KETIDAKADILAN PEMBAGIAN HARTA GONO GINI PADA KASUS PERCERAIAN THE INJUSTICE OF DISTRIBUTING MARITAL PROPERTY (HARGA GINI GONO) IN DIVORCE CASES

KETIDAKADILAN PEMBAGIAN HARTA GONO GINI PADA KASUS PERCERAIAN

THE INJUSTICE OF DISTRIBUTING MARITAL PROPERTY (HARGA

GINI GONO) IN DIVORCE CASES

Sri Hariati & Musakir Salat

Fakultas Hukum Universitas Mataram Email : srihariatisaputra@yahoo.co.id

Naskah diterima : 17/09/2013; direvisi : 09/09/2013; disetujui : 19/10/2013

A bstrAct

After a divorce happened does not mean the family has completed all are problems, but still leave residual problems such as child marriage ( if have children ) and property acquired during the marriage, property acquired during marriage is still related to what is called the joint property or property known Gono gini, disputed the division of joint property, can generally be described that the dispute resolution division of joint property, the division of matrimonial property ( assets gono gini ) to the wife in a divorce often lead to inequality in various aspects especially in the division of matrimonial property ( assets gono gini ) . Observations did about the value of unfairness in the division of joint property in the Village Suralaga in Suralaga District of East Lombok. Inequities in the division of matrimonial property on divorce post implied from several factors including the cultural ideology of patriarchy is still evolving at this time, but it also inequities in the division of joint property caused by the system of inheritance law on which the decision is still indicated the existence of discrimination against women as the dominant party gets unfairness in the process of division of joint property, this occurs because the shape of the existing policy.

Keywords : Injustice , Treasure Gono-Gini and Divorce

A bStrAk

Setelah terjadi perceraian bukan berarti masalah keluarga telah selesai semuannya, tetapi masih meninggalkan sisa masalah perkawinan seperti anak (jika punya anak) dan harta benda yang diperoleh selama perkawinan, harta yang diperoleh selama masih terkait perkawinan itulah yang disebut harta bersama atau lebih dikenal harta gono gini, sengketa pembagian harta bersama, secara umum dapat digambarkan bahwa dalam penyelesaian sengketa pembagian harta bersama, proses pembagian harta bersama (harta gono gini) dalam suatu perceraian terhadap istri kerap menimbulkan ketidakadilan dalam berbagai aspek terlebih dalam pembagian harta bersama (harta gono gini). Observasi yang dilakukan tentang nilai ketidakadilan dalam pembagian harta bersama di Desa Suralaga Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Ketidakadilan yang terjadi didalam proses pembagian harta bersama pada paska perceraian terimplikasi dari beberapa faktor yang diantaranya budaya ideologi patriarki yang masih berkembang sampai saat ini, selain itu juga ketidakadilan yang terjadi dalam pembagian harta bersama yang disebabkan oleh sistem hukum kewarisan yang menjadi dasar pengambilan keputusan yang masih terindikasi terjadi diskriminasi terhadap eksistensi kaum perempuan selaku pihak yang dominan mendapat ketidakadilan dalam proses pembagian harta bersama, hal ini terjadi karena bentuk kebijakan yang ada.

Kata-kata Kunci : Ketidakadilan, Harta Gono Gini dan Perceraian

Kajian Hukum dan Keadilan 448 IUS

Sri Hariati & Musakir Salat| Ketidakadilan Pembagian Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian ............

PEDAHULUAN

ikan sebagai syirkah atau join antara suami P

istri (Rofiq, 2000: 200). Pembagian harta

erkAwinAn AdAlAh suAtu perbuatan

bersama juga tidak dilakukan pembagian se- yang dilakukan oleh setiap manusia yang

cara sembarangan, tetapi pembagian harta hidup di dunia ini. Karena hal itu merupa- bersama memiliki aturan-aturan yang dia- kan kebutuhan biologis yang dimiliki oleh

tur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun manusia selain kebutuhan dalam kehidu-

1974 (Undang-Undang Perkawinan), serta pan sehari-hari, ada kebutuhan-kebutuhan

diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam, di lain yang sesama manusia tidak ada perbe-

mana pembagian harta bersama itu dilaku- daan. Seperti makan, minum, rasa aman kan melalui proses sidang di Pengadilan dan rasa senang dan sebagainya. Dalam

Agama yang harus dihadiri oleh kedua be- kehidupan berumah tangga sangat dibutuh-

lah pihak yang bersangkutan (Suami-Istri). kan kedewasaan dalam berfikir, agar dapat

menepis segala persoalan yang menerpa Percampuran kekayaan adalah mengenai antara suami istri. Berbagai macam faktor seluruh activa (harta atau kekayaan baik yang dapat memicu timbulnya badai dalam berupa uang atau benda lain yang dapat dini- perkawinan mulai dari faktor eko nomi lai dengan uang) dan passiva (saham atau sampai mengenai perilaku sehari-hari, kekayaan yang tidak memberikan keun- dapat juga dengan kehadiran pihak ketiga tungan). Percampuran ini bisa mencakup dalam rumah tangga merupakan salah satu harta bawaan dan/atau harta perolehan ke pemicu ketidakharmonisan. Pihak ketiga dalam perkawinan yang akhirnya menjadi di sini yang dimaksud yaitu seperti suami harta bersama. Sesungguhnya percampuran menikah lagi tanpa sepengetahuan istri per- kekayaan ini bukanlah masalah selama tama. Apabila masalah rumah tangga ini menjadi kesepakatan antara suami istri. tidak dapat ditangani dengan baik, maka Biasanya sengketa harta bersama ini akan biasanya perkawinan akan berakhir dengan timbul jika terjadi perselisihan antara suami perceraian.

istri atau perceraian. Terlebih bila tidak ada perjanjian pemisahan harta dalam perkawi-

Setelah terjadi perceraian bukan ber- nan. Kadangkala, masing-masing pihak

arti masalah keluarga tersebut telah selesai mengklaim atas harta bersama menjadi

semuanya, tapi masih meninggalkan sisa harta bawaan atau harta perolehan. Atau,

masalah perkawinan seperti anak (jika pu- pihak istri dirugikan dan mengalami ‘’keti- nya anak) dan harta benda yang diperoleh dakadilan’’ dalam pembagian harta bersama

selama perkawinan, harta yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan. Inilah ci-

selama masih terikat perkawinan itulah kal bakal terjadinya perselisihan harta ber-

yang disebut harta bersama atau lebih dike- sama atau harta gono gini.

nal harta gono-gini, hal ini sangat penting untuk diselesaikan oleh kedua belah pihak

Harta Bersama inilah yang disebut den- demi kebaikan bersama.

gan istilah harta gono gini, yaitu harta mi- lik bersama suami istri ketika suami istri itu

Dalam kesempatan ini peneliti ingin bercerai. Inilah fakta yang hendak dihuku-

mengemukakan mengenai harta bersama, mi. Pembagian harta gono gini ini menurut di mana harta bersama adalah harta benda syara adalah tidak membagi harta gono gini

atau harta kekayaan yang diperoleh selama ini dengan bagian masing-masing secara

perkawinan diluar hadiah atau warisan. pasti, misalnya istri 50 % dan suami 50 %.

