Kepmenkes RI Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
petuMjuk TekMis Promosi Kesebaum RU111ah
ウ。ォゥエ セ@
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 004/MENKES/SKlII/2012
PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PUSAT PROMOSI KESEHATAN
TAHUN 2014
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
613
Ind
k
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat
Jenderal
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 004/MENKES/SKJII/2012
Petunjuk teknis promosi kesehatan rumah sakit
(PKRS), Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2013
ISBN 9786022350507
1. Judul
I. HEALTH PROMOTION
II. HOSPITALS III. LEGISLATION AND
JURISPRUDENCE
petHHjHk Tckni Promo i l\esebaum Ru",ah
ウ 。ォZゥエ セ@
KATA PENGANTAR
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426jMenkesjSKjXIIj2006 menjadi acuan bagi rumah
sakit dalam melaksanakan Promosi kesehatan di Rumah
Sakit. Petunjuk Teknis ini melengkapi kebijakan yang
dipayungi oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
1193jMenkesjSKjXj2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1114jMenkesjSKjVIIIj2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
Sesuai dengan Kebijakan Menteri Kesehatan tentang
pentingnya men gedepankan upaya promotif dan preventif
dan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap
pelaya nan kesehatan prima di rumah s a kit, maka buku ini
dicetak ulang kembali untuk yang ke lima kalinya.
Selanjutnya aka n didistribusikan ke seluruh Rumah Sakit
Pemerintah Pusat (vertikal), Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dan ke Rumah Sakit Swasta.
Semoga Allah SWT meridhoi upaya kita, sehingga
buku ini memilik i manfaat yang besar bagi berkembangnya
Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta , April 2011
Kepala Pusat Promosi Kesehatan ,
dr. Lily S . S u lis tyowati , MM
NIP. 195801131988032001
ii
pet""i"k TekMis Promosi Kesehatan R"mob
ウ。ォゥエ セ@
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA
KESEHATAN
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009,
sebagai penyesuaian dari SKN 2004, dinyatakan bahwa
salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem Upaya
Kesehatan. Upaya kesehatan merupakan salah satu unsur
dalam subsistem Upaya Kesehatan. Sedangkan pelayanan
kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan
meliputi penin gkatan pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Hal ini diperkuat dengan Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dimana
disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan s e cara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Selanjutnya d ikatakan bahwa Pelayanan Kesehatan
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preven tif, kuratif, dan rehabilitatif.
Mengacu kepada peraturan perundang-undangan
tersebut di atas , kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap
rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan
kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi
kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit
telah berlangsung sejak 1990 walaupun dengan nama yang
berbeda-beda antara lain Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Ru mah Sakit, Komunikasi Informasi dan
Edukasi, Huma s Rumah Sakit, dan Pemasaran Rumah
Sakit.
Seiring dengan perkembangan Promosi Kesehatan
secara global, k egiatan penyuluhan kesehatan di rumah
sakit di Indonesia berubah menjadi Promosi Kesehatan
iii
A
L_+_'__ petunjuk Te{Zl1is Promosi KeSeVClttll1 RumClb SClkit
Rumah Sak it (PKRS). Berbagai upaya yang telah dilakukan
oleh Kemen terian Kesehatan dalam pengembangan PKRS
yaitu pen yusunan buku Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit, pelatihan tenaga PKRS sejak
tahun 2007, penyusunan Kurikulum dan Modul pelatihan
PKRS dan pengembangan Stan dar PKRS yang diadaptasi
dari WHO.
Sebagai salah satu pelayanan di Rumah Sakit,
kegiatan PKRS diharapkan memiliki salah satu wadah
tersendiri sehingga dapat mengkoordinir kegiatankegiatan yang bersifat promotif dan preventif di Rumah
Sakit.
Selanjutnya saya menyambut gembira terbitnya
"Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)"
ini. Upaya ini sungguh sangat sinergis dengan upayaupaya yang sedang terus dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan guna meningkatkan
kinerja rum ah sakit.
Semoga kehadiran "Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)" benar-benar akan
mendorong rumah sakit untuk lebih berorientasi bukan
hanya kepada pasien tetapi juga kepada keluarga pasien,
petugas, dan masyarakat disekitar Rumah Sakit.
Jakarta,
September 20 11
I
dr. Supriyantoro, Sp.P.) MARS (Mr)
iv
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR .................................................. .
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA
KESEHATAN .............................................................
DAFTAR lSI................................. .. ........... .... .......... ...
iii
v
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI ..................
Vll
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................
1
BAB II
PENGERTIAN RUMAH SAKIT .....................
5
A. PERUMAHSAKITAN 01 INDONESIA.........
B. REFORMASI PERUMAHSAKITAN 01
INDONESIA................... ... ......................
C. PASIEN RUMAH SAKIT ...........................
5
7
9
BAB III PROMOSI KESEHATAN OLEH RUMAH
SAKIT ......... ...... ......... ............................ .. ... 11
A. PROMOSI KESEHATAN .................... .... ...
B. PELUANG PROMOSI KESEHATAN ..........
C. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN... .. .....
D. PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN
PKRS ........ ... ...........................................
BAB IV
PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
BAGI PASIEN RUMAH SAKIT .....................
A. Promosi Kesehatan Di Ruang
Pendaftaran ............................................
B. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat
Jalan ...... .. ........... ................. .. .............. ..
C. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat
Inap .................. .. ........................... .........
D. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan
Penunjang Medik ........ ........ ....................
11
13
15
26
29
29
30
33
41
v
AL-__
+-----'- _ petul1juk
BABV
BABVI
t・セゥ ウ@ Prol11osi Kesebatal1 Rf,1l11ab Sakit
PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
BAGI KLIEN SEHAT.. .... ..............................
A. Pemberdayaan .... ....................................
B. Bina Suasana .........................................
C. Advokasi ...... ... ... ..... .... ............................
PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
DI LUAR GEDUNG RUMAH SAKIT ..............
A. PKRS Di Tempat Parkir...........................
B. PKRS Di Taman Rumah Sakit.. ...............
C. PKRS Di Dinding Luar Rumah Sakit ... ....
D. PKRS Di Pagar Pembatas Kawasan
Rumah Sakit ..........................................
E. PKRS Di Kantin/Kios Di Kawasan
Rumah Sakit ..........................................
F. PKRS Di Tempat Ibadah .............. ... ...... ..
45
45
48
50
52
52
53
54
55
55
56
BAB VII LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
PKRS ..... ... ...... ....................................... ... .. 58
A. Menyamakan persepsi pemahaman dan
sikap mental yang positif bagi para direksi,
pemilik dan petugas rumah sakit. ...... ... . 58
B. Menyiapkan bentuk dan tugas
kelembagaan PKRS .............. .. ....... .. ... ..... 59
C. Menyiapkan petugas yang memahami
philosophi, tujuan, strategi, metode dan
teknik PKRS ..................... . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . .. 59
D. Pengembangan sarana PKRS . . . . .. . . . . . . .. . . . . 60
E . Pelaksanaan PKRS ............... ....... ........ ... 61
F . Pembinaan dan evaluasi ......... ... .... ...... ... 66
BAB VIII INDIKATOR
A. Indikator
B. Indikator
C . Indikator
D. lndikator
KEBERHASILAN .. ....... ..... .......
Masukan ............. ..... .. .......... ...
Proses ........................... ..........
Keluaran ............... ........ ..........
Dampak ........ ... .......................
68
68
69
69
69
BAB IX PENUTUP ................... .... ........ .. ..................... 71
vi
pet""jwk Tekuis Promo iKe ehau.. R"ma[,
ウ。ォゥエ セ@
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 004/MENKES/SK/II/2012
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a . bahwa rumah sakit sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 ten tang Rumah
Sakit;
b. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1426jMenkesjSKjXIIj2006
tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit perlu
disesuaikan dengan peru bahan
peraturan perundang-undangan bidang
vii
A'_+_'-__ー・エセyャェォ@
Tek11i.\ PrmHosi KeiiebcrtcrM Rvmud; scr{Zit
kesehatan khususnya UndangUndang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dan UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit;
Mengingat
1. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UndangUndang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas UndangUndang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
2. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438) ;
viii
petWJ1juk Teknis Promo,i K,esebaum Rumah
ウ。ォゥエセ@
3 . UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 ten tang Tenaga Kesehatan
UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
49 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193jMenkesjSKjXj2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114 j Menkesj SKj Xj 2004 ten tang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144jMenkesjPerjVIllj2010 tentang
Organisasi den Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
ix
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN
MENTERI KESEHATAN
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROMOSI
KESEHATAN RUMAH SAKIT.
