Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo

MEKANISME HUBUNGAN PARA PIHAK DALAM PENGELOLAAN
WISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN PLENGKUNG
TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

NURUL HANDAYANI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Mekanisme
Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan
Plengkung Taman Nasional Alas Purwo adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Nurul Handayani
NIM E34070111

iii

ABSTRAK
NURUL HANDAYANI. Mekanisme Hubungan Taman Nasional Alas Purwo
Dengan Berbagai Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona Pemanfaatan
Plengkung. Dibimbing oleh Prof. Dr. E.K.S. HARINI MUNTASIB, MS and Dr.
Ir. RINEKSO SOEKMADI,M.Sc.F.
Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) mempunyai potensi wisata yang sangat
tinggi, khususnya untuk wisata minat khusus yaitu berselancar di Zona

Pemanfaatan Plengkung dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan yang
mempunyai izin pengusahaan pariwisata alam oleh karena itu perlu diketahui
mekanisme hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam
pengelolaan Plengkung. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah Mekanisme
Hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan
zona pemanfaatan Plengkung dengan menggunakan metode pengolahan data
analisis stakeholder. Pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung
Taman Nasional Alas Purwo melibatkan dua belas stakeholders yang ada dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu instansi pemerintah, lembaga swasta,
kelompok masyarakat, perorangan dan masyarakat. Stakeholder yang terlibat dalam
pengelolaan wisata alam berdasarkan kepentingan dan pengaruh terdiri dari : a) Key
Player yaitu TNAP, Dinparbud BWI, PT WPA, PT PIW, PT PEL, PT WWAH b)
Subject yaitu biro perjalanan, c) Context Setter yaitu Direktorat PJLKKHL ;d) tidak
ada Crowd.
Kata kunci: Hubungan , Mekanisme, Plengkung, Stakeholder

ABSTRACT
NURUL HANDAYANI. Relation Mechanism of Alas Purwo National Park and
Internal Stakeholders of Ecotourism Management in Plengkung Use Zone .
Supervised by Prof. Dr. E.K.S. HARINI MUNTASIB, MS and Dr. Ir. RINEKSO

SOEKMADI, MSc.F
Alas Purwo National Park has very high tourism potential , especially for special
interest are surfing in Plengkung utilized by several companies that have permits
exploitation of nature tourism, therefore need to know the mechanism of the
relationship with Alas Purwo National Park various parties in the management
Plengkung . This study aims to examine the mechanism of the Alas Purwo
National Park relationship with various stakeholders in the management zone
Plengkung utilization data processing using a stakeholder analysis. Tourism
management in the utilization zone Plengkung involving twelve existing
stakeholders can be grouped into five categories , namely government agencies ,
private organizations , community groups , individuals and society . Stakeholders
involved in the management of nature based on the interests and influences
consist of: a) Key Player is TNAP, Dinparbud BWI, PT WPA, PT PIW, PT PEL,
PT WWAH b) Subject is a travel agent , c) Context Setter namely Directorate
PJLKKHL; d) No Crowd.
Keywords: Mechanism, Plengkung, Relationship, Stakeholder

iv

MEKANISME HUBUNGAN PARA PIHAK DALAM PENGELOLAAN

WISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN PLENGKUNG
TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

NURUL HANDAYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

v

vi


Judul Skripsi : Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam
Di Zona Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo
Nama
: Nurul Handayani
NIM
: E34070111

Disetujui oleh
Ketua Komisi Pembimbing

Anggota Komisi Pembimbing

Prof. Dr. E. K. S. Harini Muntasib, MS

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi , M.Sc.F

NIP . 19550410 198203 2 002

NIP .19640221 198803 1002


Diketahui oleh
Ketua Departemen KSHE

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
NIP. 1958091 198403 1 003

Tanggal Lulus:

vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 ini adalah
Mekanisme Hubungan Para Pihak Dalam Pengelolaan Wisata Alam Di Zona
Pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. E.K.S Harini Muntasib,
M.S dan Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F selaku pembimbing. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh petugas Taman

Nasioal Alas Purwo dan Warga disekitar Taman Nasional Alas Purwo khususnya
Keluarga Pak Wiku Chandra dan Keluarga Ibu Nur yang telah membantu penulis.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi
M.Agr, ayah, suami Dian Nurdiana S.Kom, keluarga, serta teman-teman atas
segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Nurul Handayani

viii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi


DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

Kerangka Penelitian

2

Analisis Stakeholder

3

METODE

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

5


Alat dan Bahan

5

Jenis Data

5

Metode Pengambilan Data

5

Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Stakeholders dan Perannya


8
8

Pemetaan Stakeholders

11

Identifikasi Tupoksi dan aturan kelembagaan stakeholder

13

Hubungan stakeholder wisata alam

14

Analisis deskriptif kebutuhan

20

SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

28

ix

DAFTAR TABEL
1. Kelompok, kategori dan tingkatan administrasi stakeholders
2. Tingkat kepentingan stakeholders
3. Tingkat pengaruh stakeholders
4. Identifikasi TUPOKSI dan Aturan Kelembagaan Stakeholder
5. Hasil analisis kebijakan wisata alam
6. Aspek kebutuhan

9
11
11
16
17
20

DAFTAR GAMBAR
1. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders di wisata alam TNAP
2. Aliran Manfaat Pengelolaan Wisata di Zona Pemanfaatan Plengkung
3.Hubungan Kerjasama Stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaaatan
Plengkung

12
21
22

DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Identifikasi Kebutuhan Para Pihak

