Harta Gono Gini Perceraian

HARTA GONO GINI DALAM PERCERAIAN VENNA
MELINDA DAN IVAN FADILLA
Disusun untuk Memenuhi Sistem Hukum Indonesia

Dosen Pengampu :
Totok Tumangkar, S.H, M.Hum

Disusun Oleh :
Gigih Miftasari G.331.13.0059

PROGRAM PENDIDIKAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2015
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perceraian tidak luput dari sengketa hak asuh atas anak dan
pembagian harta bersama atau biasa disebut sebagai harta gono-gini. Harta

dibagi menjadi dua, yaitu harta bawaan dan harta bersama atau harta gono
gini.
Berdasarkan Pasal 35 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
Harta Bersama yaitu harta benda yang diperoleh selama perkawinan,
sedangkan Harta Bawaan adalah harta benda diluar harta bersama yaitu
harta

benda

masing-masing

suami-istri

yang

diperoleh

sebelum

perkawinan dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah

atau warisan sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Dalam konteks
ini maka pembagian harta gono-gini hanya terbatas pada harta yang
diperoleh selama perkawinan, sedangkan diluar harta tersebut merupakan
milik masing-masing kecuali ditentukan lain. Ketentuan lain ini adalah
apabila ada perjanjian tentang percampuran harta atau pemisahan harta
setelah para pihak menikah yang dinamakan dengan PERJANJIAN
PERKAWINAN. Diatur dalam Pasal 29 UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
1.2 Contoh Kasus
Majelis

hakim

Pengadilan

Agama

(PA)

Jakarta


Selatan

mengabulkan gugatan perceraian Venna Melinda (41) terhadap Ivan
Fadilla Soedjoko (48) setelah satu tahun menjalani persidangannya di
Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan.
Putusan hakim yang mengakhiri perkawinan Ivan dan Venna
dibacakan, Selasa (18/3/2014) siang. Selain bercerai, hakim juga
memutuskan harta gono-gini bersama dibagi dua, dan hak asuh dua anak
mereka diberikan ke Ivan dan Venna.

2

"Dengan putusan hakim itu, jatuh talak satu, dan mereka (Ivan dan
Venna) jadi bercerai. Hak asuh anak diberikan pada orangtuanya sebagai
wali," ujar Petrus Balapationa, kuasa hukum Ivan, usai sidang, Selasa.
Menurut Petrus, sesuai putusan hakim, harta gono-gini selama 18
tahun perkawinan Ivan dan Venna dibagi dua secara adil. Harta gono-gini
itu diantaranya rumah di Jalan Paso, Jagakarsa yang sampai sekarang
masih dicicil. Lalu, ada dua mobil, yakni Toyota Alpard dan sedan Jaguar

yang menjadi harta bersama. "Itu akan di bagi dua," ucap Petrus.
Sedangkan satu unit apartemen di Pluit, Jakarta Utara, dan rumah
di Bali, yang diminta Venna, ditolak hakim. "Buat kami, ini cukup adil,
dan kami menerima. Tinggal menunggu sikap Ibu Venna saja," kata Petrus.
Ivan juga tidak akan menggugat kembali perkara perceraian Venna,
dan menerima hasil putusan hakim PA tersebut. "Saya nggak menyesal.
Semua ada hikmahnya," ujar Ivan yang menyebut perceraiannya dengan
Venna itu merupakan pengalaman hidup paling berharganya. "Sekarang
kami harus beradaptasi lagi dan memulainya dari awal," ucap Ivan.
(Tribunnews.com, 2014)

3

BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Rumusan Masalah
2.2.1

Masalah atau kasus tersebut masuk ke dalam ranah hukum apa?


2.2.2

Bagaimana hukum tersebut menanggapi kasus tersebut?

4

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hukum Harta Gono Gini dalam Perceraian
Akibat hukum perceraian terhadap harta bersama diatur dalam
Pasal 37 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UUP”) yang
menyatakan “Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama
diatur menurut hukumnya masing-masing.” Lebih jauh daam Penjelasan
Pasal 37 UU Perkawinan disebutkan bahwa “Yang dimaksud dengan
"hukumnya" masing-masing ialah hukum agama, hukum adat dan hukumhukum lainnya.”
Namun berdasarkan kasus yang saya ambil terkait kasus perceraian
antara Venna Melinda dan Ivan Fadilla, menurut saya kasus terkait harta
gono gini tersebut masuk ke dalam Acara Hukum Perdata.
3.2 Harta Gono Gini dalam Hukum Perdata
Maka berdasarkan Pasal 119 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, terhitung sejak perkawinan terjadi, demi hukum terjadilah
percampuran harta di antara keduanya (jika perkawinan dilakukan sebelum
berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan - “UU
Perkawinan”). Akibatnya harta istri menjadi harta suami, demikian pula
sebaliknya. Inilah yang disebut sebagai harta bersama. Terhadap harta
bersama, jika terjadi perceraian, maka harus dibagi sama rata antara suami
dan istri.
Berdasarkan Pasal 126 KUHPer, harta bersama bubar demi
hukum salah satunya karena perceraian. Lalu, setelah bubarnya harta
bersama, kekayaan bersama mereka dibagi dua antara suami dan isteri,
atau antara para ahli waris mereka, tanpa mempersoalkan dan pihak mana
asal barang-barang itu.
Dalam hukum, terdapat sebuah konsep pembagian harta gono gini
(harta bersama) setelah perceraian adalah 50:50, yaitu 50% untuk pihak

