Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat : Studi kasus di zona pemanfaatan taman Nasional Gunugn Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta

STRATEGI PENGEMBANGAN
WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT
(STUD1 KASUS DI ZONA PEMANFAATAN
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAP1
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

ERNA RISTWANTI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008 '

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul "Strategi Pengembangan
Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional
Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta) " adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Da%r Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor,

Januari 2008

Erna Rrjl&anii

NRP.E.05 1054065

ABSTRACT
ERNA RISTIYANTI. The Strategy on Community-based Nature Tourism
Development (Case Study in the Use Zone of Gnnnng Merapi National Park,
Yogyakarta Special District). Under direction of E.K.S. HARM MUNTASIB and
ARZYANA SUNKAR.
Gunung Merapi National Park (GMNP) in Yogyakarta special district has various
attractive nature tourism objects with one active vol~anoas the specific and unique
object. The community lived around the park have strong relationship with the area,
both economical and spiritual relationship. The objective of the research is to compose
strategy on community-based nature tourism development in use zone of GMNP.

Specific objectives of the research are to identify nature tourism activities in the use
zone of GMNP in Yogyakarta; to identify the characteristics of the surrounding
community; to obtain information on the community's perception on sustainable nature
tourism, community's participation in nature tourism activities and community's
expectation toward nature tourism development in GMNP.
More than 50% of the community members lived around the area was native
people. Most of the people (35.42%) worked as milk cow breeder using GMNP areas
as the cattle's food plant cultivation area. The average income of the community was
as much as Rp. 590.224.36. Most of the community members were in productive age.
The community had positive perception on the conservation and sustainable
nature tourism. Community participation was still limited in the implementation stage,
had not reached the planning or evaluation stages. As many as 60% of the nonparticipant community members wa".ted to pzrticiprte ir? the nature tourism activities.
Community member joining the tourist guide group expected the area to be free
of scattered garbage, particularly plastic garbage; community involvement in nature
tourism management; trainings for skill improvement; while the roving seller, small
shop owner, and food and beverage provider tended to expect more of economical
factor such as permit to trade, traditional food development, join business, and soft
loan.
The strategies on community-based nature tourism development in use zone of
GMNP in Yogyakarta were as follow: (1) to socialize the concept of community-based

nature tourism to the community, (2) to compose the Standard Operation Procedures
(SOP) on community-based nature tourism management in collaboration between
office of GMNP, the community and related institutions, (3) to establish the
organization of community-based nature tourism management, (4) to develop selfmanagement activities, (5) to attract investments &om local government and donor
agencies to ensure the sustainability of the community business, (6) to conduct
assistantship to the community in guarding the process of community-based nature
tourism management, (7) to improve the capacity of community's human resources
through various technical and managerial trainings, (8) to involve the community in
GMNP office's activities in the planning, implementation, and evaluation processes.
Keywords: Gunung Merapi National Park, nature tourism, community, development
strategy;

ERNA RISTIYANTI. StTategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat
(Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa
Yogyakarta). Dibimbmg oleh E,KS HARINI MUNTASIB DAN ARZYANA
SUNKAR.
Taman Nasional Gunung Merapi mempunyai obyek wisata alam yang menarik
dan b a s , temtama aktivitas Gunung Merapi. Di sisi lain masyarakat sekitar memiliki
hubungan yang kuat dengan kawasan, baik hubungan yang bersifat ekonomi maupun
spiritual.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan wisata alam
berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah
Istimewa Yogyakarta W G M DIY) dengan tujuan khusus meliputi identifikasi
kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY, identifkasi karakteristik
masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat mengenai wisata alam yang
lestarilberkelanjutan, partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di TNGM
DIY dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TNGM DIY.
Penelitian dilakukan di Desa Hargobinangun Kecarnatan Pakem dan Desa
Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. Kedua desa dipilih karena m e ~ p a k a ndesa yang
berbatasan dengan kawasan zona pemanfaatan TNGM DIY dan masyarakatnya
memiliki variasi keterlibatan dengan kegiatan wisata alam yang paling banyak
dibanding desa lainnya. Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok. yaitu
masyarakat yang telah berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam dan masyarakat ?ang
tida'hlum berpartisipasi. Masing-masing diambil sebanyak 30 responden.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Sedangkan untuk menentukan
strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM
DIY digunakan analisis SWOT, dan sebagai unit analisis adalah masyarakat.
Hasil penelitian ini adalah, lebih dari 50% masyarakat sekitar kawasan adalah
penduduk asli. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat (35,42%) adalah sebagai
peternak sapi perah dengan memanfaatkan kawasan TNGM sebagai lahan untuk

budidaya rumput pakan ternak. Rata-rata pendapatan masyarakat sekitar kawasan
sebesar Rp. 590.224,36 (melebihi standar Upah Mmimum Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta). Sebagian besar masyarakat me~pFikaIIusia produktif.
Masyarakat memiliki persepsi yang positif terhadap konservasi dan wisata alam
yang lestari (berkelanjutan). Persepsi masyarakat mengenai obyek yang hams
dilestarikan di kawasan TNGM adalah Keanekaragaman tumbuhan (27,78%),
keanekaragaman satwa (26,39%) dan keindahan alam (25,69%). Menurut masyarakat
bentuk pelayanan yang dapat mendukung kelestarian kawasan TNGM adalah adanya
interpreter atau pemandu yang dapat memberikan gambaran mengenai kawasan serta
dapat mendorong pengunjung untuk tidak membuang sampah di dalam kawasan
(52,38%). Menurut masyarakat, untuk mewujudkan wisata alam yang lestari di
kawasan TNGM adalah dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam
(33,05%) dan menghiidarkan kegiatan wisata yang bersifat merusak (33,05%).
Menurut pendapat sebagian besar masyarakat, kegiatan wisata alam yang ramah
terhadap lingkungan adalah tracking (29,55%). Sebagian besar masyarakat menyatakan
bahwa kegiatan wisata alam yang saat ini sedang bejalan tidak menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan fisik kawasan (dinyatakan oleh 51,02% masyarakat),

sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa di dalam kawasan banyak ditemui
sampah, terutama sampah plastik.