25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan Taman Nasional Model
yang menggunakan strategi pengelolaan berbasis resort. Pengelolaan berbasis
resort ini merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pengelolaan
suatu kawasan. Dalam bidang ekowisata pengelolaan berbasis resort memiliki
peluang yang lebih besar dalam meningkatkan kualitas pengelolaan ekowisata
yang ada disetiap resort Taman Nasional Alas Purwo. Setiap resort mempunyai
kewenangan dalam pengelolaan khususnya aspek pengembangan wisata.
Resort Pancur sebagai salah satu resort di TNAP mempunyai potensi wisata
yang sangat tinggi, khususnya untuk wisata minat khusus yaitu berselancar
(surfing). Tempat untuk wisata minat khusus berselancar berada di Zona
Pemanfaatan Plengkung. Plengkung termasuk kedalam Resort Pancur dan lebih
terkenal oleh wisatawan mancanegara dengan nama “G-Land” hal ini disebabkan
lokasi ini berada di Teluk Grajagan dan bentuknya menyerupai huruf G. Areal
yang termasuk kedalam pengelolaan TNAP adalah areal darat dan
pemanfaatannya sebagai tempat singgah dan penginapan para wisatawan
mancanegara. Areal darat ini dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan yang
mempunyai izin pengusahaan pariwisata alam yang izin tersebut langsung dari
Menteri Kehutanan Republik Indonesia melalui PJLKKHL (Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung). Izin pengusahaan
pariwisata alam (IPPA) tersebut berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang
atau dicabut dengan beberapa ketentuan.
Plengkung mempunyai keunikan tersendiri dengan ombak yang sangat
bagus untuk olah raga selancar. Menurut para peselancar dunia, ombak di
Plengkung termasuk tiga besar terbaik dunia dan empat kali dijadikan lokasi acara
tingkat internasional. Plengkung dikelola oleh empat PPA (Pengusahaan
Pariwisata Alam) yaitu PT. Plengkung Indah Wisata (PT. PIW), PT. Wanasari
Pramudita Ananta (PT. WPA), PT Plengkung Eco Loudge (PT. PEL) dan PT.
Wana Wisata Alam Hayati (PT. WWAH). Keempat PPA yang beroperasi di
Plengkung tersebut mempunyai sistem pengelolaan yang berhubungan dengan
berbagai pihak. Pihak-pihak yang berperan, seperti TNAP, pemerintah daerah,
perusahaan swasta, biro jasa wisata, wisatawan dan masyarakat sekitar kawasan
TNAP mempunyai kepentingan dan pengaruh terhadap pengelolaan Plengkung.
Peran dan kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut mencerminkan
kepentingan masing-masing pihak. Kepentingan tersebut salah satunya dalah
persaingan pasar wisata yang mengakibatkan konflik pelaku wisata di Plengkung.
Kepentingan tersebut akan memimbulkan pengaruh terhadap pengelolaan
kawasan pengusahaan pariwisata alam di Zona Pemanfaatan Plengkung. Oleh
karena itu, perlu diketahui mekanisme hubungan para pihak yang terkait dalam
pengelolaan Plengkung.
Hubungan antara
lembaga yang bertanggung jawab atas kawasan
konservasi dan stakeholder sering tidak sebaik yang diinginkan. Konflik juga
mungkin timbul antara lembaga yang bertanggung jawab atas kawasan lindung.

2

Perumusan Masalah
Zona pemanfaatan Plengkung berada di Resort Pancur Taman Nasional Alas
Purwo (TNAP) Banyuwangi, Jawa Timur. Plengkung dikelola oleh pihak pemda,
TNAP, dan pihak swasta. Beragamannya pemahaman dan fungsi dari masingmasing pihak yang terlibat dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung dapat
mengakibatkan tumpang tindih kepentingan, hal ini menyebabkan kebijakan yang
diberlakukan perlu koordinasi yang baik. Selain itu, perlu diketahui sejauh peran
masyarakat sekitar kawasan TNAP dalam kegiatan pengelolaan zona pemanfaatan
Plengkung.
Oleh karena itu, dalam penelitian ditelaah mengenai Mekanisme Hubungan
Para Pihak dalam Pengelolaan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Plengkung. Hal
yang ditelaah dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran masing-masing pihak tersebut dalam pengelolaan wisata
alam di zona pemanfaatan Plengkung serta pemetaan stakeholder?
2. Seberapa besar kepentingan dan pengaruh masing-masing pihak?
3. Kebijakan apa yang diberlakukan oleh para pihak yang mengelola Plengkung?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah Mekanisme Hubungan Taman
Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan zona pemanfaatan
Plengkung dengan tahapan:
1. Mengetahui peran para pihak dalam penyelenggaraan wisata alam di zona
pemanfaatan Plengkung dan pemetaan stakeholder.
2. Mengetahui kepentingan pihak-pihak tersebut Kebijakan-kebijakan
pemerintah pusat maupun daerah terkait dengan pengelolaan zona
pemanfaatan Plengkung.
3. Menganalisis kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang
terkait dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi sumber informasi
bagipihak-pihak tersebut untuk menyusun strategi pengelolaan Zona Pemanfaatan
Plengkung yang lebih baik.

3

Kerangka Penelitian
Disbudpar BWI

BTNAP

PT. WPA

PT . PIW

Pengelolaan Zona
Pemanfaatn Plengkung

PT. WWAH

Kebijakan

Data Pokok
(Peran, Kepentingan dan Pengaruh)

Analisis Isi




Kebijakan
TUPOKSI

Analisis Kebutuhan

Analisis Stakeholder

Analisis Kebutuhan
Stakeholder

1. Identifikasi
Stakeholder
2. Mengkategorikan
Stakeholder
3. Hubungan Antarstakeholder

Sintesis Hasil Analisis
Hubungan Antar-Stakeholder

Mekanisme Hubungan
Antar-Stakeholder
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Analisis Stakeholder
Stakeholder merupakan individu, kelompok atau institusi yang memiliki
kepentingan dalam suatu proses atau peristiwa. Sedangkan analisis stakeholder
adalah suatu proses yang mendefinisikan aspek dari kejadian atau gejala alami dan
sosial yang dipengaruhi oleh suatu pengambilan keputusan, mengidentifikasi
individu, kelompok dan organisasi yang dipengaruhi atau mempengaruhi aspek
atau gejala-gejala tersebut serta prioritas individu atau kelompok atau organisasi
dalam keterlibatannya dalam suatu pengambilan keputusan (Reed et al. 2009).

4

Stakeholder akan berpartisipasi dan saling berperan sebagai mitra kerjasama
sehingga harus diakomodasikan kepentingannya masing-masing secara seimbang.
Dengan demikian perlu untuk membangun suatu mekanisme dimana seluruh
stakeholder dapat terlibat secara aktif selaku bagian dari kegiatan (Abbas 2005).
Berbagai lembaga, kelompok sosial dan individuyang memiliki kepentingan
langsung, signifikan dan spesifik di kawasan lindung akan disebut sebagai
stakeholder. Kepentingan mereka mungkin berasal dari mandat kelembagaan,
kedekatan geografis, asosiasi sejarah, ketergantungan untuk mata pencaharian,
kepentingan ekonomi, dan dari berbagai kapasitas dan kekhawatiran lainnya
(Stolton et al. 1999).
Analisis stakeholder berguna untuk mengidentifikasi stakeholder yang
memiliki peran dalam pengambilan keputusan, mengetahui kepentingan dan
pengaruh stakeholder, memetakan hubungan antar pihak berdasarkan besarnya
pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder serta pemahaman
stakeholder dalam pengembangan organisasi (Lindenberg dan Crosby (1981)
dalam Reed et al. (2009).
DFID (2006) dalam (Untoro 2006) menjelaskan terdapat beberapa langkah
dalam melakukan analisis stakeholder yaitu:
1. Membuat tabel stakeholder
a. Membuat daftar semua stakeholder (termasuk stakeholder primer dan
sekunder, pendukung, oposisi, kelompok pemakai, kelompok yang rawan,
sub-kelompok, misalnya wanita pedagang).
b. Menuliskan kepentingan awal tentang dampak proyek terhadap
kepentingan masing-masing stakeholder (yang tertutup maupun yang
terbuka) dalam kaitannya dengan proyek dan tujuannya.
c. Membuat penilaian awal tentang dampak proyek terhadap kepentingan
masing-masing stakeholder. Dampaknya ada yang negatif dan positif
terhadap kepentingan.
d. Menerapkan prioritas yang harus diberikan oleh proyek kepada masingmasing stakeholder dalam memenuhi kepentingan mereka.
e. Menetapkan tingkat kekuatan pengaruh yang dimiliki oleh stakeholder
terhadap kegiatan proyek/pengelolaan.
2. Memberikan penilaian terhadap tingkat pengaruh dan kepentingan
stakeholder. Stakeholder yang utama sangat berpengaruhatau penting
bagikegiatan pengelolaan.
a. Pengaruh adalah kekuatan yang dimiliki oleh stakeholder terhadap proyek,
yaitu jumlah yang dapat diusahaklan atau dipaksakan oleh stakeholder
(baik individual, kelompok maupun organisasi) untuk membuat keputusan
atau melakukan sesuatu.
b. Kepentingan adalah prioritas yang diberikan oleh proyek untuk memenuhi
kebutuhan dari setiap stakeholder.
c. Gabungkan pengaruh dan kepentingan didalam matriks.
3. Identifikasi partisipasi stakeholder yang tepat.
a. Membuat ringkasan matriks partisipasi untuk mengklarifikasi peranan
yang harus dilakukan oleh semua stakeholder pada berbagai tahapan siklus
proyek.
b. Membahas bersama stakeholder mengenai peranan yang harus mereka
lakukan, sehingga diketahui posisinya bila ditempatkan dalam matrik.

