Kepmenkes RI Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

petuMjuk TekMis Promosi Kesebaum RU111ah

ウ。ォゥエ セ@

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 004/MENKES/SKlII/2012

PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)

KEMENTERIAN  KESEHATAN  REPUBLIK INDONESIA  
PUSAT PROMOSI KESEHATAN  
TAHUN  2014  

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan  RI
613 
Ind 



Indonesia.  Kementerian  Kesehatan  RI.  Sekretariat 
Jenderal 
Keputusan Menteri Kesehatan Republik 
Indonesia Nomor : 004/MENKES/SKJII/2012 
Petunjuk teknis promosi kesehatan  rumah sakit 
(PKRS),­­ Jakarta:  Kementerian Kesehatan  RI. 
2013 
ISBN 978­602­235­050­7 
1.  Judul 
I.  HEALTH  PROMOTION 
II.  HOSPITALS  III.  LEGISLATION AND 
JURISPRUDENCE 

petHHjHk Tckni Promo i l\esebaum Ru",ah

ウ 。ォZゥエ セ@

KATA PENGANTAR
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426jMenkesjSKjXIIj2006 menjadi acuan bagi rumah
sakit dalam melaksanakan Promosi kesehatan di Rumah
Sakit. Petunjuk Teknis ini melengkapi kebijakan yang
dipayungi oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
1193jMenkesjSKjXj2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1114jMenkesjSKjVIIIj2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
Sesuai dengan Kebijakan Menteri Kesehatan tentang
pentingnya men gedepankan upaya promotif dan preventif
dan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap
pelaya nan kesehatan prima di rumah s a kit, maka buku ini
dicetak ulang kembali untuk yang ke lima kalinya.
Selanjutnya aka n didistribusikan ke seluruh Rumah Sakit
Pemerintah Pusat (vertikal), Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dan ke Rumah Sakit Swasta.
Semoga Allah SWT meridhoi upaya kita, sehingga
buku ini memilik i manfaat yang besar bagi berkembangnya
Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Indonesia.


Jakarta , April 2011
Kepala Pusat Promosi Kesehatan ,

dr. Lily S . S u lis tyowati , MM
NIP. 195801131988032001

ii  

pet""i"k TekMis Promosi Kesehatan R"mob

ウ。ォゥエ セ@

SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA
KESEHATAN
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009,
sebagai penyesuaian dari SKN 2004, dinyatakan bahwa
salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem Upaya
Kesehatan. Upaya kesehatan merupakan salah satu unsur

dalam subsistem Upaya Kesehatan. Sedangkan pelayanan
kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan
meliputi penin gkatan pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Hal ini diperkuat dengan Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dimana
disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan s e cara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Selanjutnya d ikatakan bahwa Pelayanan Kesehatan
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preven tif, kuratif, dan rehabilitatif.
Mengacu kepada peraturan perundang-undangan
tersebut di atas , kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap
rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan
kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi
kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit
telah berlangsung sejak 1990 walaupun dengan nama yang
berbeda-beda antara lain Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Ru mah Sakit, Komunikasi Informasi dan

Edukasi, Huma s Rumah Sakit, dan Pemasaran Rumah
Sakit.
Seiring dengan perkembangan Promosi Kesehatan
secara global, k egiatan penyuluhan kesehatan di rumah
sakit di Indonesia berubah menjadi Promosi Kesehatan

iii

A
L­_+_'­­__ petunjuk Te{Zl1is Promosi KeSeVClttll1 RumClb SClkit
Rumah Sak it (PKRS). Berbagai upaya yang telah dilakukan
oleh Kemen terian Kesehatan dalam pengembangan PKRS
yaitu pen yusunan buku Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit, pelatihan tenaga PKRS sejak
tahun 2007, penyusunan Kurikulum dan Modul pelatihan
PKRS dan pengembangan Stan dar PKRS yang diadaptasi
dari WHO.
Sebagai salah satu pelayanan di Rumah Sakit,
kegiatan PKRS diharapkan memiliki salah satu wadah
tersendiri sehingga dapat mengkoordinir kegiatankegiatan yang bersifat promotif dan preventif di Rumah

Sakit.
Selanjutnya saya menyambut gembira terbitnya
"Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)"
ini. Upaya ini sungguh sangat sinergis dengan upayaupaya yang sedang terus dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan guna meningkatkan
kinerja rum ah sakit.
Semoga kehadiran "Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)" benar-benar akan
mendorong rumah sakit untuk lebih berorientasi bukan
hanya kepada pasien tetapi juga kepada keluarga pasien,
petugas, dan masyarakat disekitar Rumah Sakit.

Jakarta,

September 20 11

I

dr. Supriyantoro, Sp.P.) MARS (Mr)


iv 

DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR .................................................. .
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA
KESEHATAN .............................................................
DAFTAR lSI................................. .. ........... .... .......... ...

iii
v

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI ..................

Vll

BAB I

PENDAHULUAN ...........................................

1  


BAB II

PENGERTIAN RUMAH SAKIT .....................

5

A.   PERUMAHSAKITAN  01 INDONESIA......... 
B.  REFORMASI PERUMAHSAKITAN  01
INDONESIA................... ... ...................... 
C.   PASIEN  RUMAH  SAKIT ........................... 

5  
7  
9  

BAB III PROMOSI KESEHATAN OLEH RUMAH
SAKIT ......... ...... ......... ............................ .. ... 11  
A.   PROMOSI KESEHATAN .................... .... ... 
B.  PELUANG PROMOSI  KESEHATAN .......... 

C.   STRATEGI PROMOSI KESEHATAN... .. ..... 
D.  PENDUKUNG DALAM  PELAKSANAAN  
PKRS ........ ... ........................................... 

BAB IV

PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
BAGI PASIEN RUMAH SAKIT .....................
A. Promosi Kesehatan Di Ruang
Pendaftaran ............................................
B. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat
Jalan ...... .. ........... ................. .. .............. ..
C. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat
Inap .................. .. ........................... .........
D. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan
Penunjang Medik ........ ........ ....................