Maksudnya adalah harta yang didapatkan Sebab tidak ada dasar baik dari undang-un-

atas usaha mereka atau sendiri-sendiri dang maupun dari hukum agama. Namun selama masih dalam ikatan perkawinan. pembagiannya bergantung dalam kesepak-

Dalam istilah muammalah dapat dikatagor- Kajian Hukum dan Keadilan IUS 449

J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 448~463

atan antara suami dan istri berdasarkan raan, kebajikan, dan kesederhanaan. Nilai musyawarah atas dasar saling menerima.

moral ini menjadi inti visi agama yang harus direalisasikan manusia dalam kapasitasnya

Dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) sebagai individu, keluarga, anggota komu-

yang diterapkan dalam Peradilan Agama, nitas, maupun penyelenggara negara. Ke- harta gono-gini antar suami istri tidaklah adilan secara umum didefinisikan sebagai

dibagi, kecuali masing-masing mendapat 50 menempatkan sesuatu secara proporsional

%. Dalam Pasal 97 KHI disebutkan bahwa dan memberikan hak ke dalam pemiliknya.

janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepan-

Perjanjian perkawinan menjadi pent- jang tidak ditentukan lain dalam perjanjian ing dilakukan untuk menghindari kepe- perkawinan (Abdul Gani Abdullah, Peng- milikan harta oleh suami secara absolut, antar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata meng hindari perselisihan harta di masa Hukum Indonesia, Jakarta : Gema Insani men datang, dan mencegah ketidakadilan Press. 1994. hal. 106).

dalam pembagian harta bersama. Perjanjian ini dibuat sebelum atau dalam saat perkawi-

Ketidakadilan ini sangat terkait dengan nan dilangsungkan. Perjanjian ini disahkan

perspektif suami kepala keluarga dan istri oleh pegawai Kantor Urusan Agama (KUA)

ibu rumah tangga, banyak istri yang secara untuk umat Islam dan oleh Kantor Catatan

ekonomi sangat bergantung dalam suami Sipil (KCS) bagi pemeluk agama selain Is-

dan tidak memiliki penghasilan apapun. lam. Bahkan, ada baiknya jika perjanjian

Ketidakadilan lainnya yang sering terjadi ini juga disahkan oleh notaris.

adalah beban ganda. Hal ini terjadi pada saat istri bekerja di luar rumah sebagai

Mengacu dalam beberapa kasus yang pencari nafkah, bahkan pencari nafkah

kerap terjadi dalam kaitannya dengan pe- utama, juga dibebani pekerjaan domestik. nyelesaian sengketa pembagian harta ber- Biasanya para suami menarik diri untuk

sama, secara umum dapat digambarkan membantu pekerjaan rumah tangga karena bahwa dalam penyelesaian sengketa pem- menganggapnya sebagai kewajiban mutlak bagian harta bersama diperlukan penyulu- istri. Dalam hal pekerjaan rumah tangga han tentang hukum dan hendak diperluas adalah tanggung jawab bersama yang bisa sampai daerah pedesaan yang penduduknya dibagi dan dipertukarkan karena hal itu

masih awam dengan hukum, karena bagi merupakan bentukan budaya belaka.

masyarakat yang belum mengerti kemung- kinan mereka hanya pasrah menerima pe-

Dengan begitu, merupakan hal yang ti- nyelesaian yang merugikan salah satu pi-

dak adil bagi istri, jika aturan pembagian hak, biasanya pihak yang dirugikan adalah

harta hanya sebatas separuh dari harta bers- pihak istri dan pihak suami menguasai ama. Karena tidak sedikit istri yang berkon- harta bersama tersebut, maka dari itu saya

tribusi lebih besar dari suami. Dan, yang berharap agar dilaksanakannya penyulu-

lebih tidak adil adalah jika istri mendapat han hukum tersebut sehingga keadilan itu

harta lebih kecil dari suami bahkan tidak benar-benar dapat ditegakkan.

mendapatkan sama sekali karena dianggap tidak memiliki kontribusi apapun dalam

Berangkat dari beberapa permasalahan di mengumpulkan harta bersama.

atas, akan dikaji secara mendalam, di mana fokus yang akan dikaji adalah kaitannya

Keadilan dalam perspektif Islam me- dengan proses pembagian harta bersama

nurut Husein (1987), merupakan gabungan (harta gono gini) karena suatu perceraian

antara nilai moral dan sosial yang menun- terhadap suami istri serta kedudukan

jukkan kejujuran, keseimbangan, keseta- suami istri terhadap harta bersama terse-

450 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 451

Sri Hariati & Musakir Salat| Ketidakadilan Pembagian Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian ............ but. Penulis berharap bahwa dari penelitian

ini dapat di gunakan untuk mengembang- kan dan meningkatkan pengetahuan ma- syarakat tentang sengketa harta bersama. Di mana sengketa harta bersama itu dapat di selesaikan lewat pengadilan, dan diharap- kan dapat dijadikan sumbang saran dalam dunia ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum perdata. Maka permasalahan yang diajukan sekitar : Faktor-faktor yang me- nyebabkan terjadinya ketidakadilan dalam pembagian harta gono-gini pada kasus per- ceraian di Desa Suralaga? dan Bagaimana tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghidari ketidakadilan dalam pembagian harta gono gini pada kasus perceraian?

Adapuan Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan pendekatan deskriptif naratif. Metode kual- itatif di mana peneliti meneliti dalam kondi- si obyek yang alamiah (Sugiono, 2006: 9). Penelitian ini dalam intinya memberikan gambaran mengenai situasi dan kejadian secara umum sebagai akumulasi data dasar dari penelitian (Nawawi dalam Hasriah, 2006: 14). Ahli lain mengemukakan bahwa pendekatan deskriptif dalam mengamati orang dalam lingkungan hidupnya berinter- aksi dengan mereka dan berusaha memaha- mi bahasa dan tafsiran mereka tentang du- nia sekitar (Nasution dalam Hatriah 2006: 14).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif nara- tif adalah lebih cendrung memaparkan apa adanya berdasarkan fakta-fakta yang di temui di lapangan tanpa menganalisis lebih lanjut yang bertujuan untuk menggambar- kan kondisi yang sebenarnya. Dalam pene- litian ini memaparkan Tentang ketidak adi- lan dalam pembagian harta gono gini dalam kasus perceraian di Desa Suralaga Kec- matan Suralaga Kabupaten Lombok Timur.

Suatu pemikiran atau suatu kelas peris- tiwa dalam masa sekarang dengan tujuan untuk membuat gambaran atau lukisan

secara sistematis dan faktual secara akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki (Moh. Najir, 1983: 63). Suatu metode pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengam- barkan/melukiskan keadaan subyek, obyek penelitian (Seorang lembaga masyarakat, dan lain lain) dalam saat sekarang berdasar- kan fakta-fakta yang ada dan nyata. (Hadari Nawawi, 2002: 63).

