputar judul penelitian sebagai laporan hasil penelitian dalam
bentuk skirpsi sebagimana

syarat kelulusan program S1

Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.
2.

Manfaat penelitian
Secara teoritis penelitian ini diupayakan untuk memberikan hasil

penelitian berupa karya ilmiyah yang diharapkan mampu menambahkan
referensi pustaka tentang dunia pertelevisian. Khususnya dalam
komunikasi pemasaran mengenai suatu program pertelevisian yakni
program religi. Dan juga peneliti berharap hasil penelitian dapat menjadi
sumber dan penelitian –penelitian selanjutnya dan memberi kontribusi
ilmiah bagi kegiatan-kegiatan akedemis lainnya.
Secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah mendapatkan
gambaran tentang upaya pemahaman tentang strategi positioning program
pada stasiun televisi khususnya program religi, pada masalah komunikasi
pemasaran perusahaan pertelevisian. Agar perusahaan lebih memberikan
perhatian dan pengamatan sehingga output dari program-program religi
dalam meningkat dan sejalan dengan visi misi pertelevisian selain itu
program religi juga memberkan citri diri perusahaan yang semakin positif.

D. Metodologi Penelitian
1.

Metode Penelitian
Penelitian dengan judul Strategi positioning program religi U2: Uje

& Udin TRANS 7 ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975:5) memdefinisikan “metodologi

13

penelitian kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek maupun objek
dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan itu diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistic (utuh )14.

2.

Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah tekhnik

pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa
pengumpulan data dalam bentuk kalimat, kata dan gambar.
a. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.15 Observasi dilaukan dengan
cara mengadakan kunjungan langsung ke stasiun televisi TRANS
7 Jakarta Selatan.
b. Interview guide, berisikan daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka
dan ingin memperoleh jawaban yang mendalam. Yakni jawaban
yang diharapkan luas, terinci, dan selengkap mungkin16. Yang
ditujukan kepada produser associate program U2 (Uje & Udin)
TRANS 7 saudara Ucup Affendi, maupun pihak yang terkait
lainnya disertai dengan data-data yang diperlukan.
c. Dokumentasi, adalah rekaman peristiwa yag lebih dekat dengan
percakapan , menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan
14

Bagong Suyanto dan Sutinah.Metode Penelitian Sosial.Jakarta:Kencana, 2007, cet.ke

3, h. 166.
15

Suharismi, Arikuntoro, prosedur penelitian:Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:PT.
Rineka Cipta, 1998, cet ke-2, hal.54
10

Ibid, h.56

14

interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks
rekaman tersebut. dilakukan untuk memperoleh data sekunder
dengan membaca buku-buku, referensi dan literatur yang relevan
dengan pokok permasalahan. Dokumentasi tersebut berupa
catatan, naskah, dokumern terkait terkait.

Adapun teknik penulisan skripsi ini, berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta CeQDA Tahun 2007.

3.

Teknik Analisa Data
Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan

mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokkan data.

Burhan

Bungin dalam bukunya Analisis Data Penelitian Kualitatif mengemukakan
analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah,
karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang
berguna memecahkan masalah penelitian.17
Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber data
yang tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa
pihak staf, pekerja media, humas dan pihak yang terkait.

17

.h.131

Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif.Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003,

15

4.

Teknik Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan tekhnik

triangulasi. Tekhnik tringulasi merupakan tekhnik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap pemeriksaan terhadap sumber
lain.18

5.

Instrumen Dan Alat bantu
Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak

bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrumen penelitian, peneliti
dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.19

E. Tinjauan Pustaka
Dan dalam menentukan penelitian ini, penulis sudah mengadakan
tinjauan pustaka yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) maupun perpustakaan umum Universitas Syarief
Hidayatullah (UIN) Jakarta. Melihat beberapa judul penelitian yang
terdahulu yang mempunyai kajian yang linear.
Terdapat satu skipsi karya Dwi Wahyuni Asriani tahun 2009,
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) D dengan judul Strategi
Positioning radio Gema Annisa sebagai Radio Dakwah 102, 8 Fm.

18

Prof. Dr. Lexy. J. Moloeng, M.A. Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2007). H.330-332
19
Ibid. h.19

16

Sedangkan penulis menyusun skirpsi berjudul Strategi Positioning
Program Religi U2 ( Uje & Udin) TRANS 7 oleh Pepen Fauzi tahun 2011.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Wahyuni Asriani
adalah subjek dan objeknya adalah pendengar radio siaran ceramah di
Radio Gemma Annisa dan metode penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif.
Sedangkan penelitian ini pendekatan kualitatif sebagai rangka
mencari data pada yang menjelaskan mengenai strategi positioning
program religi itu sendiri serta tingkat keberhasilan strategi positioning itu
sendiri (mount efficacy).. Yang diharapkan dapat melengkapi penelitian ini
agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Dengan subjek peneltian adalah
humas TRANS 7 serta praktisi yang terkait. Dan objeknya adalah program
religi U2:Uje & Udin TRANS 7.