11  
13  
15  

26  

29
29
30  
33  

41

v

AL-__
+-----'- _ petul1juk
BABV

BABVI

t・セゥ ウ@ Prol11osi Kesebatal1 Rf,1l11ab Sakit

PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN

BAGI KLIEN SEHAT.. .... ..............................
A.   Pemberdayaan .... ....................................
B. Bina Suasana .........................................
C. Advokasi ...... ... ... ..... .... ............................
PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
DI LUAR GEDUNG RUMAH SAKIT ..............
A. PKRS Di Tempat Parkir...........................
B. PKRS Di Taman Rumah Sakit.. ...............
C. PKRS Di Dinding Luar Rumah Sakit ... ....
D. PKRS Di Pagar Pembatas Kawasan
Rumah Sakit ..........................................
E. PKRS Di Kantin/Kios Di Kawasan
Rumah Sakit ..........................................
F. PKRS Di Tempat Ibadah .............. ... ...... ..

45
45
48
50
52
52
53
54

55
55
56

BAB VII LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
PKRS ..... ... ...... ....................................... ... .. 58
A. Menyamakan persepsi pemahaman dan
sikap mental yang positif bagi para direksi,
pemilik dan petugas rumah sakit. ...... ... . 58
B. Menyiapkan bentuk dan tugas
kelembagaan PKRS .............. .. ....... .. ... ..... 59
C. Menyiapkan petugas yang memahami
philosophi, tujuan, strategi, metode dan
teknik PKRS ..................... . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . .. 59
D. Pengembangan sarana PKRS . . . . .. . . . . . . .. . . . . 60
E . Pelaksanaan PKRS ............... ....... ........ ... 61
F . Pembinaan dan evaluasi ......... ... .... ...... ... 66
BAB VIII INDIKATOR
A.   Indikator
B. Indikator
C . Indikator
D. lndikator

KEBERHASILAN .. ....... ..... .......
Masukan ............. ..... .. .......... ...
Proses ........................... ..........
Keluaran ............... ........ ..........
Dampak ........ ... .......................

68
68
69
69
69

BAB IX PENUTUP ................... .... ........ .. ..................... 71

vi 

pet""jwk Tekuis Promo iKe ehau.. R"ma[,

ウ。ォゥエ セ@

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 004/MENKES/SK/II/2012
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a . bahwa rumah sakit sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 ten tang Rumah
Sakit;
b. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1426jMenkesjSKjXIIj2006
tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit perlu
disesuaikan dengan peru bahan
peraturan perundang-undangan bidang
vii

A'_+_'­-__ー・エセyャェォ@

Tek11i.\ PrmHosi KeiiebcrtcrM Rvmud; scr{Zit

kesehatan  khususnya  Undang­Undang  Nomor  36  Tahun 
2009  tentang  Kesehatan  dan  UndangUndang  Nomor 44 Tahun  2009  tentang 
Rumah Sakit; 
c.   bahwa  berdasarkan  pertimbangan 
sebagaimana  dimaksud  pada  huruf  a, 
dan  huruf  b,  perlu  menetapkan 
Peraturan  Menteri  Kesehatan  tentang 
Petunjuk  Teknis  Promosi  Kesehatan 
Rumah Sakit; 
Mengingat 

1.   Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004 
tentang  Pemerintahan  Daerah 
(Lembaran  Negara  Republik  Indonesia 
Tahun  2004  Nomor  125,  Tambahan 
Lembaran  Negara  Republik  Indonesia 
Nomor 4437)  sebagaimana telah diubah 
terakhir dengan Undang­Undang Nomor 
12  Tahun  2008  tentang  Perubahan 
Kedua  Atas  Undang­Undang  Nomor  32 
Tahun  2004  tentang  Pemerintahan 
Daerah  (Lembaran  Negara  Republik 
Indonesia  Tahun  2008  Nomor  59, 
Tambahan  Lembaran  Negara  Republik 
Indonesia Nomor 4844); 
2.   Undang­Undang Nomor  33 Tahun  2004 
tentang  Perimbangan  Keuangan  Antara 
Pemerintah  Pusat  dan  Pemerintah 
Daerah  (Lembaran  Negara  Republik 
Indonesia  Tahun  2004  Nomor  126, 
Tambahan  Lembaran  Negara  Republik 
Indonesia Nomor 4438) ; 

viii

petWJ1juk Teknis  Promo,i K,esebaum Rumah

ウ。ォゥエセ@

3 .   Undang­Undang Nomor  36 Tahun 2009 
tentang  Kesehatan  (Lembaran  Negara 
Republik  Indonesia Tahun  2009  Nomor 
144,  Tambahan  Lembaran  Negara 
Republik Indonesia Nomor 5063); 
4.   Undang­Undang Nomor 44 Tahun 2009 
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara 
Republik  Indonesia Tahun  2009  Nomor 
153,  Tambahan  Lembaran  Negara 
Republik Indonesia Nomor 5072); 
5.   Peraturan  Pemerintah  Nomor 32 Tahun 
1996  ten tang  Tenaga  Kesehatan 
Undang­Undang Nomor 44 Tahun 2009 
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara 
Republik  Indonesia Tahun  1996  Nomor 
49 ,  Tambahan  Lembaran  Negara 
Republik Indonesia Nomor 3637); 
6.   Keputusan  Menteri  Kesehatan  Nomor 
1193jMenkesjSKjXj2004 tentang 
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan; 
7.   Keputusan  Menteri  Kesehatan  Nomor 
1114 j Menkesj SKj Xj 2004  ten tang 
Pedoman  Pelaksanaan  Promosi 
Kesehatan di Daerah; 
8.   Peraturan  Menteri  Kesehatan  Nomor 
1144jMenkesjPerjVIllj2010 tentang 
Organisasi  den  Tata  Kerja  Kementerian 
Kesehatan  (Berita  Negara  Republik 
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585); 
ix 

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:   PERATURAN

MENTERI KESEHATAN
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROMOSI
KESEHATAN RUMAH SAKIT.