PEMBAHASAN

Ketidakadilan ini sangat terkait dengan perspektif suami sebagai kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga. Yang dibakukan dalam UUP 1/1974 Pasal 31 ayat 3 dan KHI Pasal 79 ayat 1. Kedua hukum ini sekaligus memposisikan istri hanya sebatas pen- gelola rumah tangga (domestik) sebaik- baiknya. Sehingga, banyak istri yang secara ekonomi sangat bergantung dalam suami dan tidak memiliki penghasilan apa pun. Ketidakadilan lainnya yang sering terjadi adalah beban ganda. Hal ini terjadi dalam saat istri bekerja di luar rumah sebagai pencari nafkah, bahkan pencari nafkah utama, juga dibebani pekerjaan domestik. Biasanya para suami menarik diri untuk membantu pekerjaan rumah tangga karena menganggapnya sebagai kewajiban mutlak istri. Dalam hal pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama yang bisa dibagi dan dipertukarkan karena hal itu merupakan bentukan budaya belaka.

Dengan begitu, merupakan hal yang ti- dak adil bagi istri, jika aturan pembagian harta hanya sebatas separuh dari harta bers- ama. Karena tidak sedikit istri yang berkon- tribusi lebih besar dari suami. Dan, yang lebih tidak adil adalah jika istri mendapat harta lebih kecil dari suami bahkan tidak mendapatkan sama sekali karena dianggap tidak memiliki kontribusi apapun dalam mengumpulkan harta bersama.

Perempuan korban perceraian, per- selingku han, atau ditinggal dalam waktu

J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 448~463

lama tanpa informasi dan konfirmasi yang untuk umat Islam dan oleh Kantor Catatan jelas merupakan orang pertama yang ber- Sipil (KCS) bagi pemeluk agama selain Is- hak atas kepemilikan harta, terutama har- lam. Bahkan, ada baiknya jika perjanjian ta bersama. Kadangkala istri berhadapan ini juga disahkan oleh notaries (www.duni- dengan suami yang mengatasnamakan har- aesai.or.id). ta bersama yang dibeli selama perkawinan

Perjanjian perkawinan ini dinyatakan berlangsung. Untuk itu istri harus membuat

sah selama tidak bertentangan dan melang- foto copy setiap dokumen yang ber kaitan

gar batas-batas hukum, kesusilaan, dan dengan harta bersama. Seperti sertifikat

agama. Perjanjian ini bisa termasuk pe- kepemilikan tanah, rumah, mobil, dan

misahan kepemilikan harta masing-masing/ kekayaan keluarga lainnya. Hal ini akan

pribadi, harta bawaan, harta perolehan, sangat membantu dalam proses peradilan.

dan harta bersama atau juga pemisahan Atau jika istri belum juga memiliki doku-

harta pencarian masing- masing. Sekalipun men tersebut, maka hal yang dapat di-

terjadi pemisahan harta pencarian masing- lakukan adalah menguasai secara fisik har-

masing, namun ini tidak menghilangkan ta benda tersebut. Ini merupakan strategi

kewajiban suami memenuhi kebutuhan agar suami yang mengajukan gugatan

rumah tangga.

harta bersama sehingga beban pembuk- tian ada di pihak istri. Selain beberapa hal

Yang perlu diperhatikan adalah jika di atas, para hakim juga harus melakukan

suami setuju bercerai namun, tidak setuju rekonstruksi dan dekonstruksi terhadap pembagian harta bersama, maka ini dapat

pembaharuan hukum yang berkembang de- menghambat proses perceraian. Sehingga, wasa ini. Jika perceraian putus antara sua- ada baiknya gugatan harta bersama dia- mi istri, maka hakim harus tegas memberi- jukan setelah putusan cerai selesai. Namun, kan putusan perceraian yang memberikan jika ingin menghemat biaya peradilan sebai- keadilan bagi istri. Terlebih bila istri yang knya sudah ada kesepakatan antara suami mengambil alih pemeliharan anak, istri ti- istri mengenai pembagian harta bersama. dak bekerja, istri tidak berpenghasilan tetap Sehingga, gugatan dapat diajukan bersa- dan harus mencukupi kebutuhan keluraga,

maan.

atau istri berperan ganda domestik dan publik selama perkawinan berlangsung,

A. Sistem Pembagian Harta Gono Gini Pada maka pembagian harta bersama bukan lagi

Kasus Perceraian di Desa Suralaga sama rata, tetapi sama adil. Boleh jadi istri

1. Kondisi Ketidakadilan Dalam Pembagian mendapat dua per tiga dari harta bersama

Harta Gono Gini Pada Beberapa Kasus dan suami satu per empat. Hal ini demi ke-

Perceraian di Desa Suralaga maslahatan, kesejahteraan, dan penghidu-

pan yang layak bagi anak-anak yang diting- Problematika yang sering muncul dari galkan oleh suami (www.rohima.or.id)

diakomodirnya harta bersama sebagai salah satu bentuk implikasi perceraian adalah

Perjanjian perkawinan menjadi pent- kembali kepada peran perempuan dan laki- ing dilakukan untuk menghindari kepe- laki itu sendiri. Di satu sisi, kontruksi sosial milikan harta oleh suami secara absolut, budaya masyarakat Suralaga yang sarat menghindari perselisihan harta di masa

dengan nuansa patriarki selalu menempat- mendatang, dan mencegah ketidakadilan

kan perempuan dalam posisi inferior dan dalam pembagian harta bersama. Perjanjian tergantung pada suami. Perempuan (istri)

ini dibuat sebelum atau dalam saat perkawi- seolah-olah mempunyai ketergantungan nan dilangsungkan. Perjanjian ini disahkan untuk mendapatkan nafkah rutin bulanan oleh pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) dari sang suami karena mereka ditempat-

452 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 453

Sri Hariati & Musakir Salat| Ketidakadilan Pembagian Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian ............ kan sebagai pencari nafkah tambahan, bu-

kan sebagai nafkah utama. Selain itu semua laki-laki memperoleh

keuntungan dari patriarki karena dirinyan- ya laki-laki. Diinginkan atau tidak laki-laki memperoleh hak istimewa sebagai laki-laki. Dengan kata lain. Praktik-praktik sosial, agama, hukum dan budaya mengistime- wakan mereka karena mereka laki-laki, dan akibatnya mereka hak-hak mereka yang leb- ih banyak praktis disemua bidang kehidu- pan. (Wawancara Pak Ucif : 13 Jauari 2011).

Pada pembagian warisan bersama untuk wanita bekerja menjadi problema- tika yang belum terselesaikan pemecah- annya di wilayah Desa Suralaga. Adanya wantia bekerja dikarenakan realitas dalam masyarakat memperlihatkan bahwa beker- janya kaum wanita juga sebagai bagian dari rasa tanggung jawabnya terhadap eksis- tensi ekonomi keluarga. Bahkan pada ma- syarakat yang ada di Desa Suralaga sebaga- ian dari masyarakatnya memiliki tradisi di mana orang wanita justru yang lebih domi- nan bekerja dalam rangka pembangunan ekonomi keluarga, seperti bekerja menjadi TKI, Bekerja pada berbagai industri ruma- han yang keinginan wanita bekerja sudah dilihat sebagai suatu kebutuhan yang meru- pakan realisasi hak yang sama dengan laki- laki.

