METODE PENELI TI AN HASI L PENELI TI AN DAN

60 Muhammadiyah Journal of Nursing

A. PENDAHULUAN

Pembedahan merupakan salah satu jenis penatalaksanaan pada pasien fraktur untuk mereposisi fragmen tulang yang patah. Tindakan pembedahan tersebut menyebabkan rasa nyeri sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan menghambat proses pemulihan pasien jika tidak dilakukan manajemen nyeri dengan baik. Pasien yang dilakukan tindakan operasi mengalami nyeri akut setelah operasi sekitar 80 . Nyeri yang dialami pasien 86 dalam kategori nyeri sedang dan berat. Kneale, 2011; Christopher, 2011 . Nyeri setelah operasi disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri. Mediator kimia dapat mengaktivasi nociceptor lebih sensitif secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyebabkan hiperalgesia. Nyeri pasca operasi fraktur akan berdampak pada sistem endokrin yang akan meningkatkan sekresi kortisol, katekolamin dan hormon stres lainnya. Respon fi siologis yang berpengaruh akibat nyeri adalah takikardia, peningkatan tekanan darah, perubahan dalam respon imun, hiperglikemia. Nyeri juga menyebabkan pasien takut untuk bergerak sehingga beresiko terjadi trombosis vena dalam, atelektasis paru, mengurangi motilitas usus dan retensi urin Constantini A ff aitati, 2011. Resiko masalah – masalah pasca operasi fraktur tersebut dapat diminimalkan jika pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri yang dialaminya. Intervensi non farmakologis yang dapat dilakukan perawat untuk membantu pasien beradaptasi terhadap nyeri pasca operasi adalah edukasi nyeri dan meditasi dzikir. Edukasi nyeri dapat diberikan pada tahap pra operasi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pasien mengontrol nyeri pasca pembedahan. Pada tahap preoperatif pasien mungkin mengalami kekhawatiran terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan dan akibatnya pasien mungkin mengalami kecemasan dan ketakutan. Edukasi sebelum operasi secara signifi kan memperpendek lama tinggal di rumah sakit yaitu dari 7 hari menjadi 5 hari Jones, 2010. Stimulus kognator dengan edukasi nyeri ini diperlukan dalam proses adaptasi terhadap nyeri post operasi yang dialami oleh pasien. Melalui edukasi akan terjadi proses pembelajaran dan pembelajaran merupakan upaya penambahan pengetahuan baru, sikap dan ketrampilan melalui penguatan praktek dan pengalaman tertentu Smeltzer Bare, 2008, Potter Perry, 2009. Meditasi dzikir merupakan bagian dari meditasi transendental yang melibatkan faktor keyakinan. Respon relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut akan mempercepat terjadinya keadaan relaks atau dengan kata lain kombinasi respon relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan melipatgandakan manfaat yang didapat dari respon relaksasi. Semakin kuat keyakinan seseorang berpadu dengan respon relaksasi maka semakin besar pula efek yang didapat. Penelitian telah membuktikan bahwa meditasi Zikir dan relaksasi rahang pada pasien bedah abdomen menunjukkan hasil yang signifikan mengurangi kecemasan dan nyeri post operasi Solinan et al., 2013, terapi meditasi zikir selama 30 menit bisa mengurangi rasa sakit pasca operasi 6-8 jam dan 24-30 jam pada pasien yang menjalani operasi perut Sitepu, 2009. Manfaat dzikir kepada pasien untuk mendapatkan respon relaksasi, ketenangan , kesadaran , dan kedamaian yang meningkatkan psikologis, sosial, spiritual dan status kesehatan fisik Abdel - Khalek Lester , 2007. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi edukasi nyeri dan meditasi dzikir terhadap adaptasi nyeri pada pasien pasca operasi fraktur.