Pasal  1 
Pengaturan  Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan bertujuan 
untuk  m e mberikan  panduan  yang  rinci  mengenai 
pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit. 
Pasa12 
Petunjuk  Teknis  Promosi  Kesehatan  Rumah  Sakit 
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan 
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 
Pasal3 
Menteri  Kesehatan,  kepala dinas  kesehatan  provinsi,  dan 
kepala  dinas  kesehatan  kabupaten/kota  melakukan 
pembinaan  dan  pengawasan  terhadap  pelaksanaan 
peraturan  ini  dengan  melibatkan  organisasi  profesi  dan 
masyarakat. 
Pasal4 
Dengan  ditetapkannya  Peraturan  Menteri  Kesehatan  ini 
maka  Keputusan  Menteri  Kesehatan  Nomor 
1426/Menkes/SK/XII/2006  tentang  Petunjuk  Teknis 
Promosi  Ke sehatan Rumah Sakit dinyatakan dicabut dan 
tidak berlaku . 



petu"juk Teiznis Promosi  Kesebatal1 Rumah

s。ォゥエ セ@

Pasa15 
Peraturan  Menteri  ini  mulai  berlaku  pada  tanggal 
diundangkan. 
Agar  setup  orang  mengetahuinya,  memerintahkan 
pengundangan  Peraturan  Menteri  ini  dengan 
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia . 

Ditetapkan di Jakarta 
pada tanggal 9  Februari  2012 

HAYU  SEDYANINGSIH  
Diundangkan di Jakarta 
pada tanggal  27  Februari  2012 
MENTERI  HUKUM  DAN  HAK  ASASI  MANUSIA , 

AMIR  SYAMSUDIN 
BERITA  NEGARA  REPUBLIK INDONESIA TAHUN  2012 
NOMOR 236 

xi

xii  

"jwk Teknis Promosi  Kesehatan Rumah

PeW 

ウ。ォゥエ セ@

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 004/MENKES/SKlII/2012
TAN GGAL 9 FEBRUARI2012

PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)

xiii 

pewl1jHk Tekr,i Promo i k・ウィcャエセL@

xiv

RHHlah 'a{zit 

petunjrdz 

t・セョゥウ@

Promo,i  KesebalLl" Ramob

sッォゥエ セ@

BABI
_ _ _ _ _ __ _.... PENDAHULUAN
Undang­Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia 
Tahun 1945 dalam Pasal28H ayat (1)  menyebutkan bahwa 
setiap  orang  berhak  hidup  sejahtera  lahir  dan  batin, 
bertempat  tinggal  dan  mendapatkan  lingkungan  hidup 
yang baik,  sejahtera, dan sehat, serta berhak memperoleh 
pelayanan kesehatan. 
Undang­Undang  Nomor  36  Tahun  2009  tentang 
Kesehatan  dalam  Pasal  3  menyatakan  bahwa 
Pembangunan  kesehatan  bertujuan untuk meningkatkan 
kesadaran,  kemauan,  dan  kemampuan  hidup  sehat  bagi 
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat 
yang  setinggi­tingginya,  sebagai  investasi  bagi 
pembangunan  sumber  daya  manusia  yang  produktif 
secara  sosial  dan  ekonomis .  Selanjutnya  dalam  Pasal  46 
dinyatakan  bahwa untuk mewujudkan  derajat  kesehatan 
yang setinggi­tingginya bagi  masyarakat,  diselenggarakan 
upaya  kesehatan  yang  terpadu  dan  menyeluruh  dalam 
bentuk  upaya  kesehatan  perseorangan  dan  upaya 
kesehatan masyarakat.  Upaya kesehatan diselenggarakan 
dalam  bentuk  kegiatan  dengan  pendekatan  promotif, 
preventif,  kuratif,  dan  rehabilitatif  yang  dilaksanakan 
secara  terpadu,  menyeluruh,  dan  berkesinambungan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009,
merupakan penyesuaian dari SKN 2004, yang ditetapkan
dengan Kep u tusan Menteri Kesehatan Nomor
374/Menkes/SK/V/2009, dinyatakan bahwa salah satu
subsitem dari SKN adalah subsistem Upaya Kesehatan.
Upaya kesehatan merupakan salah satu unsur dalam
subsistem Upaya Kesehatan. Sedangkan pelayanan

1  

W
L­+­­­­L__ petul1ju!z 

t・ォャQゥ Nセ@

Promo i Kesebatal1  RHma& Sakit

kesehatan  yang  dimaksud  adalah  Pelayanan  Kesehatan 
meliputi  peningkatan  pencegahan,  pengobatan  dan 
pemulihan,  baik  pelayanan  kesehatan  konvensional 
maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan 
tradisional  dan  komplementer  melalui  pendidikan  dan 
pelatihan  dengan  selalu  mengutamakan  keamanan  dan 
efektifitas yang tinggi. 
Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya 
yang  memp unyai  daya  ungkit  tinggi  dalam  pencapaian 
sasaran  pembangunan  kesehatan  utamanya  penduduk 
rentan,  an tara  lain  ibu,  bayi,  anak,  manusia  usia  lanjut, 
dan keluarga miskin. 
Undang­Undang  Nomor  44  Tahun  2009  tentang 
Rumah  Sakit  dalam  Pasal  1  menyebutkan  pengertian 
Rumah  S akit  yaitu  institusi  pelayanan  kesehatan  yang 
menyelenggarakan  pelayanan  kesehatan  perorangan 
secara paripurna yang enyediakan  pelayanan rawat inap, 
rawat  jalan ,  dan  gawat  darurat.  Selanjutnya  dikatakan 
bahwa Pelayanan  Kesehatan  Paripurna adalah  pelayanan 
kesehatan  yang  meliputi  promotif,  preventif,  kuratif,  dan 
rehabili tatif. 
Mengacu  kepada  peraturan  perundang­undangan 
tersebut di a tas, kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap 
rumah  sakit  harus  dilaksanakan  upaya  peningkatan 
kesehatan,  salah  satunya  melalui  kegiatan  promosi 
kesehatan 
Dalam  rangka  memberikan  panduan  yang  lebih 
terinci  tentang  bagaimana  seyogianya  promosi  kesehatan 
oleh  rumah  sakit  dilaksanakan,  maka  disusunlah  buku 
"Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)" 
ini sebagai p enjabaran dari Keputusan Menteri  Kesehatan 
Nomor  1114jMenkesjSKj  VIIIj  2005  tentang  Pedoman 
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. 