Pasal 1
Pengaturan Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan bertujuan
untuk m e mberikan panduan yang rinci mengenai
pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit.
Pasa12
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal3
Menteri Kesehatan, kepala dinas kesehatan provinsi, dan
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan ini dengan melibatkan organisasi profesi dan
masyarakat.
Pasal4
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan ini
maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1426/Menkes/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis
Promosi Ke sehatan Rumah Sakit dinyatakan dicabut dan
tidak berlaku .
x
petu"juk Teiznis Promosi Kesebatal1 Rumah
s。ォゥエ セ@
Pasa15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setup orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia .
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2012
HAYU SEDYANINGSIH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Februari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012
NOMOR 236
xi
xii
"jwk Teknis Promosi Kesehatan Rumah
PeW
ウ。ォゥエ セ@
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 004/MENKES/SKlII/2012
TAN GGAL 9 FEBRUARI2012
PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)
xiii
pewl1jHk Tekr,i Promo i k・ウィcャエセL@
xiv
RHHlah 'a{zit
petunjrdz
t・セョゥウ@
Promo,i KesebalLl" Ramob
sッォゥエ セ@
BABI
_ _ _ _ _ __ _.... PENDAHULUAN
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam Pasal28H ayat (1) menyebutkan bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik, sejahtera, dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dalam Pasal 3 menyatakan bahwa
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis . Selanjutnya dalam Pasal 46
dinyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggitingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan
dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009,
merupakan penyesuaian dari SKN 2004, yang ditetapkan
dengan Kep u tusan Menteri Kesehatan Nomor
374/Menkes/SK/V/2009, dinyatakan bahwa salah satu
subsitem dari SKN adalah subsistem Upaya Kesehatan.
Upaya kesehatan merupakan salah satu unsur dalam
subsistem Upaya Kesehatan. Sedangkan pelayanan
1
W
L+L__ petul1ju!z
t・ォャQゥ Nセ@
Promo i Kesebatal1 RHma& Sakit
kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan
meliputi peningkatan pencegahan, pengobatan dan
pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional
maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan
tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan
pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan dan
efektifitas yang tinggi.
Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya
yang memp unyai daya ungkit tinggi dalam pencapaian
sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk
rentan, an tara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut,
dan keluarga miskin.
UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit dalam Pasal 1 menyebutkan pengertian
Rumah S akit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang enyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan , dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan
bahwa Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabili tatif.
Mengacu kepada peraturan perundangundangan
tersebut di a tas, kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap
rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan
kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi
kesehatan
Dalam rangka memberikan panduan yang lebih
terinci tentang bagaimana seyogianya promosi kesehatan
oleh rumah sakit dilaksanakan, maka disusunlah buku
"Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)"
ini sebagai p enjabaran dari Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1114jMenkesjSKj VIIIj 2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
2
petj,111juk Tekl1is Promosi Kesehatal1 Rumah sakit_ _W+I
..I....
Petunjuk teknis ini terdiri dari sembilan (9) bab
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab 1: Pendahuluan
Menjelaskan ten tang landasan hukum dan pentingnya
disusun Petunjuk Teknis serta sistematika dari Petunjuk
Teknis.
Bab II : Pengertian Rumah Sakit
Menguraikan secara umum tentang hakikat Rumah Sakit,
perkembangan Rumah Sakit di Indonesia, jenisjenis
Rumah Saki t , dan fungsifungsi yang harus
diselenggarakan Rumah Sakit. Dalam bab ini juga sedikit
diuraikan tenta ng reformasi perumahsakitan , untuk
sampai kepada tuntutan ten tang perlunya dikembangkan
Rumah Sakit yang mempromosikan Kesehatan (health
promoting hospita0.
Bab III: Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit
Membahas secara garis besar pengertian Promosi
Kesehatan, persamaan dan perbedaannya dengan
Pemasaran Ru m ah Sakit dan Kehumasan Rumah Sakit,
serta uraian ten tang peluang dan strategi dasar Promosi
Kesehatan di Rumah Sakit. Dalam bab ini diuraikan secara
umum kegiatan pemberdayaan, baik bagi pasien (orang
sakit) rawat jala n dan rawat inap maupun klien (orang
sehat) .. Dukungan bagi pemberdayaan, yaitu bina suasana
dan advokasijuga disinggung di sini, demikianjuga halhal
yang memperku at pelaksanaan strategi, yaitu kemitraan,
metode dan media serta sumber daya.
Bab IV : Pelaks anaan Promosi Kesehatan Bagi Pasien
Rumah Sakit
Menyajikan secara terinci ten tang bagaimana cara
menerapkan str ategi pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi dalam rangka PKRS bagi pasien rawat jalan dan
3
rawat inap . Dalam bab ini diuraikan tentang berbagai cara
pemberdayaan yang efektif seperti konseling, biblioterapi,
dan lainlain, berbagai cara bina suasana yang efektif
melalui pendekatan individu, kelompok, dan massal, serta
siapa yang harus diadvokasi dan bagaimana
melaksanakannya.
Bab V: Pelaksanaan Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat
Menjelaska n secara terinci ten tang bagaimana cara
menerapkan strategi pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi dalam rangka PKRS bagi klien yang berupa orang
orang sehat .
Bab VI: Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung
RS
Membahas tentang bagaimana memanfaatkan peluang
promosi kesehatan di luar gedung, seperti di tempat parkir,
di taman RS, dan lainlain.
Bab VII : Langkahlangkah Pengembangan PKRS
Menguraikan tentang langkahlangkah yang sebaiknya
ditempuh oleh sebuah RS dalam rangka mengembangkan
PKRSnya.
Bab VIII: Indikator Keberhasilan
Menjelaskan tentang halhal apa yang sebaiknya
digunakan sebagai penunjuk dalam menilai keberhasilan
pelaksanaan PKRS, baik PKRS untuk pasien (orang sakit)
maupun PKRS untuk klien (orang sehat).
Bab IX: Pen utup
Menyimpulkan pokokpokok yang penting diingat dan
diperhatikan dalam pengembangan PKRS.
4
pet""juk Teknib Promo i Kesehattln RUJ11a&
ウ。ォゥエセ@
BAB II
-----e. PENGERTIAN RUMAH SAKIT
A. PERUMAHSAKITAN DI INDONESIA
Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut
hospital. Kata hospital berasal dari kata dalam bahasa
Latin hospitalis yang berarti tamu. Secara lebih luas
kata itu bermakna menjamu para tamu . Memang
menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah
suatu lembaga yang bersifat kedermawanan
(charitable ), untuk merawat pengungsi atau
memberikan pendidikan bagi orangorang yang kurang
beruntung atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para
pemuda.
Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan
munculnya rumah sakitrumah sakit milik misi
keagama a n yang pelayanannya bersifat
kedermawanan . Selanjutnya muncul rumah sakitrumah sakit milik perusahaan yang dibangun khusus
untuk mela yani karyawan perusahaan (misalnya
perkebunan, pertambangan , dan lain-lain). Setelah itu
lalu muncul rumah sakit-rumah sakit yang berasal dari
praktik pribadi dokter, atau kadang-kadang juga
praktik pribadi bidan, yang mula-mula berkembang
menjadi klinik . Beberapa dasawarsa terakhir,
muncullah rumah sakit-rumah sakit yang dibangun
sepenuhnya oleh pemilik modal yang bukan dokter.
Setel a h kemerdekaan , perumahsakitan di
Indonesia berkembang pesat, sehingga muncul
berbagai macam rumah sakit, baik milik swasta
5
A"ab
ウ。ォゥエセ@
BAB III
PROMOSI KESEHATAN OLEH
- - - - - - - - - e . RUMAH SAKIT
A. PROMOSIKESEHATAN
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1114jMenkesjSKjVIIIj2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu
menghadapi masalahmasalah kesehatan potensial
(yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan
mengatasi masalahmasalah kesehatan yang sudah
terjadi dengan cara menanganinya secara efektif serta
efisien. Dengan kata lain, masyarakat mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka
memecahkan masalahmasalah kesehatan yang
dihadapinya (problem solving), baik masalahmasalah
kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial
(mengancam ), secara mandiri (dalam batasbatas
tertentu).
Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka
dapat dibua t rumusan sebagai berikut: Promosi
11
Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya
rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien,
klien, dan kelompokkelompok masyarakat, agar pasien
dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan
rehabi li tasinya, klien dan kelompokkelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalahmasalah kesehatan,
dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka,
serta didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Mencermati rumusan tersebut diatas, tampak
bahwa PKRS memang memiliki persamaan dan
sekaligus perbedaan dengan kegiatan pemasaran
(marketing) rumah sakit dan kegiatan kehumasan
(public relation) rumah sakit. Persamaannya terutama
terletak pad a sasaran (target group), sedang
perbedaannya adalah sebagai berikut:
PKRS
Pemasaran RS
• Pasien dan klien • Tersedianya
pelayanan
RS serta
masyarakat tahu,
kesehatan yang
layak "jual",
mau dan marnpu
ber PHBS untuk
dengan harga
yang dapat
menangani
masalahmasalah dijangkau
masyarakat.
kesehatan.
•
Tumbuhnya
• Lingkungan RS
permintaan
arnan, nyarnan,
bersih dan sehat,
(demand) akan
pelayanan yang
kondusif untuk
"dijual".
PHBS.
12
Humas RS
• Tersebarnya
informasi selukbeluk RS.
• Dapat
diketahuinya
isu/umpan balik
dari masyarakat.
• Dapat
disampaikannya
respon terhadap
isu-isu tentang
RS.
Oleh karena itu, tidak jarang rumah sakit yang
menggabung ketiga kegiatan tersebut dalam satu
wadah organisasi , walaupun banyak pula yang memilih
untuk memisahkannya.
B. PELUANGPROMOSIKESEHATAN
8anyak sekali tersedia peluang untuk
melaksanakan promosi kesehatan di rumah sakit.
Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai
berikut.
a. Oi dalam gedung
Oi dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan
semng dengan pelayanan yang diselenggarakan
rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa di dalam gedung, terdapat peluangpeluang :
1. PKRS di ruang Pendaftaran/Administrasi,
yaitu di ruang di mana pasien/klien harus
melapor / mendaftar sebelum mendapatkan
pela yanan rumah sakit.
2. PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi
Pasien, yaitu di poliklinikpoliklinik seperti'
poliklinik kebidanan dan kandungan,
poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik
bedah, poliklinik penyakit dalam, poliklinik
THT , dan lainlain.
3. PKRS dalam pelayanan Rawat inap bagi
Pasien, yaitu di ruangruang Rawat Oarurat,
Rawat Intensif, dan Rawat Inap.
13
AL
_+I_ _
pctul1juk Tekl1 is Promosi Kesebatal1 RUI1'Iab sakit
4. PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi
Pasien , yai tu teru tama di Pelayanan
Obatj Apotik, Pelayanan Laboratorium, dan
Pelayanan Rehabilitasi Medik, bahkan juga
Kamar Mayat.
5. PKRS dalam pelayanan bagi Klien (Orang
Sehat), yaitu seperti di Pelayanan KB,
Konseling Gizi, Bimbingan Senam ,
Pemeriksaan Kesehatan (check up) , Konseling
Kesehatan Jiwa, Konseling Kesehatan Remaja,
dan lainlain.
6 . PKRS di ruang Pembayaran Rawat Inap , yaitu
di ruang di mana pasien rawat inap harus
menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap,
sebelum meninggalkan rumah sakit.
b . Di luar gedung
Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS , yaitu:
1. PKRS di Tempat Parkir, yaitu pemanfaatan
ruang yang ada di lapanganj gedung parkir
sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke
sudutsudut lapangan gedung parkir.
2 . PKRS di Taman rumah sakit , yaitu baik tamantaman yang ada di depan, sampingj sekitar
maupun di dalamjhalaman dalam rumah
s akit.
3. PKRS di dinding luar rumah sakit.
14
petl1l1jwk Tei(lIis Promosi KesehalilM Ru,"ai)
ウ。ォゥャセ@
4. PKRS di tempattempat umum di lingkungan
rumah sakit misalnya tempat ibadah yang
tersedia di rumah sakit (misalnya masjid atau
musholla) dan di kantinjtokotokojkioskios.
5. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit.
c. STRATEGIPROMOSIKESEHATAN
Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1193jMenkesjSKjXj2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114jMenkesj
SKjVIIIj2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi
Kesehatan adalah:
(1) Pemberdayaan, yang didukung oleh
(2) Bina Suasana
(3) Advokasi serta dijiwai semangat
(4) Kemitraan
1. Pemberdayaan
Pe mberdayaan adalah ujung tombak dari
upaya Promosi Kesehatan di rumah sakit. Pada
hakikatnya pemberdayaan adalah upaya
memba n tu atau memfasilitasi pasienjklien,
sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapinya. Karena itu,
pemberdayaan hanya dapat dilakukan tcrhadap
pasien j k lien.
15
AL_
+,_ _ petlA.l1jlA.k Tekl'lls Promo. i l\e. ebatal1 RlA.mab Sakit
Dalam pelaksanaannya, upaya ini
umumnya berbentuk pelayanan konseling
terhadap:
a. Bagi klien rawat jalan dapat dilakukan
konseling, baik untuk mereka yang menderita
suatu penyakit (misalnya konseling penyakit
dalam) maupun untuk mereka yang sehat
(misalnya konseling gizi, konseling KB). Bagi
klien yang sehat dapat pula dibuka kelompokkelompok diskusi, kelompokkelompok senam,
kelompokkelompok paduan suara, dan lainlain .
b. Bagi pasien rawat inap dapat dilakukan
beberapa kegiatan, seperti:
konseling di tempat tidur (disebut juga
bedside health promotion)
• konseling kelompok (untuk penderita yang
dapat meninggalkan tempat tidur)
•
biblioterapi
(menyediakan atau
membacakan bahanbahan bacaan bagi
pasien).
Dengan pemberdayaan diharapkan pasien
berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu
menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu untuk
m elaksanakan perilakuperilaku yang dikehendaki
gu n a mengatasi masalah kesehatannya.
Tantangan pertama dalam pemberdayaan
adalah pada saat awal, yaitu pada saat
meyakinkan seseorang bahwa suatu masalah
16
kesehatan (yang sudah dihadapi atau yang
potensial) adalah masalah bagi yang
bersangkutan. Sebelum orang tersebut yakin
bahwa m asalah kesehatan itu memang benarbenar m asalah bagi dirinya, maka ia tidak akan
peduli dengan upaya apa pun untuk menolongnya.
Tantangan berikutnya datang pada saat
proses sudah sampai kepada mengubah pasien
dari mau menjadi mampu. Ada orangorang yang
walaupun sudah mau tetapi tidak mampu
melakukan karen a terkendala oleh sumber daya
(umumn ya orangorang miskin). Tetapi ada juga
orangorang yang sudah mau tetapi tidak mampu
melaksanakan karen a malas. Orang yang
terkendala oleh sumber daya tentu harus
difasilita si dengan diberi bantuan sumber daya
yang dibutuhkan. Sedangkan orang yang malas
dapat d icoba rangsang dengan "hadiah" (reward)
atau harus "dipaksa" menggunakan peraturan dan
sanksi (punishment).
Beberapa prinsip konseling yang perlu
diperhati kan dan dipraktikkan oleh petugas
rumah sakit selama pelaksanaan konseling
adalah :
a . Memberikan kabar gembira dan kegairahan
hidu p.
Pada saat memulai konseling, sebaiknya
petu gas rumah sakit sebagai konselor tidak
langsung mengungkap masalah, kelemahan,
atau kekeliruan pasien. Konseling harus
diaw ali dengan situasi yang menggem17
W
L+'__ petuJ1juk Tekni Pyomosi Kesebatan Rumab Sakit
birakan, karena situasi yang demikianlah yang
akan membuat pasien menjadi tertarik untuk
terlibat dalam perbincangan . Pada saat
perbicangan telah menjadi hangat, maka
pancinglah pasien untuk mengungkapkan
sendiri masalah, kelemahan atau
kekeliruannya.
b. Menghargai pasien tanpa syarat .
Menghargai pasien adalah syarat utama untuk
terjadinya hubungan konseling yang gembira
dan terbuka. Cara menghargai ini dilakukan
dengan memberikan ucapanucapan dan
bahasa tubuh yang menghargai, tidak
mencemooh atau meremehkan.
c. Melihat pasien sebagai subyek dan sesama
hamba Tuhan.
Pasien adalah juga manusia, sesama hamba
Tuhan sebagaimana sang konselor. Oleh
karena itu, konselor tidak boleh memandang
dan memperlakukan pasien secara semenamena. Konselor harus mengendalikan
kecenderungan keinginannya untuk
menasihati. Upayakan agar pasien berbicara
sebanyakbanyaknya tentang dirinya.