B. METODE PENELI TI AN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasy – Experiment dengan Pre-Post Test Design. Sampel dalam penelitian ini pasien operasi fraktur yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 48 orang dengan 24 orang pada kelompok intervensi dan 61 Muhammadiyah Journal of Nursing 24 orang kelompok kontrol. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan consecutive sampling dengan pengambilan data pada bulan Juli – September 2014. Variabel penelitian meliputi edukasi nyeri, meditasi dzikir dan adaptasi nyeri dengan sub variabel intensitas nyeri, tekanan darah, nadi dan respirasi. Kelompok intervensi mendapatkan edukasi nyeri dengan media booklet dan latihan meditasi dzikir pada tahap pra operasi. Instrumen penelitian untuk mengukur intensitas nyeri mengggunakan lembar observasi dengan Numeric Rating Scale NRS, tekanan darah dengan cara auskultasi menggunakan sphynomanometer air raksa yang telah dilakukan kalibrasi, nadi dan respirasi menngunakan stopwatch. Observasi intensitas nyeri, tekanan darah, nadi dan respirasi dilakukan dua kali yaitu pada 6-8 jam dan 12-14 jam pasca operasi.. Kelompok kontrol mendapatkan perawatan pasca operasi rutin dari ruangan. Analisis univariat untuk karakteristik responden menggunakan prosentase sedangkan analisis bivariat untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri, tekanan darah sistol dan diastole, nadi serta respirasi responden sebelum dan sesudah dilakukan intevensi baik pada masing- masing kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Perbedaan perubahan intensitas nyeri, tekanan darah sistol dan diastole, nadi serta respirasi pasien pada kelompok kontrol dan intervensi setelah dilakukan intervensi dengan uji Mann Whitney test.

