produktif. Oleh karena itu setiap saat perlu ada pengajian ulang terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh keluarga.
5. Integrasi sistem dalam keluarga .
Empat sistem dinilai vital dalam keluarga, yaitu sistem perumusan sasaran dan rencana, sistem standarisasi, sistem upaya peningkatan, dan sistim komunikasi serta pemecahan
masalah. Hal yang tidak kalah penting adalah integrasi dari sistem-sistem itu. Menyekolahkan anak seharusnya dibarengi dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan
membuat rencana, giat mempertahankan upaya tersebut dan diikuti oleh keterbukaan dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Sering terjadi adanya upaya untuk jalan dengan satu
sistem saja karena hal itu akan menempatkan keluarga pada comfort zone, namun
sesungguhnya ada masalah lain.
6. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
Ada tiga kemampuan pokok yang vital untuk keberlangsungan keluarga, yaitu manajemen waktu, komunikasi, dan pemecahan masalah, terlebih dengan adanya kecenderungan
tuntutan jaman mengarah pada permintaan individu pada komitmen di luar rumah.
7. Menciptakan rasa aman dalam keluarga
Rasa aman ini seharusnya muncul dari dalam keluarga, bukan berasal dari luar yang hanya akan menciptakan ketergantungan. Ada beberapa cara untuk meraih rasa aman internal
yaitu : a Berpegang pada prinsip yang tidak mudah berubah.
b Memperkaya kehidupan pribadi. c Menghargai lingkungan alam.
d Membiasakan untuk mempertajam kehidupan secara fisik, mental dan spiritual. e Rela membantu sesama anggota keluarga
f Mewujudkan integritas dalam keluarga. h Menempatkan orang lain sebagai pihak yang mencintai dan mempercayai.
8. Membangun misi keluarga .
Banyak keluarga yang dikelola berdasarkan pada tujuan sesaat, bukan pada prinsip yang
kuat, sehingga ketika ada masalah muncul yang terjadi justru kepanikan. Keluarga yang
memiliki misi jelas yang tiap anggotanya menginternalisasi misi itu berarti memiliki acuan yang menjadi pegangan.
KELUARGA TRADISIONAL VS. KELUARGA NON TRADISIONAL
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 19
Keluarga tradisional
1. Suami sebagai kepala keluarga Hal ini memiliki pandangan bahwa peran suami adalah sentral, terkait dengan berjalan
maupun tidaknya keluarga tersebut, dimana tugas suami sebagai kepala keluarga ini memiliki kewajiban penuh dalam memenuhi segala kebutuhan baik lahiriah maupun batiniah
yang ada dalam keluarga yang dibinanya, sehingga didapatkan struktur bahwa posisi suami selalu berada diatas dan selalu harus dihargai dan dihormati segala ucapan dan
tindakannya. 2. Istri sebagai ibu rumah tangga
Peran istri dalam konsep keluarga tradisional adalah sebagai ibu rumah tangga saja, dimana pekerjaannya sebagai pengasuh anak- anak dan suami dalam mengurus segala keperluan
yang dibutuhkan oleh anggota keluarganya. Selain itu, istri hanya berada di dalam rumah saja dan mengurusi segala kebutuhan rumah tangga. Hal ini
juga terkait dengan peran gender, dimana peran perempuan adalah sosok penurut dan rata- rata selalu memiliki tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi.
3. Keharmonisan keluarga Sebisa mungkin segala konflik yang terjadi dalam setiap kehidupan keluarga diselesaikan
dengan jalan damai, dimana pada akhirnya istri selalu mengalah pada keputusan yang dibuat oleh suaminya sebagai kepala keluarga maka dengan konsep seperti itulah
kehidupan keluarga bisa berlangsung dengan baik.
Kondisi keluarga Post - Modern
Pada dasarnya sistem yang ada dalam keluarga merupakan suatu unit sistem terkecil dalam masyarakat telah mengalami perubahan. Hal ini terkait dengan perubahan dalam hal
peran dan fungsi keluarga, pemaknaan anggota atas keluarga, serta terkait dengan bagaimana keluarga sebagai sistem, berhubungan dan berinteraksi dengan sistem
eksternalnya. Sebagai konsekuensinya, perubahan tersebut ternyata memunculkan beberapa permasalahan yang mengancam hakikat peran dan fungsi keluarga yang
diidealkan oleh masyarakat. Masyarakat dalam hal ini masih menginginkan system keluarga mempunyai peran dan fungsi vitalnya.
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 20
PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA
PENGERTIAN PERKAWINANPERNIKAHAN
Perkawinan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita sebagai suami isteri berdasarkan hukum UU, hukum agama atau adat istiadat yang berlaku Hawari, 2006.
