Standar Akuntansi Keuangan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional
yang dapat diberlakukan secara internasional disetiap negara, atau diperlukan adanya
harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan
informasi keuangan yang dapat dibandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis
kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor dan kreditor. Namun
proses harmonisasi ini masih banyak mengadapi hambatan.
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum secara penuh menggunakan standar
akuntansi international atau International Financial Reporting Standart (IFRS). Standar
akuntansi di Indonesia saat ini mengacu pada US GAAP (United State Generally Accepted
Accounting Standart). Namun beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya
harmonisasi.
Teknologi informasi yang berkembang pesat membuat informasi tersedia diseluruh
dunia. Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk
memasuki pasar modal di seluruh dunia. Hal ini tidak dapat dilakukan jika perusahaan
perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Hal itulah yang
melatarbelakangi IFRS.
Pengapdosian IFRS kedalam standar akuntansi domestik bertujuan untuk

menungkatkan kredibilitas laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan akan
menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat dan laporan keuangan akan lebih dapat
di perbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, ekuitas, hutang,
pendapatan dan beban perusahaan.
IAI pada Desember 2008 telah mengumumkan rencana konvergensi standar akuntansi
lokalnya yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International
Financial Reporting Standar (IFRS) yang merupakan produk dari IASB. Rencana
pengkonvergensian ini direncanakan akan terealisasi pada tahun 2012.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh lembaga Ikatan Akuntan
Indonesia selalu mengacu pada teori-teori yang berlaku dan memberikan tafsiran dan
penalaran yang telah mendalam dalam hal praktek terutama dalam pembuatan laporan
keuangan dalam memperolah informasi yang akurat sehubungan data ekonomi

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana SAK dalam penyusunan laporan keuangan ?
2. Bagaimana harmonisasi SAK dengan standar laporan keuangan internasioal ?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk menambah pengetahuan penulis tentang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) dalam Laporan keuangan dan harmonisasi SAK dengan standar laporan keuangan

Internasional serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Aset Perusahaan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SAK Dalam Penyusunan Laporan Keuangan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari
prosedur akuntansi yang berisi peraturan tentang perlakuan, pencatatan, penyusunan dan
penyajian laporan keuangan yang disusun oleh lembaga IAI yang didasarkan pada kondisi
yang sedang berlangsung dan telah disepakati (konvensi) serta telah disahkan oleh lembaga
atau institut resmi.
Sebagai suatu pedoman, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bukan
merupakan suatu kemutlakan bagi setiap perusahasan dalam membuat laporan keuangan.
Namun paling tidak dapat memastikan bahwa penempatan unsur-unsur atau elemen data
ekonomi harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar semua dat ekonomi dapat tersaji
dengan baik, sehingga dapat memudahkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
menginterpretasikan dan megevaluasi suatu laporan keuangan guna mengambil keputusan
ekonomi yang baik bagi tiap-tiap pihak.
SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP adalah entitas yang: (1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan (2)

menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement)
bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
SAK ETAP menggunakan acuan IFRS for Small Medium Enterprises (SME) yang lebih
sederhana antara lain:
1. Aset tetap, tidak berwujud menggunakan harga perolehan.
2. Entitas anak tidak dikonsolidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas.
3. Mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan.

4. Laporan keuangan sesuai SAK ETPA menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas entitas yang berguna bagi pengguna luas.
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil dan menengah dapat menyusun
laporan keuangannya sendiri dan dapat diausit untuk mendapatkan opini audit. Informasi
keuangan yang sederhana tetapi memberikan informasi yang andal. SAK ETAP disusun
dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai dengan kondisi Indonesia.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal; atau
2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar

masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang adan atau pedagang efek, dana pensiun,
reksa dana dan bank investasi.
3. Harus menggunakan PSAK – IFRS based
4. Namun, dapat menggunakan SAK ETAP jika ada regulasi yang mengijinkan penggunaan
SAK ETAP.
PSAK – IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah kecil mengingat
penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak murah. PSAK – IFRS rumit dalam
implementasinya seperti kasus PSAK 50 dan PSAK 55 meskipun sudah disahkan tahun 2006
namun implementasinya tertunda bahkan 2010 sudah keluar PSAK 50 (revisi). PSAK –
IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional judgement.
PSAK – IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat . SAK ETAP sebagai solusi utk SME
(ETAP).
SAK ETAP diterbitkan tahun 2009 berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan
lebih awal yaitu 1 Januari 2010. Diterapkan secara retrospektif, jika tidak praktis
diperkenankan prospektif. Diberlakukan Prospektif dengan cara:
1. Mengakui semua aset dan kewajiban sesuai SAK ETAP.
2. Tidak mengakui aset dan kewajiban jika tidak diijinkan oleh SAK ETAP.
3. Mereklasifikasi pos-pos yang sebelumnya menggunakan PSAK lama menjadi pos-pos
sesuai SAK ETAP.
4. Menerapkan pengukuran aset dan kewajiban yang diakui sesuai SAK ETAP.

5. ETAP dapat memilih tetap menggunakan PSAK – IFRS atau menggunakan SAK
ETAP.
6. Seluruh entitas sampai dengan 31 Desember 2009 menggunakan satu PSAK yaitu
PSAK yang berlaku per 31 Desember 2009.
7. ETAP yang tetap memilih menggunakan PSAK – IFRS tidak boleh dikemudian hari
berubah menggunakan SAK ETAP.
8. Entitas dengan akuntabilitas publik yang kemudian telah memenuhi persyaratan
sebagai ETAP dapat menggunakan SAK ETAP.
9. ETAP yang kemudian berubah menjadi bukan ETAP maka harus menggunakan PSAK
– IFRS dan tidak boleh lagi menggunakan SAK ETAP.

Perbedaan SAK dengan SAK ETAP

NO
1.

2.

3.


4.

5.

ELEMEN
PSAK
SAK ETAP
Penyajian
Laporan Laporan posisi keuangan
Sama
dengan
PSAK,
Keuangan
Informasi yang disajikan kecuali informasi yang
dalam
laporan
posisi disajikan dalam neraca,
keuangan
yang menghilangkan pos:
Pembedaan asset lancar

Aset keuangan
dan
tidak lancar dan laibilitas Properti investasi yang diukur
jangka pendek dan jangka pada nilai wajar (ED PSAK
panjang
1)
Aset lancar
Aset biolojik yang diukur
Laibilitas jangka pendek
pada biaya perolehan dan
Informasi yang disajikan nilai wajar (ED PSAK 1)
dalam
laporan
posisi - Kewajiban
berbunga
keuangan atau catatan atas jangka panjang
laporan keuangan
Aset dan kewajiban pajak
(Perubahan istilah di ED tangguhan
PSAK 1: Neraca menjadiKepentingan non pengendalian

Laporan Posisi Keuangan,
Kewajiban (liability) menjadi
laibilitas)
Laporan Laba Rugi
Laporan
laba
rugi Tidak sama dengan PSAK
komprehensif
yang menggunakan istilah
Informasi yang disajikan laporan
laba
rugi
dalam laporan Laba Rugi komprehensif, SAK ETAP
Komprehensif
menggunakan
istilah
Laba rugi selama periode
laporan laba rugi.
Pendapatan komprehensif lain
selama periode

Informasi yang disajikan
dalam laporan laba rugi
komprehensif atau catatan
atas laporan keuangan
Penyajian Perubahan
Sama
dengan
PSAK,
Ekuitas
kecuali untuk beberapa hal
yang terkait pendapatan
komprehensif lain.
Catatan Atas Laporan Catatan atas laporan keuangan Sama
dengan
PSAK,
Keuangan
Struktur
kecuali
pengungkapan
Pengungkapan kebijakan modal.