C. HASI L PENELI TI AN DAN

PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden. Tabel 1. Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jenis fraktur, jenis anastesi dan jumlah hari sebelum di rawat di rumah sakit pasien post operasi fraktur di ruang Flamboyan RSUD.dr. Harjono Ponorogo n=48. Variabel Perlakuan Kontrol Total Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 58,3 41,7 12,5 4,2 45,8 25 12,5 83,3 16,7 12,5 20,9 33,3 8,3 25 70,8 29,2 12,5 12,5 39,6 16,6 18,8 Pendidikan TTS SD SMP SMUSMK PT 12,5 50 29,2 8,3 - 33,3 4,2 25 33,3 4,2 23 27 27 21 2 Variabel Perlakuan Kontrol Total Pekerjaan Petani PNS Swasta Wiraswasta Pelajar Mahasiswa Jenis Fraktur Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior Jenis Anastesi GA SAB Hari rawat sebelum operasi hari Lebih 3 hari 62,5 - 20,8 4,2 12,5 37,5 62,5 33,3 66,7 33,3 66,7 33,3 - 33,3 16,7 16,7 45,8 54,2 50 50 41,7 58,3 48 - 27 10,4 14,6 41,7 58,3 41,7 58,3 37,5 62,5 Hasil penelitian menunjukkan rentang rata-rata umur responden adalah 31-40 tahun . Efek usia pada sensitifi tas nyeri menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap sensitifi tas nyeri yang disebabkan karena faktor fi siologi, perubahan biokimia dan perubahan mekanisme homeostatik dalam jalur somatosensorik 62 Muhammadiyah Journal of Nursing yang terlibat dalam pengolahan dan persepsi nyeri. Individu usia lanjut terjadi penurunan sensitifitas sistem syaraf sensorik akibat kerusakan dan demielinisasi dari serat syaraf Yezierski, 2012. Umur responden pada penelitian ini tergolong usia dewasa sehingga sensitifitas nyeri responden belum mengalami penurunan. Menurut Roth 2007 usia berbanding terbalik dikaitkan dengan rasa sakit, di mana pasien lebih muda melaporkan nyeri lebih tinggi daripada pasien usia tua. Faktor budaya, seperti sikap tabah, kurangnya keakraban dengan pelaporan nyeri lisan dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaporan nyeri pada orang dewasa yang lebih tua. Selain itu, pasien yang lebih tua percaya bahwa rasa nyeri adalah bagian dari sakit dan tidak perlu dilaporkan. Gibson dan Helme,2001 dalam Roth 2007. Jumlah dan ukuran neuron sensorik di ganglia akar dorsal meningkat pada usia dewasa dan puncaknya pada usia paruh baya Devor, 1991 dalam Yezierski, 2012. Jenis kelamin berpengaruh terhadap respon nyeri Kneale, 2011; Paller, 2009; Fillingim; 2009; Kindler, 2011. Jenis kelamin perempuan lebih peka terhadap nyeri dan derajat nyeri yang lebih besar dari pada laki- lak serta menggunakan obat penghilang rasa sakit lebih sering daripada laki-laki Kinler, 2011; Paller, 2009. Hawthorn Redmond 1998 dalam Kneale 2011 menyebutkan bahwa laki-laki lebih mampu untuk menahan nyeri tetapi tidak berarti laki-laki mengalami nyeri yang lebih ringan daripada perempuan. Hal ini didukung oleh Fillingim 2009 yang menyebutkan bahwa nyeri pasca operasi saat istirahat dan nyeri saat bergerak dalam sampel besar pasien di Cina pada jenis kelamin laki- laki di dapatkan hasil peningkatan rasa sakit dan pemakaian morfin pasca operasi lebih sering daripada perempuan. Karakteristik jenis fraktur responden sebagian besar pada ekstremitas inferior. Fraktur ekstremitas bawah merupakan jenis fraktur yang paling sering terjadi pada laki- laki dibandingkan dengan perempuan, faktor resiko yang berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas, olah raga dan kecelakaan kerja Reeves, Roux Lokhart,2001, Depkes 2009. Pasien fraktur ekstremitas bawah memiliki tingkat nyeri dan intensitas nyeri yang lebih tinggi saat tidur dan istirahat, peningkatan resiko depresi dan kecemasan 3 bulan pasca kejadian serta beresiko mengalami nyeri kronis pada 7 tahun Castillo, 2006. Karakteristik berdasarkan jenis anastesi yang digunakan didapatkan hasil 66,7 dengan anastesi spinal . Penelitian Hu et al 2009 menunjukkan bahwa anastesi spinal mengurangi resiko trombosis vena, emboli paru, mengurangi kebutuhan tranfusi darah dan mengurangi waktu operasi pada pasien yang dilakukan operasi penggantian lutut. Anastesi spinal tidak mengurangi nyeri pasca operasi tetapi dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit, mempercepat proses pemulihan dan rehabilitasi pasien di rumah sakit serta mengurangi resiko delirium pasca operasi Sieber, 2010; Maefariane, 2009. Lama hari di rumah sakit sebelum operasi rata-rata lebih dari 3 hari. Penelitian Astuti 2011 menunjukkan bahwa edukasi preoperasi yang dilakukan 2 hari sebelum operasi berpengaruh terhadap self efficasy dan perilaku latihan post operasi pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Lama hari rawat lebih dari 3 hari akan memberikan kesempatan kepada responden untuk latihan meditasi dzikir. Penelitian Perlman et al 2010 menunjukkan bahwa responden yang melakukan latihan meditasi memiliki ketidaknyamanan nyeri yang lebih rendah. Meditasi mindfullness yang dilakukan dengan latihan dua kali perminggu dapat meningkatkan toleransi nyeri pada tes sensasi dingin. 