Menurut Undang-Undang Perkawinan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang dimaksud dengan perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Ikatan lahir-batin, yang berarti bahwa dalam perkawinan itu perlu adanya ikatan tersebut pada keduanya. Ikatan lahir adalah merupakan ikatan yang menampak, ikatan
formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Ikatan formal ini adalah nyata, baik yang mengikat dirinya yaitu suami dan isteri, maupun bagi orang lain yaitu masyarakat luas.
Ikatan batin adalah ikatan yang tidak nampak secara langsung, tetapi merupakan ikatan psikologis. Antara suami dan isteri harus ada ikatan ini, harus saling mencintai satu sama
lain dan tidak adanya paksaan dalam perkawinan. Bila perkawinan dengan paksaan, tidak adanya cinta kasih satu dengan yang lain, maka berarti bahwa dalam perkawinan tersebut
tidak ada ikatan batin Walgito, 2010. Sikun Pribadi 1981 mengemukakan bahwa pernikahan ialah ikatan janji cinta antara
dua jenis kelamin, yang bertemu dalam hatinya. Dalam pengertian cinta, ada dua unsur yaitu saling menyayangi dan tarik-menarik karena birahi. Di dalam gejala birahi terdapat
unsur seks, yang selalu ada pada setiap manusia yang normal. Seks ialah energi psikis, yang mewujudkan diri dalam berbagai bentuk, terutama dalam bentuk hubungan antar
manusia sebagai pria dan wanita. Atas dasar pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan tersebut dapatlah dikatakan bahwa
perkawinan atau pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 21
wanita; sebagai suami-isteri atas dasar cinta dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha.
PERSYARATAN PERKAWINAN Persyaratan umum
Berdasarkan UU Perkawinan 1974 pasal 7, syarat yang harus dipenuhi sbb : 3 Umur pria 19 th, wanita 16 th
4 Penyimpangan psl 1, dapat memeinta dispensasi pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orangtua kedua pihak
Persyaratan khusus Persyaratn ini tergantung dari masing-masing calon pasangan yang dianggap sesuai
dengan dirinya. Terpenuhi persyaratan ini dapat memperkecil kemungkinan permasalahan keluarga
TUJUAN PERKAWINAN.
Tujuan perkawinan implisit di dalam rumusan tentang pengertian perkawinan sebagaimana diuraikan di muka. Lebih jelasnya, dalam pasal 1 Undang-Undang Perkawinan tersebut
dikemukakan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan tujuan perkawinan
tersebut mengisyaratkan bahwa tujuan kedua individu yang melakukan perkawinan itu haruslah sama. Kalau sampai terdapat tujuan yang berbeda, tentu saja perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena tujuan yang tidak sama antara suami dan isteri akan merupakan sumber permasalahan dalam keluarga.
Di samping tujuan yang akan dicapai harus sama antara suami dan isteri, kebahagiaan dalam keluarga perlu dijadikan arah dan bila perlu dijadikan target yang harus dicapai.
Menurut Erich Fromm hidup bahagia itu adalah kriteria bagi kehidupan yang utama, bagi kehidupan yang etis. Itulah seni hidup yang paling sukar. Jika kondisi itu tercapai, dapat
dikatakan bahwa hidup kita telah berhasil sebagai hidup yang produktif, yang sangat besar manfaatnya, hidup yang banyak amalnya, yang tidak konsumtif sebagai parasit yang hidup
dari usaha orang lain.
Karakteristik kualitas perkawinan yang sukses
Karakteristik perkawinan yang sukses menurut Sadarjoen 2005 sebagai berikut : 1. Komitmen yang terjaga,
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 22
2. Kejujuran, kesetiaan, kepercayaan, 3. Rasa tanggungjawab,
4. Kesediaan untuk menyesuaikan diri, 5. Fleksibilitas dan toleransi dalam setiap aspek perkawinan termasuk kehidupan
seksual, 6. Mempertimbangkan keinginan pasangan,
7. Komunikasi yang terbuka, dengan penuh empati dan saling menghormati respek antar pasangan,
8. Menjalin hubungan antar pasangan dengan cinta kasih penuh afeksi, 9. Pertemanan yang nyaman antar pasangan,
10. Kemampuan mengatasi krisis dalam setiap situasi dalam kebersamaan, 11. Menjaga nilai-nilai spiritual antar pasangan perkawinan dan keturunanny
Kehidupan keluarga yang berhasil menurut DeGenova dan Rice 2002, adanya :
Communication
Admiration and respect
Companionship
Spirituality and Values
Commitment
Affection
The ability to deal with crises and stress
Responsibility
Unselfishness
Empathy and sensitivity
Honesty, trust and fidelity
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 23
PERSPEKTIF : TEORI SISTEM KELUARGA
Pendekatan yang saat ini banyak dipergunakan dalam mengkaji keluarga yaitu pendekatan teori sistem.