17

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini akan dibahas terdiri dari lima bab dan masing-masing
bab terdiri daei sub-sub, yakni:
BAB I

PENDAHULUAN

membahas

latar

belakang

masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II

LANDASAN TEORITIS membahas ruang lingkup televisi,
televisi sebagai media dakwah, komunikasi dalam strategi
pemasaran, dan sistematika perolehan rating televisi.

BAB III

GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI TRANS 7
membahas sejarah dan perkembangan stasiun trans 7, visi dan
misi stasiun televisi trans 7, program-program televisi trans 7,
struktur perusahaan stasiun televise trans 7. Deskripsi Program
Religi U2: Uje & Udin di TRANS 7,

BAB IV

ANALISA DATA DAN HASIL TEMUAN membahas
tahapan-tahapan strategi, strategi positioning program religi
U2:Uje & Udin TRANS 7, Mengukur keberhasilan maupun
penurunan dari strategi positioning program religi U2:Uje &
Udin TRANS 7 episode 44, 45 dan 46.

BAB V

PENUTUP kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. RUANG LINGKUP TELEVISI
1. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Televisi Di Indonesia
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai
pengertian, pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik
kemudian disalurkan dengan perantaraan kabel atau gelombang elektro
magnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima.
Karena televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya obyek
menjadi deretan pulsa-pulsa listrik. Tabung kamera tersedia dalam
berbagai bentuk dan jenis, namun pada umumnya memiliki dua bagian
penting, yakni permukaan peka cahaya berfungsi untuk mengubah
pantulan cahaya obyek menjadi muatan listrik membentuk citra elektris
(electrical image). Berkas dibangkitkan oleh penembak elektron kemudian
dipindahkan ke seluruh permukaan bermuatan listrik.1
Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya
jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh
prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar2. Dengan demikian televisi
yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh.
Melihat jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di

1

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka), Jilid 16, cet. ke-1, h.

194
2

Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma
Rimbow, 1989), cet. ke-2, h. 221

18

19

suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui
sebuah perangkat penerima (televisi set).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,
mengandung arti, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek
yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara)
menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang
dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran
pertunjukan berita dan sebagainya.3
Istilah televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus
1906, di Kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan
para ahli bidang elektronika dari berbagai negara.4
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi
yang dimaksud di sini adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui
transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi
kabel). Dalam sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang
dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro
magnetik dan selanjutnya transmisi melalui pemancar. Gelombang elektro
magnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat
penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi lalu gelombang elektro
magnetik diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita

3

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. ke-3, h. 59
4
JB. Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, (Bandung: Alumni, 1986), h. 49

20

nikmati di layar televisi. Sedangkan pada televisi kabel gelombang elektro
magnetik tersebut disalurkan melalui kabel ke pesawat penerima.
Jelas televisi siaran, untuk dapat diterima di rumah harus melalui
proses-proses tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak
ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang
diterima menjadi tontonan yang membosankan.
Karenanya untuk menjadikan televis siaran ini tetap survive, maka
dibutuhkan tenaga-tenaga handal di bidangnya dan juga manajerial yang
kuat, sedikitnya ada delapan hal yang harus dimiliki individu-individu di
televisi siaran, individu yang handal tersebut harus memiliki :
a. Keahlian di bidang masing-masing
b. Tanggung jawab profesi
c. Kreativitas
d. Sifat untuk bekerja sama (tidak egoistis)
e. Kepemimpinan bijaksana (tegas tapi tidak kaku)
f. Kesadaran pada fungsinya masing-masing
g. Satu tekad untuk mencapai satu tujuan dengan baik yaitu siaran
televisi.
Memiliki pandangan jauh ke depan di bidang perangkat keras.