Masyarakat pada umumnya mendukung pengembangan wisata alam di TNGM
yaitu sebanyak 78,57% dari kelompok masyarakat yang telah berpartisipasi dan
86,96% untuk kelompok masyamkat tidakhelum berpartisipasi. Sebanyak 21.43% dari
kelompok masyarakA yang tilah berpartisipasi dan i3,04% dari keloipok masyarakat
yang- tidakhelum berpartisipasi menyatakan bahwa mereka akan menyetuiui adanya
pengembangan wisa& slam-di TNGM asalkan masyarakat bisa menikkag hasil d&i
pengembangan tersebut (kesejahteraan masyarakat meningkat) dan keamanan terjaga.
Alasan utama dukungan masyarakat tersebut adalah karena pengembangan wisata
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
partisipasi masyarakat yang langsung bersinggungan dengan kawasan (dalam kawasan)
dan di luar kawasan. Partisipasi masyarakat di dalam kawasan meliputi pemandu
wisata, penyedia konsumsi dan pedagang asongan. Sedangkan di luar kawasan meliputi
penyedia homestay, penjaga parkir, penjaga loket lava tour, warung, penyedia toilet,
penginapan, bagian transportasi, perlengkapan wisata dan souvenir. Partisipasi
masyarakat sekitar cendemng bersifat pelaksanaan belum pada tataran perencanaan
atau evaluasi. Secara umum alasan partisipasi masyankat dalam kegiatan wisata alam
adalah untuk meningkatkan penghasilan. Masyarakat yang belum berpartisipasi
memiliki keinginan untuk dapat berpartisipasi. yaitu sebanyak 60%.
Keinginan masyarakat untuk kelompok pemandu wisata alam lebih ditujukan

pada kebersihan kawasan, adanya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam
dan adanya pelatihan-pelatihan. sedangkan untuk kelompok pedagang, warung dan
penyedia kons~msl keinginm !eEih dltujuka? pada aspek ekonomi, yakrti
menginginkan tetap boleh bejualan, pengembangan m a d a n tradisional, usaha
bersama, dan adanya pinjaman lunak. Sedangkan untuk kelompok masyarakat yang
tidaklbelum berpartisipasi keinginan lebih ditujukan pada kesadaran pengunjung untuk
turut menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan TNGM. Selain itu kelompok
masyarakat ini menginginkan adanya pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, adanya pelayanan kepada pengunjung berupa pemandu wisata yang
handal, adanya fasititas air, tidak perlu dilakukan pembatasan pengunjung, adanya
pelibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam dan adanya kerjasama antara
masyarakat dan pemerintah dengan peran pemerintah sebagai fasilitator.
Kebijakan di tingkat pengelola maupun di tingkat regional menunjukkan adanya
dukungan terhadap pengembangan wisata alam (termasuk ekowisata) di kawasan
TNGM dan adanya dukungan terhadap partisipasi masyarakat.
Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan
TNGM DIY adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan kepada masyarakat mengenai konsep wisata alam berbasis masyarakat
2. Menyusun Standard Operation Procedure (SOP) pengelolaan wisata alam berbasis
masyarakat antara Balai TNGM dengan masyamkat dan instansi terkait

3. Pembentukan wadah bagi pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat
4. Pengembangan kegiatan-kegiatan swakelola
5. Menarik investor dari pemerintah daenh dan lembaga donor untuk menjamin
keberlanjutan usaha masyarakat
6. Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses

7. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui berbagai pelatihan teknis dan
manajerial
8. Pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan Balai TNGM dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Kata kunci : Taman Nasional Gunung Merapi, wisata alam, masyarakat, stmtegi
pengembangan

0Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak eipta dilindungi Undang-undang
I. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh kaiya tulis ini tanpa mencantumkan
arm menyebut szrmber.
a P e n g u t i p hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiak penyusunan laporan, penzrlisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentinganyang wajar IPB.
2. D i l m g mengumumkan dm2 memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentztk apapznz fanpa kin IPB.

STRATEGI PENGEMBANGAN
WISATA ALAM BERBASIS MASYARAKAT
(STUD1 KASUS DI ZONA QEMANFAATAN
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

ERNA RISTIYANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi Kehutanan pada
Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH QASGASARJANA
INSTITUT PERT

BOGOR
BOGOR
2008

: Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat

(Studi Kasus di Zona Pemanfaatan Tainan Nasional Gunung
Merapi Daerah Istirnewa Yogyakarta)
Nama

: Erna Ristiyanti

NIM

: E.05 1054065

Disetujui
Kornisi Peinbiinbing
I


Ir. Arzvana Sunkar, M.Sc
Anggota

Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib. M.S
Ketua

Diketahui

Ketua Prograin Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan

ekolah Pascasarjana

diputro, M.S

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.

