Suplementasi sabun kalsium dalam pakan ternak ruminansia sebagai sumber energi alternatif untuk meningkatkan produksi daging yang berkualitas

SUPLEMENTASI SABUN KALSIUM DALAM PAKAN TERNAK
RUMINANSIA SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI
DAGING YANG BERKUALITAS

GODLIEF JOSEPH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa disertasi saya dengan
judul Suplementasi Sabun Kalsium dalam Pakan Ternak Ruminansia
sebagai Sumber Energi Alternatif untuk Meningkatkan Produksi Daging
yang Berkualitas adalah benar-benar asli karya saya dengan arahan komisi
pembimbing, dan bukan hasil jiplakan atau tiruan dari tulisan siapapun serta
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun.
Bogor, Januari 2007
Godlief Joseph
NIM. D 016014021


ABSTRAK
GODLIEF JOSEPH. Suplementasi Sabun Kalsium dalam Pakan Ternak
Ruminansia sebagai Sumber Energi Alternatif untuk Meningkatkan Produksi
Daging yang Berkualitas. Dibimbing oleh AMINUDDIN PARAKKASI, TIEN
MUCHTADI dan RUDY PRIYANTO
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemberian lemak dalam
bentuk sabun kalsium (Ca-Soap) pada ternak ruminansia. Penelitian
dilakukan selama 18 bulan dalam tiga tahap. Penelitian tahap pertama
adalah pembuatan sabun kalsium dengan bahan dasar minyak ikan lemuru
dan minyak sawit kasar (Crude Palm Oil, CPO). Penelitian tahap kedua
adalah uji in vitro untuk mempelajari efektifitas sabun kalsium melindungi
asam lemak poli tak jenuh dari biohidrogenasi mikroorganisma rumen.
Penelitian tahap ketiga adalah uji in vivo untuk mempelajari pengaruh
pemberian sabun kalsium dalam ransum penggemukan terhadap sistem
pencernaan fermentatif di rumen, penampilan produksi serta sifat-sifat
karkas dan daging. Penelitian ini menggunakan 15 ekor ternak domba
jantan lokal dengan tiga jenis ransum sebagai perlakuan yaitu ransum A,
(ransum basal tanpa penambahan sabun kalsium) sebagai kontrol; ransum
B, (ransum kontrol + sabun kalsium 5%) dan ransum C, (ransum kontrol +

sabun kalsium 10%). Ransum basal dalam bentuk pelet dan terdiri atas
40% rumput lapangan dan 60% konsentrat. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok dengan tiga perlakuan dan lima ulangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sabun kalsium dengan bahan dasar minyak
ikan lemuru mempunyai kandungan asam lemak poli tak jenuh lebih tinggi
dibanding CPO. Teknologi sabun kalsium juga efektif melindungi asam
lemak poli tak jenuh dari biohidrogenasi mikroorganisma rumen. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa teknologi sabun kalsium dengan bahan
dasar minyak ikan lemuru yang disuplementasikan dalam pakan ternak
domba efektif sebagai sumber energi, sistem pencernaan fermentatif di
rumen tetap normal, penampilan pertumbuhan ternak cukup baik dan dapat
meningkatkan kualitas daging serta dapat menurunkan kandungan
kolesterol pada serum dan daging domba.
Kata kunci : Sabun kalsium, minyak ikan, domba asam lemak, kolesterol.

ABSTRACT

GODLIEF JOSEPH. Suplementation of Ca-Soap on Ruminant Diet as
Energy Alternative Source to Improve Meat Quality Production. Under the
direction of AMINUDDIN PARAKKASI, TIEN MUCHTADI and RUDY

PRIYANTO
The experiment was conducted to find out an efect of lipids in form of
ca-soap given to the ruminant. The study was carried out for 18 months in
three steps. The first step was ca-soap making wich based on lemuru fish
oil and crude palm oil (CPO). The second step was in vitro experiment to
study the effectifity of ca-soap in protecting polyunsaturated fatty acid
(PUFA) from biohydrogenation of rumen microorganisms. The third step
was in vivo experiment to study the effect of ca-soap supplementation in to
ruminant fattening diet on fermentative digestion system in rumen,
production performance and characteristic of carcass and its meat. The
study used 15 local male sheep were divided into three treatments, namely :
RA (basal diet without ca-soap) as control; RB (control diet + 5% ca-soap);
and RC (control diet + 10% ca-soap). The basal diet was in pellet form wich
consisted of 40% field roughage and 60% concentrate. The experiment
design used was Randomized Block Design with three diet treatments and
five replications. The results showed that ca- soap with using lemuru fish oil
had more PUFA than CPO. The ca-soap technology was also effective
protecting PUFA from biohydrogenation of rumen microorganisms. More
over the research showed this technology effective as energy source as
indicated by fermentative digestion in rumen was still normal, growth