5

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo, Resort Pancur yang
berada di Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur.
Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli-Agustus 2011.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, panduan
wawancara, tape recorder dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan wisata di zona
pemanfaatan Plengkung Taman Nasional Alas Purwo serta kebijakan dan
peratuan-peraturan yang digunakan alam pengelolaan Zona Pemanfaatan
Plengkung.
Jenis Data
Jenis data yang akan diambil dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Data Pokok
Data pokok yang dimaksud adalah data-data utama yang menjadi bahan
penelitian. Data yang termasuk ke dalam jenis data utama adalah data mengenai
identitas stakeholer yang terlibat (baik itu instansi pemerintah, swasta maupun
masyarakat) serta peran, kepetingan dan pengaruh para stakeholder yang terlibat
dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung. Data pokok yang lain adalah
dokumen-dokumen utama yang meliputi undang-undang, peraturan pemerintah,
SK. Menteri Kehutanan, Rencana Karya Jangka Panjang TNAP, Rencana Karya
Jangka Pendek TNAP, Rencana Karya Tahunan TNAP, peraturan-peraturan yang
dimiliki oleh kelompok masyarakat, rencana pengelolaan setiap stakeholder.
Data Penunjang
Data sekunder yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data
penunjang yang menjadi bagian dalam pengelolaan. Data penunjang dalam
penelitian ini meliputi dokumen tentang program kerja/kegiatan, jumlah anggaran,
jumlah sumberdaya manusia (SDM), jejaring kerja, dan dokumen lain yang
diperlukan untuk menunjang penelitian. Pengambilan data penunjang dilakukan
dengan penelusuran pustaka dan observasi lapang.
Metode Pengambilan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yang
diperlukan adalah:
Data Pokok
Penentuan Narasumber
Narasumber yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini akan
ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui stakeholder yang
terlibat dalam pengelolaan wisata di zona pemanfaatan Plengkung Resort Pancur
TNAP. Narasumber penelitian merupakan stakeholder yang dipilih dengan
persyaratan tertentu yakni status sosial atau pekerjaan terkait dengan pengelolaan

6

Plengkung, mempunyai komitmen terhadap pengelolaan Plengkung, terbuka
dalam menerima pendapat narasumber lain bersedia mencari konsensus dan dapat
menyetujui konsensus (Warner 1997, Rijsberman 1999 dalam Abbas 2005).
Narasumber merupakan narasumber kunci. Stakeholder dan institusi
diklasifikasikan menurut hirarki pemerintahan yakni level desa/kecamatan,
kabupaten dan provinsi yang dipilih secara sengaja (purvosive sampling) (Abbas
2005).
Narasumber yang dimaksud adalah key person dari masing-masing
stakeholder, yaitu kepala dinas, direktur perusahaan, dan ketua organisasi dari
masing-masing stakeholder atau orang yang ditunjuk oleh para pemimpin
stakeholder tersebut untuk mewakili stakeholder yang bersangkutan dalam
memberikan informasi yang akurat mengenai stakeholder tersebut dalam
hubungannnya dengan pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung Taman
Nasional Alas Purwo.
Pengumpulan Informasi dari Narasumber
Data pokok dikumpulkan dengan wawancara semi-terstruktur, metode
snowball dan penelusuran pustaka. Wawancara akan dilakukan dengan cara
berdiskusi langsung dengan narasumber sesuai dengan panduan wawancara.
Adapun panduan wawancara yang digunakan adalah panduan wawancara untuk
instansi pemerintah dan non pemerintah). Wawancara dilanjutkan untuk
mengetahui apabila ada stakeholder lain yang terlibat namun belum
teridentifikasi. Data dan informasi yang berasal dari narasumber kedua dan
selanjutnya digunakan untuk melengkapi data dan informasi dari narasumber
awal. Metode penentuan narasumber diatas biasanya disebut snowball sampling
(Wildemuth 2009).
Data Penunjang
Data penunjang dikumpulkan dengan cara penelusuran dokumen. Data
penunjang dalam penelitian ini meliputi data kondisi umum TNAP, dokumen
tentang program kerja/kegiatan, jumlah anggaran, jumlah sumberdaya manusia
(SDM), jejaring kerja, dan dokumen lain yang diperlukan untuk menunjang
penelitian. Pengambilan data penunjang dilakukan dengan penelusuran pustaka
dan observasi lapang.
Observasi Lapang
Observasi lapang merupakan pengamatan langsung dan pencatatan secara
teliti terhadap kajian yang diteliti. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui
lokasi obyek wisata alam terbaru, mengetahui implementasi kebijakan dan
keterangan-keterangan yang didapatkan dari hasil wawancara.
Penelusuran Dokumen
Penelusuran dokumen dilakukan terhadap dokumen kebijakan pemerintah
tentang wisata dalam skala nasional maupun, TUPOKSI instansi pemerintah,
peraturan lembaga non pemerintah, program kerja/kegiatan, jumlah anggaran,
jumlah sumberdaya manusia (SDM), jejaring kerja, aturan-aturan yang dimiliki
lembaga dan kelompok masyarakat serta dokumen lain yang diperlukan untuk
menunjang penelitian. Penelusuran dokumen dilakukan sebagai langkah awal
dalam penelitian dan diperlukan untuk membantu analisis data.