Akuntansi
Sumber
estimasi
ketidakpastian
Modal (ED PSAK 1)
Pengungkapan lain
Laporan Arus Kas
Arus kas aktivitas operasi: Sama
dengan
PSAK
metode langsung dan tidak kecuali:
langsung
- Arus kas aktivitas operasi:
Arus kas aktivitas investasi
metode tidak langsung
Arus kas aktivitas pendanaan - Arus kas mata uang asing,

6.

7.


8.

Arus kas mata uang asing
Arus kas bunga dan dividen,
pajak penghasilan, transaksi
non-kas
Laporan
keuangan
Persyaratan
penyajian
konsolidasi
dan lapkeu konsolidasi
terpisah
Entitas bertujuan khusus
Prosedur konsolidasi
Lapkeu tersendiri
Lapkeu gabungan
Kebijakan akuntansi, PSAK 25 (Laba atau Rugi
estimasi, dan kesalahan Bersih
untuk
periode
Berjalan,
Kesalahan
Mendasar, dan Perubahan
Kebijakan Akuntansi)
Laba atau rugi bersih untuk
Periode berjalan
Kesalahan Mendasar
Perubahan kebijakan Akuntansi
Pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi
Konsistensi dan perubahan
kebijakan akuntansi
Perubahan Estimasi akuntansi
Kesalahan.
Pos luar biasa
Laba atau rugi dari aktivitas
normal
Operasi yang tidak dilanjutkan
Perubahan estimasi Akuntansi
Penerapan suatu standar
Akuntansi keuangan
Perubahan kebijakan Akuntansi
yang lain
Instrumen
Keuangan
Ruang lingkup: aset dan
Dasar
kewajiban keuangan
Instrumen keuangan dasar:
Diklasifikasikan pada nilai
wajar melalui laporan laba
rugi, dimiliki hingga jatuh
tempo, tersedia untuk dijual,
pinjaman dan pinjaman yang
diberikan
Impairment menggunakan
incurred loss concept
Derecognition
Hedging dan derivatif
Ruang lingkup: investasi
pada efek tertentu
Klasifikasi trading, held to

tidak diatur.

Tidak diatur (Lihat Bab 12).

SAK ETAP sudah maju satu
langkah
dibandingkan
PSAK (tidak ada “kesalahan
mendasar” dan “laba atau
rugi luar biasa”).

PSAK 50 (1998).

9.

Persediaan

10.

Investasi
pada
perusahaan asosiasi dan
entitas anak

11.

Investasi
pada
perusahaan asosiasi dan
entitas anak

12.

Property Investasi

13.

Aset Tetap

maturity, dan available for
sale. Hal tsb mengacu ke
Pengukuran persediaan
Biaya persediaan
Biaya pembelian
Biaya konversi
Biaya lain-lain
Biaya persediaan pemberian
jasa
Teknik pengukuran biaya
Rumus biaya
Nilai realisasi bersih
Pengakuan sebagai beban
Pengungkapan
Ruang lingkup: entitas
asosiasi
Metode akuntansi
Metode biaya
Metode ekuitas
Model nilai wajar (ED PSAK
15)
Ruang lingkup: entitas
asosiasi dan entitas anak
Metode akuntansi
Entitas asosiasi : metode
biaya
Entitas anak :
Jointly controlled operation,
asset, and entity
Metode akuntansi
Metode
konsolidasi
proporsional
Metode ekuitas
Model nilai wajar (ED
PSAK 12 : PBA/PBO/PBE)
Metode akuntansi
Model nilai wajar
Model biaya
Menggunakan pendekatan
komponenisasi
Pengukuran menggunakanmodel biaya atau model
revaluasi
Pengukuran biaya perolehan
Pengakuan pengeluaran
selanjutnya
Penyusutan
Tidak perlu review nilairesidu, metode penyusutan,
dan umur manfaat setiap

Sama dengan PSAK

metode ekuitas

Sama dengan PSAK kecuali
metode akuntansi hanya
menggunakan metode biaya

Metode akuntansi: model
biaya
Sama
dengan
PSAK
kecuali:
Tidak
menggunakan
pendekatan komponenisasi.
Revaluasi diijinkan jika
dilakukan
berdasarkan
Peraturan Pemerintah. Hal
ini mengacu ke PSAK 16
(1994)
Tidak perlu review nilai
residu.