Pada aspek jurisprudensi juga jelas mem- perlihatkan masih diskriminatifnya sistem hukum dalam melihat harta bersama ini, hal ini dikarenakan harta bersama secara perinsip menghilangkan syarat keikutser- taan istri untuk bekerja dalam mewujud- kan adanya harta bersama tersebut dengan

menyatakan, bahwa harta yang diperoleh selama perkawinan dianggap sebagai harta bersama dan pendapatan bersama, sekali- pun harta itu semata-mata hasil perceraian suami atau istri sendiri. Artinya bagaimana- pun penghargaan terhadap istri yang beker- ja dan memilki penghasilan tetap tidak dilihat bahwa wanita tersebut memiliki hak

penuh atas apa yang telah dicarinya selama dalam masa perkawinan.

Secara normatif pengaturan kedudukan harta seorang istri yang diperoleh dengan cara bekerja selama dalam perkawinan

tidaklah diatur secara tekstual oleh agama Islam. Seperti dalam penuturan Ustd. Hus- nun Munif salah seorang memuka agama yang mengungkapkan dalam Islam diwa- jibkan mencari nafkah guna menghidupi keluarga adalah menjadi tanggung jawab seorang laki-laki yang dalam hal ini seorang suami, dan suami dibebankan kewajiban untuk menghidupi keluargannya. Dalam Is- lam laki-laki menjadi tulang punggungg bagi kaum wanita, sehingga dalam Islam laki- lakilah diharapkan memberi segala kebutu- han bagi kaum wanita. Dari acuan normatif yang ada terutama hadits Rasulullah SAW juga melihat bahwa kewajiban seorang istri dalam kaitannya dengan ekonomi keluarga adalah bertanggung jawab atas pengaturan keuangan rumah tangga saja.

Secara sosiologis telah terjadi peruba- han yang begitu besar terhadap keberadaan seorang wanita dalam suatu keluarga di wilayah Desa Suralaga. Semula hanya seb- agai seorang istri yang tinggal di rumah, ke- mudian dalam perkembangannya seorang wanita memainkan peranan yang penting dalam keluarga terutama dalam peran eko- nomi, di mana istri turut bekerja. Hal ini dapat dilihat dalam kasus yang dialami oleh Suciati (nama samaran), janda mati dari Zainal (bukan nama asli). Dalam meny- elesaikan pembagian harta warisan tidak mendapatkan keadilan bagi dirinya. Suciati sendiri adalah sebagai seorang pengusaha cabe yang cukup mempunyai kredibilitas di Suralaga. Menurut Ibu Suciati bahwa harta tersebuut diperoleh dengan kerja (pengusa-

ha cabe) serta modal material diperoleh dari hasil bekerja (selaku pengusaha cabe). H. Zainal meskipun bekerja, selam perkawian berlangsung tidak pernah memberi nafkah pada Suciati, seluruh hasil bekerjanya dis-

J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm,

454

IUS Kajian Hukum dan Keadilan

448~463

erahkan kepada istri pertama. Adalah di- rasakan tidak adil oleh Suciati jika harta yang diperolehnya selama bekerja dalam perkawinan harus dibagi dua, sedangkan suami pada sisi lain tidak pernah memberi- kan nafkah kepadanya.

2. Ketidakadilan Pembagian Harta Bersama. Undang-undang Perkawinan No. 1 Ta-

hun 1974 bab VII tentang harta benda dalam perkawinan yang terdiri dari 3 Pasal yaitu :

1. Pasal 35 ayat 1 : Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

2. Pasal 36 ayat 1 : Mengenai harta ber- sama suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.

3. Pasal 37 : Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menu- rut hukumnya masing-masing .

Dalam implementasinya Komplikasi Hukum Islam dalam kasus pembagian harta bersama banyak mengadopsi Al-Qur’an yang salah satunya Firman Allah surat An Nisa’ ayat 34 Artinya :

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (lakilaki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”.

Menurut Ust. Husnun maksud dari ayat tersebut yaitu: Kaum pria itu pelindung kaum wanita. Karena Allah telah melebih- kan golongannya dari golongan perempuan. Masalah harta bersama ini merupakan ma- salah Ijtihadiyah karena belum ada pada saat madzhab-madzhab terbentuk. Berb- agai sikap dalam menghadapi tantangan ini telah dilontarkan. Satu pihak berpegang pada tradisi dan penafsiran ulama mujta- hid terdahulu, sedang pihak lain perpegang

pada penafsiran lama yang tidak cukup un- tuk menghadapi perubahan sosial yang ada.

Pengadilan Agama dalam menetapkan putusan maupun fatwa tentang harta ber- sama mengutip langsung ketentuan hukum yang ada dalam Al-Qur’an karena tidak dikenal dalam referensi syafi’iyah. Lebih jauh lagi dalam menetapkan porsi harta bersama untuk suami istri digunakan ke- biasaan yang berlaku setempat, sehingga terdapat penetapan yang membagi dua har- ta bersama di samping terdapat pula pene- tapan yang membagi dengan perbandingan dua banding satu. Selain itu di amati harta bersama dibagi sesuai dengan fungsi harta itu untuk suami atau untuk istri. Isi Pasal- Pasal alam Kompilasi Hukum Islam men- genai Harta Kekayaan Dalam Islam meru- pakan penjabaran dari Al Qur’an surat An Nisa ayat 34

Mengenai pembagian harta bersama apa- bila terjadi perceraian antara suami istri cara penyelesaiannya berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya di Indonesia. Ada daerah yang menurut hukum adatnya harta pencarian bersama ini dibagi sama antara bekas suami dan bekas istri, disamp- ing ada daerah yang membagi satu band- ing dua. Artinya satu bagian untuk bekas istri dan dua bagian untuk bekas suami. Di Suralaga pada umumnya apabila terjadi perceraian, harta gono gini itu dua banding satu antara bekas suami dan bekas istri. Hal ini tidak menjadi persoalan karena sama dengan ketentuan yang ada dalam Undang- Undang Perkawinan maupun Kompilasi Hukum Islam. (wawancara: petugas KUA Desa Suralaga).

Dalam Undang-Undang Perkawinan No.

1 tahun 1974 mengenai harta bersama juga disebutkan harta bawaan dari masing-mas- ing suami dan istri sepenuhnya menjadi hak dari masing-masing untuk memperguna- kannya. Tetapi dari berbagai hasil observasi terhadap berbagai kasus perceraian yang ada ternyata dari aspek hukum yang ada

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 455

Sri Hariati & Musakir Salat| Ketidakadilan Pembagian Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian ............ kurang memiliki tingkat ketegasan artinya

dari aspek hukum yang tidak melihat dari berbagai sisi, selain itu dari berbagai ka- sus perceraian yang terjadi diwilayah Desa Suralaga umumnya terjadi ketidak efektifan dari implementasi hukum yang ada karena masih banyak aplikasinya yang tidak ses- uai. Selain itu tidak semua hasil perceraian yang terjadi ternyata tidak semua dilimpah- kan kepengadilan agama, hal ini disebab- kan karena pertimbangan tingginya biaya pengadilan sehingga tidak jarang membuat mantan istri atau pihak yang dalam hal ini cukup dirugikan.

Banyak kasus yang terjadi dalam sebuah perceraian hanya bisa diselesaikan dengan itikad baik yang menggunakan hati nurani dari pihak laki-laki. Selebihnya, perempaun hanya bisa pasrah menerima apapun yang diputuskan sepihak oleh laki-laki tanpa bisa membela diri dengan kekuatan hukum yang melandasi sebuah pernikahan.