7

Analisis Data
Stakeholder
Analisis data dilakukan secara deskriftif dengan menggunakan Analisis
Stakeholder. Beberapa tahapan dalam melakukan analisis stakeholder adalah
sebagai berikut (Reed et al. 2009):
a. Identifikasi stakeholder dan peranannya
b. Membedakandanmengkategorikanstakeholderberdasarkankepentingandanpen
garuhnya dengan metode skoring.
c. Mendefinisikan hubungan antar stakeholder
Stakeholder dipetakan ke dalam matriks analisis stakeholder berdasarkan
besarnya kepentingan dan pengaruh. Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan
keterlibatan stakeholder dalam wisata alam, ketergantuang stakeholder terhadap
wisata alam, program kerja masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan
wisata alam, manfaat yang diperoleh stakeholder dari wisata alam, peran yang
dimainkan oleh stakeholder dalam pengelolaan wisata alam. Besarnya pengaruh
dinilai berdasarkan intrumen dan sumber kekuatan (power) yang dimiliki masingmasing stakeholder (Reed et al. 2009).
Instrumen kekuatan meliputi kekuatan kondisi (condition power), kekuatan
kelayakan (condign power), kekuatan kompensasi (compesatory power) dan
sumber kekuatan meliputi kekuatan individu (personality power), kekuatan
organisasi (organization power).
Hubungan diantara stakeholder didefinisikan melalui TUPOKSI instansi
dan aturan lembaga swasta yang terlibat dalam pengelolaan wisata alam di TNAP.
Hubungan tersebut akan dijelaskan dengan mengelompokkan stakeholder ke
dalam empat kelompok hubungan yaitu hubungan sinergi, tumpang tindih
(overlap), kontradiksi, dan tidak memiliki hubungan. Setiap kelompok hubungan
akan dianalisis berdasarkan komponen-komponen wisata alam meliputi
konservasi, wisata, pengelolaan, ekonomi, pemanfaatan sumber daya alam,
partisipasi, insentif dan dampak lingkungan.
Analisis Isi: Kebijakan, TUPOKSI, Berita dan Isu
Untuk menganalisis kebijakan dan berita atau isu yang ada dalam
mekanisme hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam
pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung dilakukan secara
deskriptif dengan menggunakan analisis isi.
Analisis isi merupakan definisi mengenai isi kebijakan, mencakup maksud,
tujuan, orientasi kebijakan dan implementasi dari kebijakan tersebut serta dampak
dari kebijakan atau berita atau isu tersebut terhadap mekanisme hubungan Taman
Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam pengelolaan wisata alam di
zona pemanfaatan Plengkung. Adapun analisis isi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui maksud dan tujuan serta kaitannya dengan
mekanisme hubungan Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai pihak dalam
pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung.
Analisis isi kebijakan dan TUPOKSI yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan kata kunci (key word) berupa wisata, pengelolaan, pemanfaatan
SDA,konservasi, partisipasi,ekonomi, insentif, dan dampak lingkungan.

8

Analisis Deskriptif Kebutuhan
Analisis kebutuhan digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan harapan
stakeholder dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung.Analisis kebutuhan
merupakan upaya pencermatan terhadap faktor-faktor yang menjadi kebutuhan
dan keinginan stakeholder terhadap pengelolaan (Abbas 2005). Hasil analisis akan
menggambarkan kebutuhan masing-masing stakeholder dalam pengelolaan. Hasil
identifikasi kebutuhan akan dikelompokkan menurut kemiripannya. Selanjutnya
hasil analisis dijadikan acuan dasar guna menemukan faktor kunci sebagai bahan
untuk menyusun perencanaan pengelolaan.
Analisis deskriptif kebutuhan digunakan untuk menggambarkan kebutuhan
masing-masing stakeholders terhadap pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung.
Kebutuhan masing-masing stakeholdersdikelompokkan menurut kemiripannya.
Analisis deskriptif kebutuhan dilakukan dengan menggunakan daftar kebutuhan
stakeholders.
Analisis Distribusi Manfaat
Analisis aliran manfaat pengelolaan Zona Pemanfaatan Plengkung akan
menghasilkan gambar aliran manfaat (flow of benefit). Langkah-langkah untuk
melakukan analisis aliran manfaat adalah sebagai berikut:
1. Manfaat apa yang didapatkan oleh stakeholder dalam pengelolaan Zona
Pemanfaatn Plengkung TNAP?
2. Berapa dana yang didapatkan oleh stakeholder dalam pengelolaan Zona
Pemanfaatn Plengkung TNAP?Apa pertimbangan pembagian persentasi hasil?
siapa atau apa?
3. Bagaimana dana itu didapatkan oleh stakeholder dalam pengelolaan Zona
Pemanfaatn Plengkung TNAP? Secara langsung atau harus melakukan sesuatu
misalkan proposal, bekerja dll?
4. Kemana aliran dana digunakan stakeholder dalam pengelolaan Zona
Pemanfaatan Plengkung TNAP?

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Stakeholdersdan Perannya
Pengelolaan wisata alam di zona pemanfaatan Plengkung Taman Nasional
Alas Purwo melibatkan dua belas stakeholders. Stakeholders yang ada dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu instansi pemerintah, lembaga swasta,
kelompok masyarakat, perorangan dan masyarakat. Untuk peran stakeholder
dalam pengelolaan wisata alam dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat
yaitu peran perlindungan sumberdaya, pemberdayaan masyarakat setempat,
penyediaan pelayanan wisata, penyediaan data dan informasi wisata alam (Tabel
1).

9

Tabel 1Kelompok, kategori dan tingkatan administrasi stakeholders
No.

Kelompok Stakeholders

1
2
3
4
5
6
7
8

TNAP
Dinparbud Kab Banyuwangi
Direktorat PJLKKHL
PT. PIW
PT. WPA
PT. WWAH
PT. PEL
Kelompok Kesenian Gandrung

9
Biro perjalanan
Sumber: hasil analisis (2013)

Kategori
Stakeholders
Instansi Pemerintah
Instansi Pemerintah
Instansi Pemerintah
Lembaga Swasta
Lembaga Swasta
Lembaga Swasta
Lembaga Swasta
Kelompok
Masyarakat
Lembaga Swasta

Tingkat
Administrasi
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah
Pemerintah Desa
Pemerintah Daerah

Instansi Pemerintah
Peran instansi pemerintah didalam pengelolaan wisata alam di TNAP
memiliki peran yang tidak sama satu sama lain. TNAP memiliki semua peran
pengelolaan, yaitu peran perlindungan sumberdaya, pemberdayaan masyarakat
setempat, penyediaan pelayanan wisata, penyediaan data dan informasi wisata
alam.Bentuk peran-peran tersebut meliputi perencanaan dan pelaksanaan
program-program yang tertera dalam Rencana Kerja Lima Tahun (RKL) maupun
Rencana Kerja Tahunan (RKT). Pengelolaan kawasan Taman Nasional Alas
Purwo tidak dikelola Balai Taman Nasional Alas Purwo sendirian, melainkan
dibantu oleh para pihak melalui kerjasama pengelolaan kolaborasi serta kerjasama
dengan para pemegang Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA). Para pihak
tersebut yaitu PT. Wanasari Pramudita Ananta (WPA), PT. Wanawisata Alam
Hayati (WWAH), PT. Plengkung Indah Wisata (PIW) dan PT. Plengkung Eco
Louge (PEL). Pengelolaan kolaborasi dalam hal perlindungan kawasan dan
pengelolaan wisata berkelanjutan.
Berbeda dengan Dinparbud Kabupaten Banyuwangi, instansi pemerintah ini
hanya memiliki dua peran, yaitu peran pemberdayaan masyarakat setempat, dan
penyedia data dan informasi. Bentuk perannya adalah merencanakan dan
melaksanakan
program-program
pemberdayaan
masyarakat
seperti
pengembangan kemitraan pariwisata dengan berkoordinasi dengan LSM. Kegitan
yang dilakukan adalah mempertemukan para pihak dalam pertemuan atau rapat
koordinasi untuk meningkatkan kunjungan pariwisata ke Kabupaten Banyuwangi.
Direktorat PJKKHL merupakan instansi pemerintah yang memiliki peran paling
sedikit, yaitu satuperan saja, yaitu peran penyedia data dan informasi, dan bentuk
peranannya adalah menghimpun semua informasi dan data yang menjadi acuan
pengelolaan pengusahaan pariwisata alam. Pengelolaan PPA yang berkelanjutan
dan sesuai aturan perundangan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku akan
menjadi laporan yang baik, namun apabila terjadi masalah yang melanggar
kebijakan akan membuat izin PPA dicabut.