14.

15.

Asset Tidak Berwujud

Sewa

16.

Ekuitas

17.

Pendapatan

18.

Biaya Pinjaman

19.

Penurunan Nilai Aset

akhir periode pelaporan,
tetapi jika ada indikasi
perubahan saja
Prinsip umum untuk
pengakuan
Pengakuan
awal,
pengukuran selanjutnya
Amortisasi selama umur
manfaat atau 10 tahun
Penurunan nilai
Menggunakan
metode
pembelian
Goodwill dimaortisasi 5
tahun atau 20 tahun dengan
justifikasi manajemen
Mengatur perjanjian yang mengandung sewa
Klasifikasi bersifat principle
based
Laporan keuangan lessee
dan lessor
Tidak mengatur perjanjian
yang mengandung sewa
(ISAK)
Kewajiban diestimasi
Kewajiban kontinjensi
Aset kontinjensi
Penjelasan
Akuntasi ekuitas untuk
badan usaha bukan PT
Akuntansi ekuitas untuk
badan usaha berbentuk PT
Reorganisasi
Selisih penilaian kembali
Penjualan barang
Penjualan jasa
Kontrak konstruksi
Bunga, dividen dan royalti
Lampiran kasus pengakuan
pendapatan (ED PSAK 23)
Komponen biaya pinjaman
Pengakuan dan kapitalisasi
biaya pinjaman
Penurunan nilai persediaan
Penurunan nilai nonpersediaan
Penurunan nilai goodwill

Sama
dengan
PSAK,
kecuali aset tidak berwujud
yang
diperoleh
dari
penggabungan usaha.

Tidak diatur

Klasifikasi sewa: kombinasi
IFRS for SMEs dan SFAS
13
Laporan keuangan lessee
dan lessor menggunakan
PSAK 30 (1990): Akuntansi
Sewa Guna Usaha

Sama dengan PSAK
Sama
dengan
PSAK,
kecuali :
Reorganisasi
Selisih penilaian kembali

Sama dengan PSAK.

Biaya pinjaman langsung
dibebankan
Sama
dengan
PSAK,
kecuali:
Ruang lingkup yang
meliputi semua jenis aset.
Tidak mengatur penurunan
nilai goodwill
Ada tambahan penurunan

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

nilai untuk pinjaman yang
diberikan dan piutang yang
menggunakan PSAK 31:
Akuntansi
Perbankan
paragraf 16 dan 17.
Imbalan Kerja
Imbalan kerja jangka pendek Sama
dengan
PSAK,
Imbalan pasca kerja, untuk kecuali untuk manfaat pasti
manfaat pasti menggunakan menggunakan PUC dan jika
PUC
tidak bisa, menggunakan
Imbalan jangka panjang metode
yang
lainnya
disederhanakan
Pesangon pemutusan kerja
Pajak Penghasilan
Menggunakan deferred tax
concept
Pengakuan dan pengukuran
pajak kini
Pengakuan dan pengukuran
pajak tangguhan
Menggunakan tax payable
concept
Tidak ada pengakuan dan
pengukuran pajak tangguhan
Mata Uang Pelaporan
Mata uang pencatatan dan Sama dengan PSAK Mata
pelaporan
Uang Pelaporan
Mata uang fungsional
Mata uang fungsional
Penentuan saldo awal
Pelaporan transaksi mata
Penyajian komparatif
uang asing dalam mata uang
Perubahan mata uang fungsional
pencatatan dan pelaporan
Perubahan mata uang
fungsional (Pada prinsipnya
sama)
Peristiwa setelah akhir Peristiwa yang memerlukan Sama dengan PSAK
periode pelaporan
penyesuaian
Peristiwa yang tidak
memerlukan penyesuaian
Pengungkapan pihak- Pengertian pihak-pihak yang Sama dengan PSAK 7
pihak yang mempunyai mempunyai
hubungan
hubungan istimewa
istimewa
Pengungkapan
Aktivitas Khusus
Akuntansi perkoperasian
Tidak diatur
Akuntansi minyak dan gas
bumi
Akuntansi pertambangan
umum
Akuntansi perusahaan efek
Akuntansi reksa dana
Akuntansi perbankan dan
asuransi
Ketentuan Transisi
Retrospektif atau prospektif
(jika tidak praktis) yang