petj,111juk Tekl1is Promosi Kesehatal1  Rumah sakit_ _W+­­­I 
..I....­
Petunjuk  teknis  ini  terdiri  dari  sembilan  (9)  bab 
dengan sistematika sebagai berikut: 
Bab 1:  Pendahuluan 
Menjelaskan  ten tang  landasan  hukum  dan  pentingnya 
disusun  Petunjuk Teknis  serta sistematika dari  Petunjuk 
Teknis. 
Bab II : Pengertian Rumah Sakit 
Menguraikan secara umum tentang hakikat Rumah Sakit, 
perkembangan  Rumah  Sakit  di  Indonesia,  jenis­jenis 
Rumah  Saki t ,  dan  fungsi­fungsi  yang  harus 
diselenggarakan  Rumah  Sakit.  Dalam bab ini juga sedikit 
diuraikan  tenta ng  reformasi  perumahsakitan ,  untuk 
sampai  kepada tuntutan ten tang perlunya dikembangkan 
Rumah  Sakit  yang  mempromosikan  Kesehatan  (health
promoting hospita0.
Bab III:  Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit 
Membahas  secara  garis  besar  pengertian  Promosi 
Kesehatan,  persamaan  dan  perbedaannya  dengan 
Pemasaran  Ru m ah  Sakit  dan  Kehumasan  Rumah  Sakit, 
serta  uraian  ten tang  peluang  dan  strategi  dasar  Promosi 
Kesehatan di Rumah Sakit. Dalam bab ini diuraikan secara 
umum  kegiatan  pemberdayaan,  baik  bagi  pasien  (orang 
sakit)  rawat  jala n  dan  rawat  inap  maupun  klien  (orang 
sehat) ..  Dukungan bagi pemberdayaan, yaitu bina suasana 
dan advokasijuga disinggung di sini, demikianjuga hal­hal 
yang  memperku at pelaksanaan  strategi,  yaitu  kemitraan, 
metode dan media serta sumber daya. 
Bab  IV :  Pelaks anaan  Promosi  Kesehatan  Bagi  Pasien 
Rumah Sakit 
Menyajikan  secara  terinci  ten tang  bagaimana  cara 
menerapkan  str ategi  pemberdayaan,  bina  suasana  dan 
advokasi dalam  rangka PKRS  bagi  pasien rawat jalan dan 



rawat inap . Dalam bab ini diuraikan tentang berbagai cara 
pemberdayaan yang efektif seperti konseling,  biblioterapi, 
dan  lain­lain,  berbagai  cara  bina  suasana  yang  efektif 
melalui pendekatan individu, kelompok, dan massal, serta 
siapa  yang  harus  diadvokasi  dan  bagaimana 
melaksanakannya. 
Bab V:  Pelaksanaan Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat 
Menjelaska n  secara  terinci  ten tang  bagaimana  cara 
menerapkan  strategi  pemberdayaan,  bina  suasana  dan 
advokasi dalam rangka PKRS bagi klien yang berupa orang 
orang sehat . 
Bab  VI:  Pelaksanaan  Promosi  Kesehatan  Di  Luar  Gedung 
RS 
Membahas  tentang  bagaimana  memanfaatkan  peluang 
promosi kesehatan di luar gedung, seperti di tempat parkir, 
di taman RS, dan lain­lain. 
Bab VII : Langkah­langkah Pengembangan PKRS 
Menguraikan  tentang  langkah­langkah  yang  sebaiknya 
ditempuh oleh sebuah RS  dalam rangka mengembangkan 
PKRSnya. 
Bab VIII:  Indikator Keberhasilan 
Menjelaskan  tentang  hal­hal  apa  yang  sebaiknya 
digunakan  sebagai  penunjuk dalam  menilai  keberhasilan 
pelaksanaan PKRS,  baik PKRS  untuk pasien  (orang sakit) 
maupun PKRS untuk klien (orang sehat). 
Bab IX: Pen utup 
Menyimpulkan  pokok­pokok  yang  penting  diingat  dan 
diperhatikan dalam pengembangan PKRS. 

4  

pet""juk Teknib Promo i Kesehattln  RUJ11a& 

ウ。ォゥエセ@

BAB II
-----e. PENGERTIAN RUMAH SAKIT
A. PERUMAHSAKITAN DI INDONESIA

Rumah  sakit  dalam  bahasa  Inggris  disebut 
hospital. Kata  hospital berasal dari  kata dalam  bahasa 
Latin  hospitalis yang  berarti  tamu.  Secara  lebih  luas 
kata  itu  bermakna  menjamu  para  tamu .  Memang 
menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah 
suatu  lembaga  yang  bersifat  kedermawanan 
(charitable ), untuk  merawat  pengungsi  atau 
memberikan pendidikan bagi orang­orang yang kurang 
beruntung atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para 
pemuda. 
Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan 
munculnya  rumah  sakit­rumah  sakit  milik  misi 
keagama a n  yang  pelayanannya  bersifat 
kedermawanan .  Selanjutnya  muncul  rumah  sakitrumah sakit milik perusahaan yang dibangun khusus
untuk mela yani karyawan perusahaan (misalnya
perkebunan, pertambangan , dan lain-lain). Setelah itu
lalu muncul rumah sakit-rumah sakit yang berasal dari
praktik pribadi dokter, atau kadang-kadang juga
praktik pribadi bidan, yang mula-mula berkembang
menjadi klinik . Beberapa dasawarsa terakhir,
muncullah rumah sakit-rumah sakit yang dibangun
sepenuhnya oleh pemilik modal yang bukan dokter.
Setel a h kemerdekaan , perumahsakitan di
Indonesia berkembang pesat, sehingga muncul
berbagai macam rumah sakit, baik milik swasta