Sementara itu, dengan sedikit pancinganpancingan, pembicaraan diarahkan kepada
pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan
demikian, maka seolaholah "resep"
pemecahan masalah itu datang dari diri pasien
itu sendiri. Yang demikian itu akan
menjadikan komitmen kuat dari pasien
18
petul1juk TekJ1is ProwlOsi Ke ehlltClI1 Ruma{? sakit _ _ W+
..I.....'
untuk melaksanakan pemecahan masalah
tersebut.
d. Mengembangkan dialog yang menyentuh
pera saan.
Dalam hubungan konseling yang baik,
konselor selalu berusaha untuk
me n gemukakan katakata dan butirbutir
dialog yang menyentuh perasaan pasien,
sehingga memunculkan rasa syukur telah
dipertemukan Tuhan dengan seorang
peno long. Banyak konselor menggunakan
pend ekatan agama untuk membuat pasien
tersentuh hatinya.
e. Me m berikan keteladanan.
Keteladanan sikap dan perilaku konselor dapat
me n yentuh perasaan pasien, sehingga pada
gilirannya ia ingin menyontoh pribadi
konselornya. Keteladanan memang
merupakan sugesti yang cukup kuat bagi
pas ien untuk berubah ke arah positif. Motivasi
untuk berubah itu disebabkan oleh
kepri badian, wa wasan, keterampilan,
kesa lehan, dan kebajikan konselor terhadap
pas ien. Seolaholah kepribadian teladan ini
merupakan pesan keilahian yang memancar
dari dalam diri sang konselor.
2. Bina Suasana
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila
diduk u n g dengan kegiatan menciptakan
19
suasana atau lingkungan yang kondusif. Tentu
saj a lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
yang diperhitungkan memiliki pengaruh terhadap
pasien yang sedang diberdayakan . Kegiatan
menciptakan suasana atau lingkungan yang
kondusifini disebut bin a suasana.
a. Bagi pasien rawatjalan (orang yang sakit)
Lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga
atau orang yang mengantarkannya ke rumah
sakit. Sedangkan bagi klien rawat jalan (orang
yang sehat), lingkungan yang berpengaruh
terutama adalah para petugas rumah sakityang
melayaninya. Mereka ini diharapkan untuk
membantu memberikan penyuluhan kepada
pasien dan juga menjadi teladan dalam sikap
dan tingkah laku. Misalnya teladan tidak
merokok, tidak meludah atau. membuang
sampah sembarangan, dan lain sebagainya.
b. Pengantar pasien (orang sakit)
Pengantar pasien tentu tidak mungkin
dipisahkan dari pasien untuk misalnya
dikumpulkan dalam satu ruangan dan
diceramahi. Oleh karen a itu, metode yang tepat
di sini adalah penggunaan media, seperti
misalnya pembagian selebaran (leaflet) ,
pembaangan poster, atau penayangan video
berkaitan dengan penyakit dari pasien.
c. Klien yang sehat
yang berkunjung ke klinikklinik konseling
atau ke kelompok senam, petugaspetugas
20
p・エセャQェ セャォ@
Tekf'lis Prol'l1osi Ke.sebatal1
rセャGiQ。「@
sakit_ _ W.J.-+---'
rumah sakit yang melayani mereka sangat kuat
penga ruhnya sebagai panutan. Maka, di
tempa ttempat ini pengetahuan, sikap, dan
perilaku petugas rumah sakit yang melayani
harus benarbenar konsisten dengan pelayanan
yang diberikannya. Misalnya: tidak merokok,
tidak meludah atau membuang sampah
sembarangan, dan lain sebagainya.
d. Bagi p asien rawat inap
lingkungan yang berpengaruh terutama adalah
para penjenguk pasien (pembesuk). Pembagian
selebaran dan pemasangan poster yang sesuai
denga n penyakit pasien yang akan mereka
jengu k dapat dilakukan. Selain itu, beberapa
rumah sakit melaksanakan penyuluhan
kelom pok kepada para pembesuk ini, yaitu
dengan mengumpulkan mereka yang
menj enguk pasien yang sarna penyakitnya
dal am satu ruangan untuk mendapat
penj elasan dan berdiskusi dengan dokter ahli
dan perawat yang menangani penderita.
Misal nya, tiga puluh menit sebelum jam bezuk
para penjenguk pasien penyakit dalam diminta
untuk berkumpul dalam satu ruangan.
Kemudian datang dokter ahli penyakit dalam
atau perawat mahir yang mengajak para
penjenguk ini berdiskusi ten tang penyakitpenya kit yang diderita oleh pasien yang akan
dijenguknya,. Pada akhir diskusi, dokter ahli
penya kit dalam atau Perawat mahir tadi
berpesan agar hal-hal yang telah di diskusikan
disam paikan juga kepada pasien yang akan
dijenguk.
21
AL_+,__ petuHjuk Tekl1is Promosi
k・ウィエャセQ@
RUl'l1tlh Sakit
e. Ruang di luar gedung rumah sakit juga dapat
dimanfaatkan untuk melakukan bina suasana
kepada para pengantar pasien, para penjenguk
pasien, teman/pengantar klien, dan
pengunjung rumah sakit lainnya.
3 . Advokasi
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya
memberdayakan pasien dan klien , rumah sakit
membutuhkan dukungan dari pihakpihak lain.
Misalnya dalam rangka mengupayakan
lingkungan RS yang tanpa asap rokok, rumah sakit
perlu melakukan advokasi kepada wakilwakil
rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya
peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
yan g mencakup di rumah sakit. Advokasi
merupakan proses yang tidak sederhana. Sasaran
advokasi hendaknya diarahkan/ dipandu untuk
menempuh tahapantahapan sebagai berikut:
(1) memahami/menyadari persoalan yang
diajukan
(2) tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan
yang diajukan
(3) mempertimbangkan sejumlah pilihan
kemungkinan dalam berperan
(4) menyepakati satu pili han kemungkinan dalam
berperan
(5) menyampaikan langkah tindak lanjut
Jika kelima tahapan tersebut dapat
dicapai selama waktu yang disediakan untuk
22
peL""juk Telmis ProMiosi Resellatan RHmab
s。ォゥ エセ@
advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut
berhasil. Langkah tindak lanjut yang tercetus di
ujung perbincangan (misalnya dengan membuat
disposisi pada usulanj proposal yang diajukan)
menunjukkan adanya komitmen untuk
memberikan dUkungan .
Katakata kunci dalam penyiapan bahan
advokasi adalah "Tepat, Lengkap, Akurat, dan
Menarik". Artinya bahan advokasi harus dibuat:
a . Sesuai dengan sasaran (latar belakang
pen d idikannya, jabatannya, budayanya,
kesukaannya, dan lainlain).
b. Sesuai dengan lama waktu yang disediakan
untuk advokasi.
c. Mencakup unsurunsur pokok, yaitu Apa,
Mengapa, Dimana, Bilamana, Siapa
Melakukan, dan Bagaimana lakukannya (5W +
IH).
d. Memuat masalah dan pilihanpilihan
kemungkinan untuk memecahkan masalah.
e. Memuat peran yang diharapkan dari sasaran
advokasi.
f.
Memuat data pendukung, bila mungkin juga
bagan, gambar, dan lainlain.
g. Dalam kemasan yang menarik (tidak
menjemukan), ringkas, tetapi jelas, sehingga
perbincangan tidak berteletele.
23
W
L+1._ _ petvll1jwk Tekl1is Prol11osi Kesebatal1 RVimah Sakit
4. Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam
bina suasana dan advokasi, prinsipprinsip
kemi traan harus di tegakkan. Kemi traan
dik embangkan antara petugas rumah sakit dengan
sasarannya (para pasienjkliennya atau pihak lain)
d a lam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana,
d a n advokasi. Di samping itu, kemitraan juga
dik embangkan karena kesadaran bahwa untuk
m e ningkatkan efektivitas PKRS, petugas rumah
sakit harus bekerjasama dengan berbagai pihak
te r kait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka
agama, lembaga swadaya masyarakat, media
m a ssa, dan lainlain .
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus
dip erhatikan adalah:
(1 ) kesetaraan
(2 ) keterbukaan
(3) saling menguntungkan.
a. Kesetaraan
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya
hubungan yang bersifat hirarkhis (atasbawah). Sem ua harus diawali dengan
kesediaan menerima bahwa masing-masing
berada dalam kedudukan yang sederajat.
Keadaan ini dapat dicapai bila semua pihak
bersedia mengembangkan hubungan
kekeluargaan, yaitu yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.