10

Lembaga Swasta
Lembaga swasta adalah stakeholders yang memiliki peran paling banyak
dan paling lengkap. Hampir semua lembaga swasta yang ada (PT. PIW, PT.
WPA, PT. WWAH, dan PT. PEL) memiliki empat peran, yaitu peran
perlindungan sumberdaya, pemberdayaan masyarakat setempat, penyediaan
pelayanan wisata, penyediaan data dan informasi wisata alam, hanya biro
perjalanan saja yang memiliki dua peran, yaitu penyedia pelayanan wisata dan
penyedia data dan informasi wisata. Bentuk peran semua lembaga swasta
pemegang izin PPA yaitu penyelenggaraan program-program perlindungan
perlindungan sumberdaya alam yang tertuang dalam rencana kerja tahunan,
pemberdayaan masyarakat sekitar untuk bekerja di area PPA dan sumbangansumbangan untuk kepentingan masyarakat sekitar TNAP, melakukan pengelolaan
penyediaan pelayanan wisata khususnya wisata selancar, dan membuat laporan
mengenai data dan informasi terbaru kawasan misalnya pencatatan perjumpaan
satwa liar seperti banteng, rusa dll .
Peran perusahaan swasta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
TNAP dapat dilihat dari keikutsertaan dalam kegiatan seperti penanaman
mangrove di Bedul, pemeliharaan Sadengan dan lainnya. Adapun bentuk peran
biro perjalanan yang ada meliputi penyediaan informasi untuk promosi wisata
secara langsung di kantor-kantor agen wisata maupun di media elektronik. Biro
perjalanan berperan dalam menyaring pasar selancar internasional.
Kelompok Masyarakat
Kelompok masyarakat yang ada di zona pemanfaatan TNAP dan terlibat
serta mendukung dalam pengelolaan wisata alam hanya satu saja, yaitu kelompok
kesenian gandrung.Kelompok kesenian masyarakat ini memiliki peran, yaitu
penyedia pelayanan wisata .Bentuk perannya berupa pertunjungan seni gandrung
yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Plengkung. Pertunjukan seni
gandrung adalah pertunjukan tarian khas Banyuwangi yang sudah terkenal dan
menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi. Dinparbud dan Kebudayaan Kabupaten
Banyuwangi menjadikan seni gandrung menjadi daya tarik wisata untuk menarik
turis lokal dan wisatawan mancanegara. Kelompok kesenian Gandrung “Waringin
Puspa” pimpinan Bapak Abraham Suseno melakukan pertunjukan di Plengkung
dua kali dalam sebulan, yaitu saat bulan purnama dan akhir bulan Hijriah.
Perorangan dan Masyarakat
Perseorangan yang dimaksud dalam hal ini adalah seseorang yang
melakukan kegiatan usaha secara mandiri dan/atau yang ikut menerima manfaat
secara langsung dengan ikut serta dalam kegiatan usaha suatu perusahaan.
Sedangkan masyarakat dalam hal ini adalah seseorang yang baik secara langsung
dan tidak langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan dan/atau penerima
manfaat dari adanya pengelolaan wisata alam.
Perseorangan dan masyarakat memiliki peran yang paling kecil, yaitu satu
sampai dua peran saja.Peran-peran perseorangan tersebut meliputi penyediaan
pelayanan wisata dalam bentuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan
wisata seprti koki, pramusaji, satpam dll.Peran lainnya adalah penyedia data dan
informasi mengenai wisata Plegkung dalam bentuk pemanduan wisata oleh para
pegawai PPA, selain bekerja para pegawai terkadang memandu para wisatawan
asing yang ingin berkeliling kawasan TNAP. Masyarakat yang tidak terlibat

11

secara langsung dalam pengelolaan di Plengkung hanya mempunyai peran
penyedia informasi mengenai kawasan alas purwo dan sekitarnya.
Pemetaan Stakeholders
Berdasarkan hasil identifikasi stakeholders kemudian dilakukan pemetaan
berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh terhadap pengelolaan wisata alam
TNAP. Setiap stakeholders memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang
berbeda-beda. Perbedaan tingkat kepentingan masing-masing stakeholders
dipengaruhi oleh bentuk keterlibatan stakeholders dalam wisata alam,
ketergantungan stakeholders terhadap wisata alam, program kerja masing-masing
stakeholders yang berkaitan dengan wisata alam, manfaat yang diperoleh
stakeholders dari wisata alam, peran yang dimainkan oleh stakeholders dalam
pengelolaan wisata alam (Tabel 2). Perbedaan tingkat pengaruh stakeholders
dipengaruhi oleh kekuatan kondisi, kekuatan kelayakan, kekuatan kompensasi,
kekuatan individu, kekuatan organisasi (Tabel 3) (Gabriel 1983; Reed et al. 2009).
Tabel 2 Tingkat kepentingan stakeholders
No.

Stakeholders

I
4
2
3
4
4
4
4
2
2

Nilai Kepentingan
II III IV V
5
4
3 5
5
5
3 3
2
1
3 2
5
5
5 5
5
5
5 5
5
5
5 5
5
5
5 5
3
2
3 2
3
5
4 3

Total Skor

1
TNAP
21
2
Dinparbud Kab Banyuwangi
18
3
Direktorat PJLKKHL
11
4
PT. PIW
24
5
PT. WPA
24
6
PT. WWAH
24
7
PT. PEL
24
8
Kelompok Kesenian Gandrung
12
9
Biro perjalanan
17
Sumber: hasil analisis (2013)
Keterangan: I = keterlibatan; II = manfaat; III = persentasi program kerja; IV = tingkat
ketergantungan; dan V = peran

Tabel 3 Tingkat pengaruh stakeholders
No.