Tanggal Ujian: 19 Desernber 2007

Tanggal Lulus:

1 8 JAN 2008

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala kamniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Strategi
Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Zona Pemanfaatan
Taman Nasional Gunung Merapi Daemh Istimewa Yogyakarta).
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib, M.S dan Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc selaku
pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan
2. Dr. Ir. H. Yanto Santosa, DEA selaku Ketua Sub Program Studi KKH
3. Ir. Tri Prasetyo selaku Kepala Balai TNGM

4. Ir. Palennery, MP selaku Kepala Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan
5. Bapak Edi Mintaryanto, Bapak Asep, Bapak Sukadi, Bapak Tri Hardono dan
Bapak Christian Awuy yang telah membantu kami selama pengumpulan data.
6 . Selumh keluarga Bapak, Ibu, suami, anak dan kakak yang tak henti-

hentinya memberikan dorongan semangat dan cumhan perhatian
7. Teman-teman karyasiswa S2 KKH yang teiah banyaic memberikan masukan

dan dorongan semangat selama penyusunan tesis.
Akhir kata mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja
yang memerlukan.
Bogor,

Januari 2008

Erna Ristiyanti

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahiikan di Sleman pada tanggal 24 Juni 1975 dari ayah R. Supriyatno
dan ibu Murti Wijayanti. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.
Tahun 1993 penulis lulus dari
Negeri 2 Yogyakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk Universitas Gadjahmada melalui jalut Ujian Masuk
Petguruan T i g g i (UMPTN). Penulis memilih Program Studi Ekonomi Pertanian,
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Pada Tahun 2001 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen
Kehutanan sebagai pegawai fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEW dan
ditempatkan di Balai Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Pada tahun 2005
penulis bekerja di Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan I di Makassar
(saat ini telah menjadi Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan)
sampai sekarang.
Penulis menempuh studi S2 pada Sekolah Pascasarjana IPB Program Studi IImu
Pengetahuan Kehutanan Sub Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati
melalui sponsor dari Departemen Kehutanan.

DAFTAR IS1

.....................................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
I . PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Perurnusan Masalah .................................................................................
..
DAFTAR IS1

1

...
~n

1.3 Tujuan Penelltian .....................................................................................
. . ...................................................................................
1.4 Manfaat Penel~t~an
..
1.5 Kerangka Pem~ktran................................................................................

I1 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
2.1 Taman Nasional .......................................................................................
2.2 Pengembangan Wisata Alam ...................................................................
2.3 Peran Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi ..........

6
6
7
10

!?I MET9DE PENELIT!AN ................................................................................
..
3.1 Lokasi dan Waktu Penelttlan ...................................................................
3.2 Metode Penentuan Responden .................................................................
3.3 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ..............................................
3.4 Metode Analisis Data .............................................................................

I4
14
14

16
17

IV KONDISI UMUM .........................................................................................
4.1 Taman Nasional Gunung Merapi .............................................................
..
4.1.1 Kondisi Flslk Kawasan .................................................................
4.1.2 Kondisi Biologis Kawasan ............................................................
4.1.3 Balai TNGM .................................................................................
4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian .................................................
4.2.1 Desa Hargobinangun .....................................................................
4.2.2 Desa Umbulharjo ...........................................................................
V HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
5.1 Identiaasi Kegiatan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan TNGM DIY ...
5.2 Karakteristik G y a r a k a t Sekitar Kawasan Zona Pemanfaatan
TNGM DTY..............................................................................................
5.3 Persepsi Masyarakat Mengenai Wisata Alam Lestari
Di TNGM D N ........................................................................................
5.4 Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Wisata Alam
di TNGM DIY .........................................................................................
5.5 Keinginan Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Alam di

37
37

44
46
50

Kawasan TNGM DIY .............................................................................
5.6 Kebijakan Pengembangan Wisata Alam ................................................
5.6.1 Kebijakan Balai TNGM .................................................................
5.6.2 Kebijakan Regional .......................................................................
5.6.3 Kebijakan Nasional .......................................................................
5.7 Kebijakan Pemerintah Mengenai Partisipasi Masyarakat .......................
5.7.1 Kebijakan Balai TNGM .................................................................
..
5.7.2 Kebljakan Regional .......................................................................
5.7.3 Kebijakan Nasional .......................................................................
5.8 Analisis SWOT dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis
Masyarakat di Zona Pemanfaatan TNGM DIY ..........................................

VI KESIMPULAN DAN SARAN

......................................................................

6.1 Kesimpulan ............................................................................................
6.2 Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

..........................................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konsewasi ..................................
2 Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat ................................................

3 Matrik SWOT

.................................................................................................

4 Karakteristik fisik dan kimia tanah Taman Nasional Gunung Merapi ..............
5 Daftar nama jenis tanaman yang ditemukan di petak 7 ....................................
6 Daftar spesies tanaman Itegakan yang ada di petak 5 .......................................
7 Burung endemik di C N I W A Plawangan Turgo............................................

8 Jumlah penduduk menurut usia Desa Hargobinangun ......................................
9 Jumlah penduduk Desa Hargobinangun menurut tingkat pendidikan
tahun 2006 .....................................................................................................

10 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Hargobinangun tahun
2006 ...............................................................................................................
11 Luas lahan perkebunan menurut jenis tanaman Desa Umbulha rjo ...................
12 Jumlah penduduk dirinci menurut umur dan jenis kelamin Desa Umbulhajo

.

13 Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan
14 Jumlah penduduk Desa Umbulhajo yang bekerja di sektorjasalperdagangan

15 Kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan TNGM DIY .................................
16 Pendapat masyarakat mengenai bentuk kegiatan wisata alam yang ramah
lingkungan ......................................................................................................
17 Pendapat masyarakat mengenai dampak negatif wisata terhadap lingkungan fisik

18 Alasan dukungan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di kawasan
Gunung Merapi ..............................................................................................
19 AIasan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam di kawasan TNGM
20 Alasan masyarakat tidak berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan
TNGM DIY ....................................................................................................
21 Potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam di kawasan
TNGM DIY ....................................................................................................
22 Keinginan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi

....................................