24
penmjuk Tekl1i
Prol'l1o j Ke5ebatal1 R
ウ。ォゥエ セ@
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 004/MENKES/SKlII/2012
PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PUSAT PROMOSI KESEHATAN
TAHUN 2014
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
613
Ind
k
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat
Jenderal
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 004/MENKES/SKJII/2012
Petunjuk teknis promosi kesehatan rumah sakit
(PKRS), Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2013
ISBN 9786022350507
1. Judul
I. HEALTH PROMOTION
II. HOSPITALS III. LEGISLATION AND
JURISPRUDENCE
petHHjHk Tckni Promo i l\esebaum Ru",ah
ウ 。ォZゥエ セ@
KATA PENGANTAR
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426jMenkesjSKjXIIj2006 menjadi acuan bagi rumah
sakit dalam melaksanakan Promosi kesehatan di Rumah
Sakit. Petunjuk Teknis ini melengkapi kebijakan yang
dipayungi oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
1193jMenkesjSKjXj2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1114jMenkesjSKjVIIIj2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
Sesuai dengan Kebijakan Menteri Kesehatan tentang
pentingnya men gedepankan upaya promotif dan preventif
dan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap
pelaya nan kesehatan prima di rumah s a kit, maka buku ini
dicetak ulang kembali untuk yang ke lima kalinya.
Selanjutnya aka n didistribusikan ke seluruh Rumah Sakit
Pemerintah Pusat (vertikal), Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) dan ke Rumah Sakit Swasta.
Semoga Allah SWT meridhoi upaya kita, sehingga
buku ini memilik i manfaat yang besar bagi berkembangnya
Promosi Kesehatan Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta , April 2011
Kepala Pusat Promosi Kesehatan ,
dr. Lily S . S u lis tyowati , MM
NIP. 195801131988032001
ii
pet""i"k TekMis Promosi Kesehatan R"mob
ウ。ォゥエ セ@
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA
KESEHATAN
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009,
sebagai penyesuaian dari SKN 2004, dinyatakan bahwa
salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem Upaya
Kesehatan. Upaya kesehatan merupakan salah satu unsur
dalam subsistem Upaya Kesehatan. Sedangkan pelayanan
kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan
meliputi penin gkatan pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Hal ini diperkuat dengan Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dimana
disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan s e cara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Selanjutnya d ikatakan bahwa Pelayanan Kesehatan
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preven tif, kuratif, dan rehabilitatif.
Mengacu kepada peraturan perundang-undangan
tersebut di atas , kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap
rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan
kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi
kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit
telah berlangsung sejak 1990 walaupun dengan nama yang
berbeda-beda antara lain Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Ru mah Sakit, Komunikasi Informasi dan
Edukasi, Huma s Rumah Sakit, dan Pemasaran Rumah
Sakit.
Seiring dengan perkembangan Promosi Kesehatan
secara global, k egiatan penyuluhan kesehatan di rumah
sakit di Indonesia berubah menjadi Promosi Kesehatan
iii
A
L_+_'__ petunjuk Te{Zl1is Promosi KeSeVClttll1 RumClb SClkit
Rumah Sak it (PKRS). Berbagai upaya yang telah dilakukan
oleh Kemen terian Kesehatan dalam pengembangan PKRS
yaitu pen yusunan buku Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit, pelatihan tenaga PKRS sejak
tahun 2007, penyusunan Kurikulum dan Modul pelatihan
PKRS dan pengembangan Stan dar PKRS yang diadaptasi
dari WHO.
Sebagai salah satu pelayanan di Rumah Sakit,
kegiatan PKRS diharapkan memiliki salah satu wadah
tersendiri sehingga dapat mengkoordinir kegiatankegiatan yang bersifat promotif dan preventif di Rumah
Sakit.
Selanjutnya saya menyambut gembira terbitnya
"Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)"
ini. Upaya ini sungguh sangat sinergis dengan upayaupaya yang sedang terus dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan guna meningkatkan
kinerja rum ah sakit.
Semoga kehadiran "Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)" benar-benar akan
mendorong rumah sakit untuk lebih berorientasi bukan
hanya kepada pasien tetapi juga kepada keluarga pasien,
petugas, dan masyarakat disekitar Rumah Sakit.
Jakarta,
September 20 11
I
dr. Supriyantoro, Sp.P.) MARS (Mr)
iv
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR .................................................. .
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA
KESEHATAN .............................................................
DAFTAR lSI................................. .. ........... .... .......... ...
iii
v
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI ..................
Vll
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................
1
BAB II
PENGERTIAN RUMAH SAKIT .....................
5
A. PERUMAHSAKITAN 01 INDONESIA.........
B. REFORMASI PERUMAHSAKITAN 01
INDONESIA................... ... ......................
C. PASIEN RUMAH SAKIT ...........................
5
7
9
BAB III PROMOSI KESEHATAN OLEH RUMAH
SAKIT ......... ...... ......... ............................ .. ... 11
A. PROMOSI KESEHATAN .................... .... ...
B. PELUANG PROMOSI KESEHATAN ..........
C. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN... .. .....
D. PENDUKUNG DALAM PELAKSANAAN
PKRS ........ ... ...........................................
BAB IV
PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
BAGI PASIEN RUMAH SAKIT .....................
A. Promosi Kesehatan Di Ruang
Pendaftaran ............................................
B. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat
Jalan ...... .. ........... ................. .. .............. ..
C. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat
Inap .................. .. ........................... .........
D. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan
Penunjang Medik ........ ........ ....................
11
13
15
26
29
29
30
33
41
v
AL-__
+-----'- _ petul1juk
BABV
BABVI
t・セゥ ウ@ Prol11osi Kesebatal1 Rf,1l11ab Sakit
PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
BAGI KLIEN SEHAT.. .... ..............................
A. Pemberdayaan .... ....................................
B. Bina Suasana .........................................
C. Advokasi ...... ... ... ..... .... ............................
PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
DI LUAR GEDUNG RUMAH SAKIT ..............
A. PKRS Di Tempat Parkir...........................
B. PKRS Di Taman Rumah Sakit.. ...............
C. PKRS Di Dinding Luar Rumah Sakit ... ....
D. PKRS Di Pagar Pembatas Kawasan
Rumah Sakit ..........................................
E. PKRS Di Kantin/Kios Di Kawasan
Rumah Sakit ..........................................
F. PKRS Di Tempat Ibadah .............. ... ...... ..
45
45
48
50
52
52
53
54
55
55
56
BAB VII LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN
PKRS ..... ... ...... ....................................... ... .. 58
A. Menyamakan persepsi pemahaman dan
sikap mental yang positif bagi para direksi,
pemilik dan petugas rumah sakit. ...... ... . 58
B. Menyiapkan bentuk dan tugas
kelembagaan PKRS .............. .. ....... .. ... ..... 59
C. Menyiapkan petugas yang memahami
philosophi, tujuan, strategi, metode dan
teknik PKRS ..................... . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . .. 59
D. Pengembangan sarana PKRS . . . . .. . . . . . . .. . . . . 60
E . Pelaksanaan PKRS ............... ....... ........ ... 61
F . Pembinaan dan evaluasi ......... ... .... ...... ... 66
BAB VIII INDIKATOR
A. Indikator
B. Indikator
C . Indikator
D. lndikator
KEBERHASILAN .. ....... ..... .......
Masukan ............. ..... .. .......... ...
Proses ........................... ..........
Keluaran ............... ........ ..........
Dampak ........ ... .......................
68
68
69
69
69
BAB IX PENUTUP ................... .... ........ .. ..................... 71
vi
pet""jwk Tekuis Promo iKe ehau.. R"ma[,
ウ。ォゥエ セ@
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 004/MENKES/SK/II/2012
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a . bahwa rumah sakit sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna meliputi promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 ten tang Rumah
Sakit;
b. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1426jMenkesjSKjXIIj2006
tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit perlu
disesuaikan dengan peru bahan
peraturan perundang-undangan bidang
vii
A'_+_'-__ー・エセyャェォ@
Tek11i.\ PrmHosi KeiiebcrtcrM Rvmud; scr{Zit
kesehatan khususnya UndangUndang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dan UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit;
Mengingat
1. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UndangUndang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas UndangUndang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
2. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438) ;
viii
petWJ1juk Teknis Promo,i K,esebaum Rumah
ウ。ォゥエセ@
3 . UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 ten tang Tenaga Kesehatan
UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
49 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193jMenkesjSKjXj2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114 j Menkesj SKj Xj 2004 ten tang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144jMenkesjPerjVIllj2010 tentang
Organisasi den Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
ix
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN
MENTERI KESEHATAN
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROMOSI
KESEHATAN RUMAH SAKIT.