63 Muhammadiyah Journal of Nursing 2. Perbedaan Intensitas Nyeri, Tekanan darah, Nadi dan Respirasi Tabel 2 Perubahan Intensitas nyeri dan tanda-tanda vital sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pasien post operasi fraktur di ruang Flamboyan RSUD.dr. Harjono Ponorogo n=48. Variabel Rerata Sebelum Perlakuan Rerata 6-8 jam pasca operasi p-value Rerata 12-14 jam pasca operasi p-value Nyeri P Nyeri K 7 6,45 5,7 6,33 0,00 0,15 4,1 6,29 0,00 0,63 TD Sistol P 124 124 0,65 120 0,02 TD Sistol K 119 119 1,00 117 0,34 TD Diastol P 80,4 79,7 0,39 75 0,007 TD Diastol K 78,1 78,1 1,00 78,7 0,89 Nadi P 81,9 81,4 0.24 79,6 0,13 Nadi K 81,6 80,5 0,14 80 0,15 RR P 20,08 19,6 0,08 19,1 0,06 RR K 20,8 20,6 0,41 20,2 0,08 Ket : P=kelompok perlakuan, K=kelompok kontrol, p 0,05 Tabel 3 Perbedaan perubahan Intensitas nyeri dan tanda-tanda vital antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pasien post operasi fraktur di ruang Flamboyan RSUD.dr. Harjono Ponorogo n=48. Variabel Rerata Perubahan 6-8 jam pasca operasi P-value Rerata Perubahan 112-14 jam pasca operasi P-value Nyeri P 1,25 0,00 2,87 0,00 Variabel Rerata Perubahan 6-8 jam pasca operasi P-value Rerata Perubahan 112-14 jam pasca operasi P-value Nyeri K 0,08 0,12 TD Sistol P 0,41 0,64 4,58 0,15 TD Sistol K 2,08 TD Diastol P 0,62 0,64 5,41 0,09 TD Diastol K -0,58 Nadi P 0,87 0,53 2,25 0,75 Nadi K 1,08 1,66 Respirasi P Respirasi K 0,41 0,16 0,31 0,91 0,58 0,41 Ket : P=kelompok perlakuan, K=kelompok kontrol p 0,05 Hasil analisis statistik menunjukkan edukasi nyeri dan meditasi dzikir efektif untuk menurunkan intensitas nyeri pada kelompok perlakuan. Perbedaan intensitas nyeri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol juga menunjukkan perbedaan yang signifi kan p 0,05. Edukasi pra operasi bermanfaat untuk mengurangi intensitas nyeri, meningkatkan kepuasan pengobatan dan mengurangi hambatan dalam managemen nyeri dan pasien yang mendapatkan pendidikan nyeri terjadi penurunan intensitas nyeri secara signifikan. Hasil penelitian Jones 2010 menunjukkan bahwa pendidikan pra operasi dapat mengurangi lama tinggal di rumah sakit pada pasien penggantian sendi lutut dari 7 hari menjadi 5 hari. Yildirim, 2007; Lai, 2004 E d u k a s i n ye r i p r a o p e r a s i d a p a t memberikan keyakinan kepada pasien bahwa pasien dapat mengontrol rasa nyeri yang dirasakan setelah operasi. Keyakinan yang di peroleh melalui edukasi juga bermanfaaat 64 Muhammadiyah Journal of Nursing untuk mengembangkan kepercayaan diri pasien untuk melakukan kegiatan tertentu setelah operasi yaitu meditasi dzikir sebagai bentuk manajemen nyeri setelah operasi. Edukasi nyeri yang diberikan kepada pasien akan membuat pasien berfi kir positif terhadap nyeri yang akan di alaminya setelah operasi, karena pikiran positif adalah syarat terbaik untuk membantu pengeluaran endorfin Haruyama, 2013. Edukasi nyeri yang diberikan sebelum operasi akan mengurangi kesalahpahaman pasien terhadap nyeri karena kesalahpahaman tentang kontrol nyeri dapat menyebabkan menejemen nyeri yang kurang memadai, pasien dan keluarga mungkin tidak patuh terhadap pengobatan karena percaya bahwa nyeri merupakan sesuatu yang alami terjadi Wells et al., 2003; Po t er et al., 2003; Kneale, 2011. Informasi pre operasi secara signifikan mengurangi kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi Chau, 2004. Selain itu pendidikan tentang fi siologi nyeri akan meningkatkan ambang nyeri dan meningkatkan perilaku dalam melakukan gerakan untuk mengurangi nyeri pada pasien WAD whiplash associated disorders kronik Oosterwijck, 2011. Meditasi dzikir sebagai bentuk relaksasi untuk menurunkan nyeri pasca operasi juga memberikan dampak terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi fraktur. Latihan meditasi dzikir dapat mengurangi rasa sakit karena merangsang keluarnya hormon beta endorphin dari dalam tubuh sebagai morphin alami. Meditasi bertujuan agar gelombang alfa menjadi dominan di otak. Jika otak berosilasi dalam wilayah alfa, banyak hormon kebahagiaan yaitu beta endorphin dikeluarkan Haruyama, 2013. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Solinan 2013 dan Sitepu 2009 yang menunjukkan hasil bahwa meditasi dzikir berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri pasca operasi. Gelombang alfa yang mendominasi otak saat meditasi akan menyebabkan kondisi damai, tenang dan rileks sedangkan dzikir dapat digunakan sebagai sarana transendensi, yaitu ketika seseorang ingat kepada Allah dengan disertai sikap penyerahan sehingga seseorang akan terbawa pada kondisi pasif dan hal ini akan sangat efektif bila digabungkan dengan teknik relaksasi. Respon relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut akan mempercepat terjadinya keadaan relaks, dengan kata lain kombinasi respon relaksasi dengan melibatkan keyakinan akan melipat gandakan manfaat yang didapat dari respon relaksasi. Meditasi dzikir berperan dalam susunan syaraf pusat dengan bekerja sesuai teori gate control, dimana aktivasi pusat otak yang tinggi dapat menyebabkan gerbang sunsum tulang menutup sehingga memodulasi dan mencegah input nyeri untuk masuk ke pusat otak yang lebih tinggi untuk dinterpretasikan sebagai pengalaman nyeri Melzack