23 Keinginan masyarakat yang tidaMbelum berpartisipasi dalam kegiatan wisata alarr
di TNGM DIY ................................................................. .............................
24 Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan lhreats)..............
26. Altematif strategi dalam analisis SWOT pengembangan wisata alam berbasis
masyarakat .....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka pemikiran strategi pengembangan wisata alam berbasis
masyarakat di zona pemanfaatan TNGM DIY ................................................

2 Peta lokasi penelitian......................................................................................
3 Puncak Gunung Merapi pada malam hari dan siang hari .................................

4 Kawasan wisata Kaliadem Cangkriigan ..........................................................
5

Aktivitas berkemah di Kalikuning dan kondisi lokasi setelah kegiatan ............

6 Prosesi upacara Labuhan yang dilaksanakan di lereng Merapi dan
kegiatan tracking di lereng Merapi .................................................................

............................................
Struktur masyarakat menurut mata pencaharian utama ....................................

7 Komposisi masyarakat menurut status penduduk

8

9 Struktur masyarakat menurut umur dan jenis kelamin .....................................
10 Struktur masyarakat menurut tingkat pendidikan ............................................
11 Sumberdaya yang hams dilestarikan di kawasan TNGM ................................
12 Upaya yang hams dilakukan untuk mewujudkan wisata alam yang lestari

......

13 Tingkat pendidikan masyarakat berdasarkan bentuk partisipasi masyarakat
dalam kegiatan wisata alam di TNGM DIY ....................................................
14 Keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata alam

di kawasan TNGM

.........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Tabel Internal Factors Analysis Summmy (IFAS) pengembangan
wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY ............................................

2

84

Tabel Ekstemal Factors Analysis Summaiy (WAS) pengembangan
wisata alam berbasis masyarakat di TNGM DIY ...........................................

..

3 Kuesioner penelltian ......................................................................................

85
86

1.1 Latar Belakang
D e f i s i taman nasional menurut Undang-undang

RI Nomor 5 tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah
kawasan pelestarian dam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang diianfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Luas kawasan konservasi di Indonesia sampai dengan tahun 2006 adalah
28.260.150,56 ha dan 57,9 % nya atau seluas 16.375.253,31 ha merupakan taman
nasional (PHKA 2006). Salah satu kawasan yang baru ditunjuk sebagai taman
nasional adalah Taman Nasional Gunung Merapi yang berada di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang m e ~ p a k a nhasil alih fungsi dari
hutan lindung, taman wisata alam dan cagar dam.
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memiliki obyek wisata darn
yang cukup potensial, selain memiliki keanekaragaman flora, fauna dan bentang
alam yang spesifik juga memiliki Kekhasan daya tarik wisata bempa wisata
geologi dan wisata budaya yang cukup dikenal oleh wisatawan baik wisatawan
lokal maupun manca negara. Dephut (Tanpa tahun) menyatakan bahwa salah satu
bentuk kegiatan pemanfaatan secara lestari terhadap sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya adalah pariwisata alam yang dilakukan pada zonalblok
pemanfaatan.
Pariwisata dam telah memberikan kontribusi yang penting bagi banyak
negara. Di Kenyz misalnya, sektor ini telah menghasilkan 30% dari seluruh devisa
negara, melebibi hasil kopi atau teh sebagai andalan komoditi ekspomya.
Keberhasilan dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk kepariwisataan di
Kenya ini telah dapat membantu usaha pembangunan dan pemeliharaan kawasankawasan konservasi lainnya (Limberg 1991, diacu dalam Sukandi 2000).
Pengelolaan zona pemanfaatan akan menciptakan persepsi positif dari
masyarakat yang berakibat pada keinginan masyarakat untuk memelihara dan
menjaganya (Riyanto 2005). Dengan diperbolehkannya masyarakat sekitar untuk
memanfaatkan kawasan pada zona pemanfaatan maka akan menciptakan

dukungan masyarakat terhadap taman nasional. MacKinnon et al. (1990)
lliengemukakan bahwa keberhasilan pengelolaan banyak tergantung pada kadar
dukungan dan penghargan yang diberikan kepada kawasan yang dilidungi oleh
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu pariwisata dam yang sesuai
diiembangkm di zona pemanfaatan taman nasional adalah pariwisata darn
berbasis masyarakat. Menurut Soekmadi (2005), pendekatan partisipasi lebih
dipersepsikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan
konservasi tanpa m e r i t prosesnya sehingga secara m u m masyarakat
diposisikan sebagai obyek pelaksana kegiatan.
BKSDA Yogyakarta & PSA UGM (2004) menyatakan bahwa masyarakat
meyakini adanya hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi, kraton
Yogya dan laut selatan, sehingga masyarakat sekitar kawasan Merapi tidak
menganggap Merapi sebagai ancaman tetapi justm sebagai surnber kehidupan.
Selain itu juga terdapat hubungan yang bersifat ekonorni, yaitu adanya
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya rumput dan kayu bakar untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat karena sebagian besar
masyarakat sekitar kzwasan TNGM adalah petemak sapi perah yang
menggantungkan ketersediaan rumput dari kawasan TNGM.
Mengingat adanya hubungan yang kuat antara masyarakat sekitar dengan
Gunung Merapi tersebut, maka kegiatan wisata alam yang sesuai dikembangkan
di Taman Nasional Gunung Merapi adalah wisata dam berbasis masyarakat.
Pengelolaan yang berbasis masyarakat bersifat lokasi spesifik (site spesifc),
sehingga dalam pengembangannya diperlukan strategi yang bersifat spesifik pula.
Untuk menentukan strategi pengembangan yang akan dilakukan terlebih dahulu
dilakukan i d e n t i f h i terhadap kegiatan wisata alam yang telah berjalan,
karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat sekitar mengenai
wisata dam yang lestari/berkelanjutan, partisipasi masyarakat terhadap kegiatan
wisata alam dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di

kawasan TNGM.