Hampir dipastikan tidak ada dampak sedikit pun yang mengkhawatirkan atau merugikan bagi diri laki-laki atau suami yang menceraikan seorang perempuan di Suralaga, yang terjadi justru menguntung- kannya. karena, pertama, suami bebas me- nikah lagi sebab perkawinan sebelumnya yang dianggap sebagai hal yang wajar yang terjadi didalam rumah tangga. kedua, suami bisa berkelit dan menghindar dari kewa- jibannya memberi nafkah baik kepada istri maupun kepada anak-anaknya. ketiga tidak dipusingkan dengan pembagian harta gono- gini, warisan dan lain-lain. (Wawancara So- latiah warga Lauk Kul-Kul)

Selain itu dari beberapa hasil wawancara terhadap beberapa wanita yang sudah men- galami perceraian di Desa Suralaga kasus yang terjadi di dalam ikatan perkawinan antara lain suami tidak memberi nafkah mencukupi, suami melarang istri bekerja padahal tidak memberi nafkah yang cu- kup, membatasi istri untuk bekerja diluar rumah karena suami cemburu, tidak mem-

beri nafkah sama sekali, membebani istri dengan utang suami, suami jarang mem- beri nafkah, berselingkuh, dan kemudian menceraikan istri tanpa memberi nafkah paska perceraian. Kasus paska perceraian bisa berwujud suami tidak menjalankan keputusan pengadilan, menjalankan kepu- tusan pengadilan tetapi jumlah nafkah yang diberikan kepada bekas istri tidak sesuai dengan keputusan pengadilan dan cender- ung lebih kecil, dan tidak diputuskan oleh pengadilan untuk memberi nafkah kepada bekas istri dan istri menerima keputusan itu karena ketidaktahuannya. Kondisi yang demikian itu memerlukan perhatian yang lebih serius dari berbagai pihak yang ber- wenang sehingga istri tetap memperoleh haknya dengan wajar dan terhindar dari tekanan lahir batin dari suami. Meskipun pada masa sekarang semakin banyak kaum istri yang dapat mengungkapkan ketidakadi- lan yang mereka alami dan melakukan upa- ya mempertahankan hak mereka (Wawan- cara Tanggal 17 November 2010 Terhadap : Mulyani, Kariani, Lilik Supiawati, Raenah, Maesarah, Hulusiah, Hindun, Mahnun)

Sebagian besar ketimpangan yang terjadi di wilayah Desa Suralaga khususnya dalam kasus pembagian harta bersama Seringkali pihak istri dirugikan dan mengalami keti- dakadilan dalam pembagian harta bersama. Seperti penturan Tanti Sipak salah seorang Warga Desa Suralaga yang sekaligus sudah bersetatus janda, menuturkan ketidaka- dilan terkait dengan masalah pembakuan peran suami istri dalam dalam perkawinan di mana suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga. Selain itu menem- patkan istri sebatas pengelola rumah tangga (domestik) dengan aturan yang mewajib- kan istri mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya (Wawancara 13 November 2010).

Dampaknya, banyak istri yang tidak memiliki kesempatan bekerja dan mencari nafkah sendiri sehingga tidak bisa mengo-

J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 448~463

lah ketrampilan yang dimilikinya untuk produktif. Tidak sedikit dari mereka yang memperoleh penghasilan. Dalam hal ini, justru menjadi tulang punggung ekonomi para istri mengalami ketergantungan eko- keluarga. Mereka mampu melakukan kerja nomi terhadap suaminya. Bagaimana jika apa saja, baik dalam ruang domestik mau- kemudian terjadi perceraian, Istri yang pun publik. telah “dirumahkan” tentu akan mengalami

Harta bersama (gono gini) adalah harta kesulitan untuk mandiri secara ekonomi.

benda atau hasil kekayaan yang diperoleh Beban istri pun semakin berat jika dalam

selama berlangsungnya perkawinan. Meski- perkawinan sudah lahir anak-anak yang

pun harta tersebut diperoleh dari hasil ker- menjadi tanggungannya.

ja suami saja, istri tetap memiliki hak atas

Berbeda dengan yang dituturkan oleh harta bersama. Jadi, hatra bersama meliputi Rabiah 40 tahun yang juga sudah berseta- harta yang diperoleh dari usaha suami dan tus janda mengungkapkan Ketidakadilan istri berdua atau usaha salah seorang dari yang sering terjadi adalah beban ganda yang mereka. Ini berarti baik suami maupun istri memberatkan pihak istri. Kadang kala istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama bekerja diluar rumah sebagai pencari nafkah atas harta bersama dan segala tindakan (bahkan sebagai pencari nafkah utama) dan kaum atas harta bersama harus mendapat juga dibebani dengan pekerjaan rumah persetujuan kedua belah pihak. Harta ber- tangga sepulangnya ke rumah. Kebanyakan sama dapat berupa benda berwujud, benda suami yang merasa pekerjaan rumah tangga tidak berwujud (hak dan kewajiban), benda adalah urusan istri saja, umumnya enggan bergerak, benda tidak bergerak dan surat- melakukan pekerjaan rumah tangga meski surat berharga. Sepanjang tidak diatur lain istrinya sejak pagi bekerja di luar rumah.

dalam perjanjian perkawinan, apabila ter- jadi perceraian maka masing-msing pihak

Dengan demikian, adalah hal yang tidak istri maupun suami berhak atas separuh

adil bagi perempuan jika aturan pembagian (seperdua) dari harta bersama. (Wawancara

harta bersama hanya terbatas pada pem-

H. Salehuddin : 13 November 2010) bagian separuh dari harta bersama karena

tidak sedikit istri yang berkontribusi lebih Peraturan hukum yang bersifat diskrimi- besar daripada suami. Ketentuan pemba- natir pada zaman kolonial telah meng- gian harta bersama sebaiknya diatur secara hambat perkembangan bagi pemberdayaan proporsional dan adil sesuai dengan kontri- perempuan. Biasa gender masih terasa dalam busi dan peran masing-masing pihak.

substansi hukum positif, meskipun pemer- intah sudah mendatangi sejumlah kovensi

Jika kita melihat kondisi sosial khusus- yang mengatur hak-hak perempuan. Mem-

nya di Desa Suralaga, maka perubahan so- perbaharui perundang-undangan warisan

sial masyarakat menunjukkan perkemban- kolonial dan hukum nasional yang diskrim-

gan yang jauh lebih maju lagi. Konteks ma- inatif termasuk ketidakadilan gender sudah

syarakat saat ini sudah sangat berbeda lagi menjadi arah kebijakan hukum pemerintah. dengan konteks pada saat UU No. 1/1974 Perubahan nilai sosial yang diawali dengan

maupun KHI tersebut dibuat. Kaum perem- perkembangannya proses industrilisasi dan

puan pada saat ini sudah dan terus mem- kemajuan teknologi informasi membawa perlihatkan peningkatan kapasitas mereka dampak positif menuju kesetaraan gender. baik dari sisi intelektual maupun ekonomi.