5

A"ab

ウ。ォゥエセ@

BAB III
PROMOSI KESEHATAN OLEH
- - - - - - - - - e . RUMAH SAKIT
A. PROMOSIKESEHATAN
Sebagaimana  tercantum  dalam  Keputusan 
Menteri Kesehatan Nomor 1114jMenkesjSKjVIIIj2005 
tentang  Pedoman  Pelaksanaan  Promosi  Kesehatan  di 
Daerah,  promosi  kesehatan  adalah  upaya  untuk 
meningkatkan  kemampuan  masyarakat  melalui 
pembelajaran  dari,  oleh,  untuk,  dan  bersama 
masyarakat,  agar mereka dapat menolong diri  sendiri, 
serta mengembangkan  kegiatan  yang  bersumber daya 
masyarakat,  sesuai  sosial  budaya  setempat  dan 
didukung  kebijakan  publik  yang  berwawasan 
kesehatan. 
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu 
menghadapi  masalah­masalah  kesehatan  potensial 
(yang  mengancam)  dengan  cara  mencegahnya,  dan 
mengatasi  masalah­masalah  kesehatan  yang  sudah 
terjadi  dengan  cara menanganinya secara efektif serta 
efisien.  Dengan  kata  lain,  masyarakat  mampu 
berperilaku  hidup  bersih  dan  sehat  dalam  rangka 
memecahkan  masalah­masalah  kesehatan  yang 
dihadapinya  (problem solving), baik  masalah­masalah 
kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial 
(mengancam ),  secara  mandiri  (dalam  batas­batas 
tertentu). 
Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka 
dapat  dibua t  rumusan  sebagai  berikut:  Promosi 

11 

Kesehatan  oleh  Rumah  Sakit  (PKRS)  adalah  upaya 
rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, 
klien, dan kelompok­kelompok masyarakat, agar pasien 
dapat  mandiri  dalam  mempercepat  kesembuhan  dan 
rehabi li tasinya,  klien  dan  kelompok­kelompok 
masyarakat  dapat  mandiri  dalam  meningkatkan 
kesehatan,  mencegah  masalah­masalah  kesehatan, 
dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya 
masyarakat,  melalui  pembelajaran  dari,  oleh,  untuk, 
dan  bersama  mereka,  sesuai  sosial  budaya  mereka, 
serta  didukung  kebijakan  publik  yang  berwawasan 
kesehatan. 
Mencermati  rumusan  tersebut  diatas,  tampak 
bahwa  PKRS  memang  memiliki  persamaan  dan 
sekaligus  perbedaan  dengan  kegiatan  pemasaran 
(marketing)  rumah  sakit  dan  kegiatan  kehumasan 
(public relation) rumah  sakit.  Persamaannya  terutama 
terletak  pad a  sasaran  (target group), sedang 
perbedaannya adalah sebagai berikut: 
PKRS 

Pemasaran RS 

•  Pasien dan klien  •  Tersedianya 
pelayanan 
RS  serta 
masyarakat tahu, 
kesehatan yang 
layak "jual", 
mau dan marnpu 
ber­ PHBS untuk 
dengan harga 
yang dapat 
menangani 
masalah­masalah  dijangkau 
masyarakat. 
kesehatan. 
• 
Tumbuhnya 
•  Lingkungan RS 
permintaan 
arnan,  nyarnan, 
bersih dan sehat, 
(demand) akan 
pelayanan yang 
kondusif untuk 
"dijual". 
PHBS. 

12

Humas  RS 
•  Tersebarnya 
informasi selukbeluk RS.
• Dapat
diketahuinya
isu/umpan balik
dari masyarakat.
• Dapat
disampaikannya
respon terhadap
isu-isu tentang
RS.

Oleh  karena  itu,  tidak jarang rumah  sakit yang 
menggabung  ketiga  kegiatan  tersebut  dalam  satu 
wadah organisasi , walaupun banyak pula yang memilih 
untuk memisahkannya. 

B. PELUANGPROMOSIKESEHATAN
8anyak  sekali  tersedia  peluang  untuk 
melaksanakan  promosi  kesehatan  di  rumah  sakit. 
Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai 
berikut. 
a.   Oi dalam gedung 
Oi dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan 
semng  dengan  pelayanan  yang  diselenggarakan 
rumah  sakit.  Oleh  karena  itu  dapat  dikatakan 
bahwa  di  dalam  gedung,  terdapat  peluangpeluang : 
1.   PKRS  di  ruang  Pendaftaran/Administrasi, 
yaitu  di  ruang  di  mana  pasien/klien  harus 
melapor /  mendaftar  sebelum  mendapatkan 
pela yanan rumah sakit. 
2.   PKRS  dalam  pelayanan  Rawat  Jalan  bagi 
Pasien,  yaitu  di  poliklinik­poliklinik  seperti' 
poliklinik  kebidanan  dan  kandungan, 
poliklinik  anak,  poliklinik  mata,  poliklinik 
bedah,  poliklinik  penyakit  dalam,  poliklinik 
THT , dan lain­lain. 
3.   PKRS  dalam  pelayanan  Rawat  inap  bagi 
Pasien,  yaitu  di  ruang­ruang  Rawat  Oarurat, 
Rawat Intensif, dan Rawat Inap. 

13

AL­
_+­­I­_  _ 

pctul1juk Tekl1 is Promosi Kesebatal1 RUI1'Iab sakit 

4.   PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi 
Pasien ,  yai tu  teru tama  di  Pelayanan 
Obatj Apotik,  Pelayanan  Laboratorium,  dan 
Pelayanan  Rehabilitasi  Medik,  bahkan  juga 
Kamar Mayat. 