1.2 Perurnusan Masalah
Tarnan Nasional Gunung Merapi mempunyai sumber daya dam yang khas,
terutama vulkano yang selalu aktif, disamping keragaman flora, fauna clan budaya.
Di sisi lain masyarakat sekitar kawasan memilii hubungan yang kuat dengan
Gunung Merapi, baik hubungan spiritual dan supranatural maupun ekonomi. Bagi
masyarakat sekitar, kawasan Gunung Merapi bukanlah suatu ancaman namun
mempakan sumber kehidupan. Masyarakat sekitar kawasan memanfaatkan
kawasan hutan Gunung Merapi sebagai lahan bagi budidaya rumput untuk
keperluan pakan ternak mereka. Di samping itu kawasau Gunung Merapi juga
menjadi tempat upacara ritual Labuhan yang dilaksanakan setiap tahun. Hasil
empsi Merapi juga mendatangkan sumber kehidupan bempa pasir yang banyak
dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan mereka
Status kawasan Gunung Merapi sebagai tarnan nasional mengharuskan

adanya sistem pengelolaan zonasi. Dengan dernikian masyarakat sekitar hanya
dapat memanfaatkan ruang-ruang yang telah disediakan bagi

kegiatan

pemanfaatan kawasan oleh masyarakat. Kondisi ini belum sepenuhnya dapat
diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, masih ada sebagian masyarakat yang
menganggap bahwa keberadaan Taman Nasional Gunung Merapi telah mengusik
kebebasan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya kawasan, terutama
nunput.
Melalui pemanfaatan kawasan oleh rnasyarakat pada zona pemanfaatan akan
mendorong terciptanya dukungan masyarakat sekitar terhadap keberadaan taman
nasional. Potensi wisata dam yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi merupakan salah sat- modal bagi pengembangan wisata alam di TNGM
yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya hubungan
yang kuat masyarakat sekitar dengan Gunung Merapi mengindiiasikan bahwa
pengembangan wisata dam yang akan dijalankan h a m dapat memberikan peran
penting bagi masyarakat. Masyarakat tidak hanya dijadiian sebagai obyek dan
pihak yang pasif, namun perlu menempatkan masyarakat sebagai aktor dalam
pengelolaan wisata dam di TNGM. Oleh karenanya pengembangan wisata dam
berbasis masyankat merupakan salah satu p i l i i yang sesuai dilakukan di
TNGM.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menyusun strategi
pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman
Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tujuan spesifik
yaitu:
1. I d e n t i W i kegiatan wisata dam di zona pemanfaatan TNGM Daerah

Istimewa Yogyakarta
2. Identifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata alam yang lestari di TNGM.

4. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata dam di TNGM Daerah Istimewa
Yogyakarta
5. Identifikasi keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di
TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta .
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pengelola
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dalam pengembangan wisata alam
berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.5 Kerangka Pemikiran
Taman Nasional Gunung Merapi merupakan taman nasiond baru yang
penunjukkannya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 134Menhut-U2004.
Taman Nasional ini merupakan perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung,
Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gxaung Merapi
Seluas

* 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten

Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.
Guna menentukan strategi pengembangan wisata dam berbasis masyarakat
di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta diperlukan kegiatan
identifikasi terhadap kegiatan wisata alam yang telah ada, karakteristik
rnasyarakat sekitar, persepsi masyarakat terhadap wisata dam yang lestari,
partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam clan keinginan masyarakat

sekitar terhadap pengembangan wisata alam di TNGM Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Dalam pengelolaan kawasan taman nasional kegiatan pemanfaatan
pariwisata merupakan sdah satu bagian dari tujuan pengelolaan taman nasional
sehingga dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari kebijakan yang a&. Untuk
mengetahui kebijakan pemerintah berkaitan dengan kegiatan wisata dam dan
partisipasi masyarakat maka dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap
dokurnen-dokwnen dan pemturan perundangan yang terkait, baik di tingkat
regional maupun nasional. Berdasarkan hasil analisis terhadap kebijakan
pemerintah, pengelola kawasan dan analisis te~hadapmasyarakat selanjutnya
dilakukan analisis SWOT, yaitu strategi pengembangan yang didasarkan pada
faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses) dan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) untuk menentukan strategi yang akan dipilih. Sebagai unit
analisis adalah rnasyarakat.
Selanjutnya Kerangka pikir dalarn penelitian ini dapzt diganbarkar, pada
bagan berikut:

4

I

Regional terhadap:
- Wisata dam
- Partisipasi masyarakat

1. Kegiatan wisata alam
2. Kebiiakan TNGM :

II

"

- Pengembangan wisata alam
- Partisi~asimasyarakat

1 ---

I

Karakteristik masyarakat
Persepsi masyarakat
Partisipasi masyarakat
- Keinginan masyarakat

Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat

Gambar 1 Kerangka pemikiran strategi pengembangan wisata alam berbasis
masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah Istimewa Yogyakarta

11 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional
Definisi taman nasional menurut Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah
kawasan pelestarian dam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Lebih lanjut dalam Peraturan
pemerintah RI No. 68 Tahun 1998 tentang kawasan suaka dam dan kawasan
pelestarian dam menyatakan bahwa suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan
Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria :
1).

Kawasan yang ditetapkan mempunyai iuas yang cukup untuk menjamin
kelangsungan proses secara alami;

2).

