Bahan Presentasi YES, Yogya

Sofian Munawar Asgart
Demos  Jakarta
Demos, Jakarta

Yogyakarta Executive School
Yogya 16 Oktober 2010
Yogya,

Beetham, David (1999). Democracy and Human Rights. Polity Press, Oxford.

informasi

Peristwa
Data

Perubahan Kebijakan

Kejadian
Fakta

Pada mulanya …


ƒ
ƒ

ƒ

Studi demokrasi berbasis HAM yang kerangkanya sebagian 
dipinjam diperkenalkan oleh David Beetham. Tetapi mengapa 
harus ditambah dengan yang lebih “bermakna”?
Pemahaman paling lazim tentang “bermakna” adalah 
Pemahaman paling lazim tentang 
bermakna  adalah 
fungsional: instrumen‐instrumen demokrasi berbasis HAM 
mungkin tidak sempurna, namun masyarakat harus melihat 
bahwa instrumen‐instrumen tersebut harus punya makna bagi 
mereka untuk mempertahankan kehidupan individual maupun 
kolektifnya. Demokrasi harus menjadi kepentingan semua 
orang  
orang. 
Bagaimana mendefinisikan dan memahami demokrasi yang 

seperti itu secara lebih analitis? Apa elemen‐elemen intinya, 
dan apa syarat minimum untuk menciptakannya? 

ƒ

ƒ
ƒ

Pengalaman, pandangan, dan
Pengalaman
 pandangan  dan penilaian para aktivis pro‐
pro
demokrasi kami tanyakan melalui serangkaian pertanyaan
terstruktur. Kami tidak semata‐mata melakukan studi tentang
mereka  tetapi lebih tepatnya
mereka, tetapi
tepatn a menggunakan
mengg nakan pengetahuan
pengetah an
mereka, dan belajar dari mereka, untuk menilai demokrasi di

Indonesia.
M t d seperti
Metode
ti ini
i i memungkinkan
ki k penilaian
il i dilakukan
dil k k dari
d i
bawah, dari para sumber‐ahli yang bekerja langsung di berbagai
isu di tingkat lokal dalam konteks spesifik masing‐masing.
M t d ini
Metode
i i berbeda
b b d dari
d i metode‐metode
t d
t d democratic‐
d
ti

assessment lazimnya yang cenderung mengandalkan
pengetahuan dari kalangan pengamat dengan bias “elite “dan
bi  “J k t ”
bias “Jakarta”.

Konteks
Nasional

Konteks
Lokal

Konflik pertanahan

8

64

Perburuhan

2


37

Kaum miskin perkotaan

2

38

Hak asasi manusia

8

62

Gerakan anti-korupsi untuk mendukung tatakelola pemerintahan yang
Baik

2


44

Usaha-usaha untuk mendemokratisasikan sistem kepartaian
p

7

41

Usaha mendorong pluralisme dan rekonsiliasi keagamaan serta etnik

6

42

11

56

8


49

12

61

Promosi kesetaraan gender dan perspektif feminis

8

60

Perbaikan keterwakilan alternatif pada tingkat lokal

2

61

Usaha mendirikan parpol yang berakar kerakyatan


6

52

Usaha untuk mendorong organisasi massa berbasis
Kepentingan

4

45

86

712

11%

89%


I ssu yang diteliti

Perbaikan dan demokratisasi pendidikan
Promosi profesionalisme sebagai bagian ‘tata pemerintahan yang
baik’ dalam sektor publik dan privat
Kebebasan, kemerdekaan dan kualitas media

Total I nforman/ Presentase

Aktor
nasional
11%

Aktor lokal
89%

All politics is local?

Sebaran I nforman Riset DEMOS
28


12
24

30

16
39
20

41

14

40

19

16
33

29
33
25
35

30

10
23
24
27
73

28
40

32

19

18

TOTAL I NFORMAN: 798
5 region di 32 provinsi

20

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Identitas Informan
Sikap Terhadap 
Politik
li ik
Identitas 
Kewargaan
Situasi Demokrasi
Kapasitas Aktor 
Utama
Ke Mana Mengadu

1.

p
j
, namun terjadi pula defisit 
j p
Terdapat sejumlah instrumen kebebasan‐dasar,
demokrasi yang parah pada hak‐hak dan institusi‐institusi lainnya, 
termasuk identifikasi warga dengan identitas nasional dan regional 
mereka (defisit demokrasi).

2.

Terdapat pemilihan umum yang bebas dan adil, namun partai‐partai dan 
politisi yang ada tidak representatif dan tidak responsif (representasi 
semu).

3.

Kaum elite dominan cenderung menyesuaikan diri dengan aturan‐aturan 
main yang baru dan dianggap demokratis, namun mereka memonopoli 
dan mengkolonisasi (membajak demokrasi) demi kepentingan 
p
y
((demokrasi oligarkis).
g
)
kelompoknya sendiri

4.

Agen‐agen perubahan yang membawa demokrasi ke Indonesia masih 
bergerak sebagai aktivis masyarakat dan kelompok penekan, namun 
p
posisi dan peranan mereka mengambang di garis‐tepi sistem demokrasi 
p
g
g g
p
sehingga tidak mampu memberi dampak riil bagi perubahan yang 
diharapkan (demokrat mengambang).