Sudah banyak perempuan yang memimpin Memang benar, pemerintah telah men- institusi-institusi keilmuan maupun eko- gadakan perubahan peraturan-peraturan nomi. Kaum perempuan Indonesia sudah yang bertujuan untuk meningkatkan status ikut serta dalam kerja-kerja profesional dan perempuan dan keluarga dalam masyarakat

456 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 457

Sri Hariati & Musakir Salat| Ketidakadilan Pembagian Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian ............ dengan menerbitkan UU Perkawinan No. 1

Tahun 1974 yang telah memberikan kepada perempuan beberapa hak yang sama dengan laki-laki sama-sama menjadi subjek hukum, perempuan biasa memiliki dan menguasai harta benda sendiri, membuat perjanjian karena mampu melakukan perbuatan hu- kum sendiri, tidak dapat dipaksa kawin bahkan dapat mengajukan perceraian terh- adap suaminya, hak-hak mana tidak diakui dalam peraturan yang berlaku sebelumnya. Namun demikian, UU ini mengandung kelemahan dan ada beberapa ambivalensi- nya, karena dipihak lain menetapkan peran yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan di mana laki-laki didefinisikan berperan di sektor publik (pencari nafkah) dan perem- puan di sektor privat/domestik (rumah tangga). Bahkan UU ini masih memung- kinkan seorang suami untuk beristri lebih dari satu.

B. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Ter- jadinya Ketidakadilan Dalam Pembagian Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian Di Desa Suralaga

1. Budaya dan Ideologi Patriarki Sebagaimana kita ketahui bersama di

dunia Barat ataupun di Timur, perkem- bangan peradaban manusia tumbuh dalam lingkup budaya dan ideologi patriarki. Di Negara-negara Barat, Amerika Serikat, dan Eropa Barat, budaya tersebut terlebih

dahulu terkikis sejalan dengan perkemban- gan teknologi, demokrasi dan lain-lain yang mendudukan persamaan dan keadilan se- bagai nilai yang sentral. Di Negara-negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia, budaya dan ideologi tersebut masih sangat kental dan mewarnai berbagai aspek kehidupan dan struktur masyarakat serta menciptakan ketimpangan-ketimpangan khususnya ter- hadap kaum perempuan.

Budaya dan ideologi bukan satu hal yang turun dari langit. la di bentuk oleh manusia dan disosialisasikan dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Koentjaraningrat men- gatakan nilai budaya adalah faktor mental yang menentukan perbuatan seseorang atau masyarakat (Koentjaraningrat, 1974). Dalam budaya kita, seperti juga di banyak negara dunia ketiga lain, budaya patriarki masih sangat kental. Dalam kehidupan sos- ial, politik, ekonomi, dan terlebih lagi dalam budaya, keadaan ketimpangan, terhadap perempuan tampak sangat jelas. Dalam kondisi yang seperti itu proses marjinalisasi terhadap perempuan terjadi pada gilirannya perempuan kehilangan otonomi atas dirin- ya. Eksploitasi serta kekerasan terjadi terh- adap perempuan, baik di wilayah domestik maupun publik. Dalam situasi demikian, maka perbedaan, diskriminasi, dan ketida- kadilan gender tumbuh dengan suburnya. Meskipun secara formal, dalam UUD 1945, hak laki-laki dan perempuan tidak dibeda- kan, tetapi dalam kenyataannya sangat ber- beda.

Bagi masyarakat tradisional, patriarki di pandang sebagai hal yang tidak perlu dipermasalahkan, karena hal tersebut selalu dikaitkan dengan kodrat yang tidak terban- tahkan. Kepercayaan bahwa Tuhan telah menetapkan adanya perbedaan laki-laki dan perempuan, sehingga perbedaan dalam kehidupan manusia pun diatur berdasarkan perbedaan tersebut. Tambah lagi, faktor agama telah digunakan untuk memperkuat kedudukan kaum laki-laki. Determinise biologis juga telah memperkuat pandan- gan tersebut. Artinya. karena secara biolo- gis perempuan dan laki-laki berbeda maka fungsi-fungsi sosial ataupun kerja dengan masyarakat pun diciptakan berbeda. Hal ini senada dengan yang di sampaikan oleh bapak Musipuddin salah seorang kepala du- sun di Desa Suralaga Laki-laki selalu dikait- kan dengan fungsi dan tugas di luar rumah, sedangkan perempuan yang berkodrat me- lahirkan ada di dalam rumah, mengerjakan urusan domestik saja. perempuan bertugas pokok membesarkan anak, laki-laki bertu- gas mencari nafkah. Perbedaan tersebut di

J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm,

IUS Kajian Hukum dan Keadilan

pandang sebagai hal yang alamiah. Itu se- babnya ketimpangan yang melahirkan sub- ordinasi perempuan pun dipandang sebagai hal yang alamiah pula. Hal tersebut bukan saja terjadi dalam keluarga, tetapi telah me- lebar ke dalam kehidupan masyarakat (H. Maksum Safii: 11 November 2010).

Senada dengan hal di atas, dituturkan juga oleh Ibu Muliani dari segi pendidikan juga terjadi diskriminasi di mana, dalam pendidikan yang merupakan proses yang sangat penting bagi pertumbuhan nalar se- seorang, juga masih sangat patriarkis. Satu keluarga biasanya akan lebih memberikan prioritas kepada anak laki-Iaki karena ia adalah penerus keluarga sedangkan anak perempuan akan pindah dan masuk ke dalam keluarga lain. Pendidikan dalam ke- luarga pun mensosialisasikan bahwa Bapak adalah sentral, sehingga secara tidak dis- adari akan mengecilkan peran perempuan dalam keluarga. Anak perempuan jarang dilibatkan dalam pembicaraan kebijakan keluarga sehingga sosialisasi pada norma- norma yang semacam itu akan berdampak pada pembentukan kepribadian dan sikap- nya yang cenderung tidak terbuka. (Wawa- ncara Ibu Ernawati :4 November 2010)

Selain itu dituturkan juga oleh Ibu Hind- un salah seorang janda beranak satu, me- nuturkan ketimpangan hubungan dalam keluarga juga tampak melalui pengaturan kehamilan. Menerima atau tidaknya untuk ber-KB lebih sering ditentukan oleh suami, yang “mengijinkan” istrinya menjadi ak- septor. Menolak hubungan badan dengan suami jarang terjadi karena doktrin agama yang menganggap istri akan berdosa bila menolak. Dalam masyarakat Jawa, umpa- manya, masih berlaku nilai-nilai yang mencerminkan subordinasi perempuan, seperti ungkapan “kanca wingking” (teman pendamping) atau swarga nunut, neraka katut (ke surga ikut, ke neraka terbawa). Ungkapan tersebut mengandung arti bahwa perempuan tidak dapat melampaui suamin-

ya dan perempuan tidak berdaya dan tidak berkuasa atas dirinya. (Wawancara 17 No- vember 2010)

Pada dasarnya ketidaksetaraan antara suami istri, mengasumsikan satu pihak se- bagai kepala/pemimpin, pelindung, pen- anggung jawab, oleh karena itu ia yang kuat. memiliki akses keluar, pemilik kuasa (informasi, ekonomi) sekaligus kontrol, pengambilan keputusan. Sementara pihak lain dianggap lemah, sub-ordinat, yang harus dikepalai/pengikut (karenanya ha- rus patuh), dilindungi, dibatasi ruang ling- kupnya. Maka, dengan pola hubungan sep- erti ini akan memberi peluang munculnya kekerasan terhadap perempuan, terutama bila salah satu pihak mengikuti atau keluar dari pola yang ada. Hal ini terindikasi kare- na hukum waris di Desa Suralaga dipenga- ruhi oleh hukum adat dan agama yang tidak dapat diabaikan.