Berbeda dengan pandangan lalu tentang keluarga, maka saat ini keluarga lebih dipandang sebagai suatu system. Pandangan ini dikenal dengan “ Family System Theory”
“Family System Theory” menyatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada salah satu anggota keluarga akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya. Antar
anggota keluarga akan saling berhubungan dan bekerja sebagai satu kelompok system keluarga family system
Carl Whitaker menekankan pemikirannya bahwa tidak ada individu dalam hidup ini, yang ada adalah kepingan keluarga. Dengan kata lain, manusia sebagai individu tidak
dapat dilepaskan dari keterikatannya dengan keluarga. Bagaimana individu berfikir dan berperilaku sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga. Cara terbaik untuk memahami
individu adalah dengan memahami keluarganya. Dalam terapi keluarga cara paling paling efektif untuk mengubah individu adalah dengan mengubah keluarganya.
Family System Theory dikembangkan dari general system theory. Beberapa konsep dalam general system theory dianggap relevan dengan system keluarga. Konsep mengenai
multiple system level menjelaskan bahwa sistem melekat di dalam sistem yang lain, dimana ketika perhatian difokuskan pada satu sistem tertentu, maka satu supra sistem system yang
lebih besar dan sub sistem sistem yang lebih kecil biasanya akan ikut terlibat. Dalam pasangan suami istri, maka supra sistemnya adalah keluarga dan subsistemnya terdiri dari 2
individu. Jika fokusnya adalah nuclear family maka supra sistemnya adalah extended family dan sub sistemnya adalah pasangan sumai istri atau unit diadic dua orang yang lainnya,
seperti orang tua dan anak.
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 24
Dalam general system theory, keluarga mengandung konsep “Wholeness”, yaitu konsep bahwa keseluruhan itu lebih besar dari penjumlahan bagian-bagiannya whole is
more than the sum of its parts. Dimana kualitas keseluruhan keluarga lebih bermakna daripada sekedar penjumlahan anggota keluarga. Hal ini memiliki arti bahwa keluarga
keluarga tiidak dapat dipahami dengan hanya memahami masing-masing anggota keluarga sebagai individu saja karena masing-masing individu akan berperilaku berbeda saat diluar
lingkungan keluarganya. Family system framework berasumsi bahwa sistem-sistem bersifat kontinum dari
extreem morphostatis sampai extrem morphogenesis. Dalam sistem yang sehat menyatakan bahwa keseimbangan antara separatedness sebagai individu dan
connectedness sebagai sebuah sistem. Dinamika akan membantu system untuk menjaga keseimbangan antara separatedness- connectedness yang ada.
General system theory juga menekankan bahwa komunikasi dalam sistem itu penting. Sistem keluarga akan berfungsi dengan baik jika pertukaran informasi-informasi yang
penting dilakukan secara teratur antar anggota keluarga General system theory membicarakan umpan balik dalam komunikasi yang dapat bersifat positif dan negatif.
Umpan balik yang bersifat positif dalam keluarga akan mengarahkan perubahan, sementara umpan balik negatif dibuat untuk meminimalkan perubahan dan menjaga segala sesuatu
tetap sama, dimana umpan balik dapat berasal dari dalam internal maupun dari luar keluarga eksternal.
Definition of a family as a social system characterized by
wholeness,
transformation,
self-regulation,
circularity,
feedback loop,
boundaries,
morphostasis, morphogenesis, adaptation, equifinality, family cohesion and flexibility
Family System Theory” menyatakan :
- Segala sesuatu yang terjadi pada salah satu anggota keluarga akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya.
- Antar anggota keluarga akan saling berhubungan dan bekerja sebagai satu kelompok
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 25
system keluarga family system - Carl Whitaker - tidak ada individu dalam hidup ini, yang ada adalah kepingan keluarga.
D.p.l. manusia sebagai individu tidak dapat dilepaskan dari keterikatannya dengan keluarga Carl Whitaker
-Bagaimana individu berfikir dan berperilaku sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga
- Cara terbaik untuk memahami individu adalah dengan memahami keluarganya. - Dalam terapi keluarga, cara paling paling efektif untuk menangani individu adalah dengan
melibatkan keluarganya.
DASAR LANDASAN HIDUP BERKELUARGA
PENGERTIAN CINTA
Apakah yang dimaksud dengan cinta ? Cinta tidak mudah didefinisikan dan ada berbagai pendapat
Menurut Harry Stack Sullivan, love When the satisfaction or security of another person becomes as significant to one as is ones own satisfaction or security, then the state
of love exists.