5.   PKRS  dalam  pelayanan  bagi  Klien  (Orang 
Sehat),  yaitu  seperti  di  Pelayanan  KB, 
Konseling  Gizi,  Bimbingan  Senam , 
Pemeriksaan  Kesehatan  (check up) , Konseling 
Kesehatan Jiwa, Konseling Kesehatan Remaja, 
dan lain­lain. 
6 .   PKRS  di  ruang Pembayaran Rawat  Inap , yaitu 
di  ruang  di  mana  pasien  rawat  inap  harus 
menyelesaikan  pembayaran  biaya rawat inap, 
sebelum meninggalkan rumah sakit. 
b .   Di luar gedung 
Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat 
dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS , yaitu: 
1.   PKRS  di  Tempat  Parkir,  yaitu  pemanfaatan 
ruang  yang  ada  di  lapanganj gedung  parkir 
sejak  dari  bangunan  gardu  parkir  sampai  ke 
sudut­sudut lapangan gedung parkir. 
2 .   PKRS di Taman rumah sakit , yaitu baik tamantaman  yang  ada  di  depan,  sampingj  sekitar 
maupun  di  dalamjhalaman  dalam  rumah 
s akit. 
3.   PKRS di dinding luar rumah sakit. 
14

petl1l1jwk Tei(lIis Promosi KesehalilM Ru,"ai) 

ウ。ォゥャセ@

4.   PKRS  di  tempat­tempat  umum  di  lingkungan 
rumah  sakit  misalnya  tempat  ibadah  yang 
tersedia di  rumah  sakit  (misalnya  masjid  atau 
musholla) dan di kantinjtoko­tokojkios­kios. 
5.   PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit. 

c. STRATEGIPROMOSIKESEHATAN
Sebagaimana  disebutkan  dalam  Keputusan 
Menteri  Kesehatan  Nomor  1193jMenkesjSKjXj2004
tentang  Kebijakan  Nasional  Promosi  Kesehatan  dan 
Keputusan  Menteri  Kesehatan  Nomor  1114jMenkesj 
SKjVIIIj2005  tentang  Pedoman  Pelaksanaan  Promosi 
Kesehatan  di  Daerah,  strategi  dasar  utama  Promosi 
Kesehatan adalah: 
(1)  Pemberdayaan, yang didukung oleh 
(2)  Bina Suasana 
(3) Advokasi serta dijiwai semangat 
(4)  Kemitraan 
1.   Pemberdayaan 
Pe mberdayaan  adalah  ujung  tombak  dari 
upaya  Promosi  Kesehatan  di  rumah  sakit.  Pada 
hakikatnya  pemberdayaan  adalah  upaya 
memba n tu  atau  memfasilitasi  pasienjklien, 
sehingga  memiliki  pengetahuan,  kemauan,  dan 
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi 
masalah  kesehatan yang dihadapinya.  Karena itu, 
pemberdayaan  hanya  dapat  dilakukan  tcrhadap 
pasien j k lien. 

15

AL­_
+­­­,­_ _ petlA.l1jlA.k Tekl'lls  Promo. i l\e. ebatal1  RlA.mab Sakit 
Dalam  pelaksanaannya,  upaya  ini 
umumnya  berbentuk  pelayanan  konseling 
terhadap: 
a.   Bagi  klien  rawat  jalan  dapat  dilakukan 
konseling,  baik untuk mereka yang menderita 
suatu  penyakit  (misalnya  konseling  penyakit 
dalam)  maupun  untuk  mereka  yang  sehat 
(misalnya  konseling  gizi,  konseling  KB).  Bagi 
klien yang sehat dapat pula dibuka kelompokkelompok diskusi, kelompok­kelompok senam, 
kelompok­kelompok  paduan  suara,  dan  lainlain . 
b.   Bagi  pasien  rawat  inap  dapat  dilakukan 
beberapa kegiatan, seperti: 
konseling  di  tempat  tidur  (disebut  juga 

bedside health promotion)
•   konseling  kelompok  (untuk  penderita yang 
dapat meninggalkan tempat tidur) 



biblioterapi

(menyediakan  atau 
membacakan  bahan­bahan  bacaan  bagi 
pasien). 

Dengan  pemberdayaan  diharapkan  pasien 
berubah  dari  tidak  tahu  menjadi  tahu,  dari  tahu 
menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu untuk 
m elaksanakan perilaku­perilaku yang dikehendaki 
gu n a  mengatasi masalah kesehatannya. 
Tantangan  pertama  dalam  pemberdayaan 
adalah  pada  saat  awal,  yaitu  pada  saat 
meyakinkan  seseorang  bahwa  suatu  masalah 

16

kesehatan  (yang  sudah  dihadapi  atau  yang 
potensial)  adalah  masalah  bagi  yang 
bersangkutan.  Sebelum  orang  tersebut  yakin 
bahwa  m asalah  kesehatan  itu  memang  benarbenar  m asalah  bagi  dirinya,  maka  ia  tidak  akan 
peduli dengan upaya apa pun untuk menolongnya. 
Tantangan  berikutnya  datang  pada  saat 
proses  sudah  sampai  kepada  mengubah  pasien 
dari  mau  menjadi  mampu.  Ada  orang­orang yang 
walaupun  sudah  mau  tetapi  tidak  mampu 
melakukan  karen a  terkendala  oleh  sumber  daya 
(umumn ya  orang­orang  miskin).  Tetapi  ada  juga 
orang­orang yang sudah mau  tetapi tidak  mampu 
melaksanakan  karen a  malas.  Orang  yang 
terkendala  oleh  sumber  daya  tentu  harus 
difasilita si  dengan  diberi  bantuan  sumber  daya 
yang  dibutuhkan.  Sedangkan  orang  yang  malas 
dapat  d icoba  rangsang  dengan  "hadiah"  (reward)
atau harus "dipaksa" menggunakan peraturan dan 
sanksi (punishment).
Beberapa  prinsip  konseling  yang  perlu 
diperhati kan  dan  dipraktikkan  oleh  petugas 
rumah  sakit  selama  pelaksanaan  konseling 
adalah : 
a .   Memberikan  kabar  gembira  dan  kegairahan 
hidu p. 
Pada  saat  memulai  konseling,  sebaiknya 
petu gas  rumah  sakit  sebagai  konselor  tidak 
langsung  mengungkap  masalah,  kelemahan, 
atau  kekeliruan  pasien.  Konseling  harus 
diaw ali  dengan  situasi  yang  menggem17