Di bidang ekonomi, krisis ekonomi di Desa Suralaga telah menyisihkan perem- puan dengan berbagai kebijakan pemer- intah yang lebih ditujukan kepada kaum laki-laki dengan anggapan bahwa mereka adalah pencari nafkah. Sebagai contoh, ke- bijakan pekerjaan padat karya yang hanya melibatkan kaum laki-laki saja. Contoh lain, di Desa Suralaga, kita tidak men- jumpai pendapatan selalu yang diciptakan oleh perempuan seperti menjahit, kater- ing, atau pekerjaan dalam sektor informal. Selama ini pendapatan selalu diambil dari para suami sebagai kepala keluarga, baik yang memiliki kerja formal ataupun infor- mal. Padahal dari hasil observasi yang di- lakukan banyak perempuan yang berhasil mendapatkan uang dengan cara kerja in- formal. Reformasi yang sedang berlangsung ini bukan hanya gerakan memerangi penin- dasan, otoritarianisme, ketidakadilan, dan sebagainya, yang bersifat non demokratis, tetapi kita harus melihatnya sebagai proses transisi menuju demokrasi. Sekarang inilah kesempatan bagi kaum perempuan untuk

Sri Hariati & Musakir Salat| Ketidakadilan Pembagian Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian ............ mengaktualisasikan diri, serta segala ben-

Pada pembagian harta bersama, tidak tuk subordinasi dan marjinalisasi bukan jelas penggolongan harta suami dan harta waktunya lagi tetap melekat pada diri kaum istri. Hal ini sangat sulit untuk dipisahkan perempuan. ldeologi patriarkhis telah mela- karena dalam status kepemilikan harta, hirkan ketimpangan dan ketidakadilan gen- hanya istri yang dapat mengklaim kepemi- der dalam berbagai bidang.

likannya. Kondisi ini disebabkan selama suami masih hidup, suami dan istri tidak

Pada pembagian harta warisan keluar- pernah memisahkan harta kepemilikannya.

ga terutama pada keluarga yang istri ikut bekerja untuk menghidupi beban keluarga

Menurut Abdurrasyid, SH, salah seorang menjadi polemik yang sering terjadi. Pem- pegawai KUA yang berasal dari Dusun Lauk bagian warisan tidak melihat status kepe- Kul-Kul Desa Suralaga, mengungkapkan ti- milikan harta yang ada sehingga sering dak adanya kejelasan status kepemilikan terjadi harta milik istri ikut terbagi dalam harta pribadi pada saat masih dalam status pembagian tersebut. Hal ini disebabkan ti- suami istri merupakan hal yang sering ter- dak jelasnya status kepemilikan harta yang jadi. Pada proses pembagian harta warisan, dibagi. Seperti salah satu kasus yang ter- kondisi ini menjadi polemik yang sangat jadi pada Siti Hatimah salah seorang warga sulit untuk dipecahkan. Pemecahan yang Dusun Gelumpang Desa Suralaga, di mana dilakukan adalah mengklaim bahwa harta Menurut Siti Hatimah bahwa dia bekerja baik milik suami dan istri dijadikan harta sebagai Tenaga Kerja Wanita ke Arab Saudi bersama kemudian dalam pembagiannya di- dan dia berhasil membeli sebuah Motor un- lakukan sesuai dengan ketentuan yang ber- tuk kepentingan keluarga. Selain itu juga laku. (Wawancara 16 November 2010) dia mengumpulkan uang dan dapat mem-

Sedangkan menurut Kholik, salah se- bangun rumah yang sekarang ditinggali

orang warga Dusun Gelumpang Desa Sural- oleh keluarganya. Namun dalam pembagian

aga memaparkan bahwa tidak adanya ke- warisan, motor dan rumah yang dia bangun

jelasan status kepemilikan harta suami dan ikut terbagi sehingga dia merasa harta yang

istri, sering menjadi polemik keluarga yang menjadi miliknya dijadikan harta bersama

mengklaim kepemilikan harta ter sebut. dalam keluarga. (Wawancara 15 November Namun pada kenyataannya, pihak istri 2010)

sering kalah oleh klaim tersebut karena se- Selain itu kasus yang kerap terjadi di lama suami masih hidup, istri tidak pernah Desa Suralaga yang salah satunya men- menyadari status kepemilikan hartanya. impa Inak Mahnun Seorang janda tanpa Pada realita tersebut, istri tidak dapat ber- keturunan anak telah digugat di Pengadi- buat banyak sehingga dia harus merelakan lan oleh saudara-saudara kandung dari al- harta miliknya untuk di bagi seusia den- marhum suaminya atas harta peninggalan gan peraturan yang ber laku. Kendala yang Almarhum suaminya yang saat ini dikuasai sering terjadi dalam pembagian harta wari- oleh Inak Mujahidin sendiri. Saudara kan- san untuk istri yang bekerja adalah tidak dung Almarhum suaminya menuntut agar jelasnya status kepemilikan harta. Masalah harta peninggalan tersebut dibagi waris ini sering dipertajam dengan adanya klaim antara janda disatu pihak dan saudara kan- sepihak dari pihak istri maupun keluarga dung Almarhum suaminya di lain pihak. suami yang mengaku kepemilikan harta Harta peninggalan tersebut terdiri dari har- warisan. Kondisi ini tentunya menambah ta asal dan harta pencaharian. (Wawancara masalah dalam penyelesaian pembagian

15 November 2010) harta warisan. Hal ini disebabkan pihak istri maupun keluarga suami sama-sama

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 459

J UrnAl IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 448~463

mengakui bahwa harta yang akan dibagikan diskriminatif sifatnya. Munculnya sistem adalah miliknya sehingga pihak pengadilan pembagian yang terkesan diskriminatif ini agama menjadi kesulitan untuk memecah- tentunya tidak bisa dilihat sebagai suatu kan masalah tersebut.

persoalan yang parsial saja, terutama be- sarnya pembagian dan perolehan yang

2. Sistem Hukum Kewarisan diatur, tanpa melihat dasar, ide serta asas

Dalam perkara perceraian karena ti- dalam hukum kewarisan Islam secara ke- dak menghendaki proses perceraiannya seluruhannya. Gagasan sistem pembagian berkepanjangan, maka seringkali pihak is- yang lebih memberikan posisi yang besar tri tidak mempersoalkan pembagian harta kepada laki-laki terkait dengan tanggung bersama. Sehingga kemudian timbul perso- jawab dalam keluarga. Ternyata dalam Is- alan yang berhubungan dengan pembagian lam tanggung jawab dalam keluarga terma- harta bersama. Peraturan yang ada ternyata suk dalam hal ini yang mencari harta adalah memiliki banyak kelemahan membuat istri laki-laki (suami), sehingga atas dasar pe- sering kali kesulitan menuntut nafkah yang mikiran ini Al-Qur’an memandang adil jika menjadi haknya dari bekas suami meskipun yang bekerja, dalam hal ini laki-laki mem- pengadilan sudah memutuskan suami wajib peroleh bagian yang lebih besar dari kaum menafkahi bekas istri dan anak yang lahir wanita, yaitu sebesar dua kali. Gagasan ini dari perkawinan tersebut.