performance was good and even it increased meat quality, otherwise it
decrease serum and meat cholesterol.
Key words : Ca-Soap, fish oil, sheep, fatty acid, cholesterol

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, microfilm, dan sebagainya

SUPLEMENTASI SABUN KALSIUM DALAM PAKAN TERNAK
RUMINANSIA SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI
DAGING YANG BERKUALITAS

GODLIEF JOSEPH

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

Judul Disertasi

: Suplementasi Sabun Kalsium dalam Pakan Ternak
Ruminansia sebagai Sumber Energi Alternatif untuk
Meningkatkan Produksi Daging yang Berkualitas.

Nama

: Godlief Joseph

NIM

: D 016014021


Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof.Dr.drh. H. Aminuddin Parakkasi, MSc.
Ketua

Prof.Dr.Ir. Tien R. Muchtadi, MS.
Anggota

Dr.Ir. Rudy Priyanto
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Ternak

Dr.Ir. Nahrowi, MSc.
Tanggal Ujian : 26 Januari 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan disertasi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2004 adalah sabun kalsium,
dengan judul : Suplementasi Sabun Kalsium dalam Pakan Ternak
Ruminansia sebagai Sumber Energi Alternatif untuk Meningkatkan Produksi
Daging yang Berkualitas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. drh. H. Aminuddin
Parakkasi, MSc. sebagai ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Tien R.
Muchtadi, MS. dan Dr. Ir. Rudy Priyanto, masing-masing sebagai anggota
komisi atas bimbingan dan masukan selama ini sehingga penulisan
disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Dr. Ir. Komang G. Wiryawan,MSc, Dr.Ir. Slamet

Budijanto, MAgr dan Bapak Edy Lucas, PhD. sebagai penguji luar komisi
yang banyak memberikan masukan yang sangat berarti dalam penyempurnaan penulisan disertasi ini.
Pada kesempatan ini juga penulis sampaikan terima kasih kepada
teman-teman seperjuangan terutama Ir. John Randa, MSc. dan Dr. Ir.
Indyah Wahyuni, MSi serta staf Laboratorium NTDK yaitu Pak Darmawan,
Pak Jaja dan Pak Misbah atas segala bantuannya. Ungkapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Papa dan Mama (alm) dan seluruh
keluarga serta istri dan anak-anak, Venda, Joy dan Jean.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2007
Godlief Joseph

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 23 Desember 1962, dari
ayah Paulus Joseph dan Ibu Elizabeth Batseba Rikumahu.

Pendidikan

sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian, Jurusan Peternakan, Universitas
Pattimura Ambon, lulus pada tahun 1987.


Pada tahun 1993 penulis

diterima di Program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ternak pada
Program Pascasarjana IPB dengan biaya TMPD dan menamatkannya pada
tahun 1996.

Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada

program studi dan pada perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun
2002

dengan

mendapat

beasiswa

BPPS


dari

Direktorat

Jenderal

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Pertanian,
Jurusan Peternakan, Universitas Pattimura Ambon sejak tahun 1988.
Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul : Status Asam-Basa
pada Ternak Kerbau Lumpur (Bubalus Bubalis) yang Diberi Pakan Jerami
Padi dan Konsentrat dengan Penambahan Natrium pada Jurnal Ilmu Ternak
dan Veteriner tahun 2001. Karya Ilmiah dengan judul : Status Kolesterol Itik
Mandalung dengan Pemberian Serat Kasar dan Vitamin E telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner di
Ciawi, Bogor pada bulan Oktober 2002. Karya Ilmiah lain berjudul : Efek
Pemberian Sabun Kalsium terhadap Penampilan Pertumbuhan Ternak
Domba yang merupakan bagian dari disertasi ini juga telah dipresentasikan
pada Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis
Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan di Ambon pada
bulan November 2005. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari

studi program S3 penulis.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

………………………………………………………….

ix

………………………………………………………

x

……………………………………………………

xii

………………………………………………………….