27.

B.

Tanggal Efektif

diterapkan
secara
prospective
catchup
(dampak ke saldo laba)
Perpindahan dari dan ke
SAK ETAP
Berlaku
efektif
untuk
laporan keuangan yang
dimulai pada tanggal 1
Januari 2011, penerapan dini
1 Januari 2010

HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL
Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian)

praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut
dapat beragam. Harmonisasi akuntansi mencakup harmonisasi :
1. Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan)
2. Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik terkait dengan
penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek
3. Standar audit Survei Harmonisasi Internasional
Keuntungan Harmonisasi Internasional :
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara
konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
2. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan lebih
beragam dan risiko keuangan berkurang.
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi
dalam bidang merger dan akuisisi.
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan dalam
mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Kritik atas Standar Internasional
Beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar akuntansi internasional
merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Lebih jauh lagi, ditakutkan
bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan “standar yang berlebihan”.
Perusahaan harus merespon terhadap susunan tekanan nasional, politik, social, dan ekonomi
yang semakin meningat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional
tambahan yang rumit dan berbiaya besar. Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama Dua

pendekatan yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi
permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas :
1. Rekonsiliasi
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan
menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan rekonsiliasi
antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan ekuitas
pemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan dilaporkan.
2. Pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai “imbal balik” / resiprositas)
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima
laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara asal.
Penerapan Standar Internasional
Standar akuntansi internasional digunakan sebagai hasil dari :
1. Perjanjian internasional atau politis
2. Kepatuhan secara sukarela (atau yang didorong secara professional)
3. Keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi internasional
Organisasi

Internasional

Utama

yang

Mendorong

Harmonisasi

Akuntansi

Enam organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi
internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional :
1. Badan Standar Akuntansi International (IASB)
2. Komisi Uni Eropa (EU)
3. Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
4. Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
5. Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar
Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standars of Accounting and
Reporting – ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam
Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and
Development –UNCTAD)
6. Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi _Kelompok Kerja OEDC)
Badan Standar Akuntansi Internasional
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), dahulu AISC, didirikan tahun 1973
oleh organisasi akuntansi professional di Sembilan negara.
Tujuan IASB adalah :
1. Untuk mengembangkan dalam kepentingan umum, satu set standar akuntansi
global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diterapkan yang
mewajibkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan
dalam laporan keuangan.

2. Untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-standar tersebut yang ketat
untuk membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan Standar Akuntansi
Internasional dan Pelaporan Keuangan Internasional kearah solusi berkualitas
tinggi
Konvergensi IFRS
Dunia akuntansi saat ini masih disibukkan dengan adanya standar akuntansi yang baru
yaitu Standar Akuntansi Keuangan Internasional IFRS. Tentang tujuan penerapan IFRS
adalah memastikan bahwa penyusunan laporan keungan intern perusahaan untuk periodeperiode yang dimasukkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi
berkualitas tinggi yang terdiri dari :
 Memastikan bahwa laporan keuangan internal perusahaan mengandung


infomasi berkualitas tinggi
Tranparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode



yang disajikan
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para



pengguna
Meningkatkan investasi

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh adanya suatu perubahan sistem IFRS sebagai
standar global yaitu :


Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan




secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local
Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai



merger dan akuisisi
Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan
dalam

mengembangkan

standard

global

yang

berkualitas

tertinggi.