W
L­­+­­­­'­__ petuJ1juk Tekni  Pyomosi Kesebatan Rumab Sakit 
birakan, karena situasi yang demikianlah yang 
akan  membuat pasien menjadi tertarik untuk 
terlibat  dalam  perbincangan .  Pada  saat 
perbicangan  telah  menjadi  hangat,  maka 
pancinglah  pasien  untuk  mengungkapkan 
sendiri  masalah,  kelemahan  atau 
kekeliruannya. 
b.   Menghargai pasien tanpa syarat . 
Menghargai pasien adalah syarat utama untuk 
terjadinya  hubungan  konseling yang  gembira 
dan  terbuka.  Cara  menghargai  ini  dilakukan 
dengan  memberikan  ucapan­ucapan  dan 
bahasa  tubuh  yang  menghargai,  tidak 
mencemooh atau meremehkan. 
c.   Melihat  pasien  sebagai  subyek  dan  sesama 
hamba Tuhan. 
Pasien  adalah  juga  manusia,  sesama  hamba 
Tuhan  sebagaimana  sang  konselor.  Oleh 
karena  itu,  konselor  tidak  boleh  memandang 
dan  memperlakukan  pasien  secara  semenamena.  Konselor  harus  mengendalikan 
kecenderungan  keinginannya  untuk 
menasihati.  Upayakan  agar  pasien  berbicara 
sebanyak­banyaknya  tentang  dirinya. 
Sementara  itu,  dengan  sedikit  pancinganpancingan,  pembicaraan  diarahkan  kepada 
pemecahan  masalah  yang  dihadapi.  Dengan 
demikian,  maka  seolah­olah  "resep" 
pemecahan masalah itu datang dari diri pasien 
itu  sendiri.  Yang  demikian  itu  akan 
menjadikan  komitmen  kuat  dari  pasien 

18

petul1juk TekJ1is  ProwlOsi  Ke  ehlltClI1  Ruma{? sakit _  _  W+
..I.....­­­'
untuk  melaksanakan  pemecahan  masalah 
tersebut. 
d.   Mengembangkan  dialog  yang  menyentuh 
pera saan. 
Dalam  hubungan  konseling  yang  baik, 
konselor  selalu  berusaha  untuk 
me n gemukakan  kata­kata  dan  butir­butir 
dialog  yang  menyentuh  perasaan  pasien, 
sehingga  memunculkan  rasa  syukur  telah 
dipertemukan  Tuhan  dengan  seorang 
peno long.  Banyak  konselor  menggunakan 
pend ekatan  agama  untuk  membuat  pasien 
tersentuh hatinya. 
e.   Me m berikan keteladanan. 
Keteladanan sikap dan perilaku konselor dapat 
me n yentuh  perasaan  pasien,  sehingga  pada 
gilirannya  ia  ingin  menyontoh  pribadi 
konselornya.  Keteladanan  memang 
merupakan  sugesti  yang  cukup  kuat  bagi 
pas ien untuk berubah ke arah positif. Motivasi 
untuk  berubah  itu  disebabkan  oleh 
kepri badian,  wa wasan,  keterampilan, 
kesa lehan,  dan  kebajikan  konselor  terhadap 
pas ien.  Seolah­olah  kepribadian  teladan  ini 
merupakan  pesan  keilahian  yang  memancar 
dari dalam diri sang konselor. 

2.   Bina Suasana 
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila 
diduk u n g  dengan  kegiatan  menciptakan 

19

suasana  atau  lingkungan  yang  kondusif.  Tentu 
saj a  lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan 
yang diperhitungkan memiliki pengaruh  terhadap 
pasien  yang  sedang  diberdayakan .  Kegiatan 
menciptakan  suasana  atau  lingkungan  yang 
kondusifini disebut bin a  suasana. 
a.  Bagi pasien rawatjalan (orang yang sakit) 
Lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga 
atau  orang  yang  mengantarkannya  ke  rumah 
sakit.  Sedangkan  bagi  klien  rawat jalan  (orang 
yang  sehat),  lingkungan  yang  berpengaruh 
terutama adalah para petugas rumah sakityang 
melayaninya.  Mereka  ini  diharapkan  untuk 
membantu  memberikan  penyuluhan  kepada 
pasien  dan juga  menjadi  teladan  dalam  sikap 
dan  tingkah  laku.  Misalnya  teladan  tidak 
merokok,  tidak  meludah  atau.  membuang 
sampah sembarangan, dan lain sebagainya. 
b.  Pengantar pasien (orang sakit) 
Pengantar  pasien  tentu  tidak  mungkin 
dipisahkan  dari  pasien  untuk  misalnya 
dikumpulkan  dalam  satu  ruangan  dan 
diceramahi. Oleh karen a  itu,  metode yang tepat 
di  sini  adalah  penggunaan  media,  seperti 
misalnya  pembagian  selebaran  (leaflet) ,
pembaangan  poster,  atau  penayangan  video 
berkaitan dengan penyakit dari pasien. 
c.  Klien yang sehat 
yang  berkunjung  ke  klinik­klinik  konseling 
atau  ke  kelompok  senam,  petugas­petugas 

20

p・エセャQェ セャォ@

Tekf'lis  Prol'l1osi Ke.sebatal1 

rセャGiQ。「@

sakit_ _ W.J.-+---'