1

…………………………………………………..

1

………………………………………………..

4

……………………………………………..

4

………………………………………………………….

4

…………………………………………………..

5

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Usaha Peternakan

…………………………….

5

Domba sebagai Ternak Percobaan

……………………………

9

Sistem Pencernaan Lemak pada Ternak Ruminansia

…………

12

…………………………………..

15

………………………………………….

18

Lemak sebagai Sumber Energi
Biosintesis Asam Lemak

Pengaturan Kolesterol pada Hewan dan Manusia

………………

22

Kualitas Karkas dan Daging Ternak Ruminansia

……………….

29

………………………………………..

33

…………………………………………………...

39

Teknologi Sabun Kalsium
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

…………………………………….

Tahap I : Pembuatan Sabun Kalsium
Prosedur Analisis

…………………………….

39

…………………………………………………..

40

Tahap II : Percobaan in Vitro
Prosedur Analisis

……………………………………….

43

…………………………………………………..

44

Tahap III : Percobaan in Vivo

………………………………………

45

………………………………………………….

49

………………………………………………………

53

Prosedur Analisis
Analisis Data

39

HASIL DAN PEMBAHASAN

………………………………………………

55

Efektifitas Sabun Kalsium Melindungi Asam Lemak
Poli tak Jenuh
………………………………………………………

55

Bilangan Iod

…………………………………………………

55

Bilangan Penyabunan
Rendemen

……………………………………

56

…………………………………………………

56

Kandungan Asam Lemak

…………………………………

Perlindungan Asam Lemak (Percobaan In Vitro)
Penampilan Pertumbuhan

………..

59

………………………………………..

66

Konsumsi Bahan Kering dan Bahan Organik

……………

66

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

…………..

68

…………………………………………..

69

…………………………………………

70

……………………………………………..

71

pH Cairan Rumen
Produksi VFA Total
Produksi N-NH3

Pertambahan Bobot Badan Harian

……………………….

72

………………………….

75

……………………………………………..

75

Efisiensi Penggunaan Ransum
Feed Cost/Gain

Komposisi Karkas dan Daging Domba

………………………….

76

Bobot Potong

……………………………………………….

76

Bobot Karkas

……………………………………………….

76

Persentasi Karkas

…………………………………………..

Luas Urat Daging Mata Rusuk

77

…………………………….

78

……………………………………

78

Kandungan Lemak Intramuskuler (Marbling) ………………

79

Tebal Lemak Punggung

Komposisi Asam Lemak pada Otot Longisimus dorsi

…….

80

Kandungan Kolesterol pada Serum, Daging dan Feses ….

82

PEMBAHASAN UMU

………………………………………………………..

SIMPULAN DAN SARAN

85

………………………………………………….

90

………………………………………………………..

91

…………………………………………………………………..

96

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

57

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Perkembangan produksi dan kebutuhan pangan

………………..

2 Kebutuhan energi dan protein per ekor/hari domba lokal

8

……….

11

………………….

36

4 Karakteristik sabun kalsium berbahan dasar minyak ikan lemuru ….

45

5 Komposis dan kandungan nutrient ransum penelitian

……………..

46

6 Komposisi dan kandungan nilai gizi topmix per 10 kg

…………..

47

7 Bilangan iod, bilangan penyabunan dan rendemen dari
minyak ikan lemuru dan CPO
………………………………………

56

8 Kandungan asam lemak dari minyak ikan lemuru dan CPO
(gram/100 gram)
………………………………………………………

57

9 Kandungan asam lemak dari sabun kalsium dengan bahan dasar
minyak ikan lemuru dan CPO (gram/100 gram) …………………….

58

3 Jenis, nama dan titik cair beberapa asam lemak

10
11
12

Konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik pada
ternak domba jantan lokal
……………………………………………

68

Pengaruh perlakuan terhadap fermentasi mikroba di rumen
pada ternak domba jantan lokal
…………………………………..

70

Pengaruh perlakuan terhadap penampilan pertumbuhan pada
ternak domba jantan lokal
……………………………………….

73

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Grafik pertumbuhan domba lokal jantan

………………………..

2 Skema sistem pencernaan lemak pada ternak ruminansia

12

…….