5

isteri dan 50% untuk pihak suami. Hal ini didasarkan pada suatu pemikiran
bahwa dalam suatu perkawinan itu baik pihak isteri maupun pihak suami
mempunyai kedudukan yang seimbang dalam kehidupan rumah tangga

dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat dengan suami sebagai
kepala rumah tangga dan isteri sebagai ibu rumah tangga.
Berkaitan dengan permasalahan siapakah yang membuat konsep
pembagian harta gono gini sebagaimana dimaksud di atas, maka peraturan
perundang-undangan tidak memperinci secara jelas mengenai hal tersebut.
Namun demikian, pemahaman konsep sebagaimana tersebut di atas telah
banyak

digunakan/dipakai

oleh

pengadilan-pengadilan

di

wilayah

Indonesia baik Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama yang
memutuskan perkara perceraian.

Berkaitan dengan permasalahan sebagaimana dimaksud dalam
pertanyaan di atas, maka pembagian harta gono gini tersebut memang
dilakukan setelah perceraian terjadi atau diputus oleh Pengadilan yang
berwenang untuk itu. Hal ini disebabkan, pembagian harta gono gini
tersebut akan didasarkan pada isi amar putusan perceraian yang
menyatakan mengenai pembagian harta gono gini.
Dalam hal terjadi suatu perceraian, maka pihak yang mensahkan
pembagian harta gono gini tersebut adalah pihak Pengadilan yang
berwenang untuk itu. Hal ini dikarenakan, pembagian harta gono gini
tersebut terdapat/dicantumkan dalam amar putusan perceraian yang
diputus dan disahkan oleh Pengadilan yang berwenang untuk itu.

6

BAB IV
KESIMPULAN
Akibat dari perceraian yaitu timbul masalah pembagian harta
bersama atau harta gono gini. Pasal 37 UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (“UUP”) yang menyatakan “Bila perkawinan putus karena
perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.”

Lebih jauh daam Penjelasan Pasal 37 UU Perkawinan disebutkan bahwa
“Yang dimaksud dengan "hukumnya" masing-masing ialah hukum agama,
hukum adat dan hukum-hukum lainnya.”
Namu berdasarkan Pasal 126 KUHPer, harta bersama bubar demi
hukum salah satunya karena perceraian. Lalu, setelah bubarnya harta
bersama, kekayaan bersama mereka dibagi dua antara suami dan isteri,
atau antara para ahli waris mereka, tanpa mempersoalkan dan pihak mana
asal barang-barang itu.
Maka munculah konsep pembagian harta 50:50 yaitu 50% untuk
suami dan 50% untuk istri. Hal ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa
dalam suatu perkawinan itu baik pihak isteri maupun pihak suami
mempunyai kedudukan yang seimbang dalam kehidupan rumah tangga
dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat dengan suami sebagai
kepala rumah tangga dan isteri sebagai ibu rumah tangga.
Berkaitan dengan permasalahan siapakah yang membuat konsep
pembagian harta gono gini sebagaimana dimaksud di atas, maka peraturan
perundang-undangan tidak memperinci secara jelas mengenai hal tersebut.
Namun demikian, pemahaman konsep sebagaimana tersebut di atas telah
banyak


digunakan/dipakai

oleh

pengadilan-pengadilan

di

wilayah

Indonesia baik Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama yang
memutuskan perkara perceraian.

7

DAFTAR PUSTAKA
Hukumonline.com. 2012. “Dampak Perceraian Terhadap Harta Bersama” .
(Online).(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f3b41b9d92da/da
mpak-perceraian-terhadap-harta-bersama-, diakses Sabtu, 23 Mei 2015)
Hukumonline.com. 2014. “Pembagian Harta Bersama Jika Terjadi Perceraian”.

(Online).(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53b65a5e2cfef/pem
bagian-harta-bersama-jika-terjadi-perceraian, diakses Sabtu, 23 Mei 2015)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie),
Bab II “Akta Sipil”, Bagian 3 “Pembubaran Gabungan Harta Bersama dan
Hak untuk Melepaskan Diri Padanya”
Tribunnews.com. 2014. “Cerai, Venna Melinda Diminta Berbagi Harta dan Anak”.
(Online).

(http://www.tribunnews.com/seleb/2014/03/19/cerai-venna-

melinda-diminta-berbagi-harta-dan-anak, diakses Sabtu, 23 Mei 2015)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Bab VII Harta Benda Dalam Perkawinan Pasal 37

8