2. Televisi sebagai Media Dakwah
Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi (televisi),
merupakan salah satu bentuk pengoptimalan fungsi teknologi tersebut.
Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan

21

komunikasi secara umum dalam berkomunikasi kecanggihan media di
samping komponen lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feedback,
merupakan salah satu faktor sukses tidaknya suatu aktivitas komunikasi.
Media televisi khususnya sebagai hasil teknologi merupakan saluran
yang bisa dipergunakan untuk memperluas jangkauan dakwah islamiyah,
karena itu penguasaan IPTEK sangat penting termasuk infra strukturnya.
Dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakkan
perubahan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun
dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang
lentur, kreatif dan bijak.5
Kehadiran televisi berbagai stasiun televisi baik nasional maupun
swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat
luas bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi
suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara menarik televisi
merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut bisa
dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization
(AS) 1982, menyebutkan bahwa TV mempunyai kredibilitas 53 %, surat
kabar 22 %, majalah 28 %, dan radio 6 %.6
Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus
tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak
orang terlebih mayoritas negara kita 85 % pemeluk agama Islam, maka
sudah selayaknya para pengelola televisi bisa menghadirkan paket-paket

5

Makalah, Asep Saipul Muhtadi, Dakwah Dalam Pluralisme Masyarakat Modern
Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita, 13
Desember 1991)
6

22

acara

dengan

nuansa

islami

sebagai penghormatan

dan

sebagai

penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informatif
dan hiburan.

B. RUANG LINGKUP DAKWAH
1. Efektifitas Dakwah melalui Media Televisi
Abad ini adalah abad informasi. Teknologi telah melahirkan media
baru yang lebih efisien, efektif dan mencapai jangkauan yang lebih luas.
Semua teknologi komunikasi dapat digunakan sebagai media dakwah,
salah satunya adalah televisi.
Televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena
kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan
melalui siaran gambar sekaligus narasinya (suaranya). Dakwah melalui
televisi dapat dilakukan dengan cara baik, dalam bentuk ceramah,
sandiwara, pragmen ataupun drama. Dengan melalui televisi seorang
pirsawan

dapat

mengikuti

dakwah,

seakan

ia

berhadapan

dan

berkomunikasi langsung di hadapan da'i. Sangat menarik dakwah melalui
televisi, dan apalagi jika da'i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya
dalam suatu program yang mudah dan disenangi berbagai kalangan
masyarakat.7
Kelebihan dakwah melalui media televisi dibandingkan dengan
media lainnya adalah disamping menarik karena kemungkinan penyajian
yang bervariasi, juga kemampuannya menjangkau daerah yang cukup luas.
7

Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi dakwah, (Surabaya : al-Ikhlas,
1994), cet. Ke-1, hal. 87-89

23

Seorang da'i hanya cukup duduk beraction di studio tanpa harus tergantung
berkumpulnya komunikan, sebaliknya komunikan tidak lagi harus
menyiapkan diri secara resmi mengikuti suatu program dakwah seperti
halnya untuk menghadiri pengajian.

2. Metode dan Media Dakwah
Metode dakwah berasal dari bahasa Jerman methodica artinya
ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata
methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.8 Dalam
bahasa Inggris, metode berasal dari kata method, yang mempunyai arti
pelajaran atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil
yang efektif.9
Metode dakwah berarti jalan atau cara atau teknik berkomunikasi
yang digunakan oleh seorang da'i dalam menyampaikan risalah Islam
kepada masyarakat (mad'u) yang menjadi obyek dakwahnya.10
Dari pengertian ini dapat diketahui agar dakwah bisa berhasil
haruslah diketahui metode yang digunakannya. Pedoman dasar atau
prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam alQur'an dan Hadits Rasulullah SAW.
Dalam al-Qur'an, metode dakwah ini disebutkan dalam surat anNahl ayat 125, dimana diterangkan dengan jelas tentang cara berdakwah.

8

Hasanuddin, Op.cit., hal. 35
Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh, (Semarang : CV.
Toha Putra, 1969), hal. 34
10
Said bin Ali Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press,
1994), cet. Ke-1, hal. 101
9

24

Dengan kata lain, pada ayat tersebut Allah memberikan penjelasan yang
dapat dijadikan patokan, bagaimana seharusnya berdakwah itu. Allah pun
memberikan ketentuan, agar ajaran Islam itu disampaikan dengan hikmah
yang kita terjemahkan dengan kebijaksanaan, sesuai dengan kebutuhan
yang ada.
Allah berfirman dalam Surat an-Nahl ayat 125 :
          

              

Artinya : “Seruah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara baik.” (An Nahl/
16: 125).
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga
cara, yaitu dengan hikmah, dengan nasihat/pelajaran dengan baik
(mau'izhah hasanah), dan dengan mujadalah (berdebat dengan cara yang
baik).11