What is love actually? Robert Stenberg states that love is
“An intense feeling of caring and longing for another, which includes the combination between passion, intimacy and commitment”
Passion means the desire or lust, which exists in relationship between man and woman. Intimacy is an intense feeling of togetherness. Commitment is the decision of the
couple to commit their relationship in a marriage. The thesis writer may say that love is an intense feeling of positive regard toward another person in which the needs and desires of
that person, the one he loves, are put above those of himself
Love is not only an emotion, it is much more than that. It includes attitude, positive
approval, helpful criticism, positive acceptance and a wish for the well being of the loved one.
Robert Stenberg divides love between man and woman into seven stages; that is,
-liking, - infatuation,
- empty love,
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 26
- romantic love, - fatuous love,
- companionate love, - consummate love
As it is written before that love may involve three components; that is, passion, intimacy, and commitment. The seven stages of love are based on how much the passion, intimacy,
and commitment the person has.
The most complete form of love is consummate love, which involves passion, intimacy
and commitment as seen in the diagram below:
The picture above is called TRIANGULAR model of love by Robert Stenberg.
PENJELASAN “ the seven stages of love” : Liking is an attraction for the other that includes intimacy. It is usually found in friendship
because friendship starts from liking the feeling of closeness and warmness between lovers. Best friends are sharing and supporting each other when they face any problems.
Infatuation is an attraction for the other that includes passion only. It is also called as “Blind- love ” and it happens when someone says, “I love you” although he does not know
exactly about the personality or the character of the lover. It means that it is just love at the first sight; he is attracted only to the appearance. Whenever he sees that the girl is beautiful,
the passion Will rise and attack his logical thinking and make him blind. So, this love lacks of intimacy and commitment.
Empty love has no intimacy and passion. It has only commitment to live together. It can be
seen in the matched-couple when they do not know anything about his or her matched- couple or can also be seen in the love of a couple who have married for a long time and the
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 27
passion of love has gone together with the time and there is only the commitment to live together.
Romantic love is love, which is based on romance, so it involves intimacy and passion.
The couples really love each other, the feeling of love is followed by passion but they do not have commitment to live together.
Fatuous love is love , which has no intimacy but only passion and commitment Companionate love consists of intimacy and commitment. It combines feelings of deep
attachment and friendly affection, such as warm, caring and intimate relationship. As mentioned earlier, Robert Stenberg said that companionate love is the combination of the
commitment and intimacy. Besides loving each other, a couple should commit themselves in a marriage.
Consummate love is the most complete love, it has all three in on : passion, intimacy and
commitment.
Kesimpulan :
Cinta yang “sempurna” Robert J.Stenberg, mencakup 1.GAIRAH daya tarik fisik seksual
2.KEINTIMAN kehangatan, kenyamanan, berbagi 3.KOMITMEN untk selalu bersama mempertahankan hubungan
Faktor yang mengikat suami-isteri sehingga mereka mempertahankan perkawinan :
Dalam penelitiannya terhadap pasangan-pasangan perkawinan yang bertahan tidak bercerai, Grunebaum 1990 menemukan 5 faktor yang mengikat suami-isteri sehingga
mereka mempertahankan perkawinannya, yaitu: 1 saling memberi dan menerima kasih sayang,
2 suami-isteri merupakan kemitraan persahabatan bukan rival atau pesaing satu dengan lainnya
3 saling memuaskan dalam pemenuhan kebutuhan biologis seksual dan bertindak serta berperilaku sesuai dengan etika moral agama,
4 masing-masing pihak mempunyai komitmen dalam pengambilan keputusan keputusan bersama,
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 28
5 saling menjaga dan memelihara hubungan sosial dengan anak-anak dan keluarga kedua belah pihak.
Twelve characteristics of marital success
: 1 Commitment to self, to each other, to the relationship
2 Honesty, trust, fidelity 3 Responsibility
4 Adaptability, flexibility, tolerance 5 Unselfishness
6 Communication 7 Empathy, sensitivity
8 Admiration, respect, egalitarianism 9 Affection
10 Companionship 11 Ability to deal with stress and crises
12 Spirituality Values
Five major elements of mature love
a. Tolerance b. Respect
c. Honesty d. Stay together for mutual advantage
e. Companionability
Psikologi Keluarga – Christiana hari s. 29
Penyesuaian-penyesuaian dalam hidup berkeluarga
Dalam kehidupan berkeluarga, diperlukan penyesuaian berkaitan dengan Hurlock, 1980 :
1. Penyesuaian dengan pribadi pasangan diperlukan karena kemungkinan ada