Stakeholders

1
TNAP
2
Dinparbud Kab Banyuwangi
3
Direktorat PJLKKHL
4
PT. PIW
5
PT. WPA
6
PT. WWAH
7
PT. PEL
8
Kelompok Kesenian Gandrung
9
Biro perjalanan
Sumber: hasil analisis (2013)

Nilai Kepentingan
I II III IV V
3
4
5
5 5
5
4
3
3 5
3
4
3
2 5
4
4
4
5 5
4
4
4
5 5
4
4
4
5 5
4
4
4
5 5
2
2
1
3 3
2
3
5
4 3

Total Skor
22
20
17
22
22
22
22
11
17

12

Keterangan: I = kondisi; II = kelayakan; III = kompensasi; IV = kepribadian; dan V =
organisasi

Hasil nilai total skor dari tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh
kemudian diplotkan dalam matriks kepentingan dan pengaruh yang dikategorikan
menjadi empat, yaitu key player, subject, context setter dan crowd.
Keterangan:
1. TNAP
2. Dinparbud Kab.
Banyuwangi
3. Direktorat
PJLKKHL
4. PT. PIW
5. PT. WPA
6. PT. WWAH
7. PT. PEL
8. Kelompok
Kesenian
Gandrung
9. Biro Perjalanan

Gambar 1Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders di wisata alam TNAP
Berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya, stakeholder dibedakan menjadi:
1. Key Player
Key player merupakan stakeholder yang paling aktif dalam pengelolaan
dikarenakan stakeholder tersebut memiliki kepentingan dan pengaruh yang
besar.Dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung yang menjadi key
player adalah TNAP, Dinparbud dan Kebudayaan Banyuwangi, PT. WWAH,
PT. WPA, PT. PIW, PT. PEL. Para pihak tersebut yang memliki tingkat
kepentingan dan pengaruh yang tinggi sehingga hasil skoring menempatkan
para pihak tersebut dalam posisi key player. Hasil skoring dan kenyataan
dilapangan menujukkan bahwa para pihak tersebut memang mempunyai
keterlibatan pengelolaan secara langung di Zona Pemanfaatan Plengkung.
Plengkung sebagai tempat wisata minat khusus dikelola secara kolaboratif oleh
pihak-pihak tersebut. Namun dalam praktik di lapangan sering terjadi
persaingan pasar dalam menarik pengunjung.
2. Subject
Subject memiliki kepentingan yang besar, tetapi pengaruhnya kecil.
Stakeholder jenis ini mungkin bersifat supportive, tetapi memiliki kapasitas
yang kecil untuk mengubah keadaan. Stakeholder ini dimungkinkan akan
memiliki pengaruh yang jauh lebih besar jika bekerjasama dengan stakeholder
lain. Dalam pengelolaan zona pemanfaatan Plengkung yang menjadi subject
adalah biro perjalanan.

13

Pihak yang termasuk kedalam posisi ini mempunyai kepentingan tinggi
karena terlibat secara tidak langsung dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan
Plengkung dan memiliki pengaruh yang tidak terlalu tinggi karena mereka
tidak dapat memutuskan hal-hal yang berhubungan dengan pembuatan
keputusana atupun rencana pengelolaan Plengkung. Kerjasama yang dilakukan
oleh subject yaitu biro perjalanan hanya melibatkan perusahaan pariwisata
alam dengan pengunjung dan tidak ada kerjasama dengan pihak lainnya.
Kerjasama yang dilakukan addalah promosi untuk mendatangkan pengunjung
dan pelayanan wisata yang dilakukan di areal pengusahaan pariwisata alam.
Promosi dilakukan di situs-situs selancar internasional dan majalah-majalah
selancar agar tingkat kunjungan ke plengkung meningkat dan sesuai target.Hal
ini menciptakan persaingan pasar dalam penarikan pengunjung baru dan
mempertahankan pengunjung langganan. Kerjasama yang tercipta antara biro
perjalanan dan pengusaha PPA sangat penting karena jumlah pengunjung akan
mempengaruhi pendapatan perusahaan.
3. Context Setter
Context setter memberikan pengaruh yang besar, tetapi memiliki
kepentingan yang kecil (Reed et al. 2009). Dalam pengelolaan zona
pemanfaatan Plengkung yang menjadi context setter adalah Direktorat
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung
(PJLKKHL) dibawah Dirjen PHKA Kementrian Kehutanan Indonesia yang
bertugas memberikan dan/atau mencabut izin pengusahaan pariwisata alam.
Direktorat PJLKKHL memiliki kepentingan rendah karena tidak mempunyai
peran pengelolaan secara langsung di Zona Pemanfaatan Plengkung, namum
pengaruh yang diberikan oleh Direktorat PJLKKHL sangat tinggi karena dapat
menberikan izin maupun mencabut izin PPA yang beroperasi di Zona
Pemanfataan Plengkung.Direktorat PJLKKHL melakukan hubungan
koordianasi dengan pihak TNAP maupun PT PIW, PT WPA, PT WWAH dan
PT PEL. Koordinasi dilakukan sesuai jadwal yanmg tertera dalam Rencana
Kerja Direktorat PJLKKHL.
4. Crowd
Crowd merupakan stakeholder dengan kepentingan dan pengaruh yang
kecil. Stakeholder ini akan mempertimbangkan segala kegiatan yang mereka
lakukan. Dalam pengelolaan zona pemaanfaatan Plengkung yang menjadi
crowd tidak ada karena pengelolaan Plengkung berada dalam kawasan Taman
Nasional yang pengelolaannya sudah diatur oleh kebijakan-kebijakan yang
berlaku.
Identifikasi Tupoksi dan aturan kelembagaan stakeholder
Setiap stakeholderyang berasal dari instansi pemerintah memiliki Tugas
pokok dan fungsi (TUPOKSI) sesuai bidang yang dimandatkan kepada
instansi.Sedangkan yang berasal dari lembaga swasta memiliki aturan
kelembagaan yang menjelaskan fungsi dan tujuan lembaga. Namun ada beberapa
stakeholder yang belum memiliki aturan kelembagaan secara tertulis.
Analisis isi TUPOKSI dan aturan kelembagaan pada tabel 4 menunjukkan
komponen yang paling banyak dijelaskan dalam TUPOKSI adalah komponen
wisata sedangkan yang paling sedikit dijelaskan adalah insentif. Inentif adalah
penambahann upah atau sesuatu hal yang bermanfaat atas suatu