14

3 Diagram rantai transformasi energi ransum pada hewan
ruminansia
…………………………………………………………..

17

4 Struktur ikatan asam lemak dan gliserol

18

…………………………

5 Biosintesis asam lemak dari karbohidrat, protein dan lemak

…..

20

……………………………………………………

23

7 Metabolisme kolesterol pada hewan dengan ransum bebas
kolesterol
…………………………………………………………….

27

8 Lemak intramuscular yang diekstraksi dengan ether (Metode
Soxhlet) untuk menentukan derajat marbling
……………………..

30

9 Hubungan antara derajat marbling, tingkat kedewasaan dan
mutu daging
…………………………………………………………..

31

6 Struktur kolesterol

10

Proteksi dan penyerapan asam lemak dari sabun kalsium
pada ternak ruminansia
…………………………………………..

35

11

Tahapan pembuatan sabun kalsium

40

12

Peralatan pembuatan sabun kalsium dan uji in vitro

……………

44

13

Kandang dan ternak domba jantan lokal di lokasi penelitian
laboratorium lapangan, Fapet IPB
…………………………………

48

Pemotongan ternak domba penelitian di lokasi penelitian
laboratorium lapangan, Fapet IPB
…………………………………

49

15

Tahapan pelaksanaan penelitian

……………………………….

53

16

Pengambilan cairan rumen

…………………………………….

54

17

Pengumpulan feses

……………………………………………….

54

18

Kandungan asam lemak dari minyak ikan lemuru pada rumen
dan pasca rumen
……………………………………………………

62

Kandungan asam lemak dari sabun kalsium minyak ikan
lemuru pada rumen dan pasca rumen
…………………………

63

Kandungan asam lemak dari CPO pada rumen dan pasca
rumen
…………………………………………………………………

64

Kandungan asam lemak dari sabun kalsium CPO pada rumen
dan pasca rumen
…………………………………………………..

65

14

19
20
21

………………………………

22

Rataan bobot potong, bobot karkas, persentasi karkas, luas
urat daging mata rusuk dan tebal lemak punggung antar
perlakuan
……………………………………………………………..

77

23

Kandungan lemak intramuskuler (marbling) antar perlakuan

……

80

24

Komposisi kandungan asam lemak antar perlakuan

……………

82

25

Kandungan kolesterol dalam serum, daging dan feses antar
perlakuan pada ternak domba jantan lokal
…………………….

83

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Standar 74 dan 84

.....................................................................

2 Analisis statistik konsumsi bahan kering

97

.................................

98

3 Analisis statistik konsumsi bahan organik

..............................

98

4 Analisis statistik kecernaan bahan kering

.............................

99

5 Analisis statistik kecernaan bahan organik

............................ 100

6 Analisis statistik pH cairan rumen

........................................ 100

7 Analisis statistik produksi VFA Total
8 Analisis statistik produksi N-NH3

.................................... 101
......................................... 102

9 Analisis statistik pertambahan bobot badan harian

................. 103

10

Analisis statistik efisiensi penggunaan ransum

..................... 103

11

Analisis statistik bobot potong

12

Analisis statistik bobot karkas panas

13

Analisis statistik persentasi karkas

14

Analisis statistik luas urat daging mata rusuk

15

Analisis statistik tebal lemak punggung

16

Analisis statistik lemak intramuskuler

17

Analisis statistik kandungan kolesterol pada serum

............... 108

18

Analisis statistik kandungan kolesterol pada daging

.............. 109

19

Analisis statistik kandungan kolesterol pada feses

............................................... 104
..................................... 105
........................................ 105
......................... 106
............................... 107
..................................... 107

................. 110

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produktivitas ternak di daerah tropis termasuk di Indonesia sangat
rendah sehingga tidak dapat memenuhi permintaan konsumennya. Salah
satu penyebab utamanya adalah nutrisi yang kurang baik.
Pakan konsentrat masih cukup mahal karena bahan-bahannya
sebagian besar diimpor

dan masih dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia. Selain itu hijauan makanan ternak juga masih menjadi kendala
utama. Menurut Simatupang (2004) bahwa sebagai negara kepulauan,
Indonesia

kurang

mempunyai

keunggulan

komparatif

untuk

mengembangkan sistem peternakan berbasis pakan rumput (grass fed
livestock farming) seperti sapi potong, kerbau, kambing dan domba. Bagi
ternak ruminansia hijauan makanan ternak merupakan sumber energi
utama selain konsentrat.