Wall,1999 dalam Sitepu, 2009. Meditasi dzikir pada kelompok perlakuan dilakukan dengan mengucapkan Subhanallah Maha suci Allah, Alhamdullilah segala puji bagi Allah, Allahuakbar Allah Maha Besar , Lailaha-illallah Tiada Tuhan selain Allah dengan nada suara rendah dan berulang – ulang sebanyak 33 kali dalam waktu 25 menit untuk satu putaran. Pada proses meditasi dzikir konsentrasi pikiran dilakukan pada Allah secara terus menerus, tanpa henti dan secara sadar. Meditasi dzikir dilakukan dengan totalitas baik kognitif atau emosional terhadap penguasa alam semesta. Pikiran positif dan keyakinan akan kemampuan mengotrol nyeri yang diberikan melalui edukasi nyeri dan meditasi dzikir yang dilakukan pasien sebagai bentuk relaksasi untuk mencegah stimulus nyeri masuk kedalam 65 Muhammadiyah Journal of Nursing otak sangat bermanfaat untuk membantu pasien mengontrol nyeri pasca operasi fraktur. Oleh karena itulah pasien yang melakukan meditasi dzikir memiliki intensitas nyeri yang lebih rendah daripada kelompok kontrol. Tekanan darah sistol dan diastol pada kelompok perlakuan mengalami penurunan yang signifikan p 0,05. Namun tidak terdapat perbedaan tekanan darah, nadi dan respirasi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p,05. Hasil penelitian Nindich et al., 2009 menyatakan bahwa meditasi transendental secara signifi kan dapat menurunkan tekanan darah, tekanan psikologis dan peningkatan koping pada 298 mahasiswa. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh temuan Barnes et al., 2004, bahwa meditasi dapat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung pada remaja dengan normotensif. Meditasi akan merangsang efek relaksasi yang di mediasi oleh interaksi antara katekolamin dan opiat endogen serta keluarnya oksida nitrat. Oksida nitrat akan mengakti k an guanylate cyclase cGMP sehingga akan terjadi vasodilatasi dan relaksasi membran otot polos, selain itu dengan meditasi akan diperoleh ketenangan dan pengaturan pernafasaan sehingga akan terjadi penurunan tekanan darah dan nadi Solomon 2006; Hayen, 2006 Dzikir berarti ingat kepada Allah, ingat ini tidak hanya sekedar menyebut nama Allah dalam lisan atau dalam pikiran dan hati. akan tetapi dzikir yang dimaksud adalah ingat akan Zat, Sifat dan Perbuatan-Nya kemudian memasrahkan hidup dan mati kepada-Nya. Sikap pasrah yang mendasari dzikir merupakan sikap pasif yang mutlak dibutuhkan dalam relaksasi Purwanto, 2007. Relaksasi akan menyebabkan penurunan rangsang terhadap stressor yang kemudian akan direspon oleh hipotalamus dengan menurunkan pengaturan sekresi hormon kortisol, ephineprin dan norephineprin dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan penurunan aktivitas simpatis dan terjadi vasodilatasi pembuluh darah di seluruh tubuh sehingga akan menurunkan tahanan perifer yang berdampak pada penurunan tekanan darah Guyton Hall,2006. Perbedaan nadi dan respirasi rate sebelum dan sesudah intervensi tidak mengalami penurunan yang signifikan p 0,05. Hasil penelitian ini di dukung oleh Sitepu 2009 dan Soliman 2013 yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh meditasi dzikir terhadap respon fisiologis tubuh tekanan darah, nadi dan respirasi . Penelitian lain menunjukkan bahwa berbagai macam meditasi jika dilakukan secara teratur dan dalam jangka waktu yang lama dapat berpengaruh terhadap tekanan darah Nindich, 2009, tekanan darah dan denyut jantung Barnesa, 2001; Vernon, 2004, variabilitas denyut jantung Krygier, 2013 , respirasi Fiorentini, 2013; Raichur, 2010. Penelitian Raichur et al, 2010 penurunan pernafasan terjadi setelah dua belas latihan meditasi. Efek penurunan tekanan darah, nadi dan respirasi dari meditasi pada berbagai penelitian diatas dilakukan dengan jangka waktu yang dengan rata-rata latihan meditasi lebih dari satu bulan. Meditasi yang dilakukan dengan latihan teratur dan jangka waktu yang lama akan membantu individu mengendalikan emosi sehingga berdampak pada fungsi sistem syaraf otonom yang mengendalikan tekanan darah, nadi dan respirasi. Pada penelitian ini responden berlatih meditasi dzikir dua hari sebelum operasi dengan jadwal latihan minimal 2 kali perhari dan responden tidak dilatih untuk memfokuskan dan melatih pengaturan pernafasan selama meditasi dzikir. Sebelum meditasi dzikir responden melakukan nafas dalam sebagai sarana untuk masuk dalam kondisi meditasi sehingga tidak berpengaruh terhadap penurunan frekwensi pernafasan 66 Muhammadiyah Journal of Nursing secara signifi kan. Individu yang sering melakukan meditasi akan mengalami penurunan ketegangan dan kecemasan akibat penurunan stimulus pada sistem limbik sebagai pusat pengontrol emosi dan perilaku serta pengontrol sistem syaraf otonom. Selain itu meditasi akan menyebabkan kondisi hipometolik dalam tubuh sehingga akan berdampak pada penurunan konsumsi oksigen, penurunan denyut jantung dan tekanan darah. Menurut peneliti perbedaan waktu dari latihan meditasi dzikir pada responden penelitian inilah yang menyebabkan tidak ditemukannya perbedaan perubahan tekanan darah,nadi dan respirasi dengan kelompok kontrol.