Demikian peran regulator dalam mensosialisasikan betapa besar tujuan dan manfaat
yang diperoleh menuju ke IFRS . "Perusahaan juga akan menikmati biaya modal yang lebih
rendah, konsolidasi yang lebih mudah, dan sistem teknologi informasi yang terpadu," kata
Patrick Finnegan, anggota Dewan Standar Akuntansi International (International Accounting
Standards Board/IASB), dalam Seminar Nasional IFRS di Jakarta.

Perlunya Harmonisasi Standar Akuntansi Indonesia
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi international untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham dinegara ini atau sebaliknya. Namun demikian
untuk mengadopsi standar international itu bukan perkara mudah karena memerlukan
pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya
baru harmonisasi dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar inetrnasional
tersebut. Adopsi standar akuntansi international tersebut terutama untuk perusahaan publik.
Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi
bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika terjadi jual beli saham di
Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan standar akuntansi yang
dipergunakan dalam penyusunan laporan. Ada beberapa pilihan untuk melakukan adopsi,
menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah kita yang menentukan
mana saja yang harus diadopsi , sesuai dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK no 24, itu
mengadopsi sepenuhnya IAS nomor 19. Standar berhubungan dengan imbalan kerja atau
employee benefit. Bapepam telah memberikan sinyal kepada semua perusahaan go public
tentang kerugian apa yang akan kita hadapi bila kita tidak melakukan harmonisasi, Dalam
pernyataannya Bapepam menjelaskan bahwa kerugian yang berkaitan dengan pasar modal
yang masuk ke Indonesia, maupun perusahaan Indonesia yang listing di bursa efek di Negara
lain. Perusahaan Asing akan kesulitan untuk menterjemahkan laporan keuangannya dulu
sesuai standar nasional kita sebaliknya perusahaan Indonesia yang listing di Negara lain, juga
cukup kesulitan untuk membadingkan laporan keuangan sesuai standar di Negara tersebut.
Hal ini akan menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal akan berkurang dan tidak
mengglobal.
Tantangan dalam konfergensi
Dalam rangka menyongsong pemberlakuan Standar Akuntansi Keuangan yang sudah
secara penuh menggunakan standar akuntansi internasional (Konvergensi IFRS) pada awal
tahun 2012, Bapepam maupun lembaga keuangan lainnya memandang perlu untuk
mengambil langkah-langkah sosialisasi dini kepada publik mengenai dampak konvergensi
IFRS terhadap laporan keuangan . Saat ini perusahaan Indonesia masih menerapkan standar
laporan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Menghadapi pengalihan ke IFRS,
terdapat beberapa tantangan mendasar yang perlu dicermati peran regulator terhadap
perusahaan – perusahaan di Indonesia diantaranya perubahan peraturan, pengukuran nilai