rumah sakit yang melayani mereka sangat kuat 
penga ruhnya  sebagai  panutan.  Maka,  di 
tempa t­tempat  ini  pengetahuan,  sikap,  dan 
perilaku  petugas  rumah  sakit  yang  melayani 
harus benar­benar konsisten dengan pelayanan 
yang  diberikannya.  Misalnya:  tidak  merokok, 
tidak  meludah  atau  membuang  sampah 
sembarangan, dan lain sebagainya. 
d.  Bagi p asien rawat inap 
lingkungan yang berpengaruh terutama adalah 
para penjenguk pasien (pembesuk).  Pembagian 
selebaran dan  pemasangan poster yang  sesuai 
denga n  penyakit  pasien  yang  akan  mereka 
jengu k  dapat  dilakukan.  Selain  itu,  beberapa 
rumah  sakit  melaksanakan  penyuluhan 
kelom pok  kepada  para  pembesuk  ini,  yaitu 
dengan  mengumpulkan  mereka  yang 
menj enguk  pasien  yang  sarna  penyakitnya 
dal am  satu  ruangan  untuk  mendapat 
penj elasan  dan  berdiskusi  dengan  dokter  ahli 
dan  perawat  yang  menangani  penderita. 
Misal nya,  tiga  puluh menit sebelum jam bezuk 
para penjenguk pasien penyakit dalam diminta 
untuk  berkumpul  dalam  satu  ruangan. 
Kemudian  datang  dokter  ahli  penyakit  dalam 
atau  perawat  mahir  yang  mengajak  para 
penjenguk  ini  berdiskusi  ten tang  penyakitpenya kit yang diderita oleh pasien yang akan
dijenguknya,. Pada akhir diskusi, dokter ahli
penya kit dalam atau Perawat mahir tadi
berpesan agar hal-hal yang telah di diskusikan
disam paikan juga kepada pasien yang akan
dijenguk.

21

AL­_+­­­,­__ petuHjuk Tekl1is  Promosi

k・ウィエャセQ@

RUl'l1tlh  Sakit

e.   Ruang  di  luar  gedung  rumah  sakit juga dapat 
dimanfaatkan untuk melakukan  bina suasana 
kepada para pengantar pasien, para penjenguk 
pasien,  teman/pengantar  klien,  dan 
pengunjung rumah sakit lainnya. 
3 .   Advokasi 
Advokasi  perlu  dilakukan,  bila dalam  upaya 
memberdayakan  pasien  dan  klien ,  rumah  sakit 
membutuhkan  dukungan  dari  pihak­pihak  lain. 
Misalnya  dalam  rangka  mengupayakan 
lingkungan RS yang tanpa asap rokok, rumah sakit 
perlu  melakukan  advokasi  kepada  wakil­wakil 
rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya 
peraturan  tentang  Kawasan  Tanpa  Rokok  (KTR) 
yan g  mencakup  di  rumah  sakit.  Advokasi 
merupakan proses yang tidak sederhana.  Sasaran 
advokasi  hendaknya  diarahkan/ dipandu  untuk 
menempuh tahapan­tahapan sebagai berikut: 
(1)   memahami/menyadari  persoalan  yang 
diajukan 
(2)   tertarik untuk ikut berperan dalam  persoalan 
yang diajukan 
(3)   mempertimbangkan  sejumlah  pilihan 
kemungkinan dalam berperan 
(4)   menyepakati satu pili han kemungkinan dalam 
berperan 
(5)   menyampaikan langkah tindak lanjut 
Jika  kelima  tahapan  tersebut  dapat 
dicapai  selama  waktu  yang  disediakan  untuk 

22  

peL""juk Telmis ProMiosi  Resellatan RHmab

s。ォゥ エセ@

advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut 
berhasil.  Langkah  tindak  lanjut  yang  tercetus  di 
ujung  perbincangan  (misalnya  dengan  membuat 
disposisi  pada  usulanj  proposal  yang  diajukan) 
menunjukkan  adanya  komitmen  untuk 
memberikan dUkungan . 
Kata­kata  kunci  dalam  penyiapan  bahan 
advokasi  adalah  "Tepat,  Lengkap,  Akurat,  dan 
Menarik". Artinya bahan advokasi harus dibuat: 
a .   Sesuai  dengan  sasaran  (latar  belakang 
pen d idikannya,  jabatannya,  budayanya, 
kesukaannya, dan lain­lain). 
b.   Sesuai  dengan  lama  waktu  yang  disediakan 
untuk advokasi. 
c.   Mencakup  unsur­unsur  pokok,  yaitu  Apa, 
Mengapa,  Dimana,  Bilamana,  Siapa 
Melakukan, dan Bagaimana lakukannya (5W  + 
IH). 
d.   Memuat  masalah  dan  pilihan­pilihan 
kemungkinan untuk memecahkan masalah. 
e.   Memuat  peran  yang diharapkan  dari  sasaran 
advokasi. 
f.  

Memuat  data  pendukung,  bila  mungkin  juga 
bagan, gambar, dan lain­lain. 

g.   Dalam  kemasan  yang  menarik  (tidak 
menjemukan),  ringkas,  tetapi  jelas,  sehingga 
perbincangan tidak bertele­tele. 

23 

W
L­+­­­­1._ _ petvll1jwk Tekl1is Prol11osi  Kesebatal1  RVimah Sakit 
4.  Kemitraan 
Baik dalam  pemberdayaan,  maupun dalam 
bina  suasana  dan  advokasi,  prinsip­prinsip 
kemi traan  harus  di tegakkan.  Kemi traan 
dik embangkan antara petugas rumah sakit dengan 
sasarannya (para pasienjkliennya atau pihak lain) 
d a lam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, 
d a n  advokasi.  Di  samping  itu,  kemitraan  juga 
dik embangkan  karena  kesadaran  bahwa  untuk 
m e ningkatkan  efektivitas  PKRS,  petugas  rumah 
sakit  harus  bekerjasama  dengan  berbagai  pihak 
te r kait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka 
agama,  lembaga  swadaya  masyarakat,  media 
m a ssa, dan lain­lain . 
Tiga  prinsip  dasar  kemitraan  yang  harus 
dip erhatikan adalah: 
(1 ) kesetaraan 
(2 ) keterbukaan 
(3)  saling menguntungkan. 
a.  Kesetaraan 
Kesetaraan  menghendaki  tidak diciptakannya 
hubungan  yang  bersifat  hirarkhis  (atasbawah). Sem ua harus diawali dengan
kesediaan menerima bahwa masing-masing
berada dalam kedudukan yang sederajat.
Keadaan ini dapat dicapai bila semua pihak
bersedia mengembangkan hubungan
kekeluargaan, yaitu yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.

24  

penmjuk Tekl1i 

Prol'l1o  j  Ke5ebatal1  R