1. Dengan Hikmah (bijaksana)
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi 12:

‫ﻞﹸ‬‫ ﺍﹾﳌﹸﺰِﻳ‬‫ﻖ‬‫ ﻟِﻠﹾﺤ‬‫ﺿِﺢ‬‫ﻞﹸ ﹾﺍﳌﹶﻮ‬‫ﻟِﻴ‬‫ ﺍﻟﺪ‬‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﺔِ ﻭ‬‫ﻜﹶﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺔِ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺤِﻴ‬‫ﻘﹶﺎﻟﹶﺔِ ﺍﹾﻟﺼ‬‫ﻱ ﺑﺎِﻟﹾﻤ‬
 ‫ﺔِ ﺍﹶ‬‫ِﺑﺎﻟﹾﺤِﻜﹾﻤ‬
.ٍ‫ﺔ‬‫ﻬ‬‫ﺒ‬‫ﻟِﻠﹾﺸ‬

11

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 34
12
Ibid, hal 35

25

Artinya : "Dakwah dengan bil Hikmah adalah dakwah dengan
menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang
menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan".
Menurut Toha Yahya Omar, "hikmah adalah bijaksana, artinya
meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir,
berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan
kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal
yang dilarang oleh Tuhan".13
Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, "hikmah adalah
perkataan yang tepat lagi tegas yang dibarengi dengan dalil yang dapat
menyingkap kebenaran dan melenyapkan keserupaan".14
Menurut Ali Mustafa Ya'kub, "hikmah adalah sebagai ucapanucapan yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan
meyakinkan".15
Dari penjelasan para ahli di atas dalam memberikan definisi
hikmah, penulis dapat menyimpulkan bahwa hikmah adalah perkataan
dan perbuatan yang tepat berdasarkan ilmu, dalam arti menyesuaikan
kepada keadaan zaman yang tidak bertentangan dengan agama Allah.

2. Dengan Mau'izhah Hasanah (nasehat/pelajaran yang baik)

‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻔِﻌ‬‫ﻨ‬‫ﺎ ﻳ‬‫ﺗﻘﺼﺪ ﻣ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﺑِﻬ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﺎﺻِﺤ‬‫ﻨ‬‫ ﺗ‬‫ﻚ‬‫ ﺍِﻧ‬‫ﻬِﻢ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻔِﻰ‬‫ﺨ‬‫ ﻻﹶﻳ‬‫ ﺍﻟﱠﺘِﻲ‬‫ﻫِﻲ‬‫ﺔ ﻭ‬‫ﻨ‬‫ﺴ‬‫ﻋِﻈﹶﺔﹸ ﺍﻟﹾﺤ‬‫ﻮ‬‫ﺍﹶﻟﹾﻤ‬
.ِ‫ ٰﺍﻥ‬‫ ﺑِﺎﻟﹾﻘﹸﺮ‬‫ﺎ ﺍﹶﻭ‬‫ﻬ‬‫ﻓِﻴ‬

13

Hasanuddin, Op.cit., hal. 36
M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press,
1997), hal. 21
15
Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus,
1997), hal. 121
14

26

Artinya : "Al-Mau'izhatil hasanah yaitu perkataan-perkataan yang
tidak tersembunyi bagi mreka, bahwa engkau memberikan nasihat dan
menghendaki manfaat kepada mereka, atau dengan al-Qur'an.16
Mau'izhah hasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik
atau memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.17
Dengan lemah lembut dan perkataan yang enak didengar dan memberi
pelajaran atau nasihat akan dapat membuka hati yang keras, dan akan
mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan
penghinaan.
Jadi mau'izhah hasanah adalah nasihat yang baik, yaitu dengan
anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah
dipahami. Memberi nasihat merupakan cara yang mudah dalam
berdakwah yang bisa dilakukan oleh seorang muslim, ia tidak harus
melalui mimbar di masjid atau majelis taklim tapi cukup dengan
obrolan biasa atau diskusi ringan yang menyejukkan.
3. Dengan Mujadalah (berdebat dengan cara yang baik)
Dalam Tafsir Jalalain disebutkan :

ِ‫ﺎﺗِﻪ‬‫ﺎﺀً ﺍِﻟﹶﻰ ﺍﷲِ ﺑِﺎﹶﻳ‬‫ﻋ‬‫ ﻛﹶﺎﻟﺪ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ ﺍﹶﺣ‬‫ ﻫِﻲ‬‫ﻟﹶﺔﹸ ﺍﻟﱠﺘِﻲ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺠ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﺍﹶﻱ‬‫ﻦ‬‫ﺴ‬‫ ﺍﹶﺣ‬‫ ﻫِﻲ‬‫ ﺑﺎِﱠﻟﺘِﻲ‬‫ﻢ‬‫ﺎﺩِﻟﹾﻬ‬‫ﺟ‬‫ﻭ‬
.ِ‫ﺠﺘِﻪ‬
 ‫ﺎﺀٍ ﺍِﻟﹶﻰ ﺣ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬
Artinya : "Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT
dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan hujjah-Nya".18

16

Hasanuddin, Op.cit., hal. 37
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia : Nuur Niaga SDN