wajar, penetuan dampak yang akan terjadi. Sistem IT , konversi data historis, dan
ketersediaan professional. Perubahan atas perlakuan transaksi akuntansi tentunya akan
signifikan, sehingga akan terdapat amandemen regulasi tentang standar akuntansi. Namun
yang perlu dicermati, amandemen sejatinya yang dikeluarkan oleh Bapepam, Bank Indonesia,
Direktorat jenderal pajak dan juga IAPI. Peran Ditjen Pajak di bidang perpajakan mengalami
perubahan standar akuntansi terkait dengan perhitungan penghasilan kena pajak perlu diatur
oleh peraturan pelaksana Konvergensi IFRS akan mengakibatkan beberpa perubahan
akuntansi dari Ditjen Pajak tentang keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi dari
instrument derivative akan dinilai berdasarkan IFRS . Kerangka perpajakan yang berbeda
memungkinkan perlakuan yang berbeda pula. Hal yang paling utama akan berdampak pada
persediaan, manajemen aset, pajak tangguhan, pelaporan keuangan, pengakuan pendapatan ,
pembelian dan lain-lain. Selain itu, konversi standar akuntansi Indonesia terhadap IFRS akan
berdampak juga pada beberapa praktek akuntansi yang fundamental. Seperti konsep nilai
wajar, pengungkapan keuangan aspek penyajian kembali laporan keuangan, penentuan mata
uang keuangan, dan lainnya yang harus diketahui oleh semua organisasi maupun lembaga
yang berperan dalam proses adopsi IFRS. Sebagaian besar aspek bisnis dapat terpengaruh
oleh adopsi tersebut . Akibatnya, proses bisnis, sumber daya manusia, serta sistem operasi
akan terpengaruh atau berpotensi terkena dampaknya sejalan dengan adopsi IFRS.
Kesiapan Adopsi IFRS
Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia
menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal.
Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan
SAK serta peran regulator yang terkait sepakat akan menerapkan standar akuntansi yang
mendekati konvergensi penuh kepada IFRS pada tahun 2012. Dengan kesiapan adopsi IFRS
sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu
untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi (M&A), lintas negara. Tercatat sejumlah
akuisisi lintasnegara telah terjadi di Indonesia, misalnya akuisisi Philip Morris terhadap
Sampoerna (Mei 2005), akuisisi Khazanah Bank terhadap Bank Lippo dan Bank Niaga
(Agustus 2005), ataupun UOB terhadap Buana (Juli 2005). Sebagaimana yang dikatakan
Thomas Friedman, “The World is Flat”, aktivitas M&A lintasnegara bukanlah hal yang tidak
lazim. Karena IFRS dimaksudkan sebagai standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri
akuntansi Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global.
Inilah keuntungan dari mengadopsi IFRS. Bagi pelaku bisnis pada umumnya, pertanyaan dan

tantangan tradisionalnya: apakah implementasi IFRS membutuhkan biaya yang besar? Belum
apa-apa, beberapa pihak sudah mengeluhkan besarnya investasi di bidang sistem informasi
dan teknologi informasi yang harus dipikul perusahaan untuk mengikuti persyaratan yang
diharuskan. Jawaban untuk pertanyaan ini adalah jelas, adopsi IFRS membutuhkan biaya,
energi dan waktu yang tidak ringan, tetapi biaya untuk tidak mengadopsinya akan jauh lebih
signifikan. Komitmen manajemen perusahaan Indonesia untuk mengadopsi IFRS merupakan
syarat mutlak untuk meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia di masa depan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Standar Akuntansi Indonesia perlu mengadopsi IFRS, karena kebutuhan akan
info keuangan yang bisa diakui secara global untuk dapat bersaing dan
menarik investor secara global.
2. Saat ini, adopsi yang dilakukan oleh PSAK Indonesia adalah harmonisasi,
belum adopsi secara utuh. Adobsi ini wajib diterapkan terutama bagi
perusahaan publik yang bersifat multinasional, untuk perusahaan non publik
yang bersifat lokal tidak wajib diterapkan.
3. Perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi, sifat adobsi apa yang cocok diterapkan
di Indonesia, apakah adopsi secara penuh IFRS atau IFRS yang bersifat
harmonisasi yaitu mengadopsi IFRS disesuaikan dengan kondisi ekonomi,
politik dan sistem pemerintahan di Indonesia.
4. Adopsi seutuhnya terhadap IFRS, berarti merubah prinsip prinsip akuntansi
yang selama ini telah dipakai menjadi suatu standar akuntansi yang berlaku
secara internasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://sistem-akuntansi1000.blogspot.com/2012/09/pengertian-standar-akuntansikeuangan.html
http://accountingart.blogspot.com/2011/12/perbedaan-sak-etap-denganpsak.htmlhttp://elsaclaudia.blogspot.com/2013/11/perbedaan-sak-etap-dengansak-ifrs.html