Mernilii sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun satwa clan ekosisternnya serta gejala dam yang rnasih utuh dan
alh;

3).

Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utub;

4).

Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai
pariwisata dam;

5).

Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba dan zona lain karena pertimbangan kepentingan
rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam
rangka mendukung upaya pelestarian surnber daya dam hayati dan
ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.
Menurut Mackinnon et al. (1990) laiteria Taman Nasional adalah kawasan

luas yang relatif tidak terganggu yang mempunyai nilai dam yang menonjol
dengan kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi relcreasi besar, mudah dicapai
oleh pengunjung dan manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut.
Tarnan Nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konsewasi yang
mempunyai fungsi paling lengkap bila dibandingkan dengan kawasan k o n s e m i
lainnya Taman nasional mempunyai fungsi sebagai: a) perliidungan sistem
penyangga kehidupan, b) pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

beserta ekosistemnya, dan c) pelestarian manfaat secara berkelanjutan sumberdaya
alam hayati dan ekosistem untuk pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian,
pendidikan, rekreasi dan wisata dam serta menunjang kepentingan budidaya
(Sapaijadi 1999).
Dalam usianya yang telah mencapai seperempat abad, kinerja pengelolaan
taman nasional yang dievaluasi dari berbagai sisi secara parsial belum optimal
(Komite PPA-MFP & Yayasan WWF-Indonesia 2006). Hasil penelitian CIFOR
(2004, diacu dalam Komite PPA-MFP & Yayasan WWF-Indonesia 2006)
berdasarkan artikel koran selama periode 1997 - 2003, terlihat adanya peningkatan
fiekuensi terjadinya peristiwa konflik yang tajam, terutama setelah orde baru
menuju masa transisi era reformasi. Penyebab konflik tertinggi adalah
perambahan hutan, pencurian kayu, kerusakan lingkungan, alih fungsi dan tata

2.2 Pengembangan Wisata Alam
Wisata alam didefinisikan sebagai suatu perjalanan ke tempat-tempat
alamiah yang relatif belum terganggu atau terkontaminasi dengan tujuan khusus
berupa studi, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan hidupan liar dan
juga budaya lokalnya (Ceballos-Lascwain 1987, diacu dalam Kodhyat 1997).
Sedangkan menurut Rahardjo (2005), wisata dam berkelanjutan merupakan
terminologi yang sangat dekat dengan ekoturisme, tetapi tidak semua sesuai
dengan kriteria ekoturisme yang sebenarnya.
Kegiatan pemanfaatan dan pengembangan obyek wisata dam harus menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pengelolaan kawasan taman
nasional. Oleh karena itu dalarn setiap upaya pemanfaatan dm pengembangan
obyek wisata alam di taman nasional harus selalu m e m i f i umpan balik pada
upaya pengelolaan kawasan taman nasional sehingga kendala dan evaluasi
terhadap embanan (misi) dari h g s i konsewasi harus tetap terpenuhi dalam setiap
langkah pemanfaatan d m pengembangan tersebut (Saparjadi 1999).
Dalam setiap pengembangan pariwisata dam penyusunan perencanaan
merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan arah dan pedoman bagi
p10gmm atau kegiatan yang akan dijalankan. Bebempa aspek utama yang
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan kriteria

perencanaan dalam pengembangan pariwisata alam adalah potensi ODTWA,
kegiatan wisata dam, pengusahaan dan penyediaan saranalprasarana. Kegiatan
pengembangan pariwisata dam dapat mengacu pada hal-hal sebagai berikut

(WAPJL 2003):
1. Lokasi pengembangan kegiatan pariwisata dam dilaksanakan pada zona/blok

pemanfaatan berdasarkan rencana pengelolaan kawasan hutan.
2. Area pengembangan yang &pat dimanfaatkan secara intensif untuk sarana

dan aktivitas harus memenuhi persyaratadkriteria:
a. Potensi kawasan yang menunjang aktivitas wisata,
b. Aksesibilitas cukup mudah dan layak dikembangkan,
c. Membuka peluang bagi pengembangan sosial, ekonomi clan budaya
setempat,
d. Mendukung pengembangan pariwisata daerah,
e. Area yang dikembangkan arnan bagi kawasan dan pengunjung.
3. Perencanaan tata mang pada kawasan hutan secara makro mempakan upaya
pengembangan yang harus mengacu pada rencana pengelolaan kawasan dm
sistem pengembangan wilayah.
4. Penataan ruang secara mikro di dalam zona/blok pemanfaatan mempakan

upaya perencanaan dan pengembangan kawasan dengan memperhatikan halhal:
a Kapasitas terbangun untuk sarana dan prasarana maksiial 10% dari

zonaiblok pemanfaatan.
b. Penataan ruang lebih ditekankan pada pelestarian dam clan aspek
tradisional daemh setempat.
c. Tidak membah bentang dam.
d. Penataan lansekap agar lebih menarik, rekreatif dan atraktif.

5. Dalam pengembangan sarana dan prasarana fisik, perlu mempertimbangkan:
a. Aspek ekologi; dengan memperhatikan konsep ramah lingkungan, tidak
memotong jalur sahva, memperhatikan garis sempadan pantailsungai.
b. Aspek fisik, memperhatikan tekstur dan jenis tanah serta topografi.