Pasal 1
Pengaturan Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan bertujuan
untuk m e mberikan panduan yang rinci mengenai
pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit.
Pasa12
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal3
Menteri Kesehatan, kepala dinas kesehatan provinsi, dan
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan ini dengan melibatkan organisasi profesi dan
masyarakat.
Pasal4
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan ini
maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1426/Menkes/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis
Promosi Ke sehatan Rumah Sakit dinyatakan dicabut dan
tidak berlaku .
x
petu"juk Teiznis Promosi Kesebatal1 Rumah
s。ォゥエ セ@
Pasa15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setup orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia .
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Februari 2012
HAYU SEDYANINGSIH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Februari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012
NOMOR 236
xi
xii
"jwk Teknis Promosi Kesehatan Rumah
PeW
ウ。ォゥエ セ@
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 004/MENKES/SKlII/2012
TAN GGAL 9 FEBRUARI2012
PETUNJUK TEKNIS
PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT (PKRS)
xiii
pewl1jHk Tekr,i Promo i k・ウィcャエセL@
xiv
RHHlah 'a{zit
petunjrdz
t・セョゥウ@
Promo,i KesebalLl" Ramob
sッォゥエ セ@
BABI
_ _ _ _ _ __ _.... PENDAHULUAN
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam Pasal28H ayat (1) menyebutkan bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik, sejahtera, dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dalam Pasal 3 menyatakan bahwa
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis . Selanjutnya dalam Pasal 46
dinyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggitingginya bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan
dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009,
merupakan penyesuaian dari SKN 2004, yang ditetapkan
dengan Kep u tusan Menteri Kesehatan Nomor
374/Menkes/SK/V/2009, dinyatakan bahwa salah satu
subsitem dari SKN adalah subsistem Upaya Kesehatan.
Upaya kesehatan merupakan salah satu unsur dalam
subsistem Upaya Kesehatan. Sedangkan pelayanan
1
W
L+L__ petul1ju!z
t・ォャQゥ Nセ@
Promo i Kesebatal1 RHma& Sakit
kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan
meliputi peningkatan pencegahan, pengobatan dan
pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional
maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan
tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan
pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan dan
efektifitas yang tinggi.
Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya
yang memp unyai daya ungkit tinggi dalam pencapaian
sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk
rentan, an tara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut,
dan keluarga miskin.
UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit dalam Pasal 1 menyebutkan pengertian
Rumah S akit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang enyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan , dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan
bahwa Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabili tatif.
Mengacu kepada peraturan perundangundangan
tersebut di a tas, kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap
rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan
kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi
kesehatan
Dalam rangka memberikan panduan yang lebih
terinci tentang bagaimana seyogianya promosi kesehatan
oleh rumah sakit dilaksanakan, maka disusunlah buku
"Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)"
ini sebagai p enjabaran dari Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1114jMenkesjSKj VIIIj 2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
2
petj,111juk Tekl1is Promosi Kesehatal1 Rumah sakit_ _W+I
..I....
Petunjuk teknis ini terdiri dari sembilan (9) bab
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab 1: Pendahuluan
Menjelaskan ten tang landasan hukum dan pentingnya
disusun Petunjuk Teknis serta sistematika dari Petunjuk
Teknis.
Bab II : Pengertian Rumah Sakit
Menguraikan secara umum tentang hakikat Rumah Sakit,
perkembangan Rumah Sakit di Indonesia, jenisjenis
Rumah Saki t , dan fungsifungsi yang harus
diselenggarakan Rumah Sakit. Dalam bab ini juga sedikit
diuraikan tenta ng reformasi perumahsakitan , untuk
sampai kepada tuntutan ten tang perlunya dikembangkan
Rumah Sakit yang mempromosikan Kesehatan (health
promoting hospita0.
Bab III: Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit
Membahas secara garis besar pengertian Promosi
Kesehatan, persamaan dan perbedaannya dengan
Pemasaran Ru m ah Sakit dan Kehumasan Rumah Sakit,
serta uraian ten tang peluang dan strategi dasar Promosi
Kesehatan di Rumah Sakit. Dalam bab ini diuraikan secara
umum kegiatan pemberdayaan, baik bagi pasien (orang
sakit) rawat jala n dan rawat inap maupun klien (orang
sehat) .. Dukungan bagi pemberdayaan, yaitu bina suasana
dan advokasijuga disinggung di sini, demikianjuga halhal
yang memperku at pelaksanaan strategi, yaitu kemitraan,
metode dan media serta sumber daya.
Bab IV : Pelaks anaan Promosi Kesehatan Bagi Pasien
Rumah Sakit
Menyajikan secara terinci ten tang bagaimana cara
menerapkan str ategi pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi dalam rangka PKRS bagi pasien rawat jalan dan
3
rawat inap . Dalam bab ini diuraikan tentang berbagai cara
pemberdayaan yang efektif seperti konseling, biblioterapi,
dan lainlain, berbagai cara bina suasana yang efektif
melalui pendekatan individu, kelompok, dan massal, serta
siapa yang harus diadvokasi dan bagaimana
melaksanakannya.
Bab V: Pelaksanaan Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat
Menjelaska n secara terinci ten tang bagaimana cara
menerapkan strategi pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi dalam rangka PKRS bagi klien yang berupa orang
orang sehat .
Bab VI: Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung
RS
Membahas tentang bagaimana memanfaatkan peluang
promosi kesehatan di luar gedung, seperti di tempat parkir,
di taman RS, dan lainlain.
Bab VII : Langkahlangkah Pengembangan PKRS
Menguraikan tentang langkahlangkah yang sebaiknya
ditempuh oleh sebuah RS dalam rangka mengembangkan
PKRSnya.
Bab VIII: Indikator Keberhasilan
Menjelaskan tentang halhal apa yang sebaiknya
digunakan sebagai penunjuk dalam menilai keberhasilan
pelaksanaan PKRS, baik PKRS untuk pasien (orang sakit)
maupun PKRS untuk klien (orang sehat).
Bab IX: Pen utup
Menyimpulkan pokokpokok yang penting diingat dan
diperhatikan dalam pengembangan PKRS.
4
pet""juk Teknib Promo i Kesehattln RUJ11a&
ウ。ォゥエセ@
BAB II
-----e. PENGERTIAN RUMAH SAKIT
A. PERUMAHSAKITAN DI INDONESIA
Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut
hospital. Kata hospital berasal dari kata dalam bahasa
Latin hospitalis yang berarti tamu. Secara lebih luas
kata itu bermakna menjamu para tamu . Memang
menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah
suatu lembaga yang bersifat kedermawanan
(charitable ), untuk merawat pengungsi atau
memberikan pendidikan bagi orangorang yang kurang
beruntung atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para
pemuda.
Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan
munculnya rumah sakitrumah sakit milik misi
keagama a n yang pelayanannya bersifat
kedermawanan . Selanjutnya muncul rumah sakitrumah sakit milik perusahaan yang dibangun khusus
untuk mela yani karyawan perusahaan (misalnya
perkebunan, pertambangan , dan lain-lain). Setelah itu
lalu muncul rumah sakit-rumah sakit yang berasal dari
praktik pribadi dokter, atau kadang-kadang juga
praktik pribadi bidan, yang mula-mula berkembang
menjadi klinik . Beberapa dasawarsa terakhir,
muncullah rumah sakit-rumah sakit yang dibangun
sepenuhnya oleh pemilik modal yang bukan dokter.
Setel a h kemerdekaan , perumahsakitan di
Indonesia berkembang pesat, sehingga muncul
berbagai macam rumah sakit, baik milik swasta
5
A"ab
ウ。ォゥエセ@
BAB III
PROMOSI KESEHATAN OLEH
- - - - - - - - - e . RUMAH SAKIT
A. PROMOSIKESEHATAN
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1114jMenkesjSKjVIIIj2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu
menghadapi masalahmasalah kesehatan potensial
(yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan
mengatasi masalahmasalah kesehatan yang sudah
terjadi dengan cara menanganinya secara efektif serta
efisien. Dengan kata lain, masyarakat mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka
memecahkan masalahmasalah kesehatan yang
dihadapinya (problem solving), baik masalahmasalah
kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial
(mengancam ), secara mandiri (dalam batasbatas
tertentu).
Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka
dapat dibua t rumusan sebagai berikut: Promosi
11
Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya
rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien,
klien, dan kelompokkelompok masyarakat, agar pasien
dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan
rehabi li tasinya, klien dan kelompokkelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalahmasalah kesehatan,
dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka,
serta didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Mencermati rumusan tersebut diatas, tampak
bahwa PKRS memang memiliki persamaan dan
sekaligus perbedaan dengan kegiatan pemasaran
(marketing) rumah sakit dan kegiatan kehumasan
(public relation) rumah sakit. Persamaannya terutama
terletak pad a sasaran (target group), sedang
perbedaannya adalah sebagai berikut:
PKRS
Pemasaran RS
• Pasien dan klien • Tersedianya
pelayanan
RS serta
masyarakat tahu,
kesehatan yang
layak "jual",
mau dan marnpu
ber PHBS untuk
dengan harga
yang dapat
menangani
masalahmasalah dijangkau
masyarakat.
kesehatan.
•
Tumbuhnya
• Lingkungan RS
permintaan
arnan, nyarnan,
bersih dan sehat,
(demand) akan
pelayanan yang
kondusif untuk
"dijual".
PHBS.
12
Humas RS
• Tersebarnya
informasi selukbeluk RS.
• Dapat
diketahuinya
isu/umpan balik
dari masyarakat.
• Dapat
disampaikannya
respon terhadap
isu-isu tentang
RS.
Oleh karena itu, tidak jarang rumah sakit yang
menggabung ketiga kegiatan tersebut dalam satu
wadah organisasi , walaupun banyak pula yang memilih
untuk memisahkannya.
B. PELUANGPROMOSIKESEHATAN
8anyak sekali tersedia peluang untuk
melaksanakan promosi kesehatan di rumah sakit.
Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai
berikut.
a. Oi dalam gedung
Oi dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan
semng dengan pelayanan yang diselenggarakan
rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa di dalam gedung, terdapat peluangpeluang :
1. PKRS di ruang Pendaftaran/Administrasi,
yaitu di ruang di mana pasien/klien harus
melapor / mendaftar sebelum mendapatkan
pela yanan rumah sakit.
2. PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi
Pasien, yaitu di poliklinikpoliklinik seperti'
poliklinik kebidanan dan kandungan,
poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik
bedah, poliklinik penyakit dalam, poliklinik
THT , dan lainlain.
3. PKRS dalam pelayanan Rawat inap bagi
Pasien, yaitu di ruangruang Rawat Oarurat,
Rawat Intensif, dan Rawat Inap.
13
AL
_+I_ _
pctul1juk Tekl1 is Promosi Kesebatal1 RUI1'Iab sakit
4. PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi
Pasien , yai tu teru tama di Pelayanan
Obatj Apotik, Pelayanan Laboratorium, dan
Pelayanan Rehabilitasi Medik, bahkan juga
Kamar Mayat.
5. PKRS dalam pelayanan bagi Klien (Orang
Sehat), yaitu seperti di Pelayanan KB,
Konseling Gizi, Bimbingan Senam ,
Pemeriksaan Kesehatan (check up) , Konseling
Kesehatan Jiwa, Konseling Kesehatan Remaja,
dan lainlain.
6 . PKRS di ruang Pembayaran Rawat Inap , yaitu
di ruang di mana pasien rawat inap harus
menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap,
sebelum meninggalkan rumah sakit.
b . Di luar gedung
Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS , yaitu:
1. PKRS di Tempat Parkir, yaitu pemanfaatan
ruang yang ada di lapanganj gedung parkir
sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke
sudutsudut lapangan gedung parkir.
2 . PKRS di Taman rumah sakit , yaitu baik tamantaman yang ada di depan, sampingj sekitar
maupun di dalamjhalaman dalam rumah
s akit.
3. PKRS di dinding luar rumah sakit.
14
petl1l1jwk Tei(lIis Promosi KesehalilM Ru,"ai)
ウ。ォゥャセ@
4. PKRS di tempattempat umum di lingkungan
rumah sakit misalnya tempat ibadah yang
tersedia di rumah sakit (misalnya masjid atau
musholla) dan di kantinjtokotokojkioskios.
5. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit.
c. STRATEGIPROMOSIKESEHATAN
Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1193jMenkesjSKjXj2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114jMenkesj
SKjVIIIj2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi
Kesehatan adalah:
(1) Pemberdayaan, yang didukung oleh
(2) Bina Suasana
(3) Advokasi serta dijiwai semangat
(4) Kemitraan
1. Pemberdayaan
Pe mberdayaan adalah ujung tombak dari
upaya Promosi Kesehatan di rumah sakit. Pada
hakikatnya pemberdayaan adalah upaya
memba n tu atau memfasilitasi pasienjklien,
sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapinya. Karena itu,
pemberdayaan hanya dapat dilakukan tcrhadap
pasien j k lien.
15
AL_
+,_ _ petlA.l1jlA.k Tekl'lls Promo. i l\e. ebatal1 RlA.mab Sakit
Dalam pelaksanaannya, upaya ini
umumnya berbentuk pelayanan konseling
terhadap:
a. Bagi klien rawat jalan dapat dilakukan
konseling, baik untuk mereka yang menderita
suatu penyakit (misalnya konseling penyakit
dalam) maupun untuk mereka yang sehat
(misalnya konseling gizi, konseling KB). Bagi
klien yang sehat dapat pula dibuka kelompokkelompok diskusi, kelompokkelompok senam,
kelompokkelompok paduan suara, dan lainlain .
b. Bagi pasien rawat inap dapat dilakukan
beberapa kegiatan, seperti:
konseling di tempat tidur (disebut juga
bedside health promotion)
• konseling kelompok (untuk penderita yang
dapat meninggalkan tempat tidur)
•
biblioterapi
(menyediakan atau
membacakan bahanbahan bacaan bagi
pasien).
Dengan pemberdayaan diharapkan pasien
berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu
menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu untuk
m elaksanakan perilakuperilaku yang dikehendaki
gu n a mengatasi masalah kesehatannya.
Tantangan pertama dalam pemberdayaan
adalah pada saat awal, yaitu pada saat
meyakinkan seseorang bahwa suatu masalah
16
kesehatan (yang sudah dihadapi atau yang
potensial) adalah masalah bagi yang
bersangkutan. Sebelum orang tersebut yakin
bahwa m asalah kesehatan itu memang benarbenar m asalah bagi dirinya, maka ia tidak akan
peduli dengan upaya apa pun untuk menolongnya.
Tantangan berikutnya datang pada saat
proses sudah sampai kepada mengubah pasien
dari mau menjadi mampu. Ada orangorang yang
walaupun sudah mau tetapi tidak mampu
melakukan karen a terkendala oleh sumber daya
(umumn ya orangorang miskin). Tetapi ada juga
orangorang yang sudah mau tetapi tidak mampu
melaksanakan karen a malas. Orang yang
terkendala oleh sumber daya tentu harus
difasilita si dengan diberi bantuan sumber daya
yang dibutuhkan. Sedangkan orang yang malas
dapat d icoba rangsang dengan "hadiah" (reward)
atau harus "dipaksa" menggunakan peraturan dan
sanksi (punishment).
Beberapa prinsip konseling yang perlu
diperhati kan dan dipraktikkan oleh petugas
rumah sakit selama pelaksanaan konseling
adalah :
a . Memberikan kabar gembira dan kegairahan
hidu p.
Pada saat memulai konseling, sebaiknya
petu gas rumah sakit sebagai konselor tidak
langsung mengungkap masalah, kelemahan,
atau kekeliruan pasien. Konseling harus
diaw ali dengan situasi yang menggem17
W
L+'__ petuJ1juk Tekni Pyomosi Kesebatan Rumab Sakit
birakan, karena situasi yang demikianlah yang
akan membuat pasien menjadi tertarik untuk
terlibat dalam perbincangan . Pada saat
perbicangan telah menjadi hangat, maka
pancinglah pasien untuk mengungkapkan
sendiri masalah, kelemahan atau
kekeliruannya.
b. Menghargai pasien tanpa syarat .
Menghargai pasien adalah syarat utama untuk
terjadinya hubungan konseling yang gembira
dan terbuka. Cara menghargai ini dilakukan
dengan memberikan ucapanucapan dan
bahasa tubuh yang menghargai, tidak
mencemooh atau meremehkan.
c. Melihat pasien sebagai subyek dan sesama
hamba Tuhan.
Pasien adalah juga manusia, sesama hamba
Tuhan sebagaimana sang konselor. Oleh
karena itu, konselor tidak boleh memandang
dan memperlakukan pasien secara semenamena. Konselor harus mengendalikan
kecenderungan keinginannya untuk
menasihati. Upayakan agar pasien berbicara
sebanyakbanyaknya tentang dirinya.