menurut Yusi Muhsin, S.Hi salah seorang pemuka agama di Dusun Gelumpang Desa

Disamping itu, pada praktiknya banyak Suralaga tentunya sesuai dengan asas hu- aturan yang ada tidak efektif, mem butuh- kum kewarisan Islam yang menekankan kan biaya besar untuk mengurus agar pada asas keadilan berimbang, disamping aturan dilaksanakan, dan untuk istri dari asas ijbari (dengan sendirinya), bilateral, ekonomi bawah tidak dapat menuntut ter- asas individual dan asas kewarisan semata lalu banyak karena pendapatan suami yang akibat kematian. (Wawancara 14 November tidak banyak. Upaya paksa secara hukum 2010) cenderung menjadi tidak bermanfaat kare- na pendapatan suami atau harta yang akan

Selain itu dalam sistem kewarisan Islam disita pe tugas untuk diberikan kepada bekas dikenal adanya pemisahan antara. harta

istri tidak cukup layak dibandingkan den- suami atau istri, terutama dalam hal ini gan biaya hukum yang dilakukan. Sehingga adalah harta bawaan maupun harta asal, diperlukan adanya peraturan yang lebih dan eksistensi kepemilikannya dalam sistem adil dalam hal nafkah karena peraturan kewarisan Islam sudah diakui keberadaan- perundang-undangan yang ada mendukung nya. Artinya dalam hukum Islam kawinnya ketergantungan istri secara ekonomi kepa- antara wanita dan laki-laki tidaklah serta

da suami seperti yang diatur dalam Pasal 31 harta yang dimilikinya menjadi milik ber- dan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 1 Ta- sama, sepanjang yang menyangkut kedua hun 1974 tentang Perkawinan.

bentuk harta tersebut yaitu harta bawaan maupun harta asal, tetap rnenjadi miliknya

Mengacu pada literatur agama terha- secara pribadi. (Wawancara Abdurrasyid, dap sistem kewarisan dan pembagian har- S.Hi) ta warisan seperti yang telah diatur dalam Al-Qur’an menimbulkan beberapa per-

3. Tindakan Yang Dilakukan Untuk Meng- soalan, terutama berkenaan dengan hak,

hindari Ketidakadilan Dalam Pembagian di mana terlihat adanya perbedaan antara

Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian hak seorang wanita dengan seorang laki-

a. Mendapatkan Nasehat Hukum laki. Hal ini dinilai oleh banyak kalangan

460 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Sri Hariati & Musakir Salat| Ketidakadilan Pembagian Harta Gono Gini Pada Kasus Perceraian ............ Perbincangan tentang harta gono gini

yang akan dihadapi di pengadilan dan dan juga perjanjian perkawinan sering

Lama waktu yang dibutuhkan untuk luput dari perhatian masyarakat karena

proses hukum atas kasus yang dihadapi. mereka sering menganggap perkawinan

Serta setidaknya mengkonsultasikan adalah suatu perbuatan yang suci se hingga

permasalahan yang terjadi ke Lembaga tidak etis jika membicarakan masalah

Ban tuan Hukum yang dalam hal ini harta benda material. Namun faktanya,

seorang istri bisa mendapatkan. perbincangan mengenai isu-isu itu sangat

Nasehat hukum dapat diperoleh dari penting sebagai panduan bagi pasangan

konsultan hukum atau pengacara, dengan suami istri dalam mengarungi bahtera kebebasan memilih untuk didampingi/ti- rumah tangga.

dak oleh mereka dalam sidang pengadilan Pada umumnya pasangan yang akan

nanti. Apabila tidak memiliki dana yang menikah tidak pernah memikirkan per-

cukup untuk membayar pengacara, ter- soalan mengenai harta bawaan masing-

dapat alternatif untuk menggunakan lem- masing pihak serta harta bersama dan harta

baga yang dapat diminta bantuan dengan milik yang didapat setelah perkawinan

tanpa membebani biaya yang berlebihan. karena pada awal perkawinan tidak ada

Lembaga yang sifatnya nonkomersial, mis- pasangan yang berpikir untuk bercerai.

alnya Lembaga Bantuan Hukum, biasanya Padahal, ketergantungan ekonomi ter-

akan mempertimbangkan kondisi, baik sebut merupakan salah satu sebab

kondisi ekonomi maupun psikologis. utama terjadinya ketidakadilan terhadap

b. Membuat Perjanjian Perkawinan pihak istri. Hal tersebut merupakan

Dokumen yang terkait

ABSTRACT IMPLEMENTATION OF CREATING SHARED VALUE (CSV) CONCEPT AS A CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PROGRAM IN ORDER TO IMPROVE STAKEHOLDER WELFARE (Study at PT Nestle Indonesia Panjang Factory)

0 0 14

TECHNICAL BARRIER TO TRADE ROKOK KRETEK INDONESIA DALAM MEASURES AFFECTING THE PRODUCTION AND SALE OF CLOVE CIGARETTES AMERIKA SERIKAT (DS-406) TECHNICAL BARRIER TO TRADE OF INDONESIAN CLOVE CIGARETTES IN THE CONTEXT OF MEASURES AFFECTING THE PRODUCTION A

0 0 10

PENERAPAN KETENTUAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN SWASTA THE IMPLEMENTATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) IN PRIVATELY OWNED COMPANIES

0 0 15

MUNCULNYA INTERVENSI ASING TERHADAP PELANGARAN HAM DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA DI SUATU NEGARA THE EMERGENCE OF FOREIGN INTERVENTION AGAINST HUMAN RIGHTS VIOLATIONS IN ARMED CONFLICT IN A STATE

0 1 11

PENERAPAN ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PENERBITAN IZIN DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR IMPLEMENTATION OF THE GENERAL PRINCIPLES OF GOOD GOVERNANCE IN ISSUING LICENSES IN THE REGENCY OF EAST LOMBOK

0 1 25

THE OPTIMAL DURATION OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING A SYSTEMATIC REVIEW

0 1 52

IMPLIKASI HAK KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN TANAH KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN LOMBOK UTARA IMPLICATIONS OF THE RIGHT FOR UNITY OF CUSTOMARY LAW COMMUNITIES IN THE MANAGEMENT OF FOREST AREA LAND IN THE REGENCY OF NORTH LOMBOK (STUDY OF LA

0 1 23

EKSISTENSI HUKUM ADAT DALAM POLEMIK HUKUM POSITIF SUATU KAJIAN DALAM PERSPEKTIF TATANEGARA THE EXISTENCE OF CUSTOMARY LAW IN THE POLEMICS OF POSITIVE LAW – A STUDY FROM THE PERSPECTIVE OF CONSTITUTIONAL LAW

0 1 17

THE OPTIMAL DURATION OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING

0 0 10

KONTROVERSI PENERAPAN PIDANA MATI TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOBA THE CONTROVERSY OF APPLYING THE DEATH SENTENCE FOR CRIMINAL ACTS RELATED TO DRUGS

0 0 23