1st priority

1st + 2nd priority

1st priority in Aceh
and Papua

Nasionalitas

39%

24%

19%

Lokalitas

15%

23%

18%

Primordialitas

43%

48%

64%

No data

3%

3%

--

(100% )

(100% )

(100% )

Type of identity

Total

ƒ

Menurunnya
lagi
M
l i
kebebasan (Gejala
d f
deformasi).
i)
ƒ Capaian Ekosob yang 
b k (Indeks
buruk
(I d k 46 of 
6  f 
100).
ƒ Rekomendasi
R k
d i BPD 
dan riset spesifik
mengenaii Ekosob.
Ek b

Pilot Project
6 Daerah:
Jakarta Pusat, Kota 
Manado, Purbalingga, 
Musi Banyuasin, 
Sanggau, dan Mimika.
5 Issu Ekosob:
Pendidikan, Kesehatan, 
Pekerjaan, Pangan, 
j
g
dan Perumahan.

ƒ

Pelaksanaan hak Ekosob masih 
menyisakan persoalan yang 
i k  
l  
 
dilematis. Masih banyak kendala 
yang menghambat pelaksanaan 
hak Ekosob, baik dari sisi wacana, 
gerakan, maupun kinerja 
k  
 ki j  
kebijakannya.
ƒ Dari sisi wacana, hak Ekosob 
belum banyak dikenal dan 
di h i  b ik di l l 
dipahami, baik di level pemerintah 
i h 
sebagai pemangku kewajiban 
(duty bearer) maupun di level 
masyarakat sebagai pemangku 
h k ( i ht  h ld )
hak (rights holder).

ƒ

Dari sisi gerakan, belum banyak 
kreatifitas masyarakat dan atau 
k
ifi  
k  d  
 
organisasi masyarakat yang 
berupaya mempengaruhi kinerja 
kebijakan berkaitan dengan 
pelaksanaan hak Ekosob, baik 
l k
 h k Ek b  b ik 
dalam bentuk tawaran kebijakan 
alternatif maupun upaya‐upaya 
swadaya yang turut mendukung 
pelaksanaan hak Ekosob.
l k
 h k Ek b
ƒ Dalam konteks pelaksanaan hak 
Ekosob, pemerintah lebih banyak 
memposisikan dirinya sebagai 
”negara budiman”, bukan sebagai 
wujud tanggung jawabnya 
sebagai pemangku kewajiban.

Banyak dijumpai hal‐hal
hal hal yang ironis, paradoks, dan
yang ironis  paradoks  dan sejumlah
kebohongan publik dalam alokasi anggaran …

HPH: Hak Pengrusakan Hutan ??

I zin HPH yang tak terkendali di Sanggau, Kalbar

Column1
Perbandingan Belanja Aparat dan Belanja Publik versi Pemerintah

Column2
Jumlah

Prosentase

Belanja Aparat
2,324,136,000

66.86%

1,152,065,000

33.14%

3,476,201,000

100.00%

Belanja Publik
Total Belanja

Perbandingan Belanja Aparat dan Belanja Publik versi DEMOS

Jumlah

Prosentase

Belanja Aparat
2,744,918,000

78.96%

731,283,000

21.04%

3 476 201 000
3,476,201,000

100 00%
100.00%

Belanja Publik
Total Belanja

Untuk mendapatkan angka 
U t k 
d
tk  
k  
belanja publik versi DEMOS 
pada Dinas Pendidikan, 
Kesehatan, Sosial dan 
Tenaga Kerja, dibuat dengan 
cara mengeluarkan 
beberapa pos dan program 
yang dampaknya tidak bisa 
l
langsung dirasakan publik
 di
k   blik
dari belanja langsung yaitu:

1. Program
pelayanan
administrasi
P
l
d i i t i kantor
k t
(isinya belanja ATK, telpon, listrik, air,
konsumsi rapat, dll).
g
peningkatan
p
g
sarana dan
2. Program
prasarana aparatur (bangun perawatan
gedung pemerintah dan beli mobil dinas).
3. Program disiplin aparatur (belanja
seragam dll).
seragam,
dll)
4. Program pengembangan sistem
pelaporan capaian kerja dan keuangan
(isinya pembuatan laporan‐laporan).
5. Seluruh gaji pegawai yang disisipkan
dalam seluruh program untuk publik.

p LSM menghitung
g
g hal yyang sama
g
g hanya
y mengeluarkan
g
p
Beberapa
dengan
point 
5 saja. Cara ini bisa dipertanggungjawabkan karena banyak sekali
pengeluaran yang sering tidak masuk akal di program‐program no 1‐5. 
Selain itu poin dari pemilahan tersebut bukan terletak pada boleh atau tidak
boleh ada belanja tersebut, namun lebih pada soal keseimbangannya. 
Jika berat di belanja untuk keperluan aparat, ini menunjukkan
i dik i yang tidak
indikasi
 tid k sehat.
h t
Sedangkan untuk mendapatkan data trend belanja pegawai 2007‐2010, 
dilakukan dengan cara menjumlahkan belanja pegawai di belanja tidak
langsung dan langsung. Sumber data dari ringkasan seluruh APBD 
diperoleh dari data resmi pada web departemen keuangan: 
www.depkeu.go.id