14

prestasi.Komponen wisata paling banyak dijelaskan karena sebagian besar
stakeholder merupakan pelaksana kegiatan wisata di Zona Pemanfaatan
Plengkung. Komponen insentif paling sedikit dijelaskan karena saat ini belum
diberikan insentif atas prestasi dalam pengelolaan wisata yang telah dilakukan
oleh perusahaan pariwisata alam di areal Zona Pemanfaatan Plengkung. Insentif
akan merangsang perbaikan pertumbuhan pariwisata di berbagai tempat.
Hubungan stakeholder wisata alam
Hubungan stakeholder dapat dilihat melalui dokumen dan wawancara
kepada informan kunci. Dokumen yang dapat menjelaskan hubungan adalah
dokumen TUPOKSI instansi pemerintah dan aturann kelembagaan lembaga swata
(perusahaan swasta) serta kelompok masyarakat.Hubungan yang dapat dilihat dari
wawancara informann kunci merupakan hubungan yang terjadi di
lapangan.Hubungan yang dapat dilihat melalui dokumen dan wawancara informan
kunci dapat dikelompokkan menjadi hubungan koordinasi, kerjasama, dan
komunikasi. Masing-masing kelompok hubungan akan dilihat letak hubungannya
berdasarkan komponen wisata alam meliputi wisata, pengelolaan, pemanfaatan
sumberdaya alam, konservasi, partisipasi, ekonomi, insentif dan dampak
lingkungan.
Koordinasi
Hubungan koordinasi antar stakeholder dalam pengelolaan Zona
Pemanfaatan Plengkung terletak dalam komponen wisata, pengelolaan,
pemanfaatan sumberdaya alam, dan konservasi.Hubungan dalam komponenkomponen tersebut terjadi antara Dinparbud BWI, TNAP, Direktorat PJLKKHL
dan para pengusaha pariwisata alam. Hubungan koordinasi diantara stakeholder
tersebut terlihat dalam dokumen dan kenyataan dilapangan. Hubungan dalam
dokumen dapat dilihat pasal per pasal dalam tabel identifikasi TUPOKSI dan
aturan kelembagaan. Hubungan dalam komponen wisata dilihat dari program dan
rencana kegiatan pengelolaan wisata yang dimiliki para pihak.
Hubungan dalam komponen pengelolaan terlihat dalam hubungan dalam
dokumen maupun secara langsung dilapangan yang secara kolaborasi melakukan
koordinasi dilapangan. Koordianasi dilakukan oleh TNAP dan Dinparbud
Banyuwangi dengan para pengusaha dalam kegiatan-kegiatan pertemuan atau
rapat koordinasi pengelolaan Plengkung yang dilakukan sesuai rencana kerja.
Kelompok keseniann gandrung, pegawai, dan masyarakat melakukan
hubungan secara langsung dilapangan. Hanya biro perjalanan yang melakukan
koordinasi dengan perusahaan pariwisata alam dan belum ada koordinasi dengan
pihak lainnya.
Hubungan para pihak dalam kuadran satu atau selaku stakeholder
keyplayer berlangsung berdasarkan pedoman tata cara pengelolaan wisata alam di
kawasan taman nasional, koordinasi dilaksanakan sesuai dengan undang-undang
dan peraturan yang berlaku. TNAP berkoordinasi dengan Direktorat PJLKKHL
dalam mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh para pemegang izin PPA yaitu PT
WPA, PT PIW, PT WWAH dan PT PEL. Hubungan koordiansi dengan
Dinparbud Banyuwangi terjadi dalam kegiatan-kegiatan yang yang direncakan
atau dilaksanakan pihak Pemda Banyuwangi yang berkaitan dengan wisata alam

15

di Kabupaten Banyuwangi, seperti promosi wisata alam utama Banyuwangi yang
melibatkan para pengusaha wisata alam salah satunya para pengusaha dan
pengelola Plengkung.
Koordinasi antara Direktorat PJLKKHL dalam perannya sebagai context
setter terjadi melalui perantara TNAP, semua kegiatan yang dilaksanakan
Direktorat PJLKKHL melibatkan juga pihak TNAP baik dalam laporan laporan
maupun kegiatan lapangan.
Kerjasama
Kerjasama dapat dibedakan menjadi tiga (Soekanto 2009) yaitu kerjasama
spontan, kerjasama langsung, kerjasama kontrak dan kerjasama tradisional.
Kerjasama yang akan dibahas adalah kerjasama kontrak. Kerjasama yang
dilakukan antara stakeholder wisata alam dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan
Plengkung atas dasar TUPOKSI, aturan lembaga, rencana kerja diantara
lembaga/instansi/kelompok masyarakat. Hubungan kerjasama antara stakeholder
terletak dalam komponen wisata, pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya alam,
konservasi, partisipasi, ekonomi, maupun dampak lingkungan.TNAP dalam setiap
kegiatan yang berhubungan dengan perlindungan kawasan dan pengelolaan wisata
selalu melibatkan pengusaha, seperti perbaikan jalan Pancur-Plengkung,
pemeliharaan helipad dan fasilitas umum lainnya. Kerjasama para keyplayer
berjalan baik sehingga tingkat kunjungan ke Plengkung terus meningkat dari
tahun ke tahun.
Kerjasama subject terjadi berupa kerjasama spontan dan
kerjasama langsung tanpa ada pedoman atau aturan aturan perundangan yang
harus dijalankan karena kerjasama berlangsung sesuai kebutuhan di lapangan.
Kelompok kesenian gandrung dan biro perjalanan hanya terjadi kerjasama
dalam komponen wisata lakukan dan ekonomi yaitu pelayanan pengunjung.
Hubungan kerjasama dapat terlihat dalam dokumen maupun secara langung
dilapangan. Hubungan kerjasama pegawai, dan masyarakat tidak terdapat dalam
dokumen karena stakeholder-stakeholder ini tidak mempunyai aturan tertulis
namun dalam kenyataan dilapanganterjadi hubungan kerjasama spontan yang
harmonis karena kegiatan yang dilakukan menguntungkan para pihak.
Komunikasi
Komunikasi merupakan proses memahami satusama lainnya dan proses
informasi baik berupa fakta, kebijakan, prospek, rumor dan kegagalan dapat
disebarkan dalam organisasi (Denise 2011). Komunikasi dalam organisasi juga
merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan satu jaringan hubungan
yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau selalu berubah-ubah (Muhammad 2004). Komunikasi mengandung
tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan,
lingkungan dan ketidakpastian.
Hubungan komunikasi antara stakeholder terletak pada komponen wisata,
pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya alam, konservasi, dan partisipasi.
Hubungan komunikasi dalam komunikasi terletak dalam dokumen maupun secara
langsung dilapangan.Komunikasi merupakan hubungan yang penting karena
komunikasi yang baik dapat meminimalisir konflik yang biasa terjadi dalam suatu
pengelolaan bersama. Hubungan komunikasi tersebut terjadi pada seluruh pihak,
namunsubject tidak tercatat dalam suatu aturan tapi berlangsung secara spontan di
lapangan.
.