Sementara itu, dengan sedikit pancinganpancingan, pembicaraan diarahkan kepada
pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan
demikian, maka seolaholah "resep"
pemecahan masalah itu datang dari diri pasien
itu sendiri. Yang demikian itu akan
menjadikan komitmen kuat dari pasien
18
petul1juk TekJ1is ProwlOsi Ke ehlltClI1 Ruma{? sakit _ _ W+
..I.....'
untuk melaksanakan pemecahan masalah
tersebut.
d. Mengembangkan dialog yang menyentuh
pera saan.
Dalam hubungan konseling yang baik,
konselor selalu berusaha untuk
me n gemukakan katakata dan butirbutir
dialog yang menyentuh perasaan pasien,
sehingga memunculkan rasa syukur telah
dipertemukan Tuhan dengan seorang
peno long. Banyak konselor menggunakan
pend ekatan agama untuk membuat pasien
tersentuh hatinya.
e. Me m berikan keteladanan.
Keteladanan sikap dan perilaku konselor dapat
me n yentuh perasaan pasien, sehingga pada
gilirannya ia ingin menyontoh pribadi
konselornya. Keteladanan memang
merupakan sugesti yang cukup kuat bagi
pas ien untuk berubah ke arah positif. Motivasi
untuk berubah itu disebabkan oleh
kepri badian, wa wasan, keterampilan,
kesa lehan, dan kebajikan konselor terhadap
pas ien. Seolaholah kepribadian teladan ini
merupakan pesan keilahian yang memancar
dari dalam diri sang konselor.
2. Bina Suasana
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila
diduk u n g dengan kegiatan menciptakan
19
suasana atau lingkungan yang kondusif. Tentu
saj a lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
yang diperhitungkan memiliki pengaruh terhadap
pasien yang sedang diberdayakan . Kegiatan
menciptakan suasana atau lingkungan yang
kondusifini disebut bin a suasana.
a. Bagi pasien rawatjalan (orang yang sakit)
Lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga
atau orang yang mengantarkannya ke rumah
sakit. Sedangkan bagi klien rawat jalan (orang
yang sehat), lingkungan yang berpengaruh
terutama adalah para petugas rumah sakityang
melayaninya. Mereka ini diharapkan untuk
membantu memberikan penyuluhan kepada
pasien dan juga menjadi teladan dalam sikap
dan tingkah laku. Misalnya teladan tidak
merokok, tidak meludah atau. membuang
sampah sembarangan, dan lain sebagainya.
b. Pengantar pasien (orang sakit)
Pengantar pasien tentu tidak mungkin
dipisahkan dari pasien untuk misalnya
dikumpulkan dalam satu ruangan dan
diceramahi. Oleh karen a itu, metode yang tepat
di sini adalah penggunaan media, seperti
misalnya pembagian selebaran (leaflet) ,
pembaangan poster, atau penayangan video
berkaitan dengan penyakit dari pasien.
c. Klien yang sehat
yang berkunjung ke klinikklinik konseling
atau ke kelompok senam, petugaspetugas
20
p・エセャQェ セャォ@
Tekf'lis Prol'l1osi Ke.sebatal1
rセャGiQ。「@
sakit_ _ W.J.-+---'
rumah sakit yang melayani mereka sangat kuat
penga ruhnya sebagai panutan. Maka, di
tempa ttempat ini pengetahuan, sikap, dan
perilaku petugas rumah sakit yang melayani
harus benarbenar konsisten dengan pelayanan
yang diberikannya. Misalnya: tidak merokok,
tidak meludah atau membuang sampah
sembarangan, dan lain sebagainya.
d. Bagi p asien rawat inap
lingkungan yang berpengaruh terutama adalah
para penjenguk pasien (pembesuk). Pembagian
selebaran dan pemasangan poster yang sesuai
denga n penyakit pasien yang akan mereka
jengu k dapat dilakukan. Selain itu, beberapa
rumah sakit melaksanakan penyuluhan
kelom pok kepada para pembesuk ini, yaitu
dengan mengumpulkan mereka yang
menj enguk pasien yang sarna penyakitnya
dal am satu ruangan untuk mendapat
penj elasan dan berdiskusi dengan dokter ahli
dan perawat yang menangani penderita.
Misal nya, tiga puluh menit sebelum jam bezuk
para penjenguk pasien penyakit dalam diminta
untuk berkumpul dalam satu ruangan.
Kemudian datang dokter ahli penyakit dalam
atau perawat mahir yang mengajak para
penjenguk ini berdiskusi ten tang penyakitpenya kit yang diderita oleh pasien yang akan
dijenguknya,. Pada akhir diskusi, dokter ahli
penya kit dalam atau Perawat mahir tadi
berpesan agar hal-hal yang telah di diskusikan
disam paikan juga kepada pasien yang akan
dijenguk.
21
AL_+,__ petuHjuk Tekl1is Promosi
k・ウィエャセQ@
RUl'l1tlh Sakit
e. Ruang di luar gedung rumah sakit juga dapat
dimanfaatkan untuk melakukan bina suasana
kepada para pengantar pasien, para penjenguk
pasien, teman/pengantar klien, dan
pengunjung rumah sakit lainnya.
3 . Advokasi
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya
memberdayakan pasien dan klien , rumah sakit
membutuhkan dukungan dari pihakpihak lain.
Misalnya dalam rangka mengupayakan
lingkungan RS yang tanpa asap rokok, rumah sakit
perlu melakukan advokasi kepada wakilwakil
rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya
peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
yan g mencakup di rumah sakit. Advokasi
merupakan proses yang tidak sederhana. Sasaran
advokasi hendaknya diarahkan/ dipandu untuk
menempuh tahapantahapan sebagai berikut:
(1) memahami/menyadari persoalan yang
diajukan
(2) tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan
yang diajukan
(3) mempertimbangkan sejumlah pilihan
kemungkinan dalam berperan
(4) menyepakati satu pili han kemungkinan dalam
berperan
(5) menyampaikan langkah tindak lanjut
Jika kelima tahapan tersebut dapat
dicapai selama waktu yang disediakan untuk
22
peL""juk Telmis ProMiosi Resellatan RHmab
s。ォゥ エセ@
advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut
berhasil. Langkah tindak lanjut yang tercetus di
ujung perbincangan (misalnya dengan membuat
disposisi pada usulanj proposal yang diajukan)
menunjukkan adanya komitmen untuk
memberikan dUkungan .
Katakata kunci dalam penyiapan bahan
advokasi adalah "Tepat, Lengkap, Akurat, dan
Menarik". Artinya bahan advokasi harus dibuat:
a . Sesuai dengan sasaran (latar belakang
pen d idikannya, jabatannya, budayanya,
kesukaannya, dan lainlain).
b. Sesuai dengan lama waktu yang disediakan
untuk advokasi.
c. Mencakup unsurunsur pokok, yaitu Apa,
Mengapa, Dimana, Bilamana, Siapa
Melakukan, dan Bagaimana lakukannya (5W +
IH).
d. Memuat masalah dan pilihanpilihan
kemungkinan untuk memecahkan masalah.
e. Memuat peran yang diharapkan dari sasaran
advokasi.
f.
Memuat data pendukung, bila mungkin juga
bagan, gambar, dan lainlain.
g. Dalam kemasan yang menarik (tidak
menjemukan), ringkas, tetapi jelas, sehingga
perbincangan tidak berteletele.
23
W
L+1._ _ petvll1jwk Tekl1is Prol11osi Kesebatal1 RVimah Sakit
4. Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam
bina suasana dan advokasi, prinsipprinsip
kemi traan harus di tegakkan. Kemi traan
dik embangkan antara petugas rumah sakit dengan
sasarannya (para pasienjkliennya atau pihak lain)
d a lam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana,
d a n advokasi. Di samping itu, kemitraan juga
dik embangkan karena kesadaran bahwa untuk
m e ningkatkan efektivitas PKRS, petugas rumah
sakit harus bekerjasama dengan berbagai pihak
te r kait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka
agama, lembaga swadaya masyarakat, media
m a ssa, dan lainlain .
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus
dip erhatikan adalah:
(1 ) kesetaraan
(2 ) keterbukaan
(3) saling menguntungkan.
a. Kesetaraan
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya
hubungan yang bersifat hirarkhis (atasbawah). Sem ua harus diawali dengan
kesediaan menerima bahwa masing-masing
berada dalam kedudukan yang sederajat.
Keadaan ini dapat dicapai bila semua pihak
bersedia mengembangkan hubungan
kekeluargaan, yaitu yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.
24
penmjuk Tekl1i
Prol'l1o j Ke5ebatal1 R