D. KESI MPULAN, KETERBATASAN

Dokumen yang terkait

PENGALAMAN RASA NYERI DAN PENGEKSPRESIANNYA PADA PASIEN PASCA OPERASI Pengalaman Rasa Nyeri Dan Pengekspresiannya Pada Pasien Pasca Operasi.

0 6 17

Medula Spinalis Belt (MSB) Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Batu Bata | Lina | IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) 669 2068 1 PB

0 0 10

EFEKTIFITAS KOMBINASI TERAPI MUSIK DAN SLOW DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI | T. | IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) 2075 5663 1 SM

0 0 11

THE ROLE OF LECTURERS IN NURSING EDUCATION | Kholifah | IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) 2071 5659 1 SM

0 0 11

Karakter Seksual Remaja Akhir di Yogyakarta | Wahyudina | IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) 2683 7369 1 SM

0 0 8

PENURUNAN KECEMASAN REMAJA KORBAN BULLYING MELALUI TERAPI KOGNITIF | Febriana | IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) 3432 9559 1 SM

0 0 8

MENURUNKAN TEKANAN DARAH DENGAN CARA MUDAH PADA LANSIA | Larasiska | IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) 3438 9574 1 SM

0 0 9

UJI BEDA EFEK GUIDED IMAGERY DAN ETHYL CHLORIDE TERHADAP NYERI SAAT PEMASANGAN INFUS PADA ANAK | Astuti | IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) 3440 9578 1 SM

0 0 6

Efektifitas Penggunaan Cold Pack dibandingkan Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengatasi Nyeri Pasca Open Reduction Internal Fixation (ORIF) | Kristanto | IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices) 3421 9551 1 SM

0 0 9

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE DAN NYERI PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR FEMUR

0 0 6