16

16
Tabel 4 Identifikasi TUPOKSI dan Aturan Kelembagaan Stakeholder
TUPOKSI / ATURAN
KELEMBAGAAN
TUPOKSI
DINPARBUD
BWI(PERBUP 16 THN
2009)
TUPOKSI BTNAP

RKL PT WWAH
RKL PT PIW
RKL PT WPA

WISATA

PENGELOLAAN

PASAL
PASAL 12
2,3,4,5,6,9,11,12,
13,14,18,20
PASAL
3,12,14,16,18,20

PASAL
1,2,3,6,10,15,16,1
7,18,19,20,31
BAB III, BAB IV BAB III, BAB IV
BAB III, BAB IV, BAB III, BAB IV,
BAB V
BAB V
BAB III, BAB IV, BAB III, BAB IV,
BAB V
BAB V
TUJUAN
TUJUAN

RIUPSWA PT
PLENGKUNG ECO
LODGE
FUNGSI
PJLKKHL (DITJEN
PHKA)
AD ART KELOMPOK PASAL 1
KESENIAN
GANDRUNG
PASAL 6
AD ART ASOSIASI
TUR DAN TRAVEL
INDONESIA

PEMANFAATAN
KONSERVASI
SDA
PASAL 11
PASAL 9

PARTISIPASI

EKONOMI

INSENTIF

DAMPAK

-

PASAL 11

-

-

PASAL
3,12,14,16,18,20

-

-

PEMBUKAAN

BAB III, BAB IV BAB III, BAB IV, BAB V
BAB III, BAB IV, BAB V
TUJUAN
SASARAN

BAB III, BAB IV
BAB III, BAB IV

PASAL
3,11,12,13,14,16,
18,20
BAB III, BAB IV
BAB III, BAB IV,
BAB V
BAB III, BAB IV,
BAB V
SASARAN

PASAL
1,2,3,6,11,12,13,1
5,16,20
BAB III, BAB IV
BAB III, BAB IV,
BAB V
BAB IV, BAB V
SASARAN

BAB III, BAB IV
BAB III, BAB IV,
BAB V
BAB III, BAB IV,
BAB V
TUJUAN

FUNGSI

FUNGSI

FUNGSI

FUNGSI

-

-

-

PASAL 1

-

-

-

PASAL 2

-

-

-

-

-

-

PASAL 8

-

-

BAB IV
TUJUAN

17
Tabel 5 Hasil analisis kebijakan wisata alam
Aturan Perundangan

PENGELOLAAN

UU NO 10 TAHUN
pasal 1, 19, 30, 42, 54,
2009
58
(KEPARIWISATAAN)
UU NO 5 1990
1,9,16,34
(KSDHE)
PP NO 8 1999
(PEMANFAATAN
TUMBUHAN DAN
SATWA LIAR)
PP NO 36 2010
1,5,6,14,21
(PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM)
PERMENHUT NO 53
2006 (LEMBAGA
KONSERVASI)
PERMENHUT NO 48
2010 (PPA, DIREVISI
PERMENHUT P.4
2012)
PERMENHUT P.19
2004 (KOLABORASI
PENGELOLAAN
KAWASAN)
KEPMENHUT
446/KPTS-II/1996
(TATA CARA
PERMOHONAN IZIN)
PERBUP 16 THN 2009
(TUPOKSI
DINPARBUD)

PEMANFAATAN
KONSERVASI
PARTISIPASI
SDA
13,18,19,
4,6,12,23,24,25,26 pasal 26
penjelasan UU No ,27,28,29,30,59,64
10 tahun 2009
, penjelasan pasal
59
5, 16, 26, 32
1,2,3,4,5,7,8,24,37, pasal 4
38
1,2,7,35,43
1,5,9,15,28,32,33, 43

pasal 1,
penjelasan pasal
13 dan 32

pasal 2, 10, 17, 22

1,21

EKONOMI

INSENTIF

DAMPAK

3,4,5,6,12,

pasal 60,
penjelasaan
pasal 10

-

-

10,35

2,3

-

penjelasan
ayat 1

penjelasan pp
no 36 2010

-

-

1,3,5,7,9,12,13,15,29,3 1,23,32,34
3

1,2,16,21,22,24,25 penjelasan pasal 29
,29,31

-

-

-

1,3,23,30

1,6,8,

23,25,29,30

pasal 1

pasal 39

pasal 46

13,23,54

4,5,6,7,8,9,11,12

PASAL 1

1,4,7

1,4,10

-

-

-

1,9,12

1,2,3,10,

3,4

pasal 12

pasal 39

-

7,12,22

pasal 12

pasal 11

pasal 9

-

pasal 11

-

-

17

18

Identifikasi kebijakan wisata alam
Kebijakan yang digunakan untuk pengelolaan wisata di Zona Pemanfaatan
Plengkung berjumlah sembilan kebijakan.Kebijakan yang digunakan terdiri dari
dua undang-undang, dua peraturan pemerintah, tiga peraturan menteri kehutanan,
satu keputusan menteri kehutanan dan satu peraturan bupati Banyuwangi.
Kebijakan yang digunakan adalah delapan kebijakan nasional, yaitu UU No 10
Tahun 2009 , UU No 5 Tahun 1990, PP No 8 Tahun 1999, PP No 36 Tahun 2010,
Permenhut No 53 2006, Permenhut No 48 Tahun 2010, Permenhut 19 tahun 2004,
dan Kepmenhut 446/KPTS-II/1996 sedangkan hanya satu peraturan daerah
Banyuwangi yaitu Perbup 16 Tahun 2009. Hasil analisis kebijakan disajikan
dalam tabel 5.
Undang-undang No 10 tahun 2009
Undang-undang No 10 tahun 2009 merupakan kebijakan nasional tentang
kepariwisataan.Undang-undang No 10 tahun 2009 digunakan sebagai dasar
kebijakan nasional bagi pengembangan pariwisata termasuk pengelolaan wisata di
zona pemanfaatan Plengkung. Undang-undang No 10 tahun 2009 berisi
komponen-komponen wisata alam yang meliputi wisata, pengelolaan,
pemanfaatan sumberdaya alam, konservasi, partisipasi, ekonomi, dan insentif.
Komponen yang paling banyak dijelaskan dalam undang-undang ini adalah wisata
sedangkan yang tidak dijelaskan secara implisit adalah komponen dampak
lingkungan.
Undang-undang No 5 tahun 1990
Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya.Undang-undang no 5 tahun 1990 digunakan sebagai
dasar konservasi dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.Undang-undang No 5
tahun 1990 berisi enam komponen, yaitu dua pasal mengenai wisata, empat pasal
mengenai pengelolaan, tiga pasal mengenai pemanfaatan sumberdaya alam, 13
pasal mengenai konservasi dan penjelasan mengenai partisipasi dan dampak
lingkungan, sedangkan dalam undang-undang ini tidak terdapat komponen
ekonomi dan insentif.
PP No 8 Tahun 1999
PP No 8 Tahun 1999 adalah peraturan pemerintah tentang pemanfaatan
tumbuhan dan satwa liar. Peraturan pemerintah ini menjadi acuan dalam
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang berisi beberapa komponen wisata
alam yaitu dua pasal mengenai wisata, lima pasal mengenai pemanfaatan
sumberdaya alam, tujuh pasal mengenai konservasi, satu pasal mengenai
partisipasi dan penjelasan eksplisit mengenai penglolaan, ekonomi dan dampak
lingkungan. PP No 8 Tahun 1999 tidak menyebutkan komponen partisipasi dan
insentif.
PP No 36 Tahun 2010
PP No 36 Tahun 2010 merupakan kebijakan nasional yang mengatur
pengusahaan pariwisata alam dan menjadi acuan dasar dalam pengelolaan wisata
alam khususnya pengelolaan pengusahaan pariwisata alam yang mendapatkan izin
pengusahaan pariwisata alam (IPPA) di Zona Pemanfaatan Plengkung.Komponen
wisata alam yang terdapat dalam PP No 36 Tahun 2010 adalah yang paling
banyak dijelaskan yaitu wisata dan