Model pengembangan berdasarkan pada pelaku pengembangan menurut
Choegyal (1999) diacu dalam Sukandi (2000) terdapat empat model
pengembangan ekoturisme, yaitu:
Home-grown

Model ini merupakan suatu pengembangan pariwisata atas usaha
masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi pariwisata lokal. Biasanya
berskala kecil sampai sedang, terjadi secara spontan ketika wisatawan, untuk
suatu keperluan, berhubungan dengan masyarakat. Sebagai contoh, ketika
wisatawan mancanegara tertarik akan kegiatan rehabilitasi orang utan di Bohorok
(Sumatem Utara), penduduk setempat mulai menyediakan penginapan-penginapan
sederhana
Imported-Private Sector Led

Dalarn model

ini pelaku

pengembangan,

terutama tenaga-tenaga

terdidiklahli, berasal dari luar masyarakat setempat dari sektor swasta. Saat ini
model Imported-Private Sector Led banyak diterapkan untuk mengelola obyekobyek wisata darn, baik di lndonesia ataupun di negara-negara lain. Perusahaan
biasanya rnenyewa suatu kawasan wisata untuk jangka waktu tertentu.
Imported-Government Led

Pemerintah mengembangkan kegiatan pariwisata untuk

membantu

meningkatkan pertumbuhan priwista. Biasanya jika sudah berjalan lancar,
dilakukan swastanisasi dalam pengoperasiannya. Sebagai contoh. adalah Borneo
Rainforest Lodge di Sabah, Malaysia, yang diimilii dan dikelola oleh Innoprise
Corporation, suatu badan usaha mil& pemerintah daerah.
Home-grown with Outside Inflences

Penduduk setempat yang telah mengembangkan suatu obyek wisata
kemudian dibantu oleh pihak di luar masyarakat setempat. P i a k luar dapat
berasal dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), penyandang dana
internasional, atau badan swasta. Motif kegiatan dapat berupa konsewasi,
pengembangan masyarakat, atau komersial. Peranan pihak luar adalah 1111tuk
menstimulasi agar suatu kegiatan kepariwisataan yang dimilii dm dioperasikan
oleh masyarakat setempat dapat berhasil dalam mencapai tujuannya Bantuan dari

pihak luar dapat berupa pelatihan, dana untuk membangun saranalprasarana, dan
p e m b i i kegiatan penunjang kepariwisataan (kerajinan tangan, usaha tani,
Keempat model ini dapat pula berlaku dalam pengembangan pariwisata
alam secara urnurn.

2.4 Peran Masyakat Lokai Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
Dari sudut pandang keefektifan pengelolaannya, keberadaan kawasan
konservasi di Indonesia masih belurn dikelola secara optimal. Berbagai
pernasalahan yang dapat dipersepsikan sebagai suatu keterbatasan dapat
dirasakan, seperti alokasi sumberdaya (personil pengelola dan anggaran
pengelolaan), legitimasi pengelolaan, serta pertnasalahan struktural yang
rnenyangkut kebijakan dan instrumen regulasi. Oleh karenanya, pengelolaan
kawasan konservsi hams diadaptasikan terhadap perubahan dan permasalahan
yang dihadapi (Soekmadi 2003).
Merujuk pada hal di atas, IUCN (2003 : 4, diacu dalam Soekmadi 2003)
teiah menganaiisis berbagai pennasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
kawasan konservasi, khususnya di negara berkembang, dan menawarkan sebuah
pergesemn paradigma yang rnendasar sebagairnana tabel 1 berikut :
Tabel 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi
Topik
Tujuan

Pengelolaan

Paradigma lama
Paradigma baru
Hanya untuk tujuan konservasi * Mencakup tujuan sosial
semata
dan ekonomi
Dibangun utamanya untuk
Dikembangkanj u g
perlindungan hidupan liar
untuk alasan ilmiah,
yang istimewa
ekonomi dan budaya
Dikelola khusus untuk
Dikelola bersama
pengunjunglwisatawan
masyarakat setempat
Nilai utamanya : sifat liar
Mencakupjuga nilai
budaya dari sifat liar
Aboutprotection
yang dilindungi
Also about restoration,
rehabilitation and social
economicpurposes
Oleh pemerintah pusat
Melibatkan para pihak yang
berkepentingan

Tabel 1 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan konservasi (lanjutan)
Masyatakat
Setempat

Cakupan peagelolaan

Perencanaan dan pengelolaan
"memusuhi" masyarakat
Pengelolaan tanpa
mempedulii opinilpeudapat
masyarakat

a

Dikembangkan secara terpisah
Dikelola seperti "pulau"

Dikelola bersarna, untuk,
dan dan dikelola oleh
masyarakat setempat
Dikelola deugan
mengakomodasikan
kepentingan masyarakat
setempat
Direncanakan dan
dikembangkan sebagai
bagian dari sistem
nasional, regional dan
internasional.
Dikembangkan dalam
bentuk "jaringan" (PAN
= Protected Area
Network) koridor jalur
hijau
Dipandang sebagai aset
publik (milik masyarakat)
Dipandangjuga sebagai
kepentingan intemasional

+

Persepsi

a

Teknik Pebgelolaan

*

Pendanaan

Kemampuan
manajemen

Dipandang utamanya sebagai
aset nasional (milik
pemerintah)
Dipandang hanya untuk
kepentingan nasional
Pengelolaan dilakukan sebagai
respon jangka pendek
Orientasi pengelolaannya
hanya difokuskan pada
orientasi teknis
Dibayarkan hanya dari pajak
(taxpayer) 3 pemerintah

e

Dikelola oleh ilmuwan dan
para ahli sumberdaya alam
Pemimpin : "ahli"

Pengelolaan
diadaptasikan menurut
penpektifjangka panang
Orientasi pengelolaan
juga mempertimbangkan
aspek politik
Dibiayai dari berbagai
swnber keuangan yang
memungkinkan
(daerah, nasional,
intemasional) 3
(pemerintah, swasta,
masyarakat)
Dielola oleh multiskilled individuals
Dikembangkan dari
kearifan lokal (local
knowledge)

+

IUCN 2003 :4, diacu dalarn Soekmadi 2003
Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia diletaMcan sebagai
inti dalm proses pernbangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya
sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam p e r e n c e ,

pelaksanaan, pengawasan dan menikmati pembangunan (Effendi TN diacu dalam
Chambers 1996)
Pergeseran kebijaksanaan di sektor kehutanan dari timber management ke
multi purpose and multi ficnction management mengindikasikan bahwa hutan

bukan hanya berfimgsi sebagai penghasil kayu dan hasil hutan lainnya, akan tetapi
mempunyai fungsi yang lebii luas seperti jasa liigkungan, kepariwisataan dan
sumber plasma nuftah. Selanjutnya dalam penjabaran pelaksanaannya dilakukan
dengan penekanan antara lain kepada partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan, keberpihakan dan pemberdayaan masyarakat (Saparjadi 1999).
Pentingnya partisipasi masyarakat tersebut sejalan dengan pendapat
McNelly (1988) yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat sekitar kawasan
taman nasional perlu dikembangkan dan memperoleh prioritas di dalam kawasan
tersebut, karena masyarakat sekitar memberikan sumbangan yang besar bagi
kesinambungan sumberdaya alam yang terdapat dalam kawasan.
Ketika ruang politik bagi rnasyarakat untuk rnengelola sumber daya dam
semakin luas, yaih dengaq diakuinya pem. sem masyarakat dalam pengeioiaan
sumberdaya alam, maka perlu segera dicari bentuk pengelolaan sumber daya alam
yang mampu menjamin kelestarian sumber daya alam dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat (Rahardjo 2004).
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan suatu obyek
wisata alam diharapkan akan dapat meningkatkan usaha pelestarian sumberdaya
pariwisata tersebut. Masyarakat akan mendapatkan penghasilan tambahan, dari
sumberdaya ini sehingga berusaha untuk memeliharanya apabila penghasilan dari
obyek ini ingin berlanjut. Penghasilan tersebut dapat merupakan suatu insentif
untuk berbagai usaha menunjang usaha pelestarian sumberdaya pariwisata. Di
Zambia, perburuan liar dengan memberlkukan hukurn dan sanksinya secara ketat,

akau tetapi mengalami kegagalan. Namun dengan pola partisipasi masyarakat
setempat dlam pengelolaan kehidupan liar, perburuan liar gajah di Zambia dapat
d i i g i sampai lebii dari 90%dalam waktu 3 tahun (FA0 1995).
Pengelolaan berbasis masyarakat memiWsi karakteristik yang berbeda
dengan ko-manajemen maupun pengelolaan berbasis negara kakteristik
pengelolaan berbasis masyarakat sebagairnana tabel 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Karakteristik pengelolaan berbasis masyarakat
No.
1.
2.

Karakteristik
Penerapan spasial
Pihak otoritas utama

3.

Pihak bertanggung jawab

4.
5.

Tingkat partisipasi
Durasi kegiatan

6.

Keluwesan pengelolaan

7.

Investasi fmansial dan sumber
daya manusia

8.

Kelangsungan usaha

9.

Orientasi prosedural

10.

Orientasi aspek legai

I I.

Orientasi resolusi konflik

12.

Tujuan akbir

13.

Sumber infoimasi pengelolaan

Berbasis Masyarakat
lokasi spesifik (kecil)
Sbuktur pengambilan keputusan lokal dan
penduduk Iokal
Komunai; badan pengambilan keputusan
lokal
Tinggi pada tataran lokal
Proses awal cepat; proses pengambilan
keputusan lambat
Daya penyesuaian tinggi; sensitif dan cepat
tanggap terhadap pembahan kondisi
lingkungan lokal
Menggunakan sumber daya manusia lokal;
pengeluaran finansial moderat sampai rendah;
anggaran fleksibel
Jangka pendek, bila tanpa dukungan ekstemal
yang berkelanjutan
Berfokus pada dampak jangka pendek;
didisain hanya untuk lokasi-lokasi spesifik;
sanksi moral
Kontrol sumber daya secara de facto; hak
properti komunal atau properti swasta
Salah satu pihak ada yang dikalabkan;
akomodarif, kompetisi; kekuatan publik;
sanksi hukum lokal
Revitalisasi atau mempeitahankan status-quo
penguasaan sumber daya lokal; demokratisasi
politik pengelolaan sumber daya alam tingkat
lokal
Pengetahuan lokal

Sumber: Borrini-Feyerabend (1996, 1997, 2000) diekstraksi oleh PHKA-Dephut,
NRh4EPIQ, WWF-Wallacea dan TNC 2002 diacu dalam Komite PPA-MFP,
Yayasan WWF-Indonesia 2006
Karakteristik yang mendasar dari ekowisata berbasis masyarakat adalah
bahwa kualitas sumberdaya alam dan kebudayaan setempat terjaga dm jika
memungkinkan ditingkatkan oleh pengunjung (Denman 2001).

I11 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi (lan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merapi dengan
mengambil lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan Juni hingga Agustus 2007.

sumber : Balai KSDA Propinsi DIY yang telah dimodifiisi
Garnbar 2. Peta lokasi penelitian

3.2 Metode Penentnan Responden
Untuk mengetahui karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi,
partisipasi dan keinginan masyarakat sekitar terhadap pengembangan wisata alam
di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Pengambilan sampel desa dilakukan
secarapurposive, yaitu memilii desa-desa yang terdekat dengan kawasan TNGM
terutarna pada zona pemanfaatan serta masyarakatnya memiliii variasi
keterlibatan yang paling banyak terhadap wisata di kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi.

Kebijak