Energi merupakan komponen yang

sangat

esensial bagi kehidupan ternak tetapi merupakan komponen yang paling
sering kekurangan dalam ransum ternak karena itu perlu diusahakan
pakan alternatif untuk mencukupi kebutuhan nutrisi yang berfungsi
sebagai sumber energi (Piliang, 1997).
Disamping itu permintaan akan produk peternakan seperti telur,
daging dan susu baik secara kuantitas maupun secara kualitas terus
meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk, peningkatan
kesejahteraan serta kesadaran masyarakat akan gizi. Keadaan ini
menyebabkan impor produk peternakan seperti daging terus meningkat
(Yudohusodo, 2003).
Minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil, CPO) dan miyak ikan
merupakan bahan-bahan yang masih mengandung lemak terutama asam
lemak poli tak jenuh (Polyunsaturated Fatty Acid, PUFA) cuku tinggi
sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak sumber energi dan asam
lemak tak jenuh (PUFA).
Penggunaan CPO dan minyak ikan perlu diwaspadai mengingat
ternak ruminansia sangat peka terhadap kandungan lemak yang tinggi

dalam ransumnya karena dapat memberikan efek negatif pada ternak
terutama

dalam

proses

fermentasi

rumen,

seperti

:

membatasi

pencernaan serat, merupakan racun bagi bakteri selulolitik, menurunkan
aktivitas enzim dan menurunkan absorpsi beberapa kation.

Selain itu

mikroorganisma rumen juga dapat menghidrogenasi asam lemak poli takjenuh sehingga dapat meningkatkan kolesterol (Parakkasi, 1995).
Kolesterol dapat menyebabkan penyempitan bahkan penyumbatan
pembuluh darah yang disebut atherosclerosis menyebabkan pembekuan
darah dan serangan jantung (Linder, 1992). Tingginya kadar lemak dan
kolesterol ini sering merupakan faktor pembatas bagi konsumen untuk
mengurangi atau bahkan tidak sama sekali mengkonsumsi produk
peternakan ini.
Fenomena demikian merupakan kondisi yang dilematis bagi
pemerintah dalam menentukan kebijakan pangan, mengingat daging
sebagai sumber protein hewani dengan asam-asam amino esensialnya
masih sangat diperlukan bagi masyarakat Indonesia.

Selain itu asam

lemak poli tidak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol darah
(Soewardi, 2005).
Dari uraian ini maka penggunaan CPO dan minyak ikan yang
mengandung lemak dengan asam lemak poli tak jenuh yang tinggi dalam
pakan

ternak

melindunginya

ruminansia
dari

proses

sebagai

sumber energi

biohidrogenasi

alternatif

mikroorganisme

serta
rumen

merupakan hal yang menarik untuk dikaji.
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa sifat lemak ruminan dapat
dipengaruhi bila dapat mengubah reaksi mikroba atau pemberian lemak
yang tidak mendapat proses dalam rumen yaitu dengan mekanisme :
rumen by pass. Lemak by-pass merupakan sumber energi yang tidak
mempunyai efek terhadap fermentasi rumen dan siap diasimilasi oleh
ternak dalam sistem pencernaannya dan lolos atau terpintas dari proses
degradasi mikroba dalam retikulo rumen atau disebut lemak terlindung.
Teknologi sabun kalsium (Ca-Soap) merupakan salah satu teknologi
perlindungan lemak yang akhir-akhir ini banyak dikembangkan. Teknologi

sabun kalsium adalah suatu proses kimiawi untuk menyabunkan bahan
lemak dan alkali yang dikenal dengan proses saponifikasi, dan ditambah
mineral Kalsium (Ca) dengan tujuan mengubah bentuk minyak ikan dan
CPO menjadi bentuk padat yang dapat dicampur dengan pakan ternak.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1.

Memepelajari penggunaan teknologi sabun kalsium (Ca-soap)
dengan bahan dasar minyak ikan lemuru dan minyak sawit kasar
(CPO) sebagai sumber energi alternatif dan asam lemak esensial.

2.

Mempelajari penggunaan teknologi sabun kalsium untuk melindungi
asam lemak poli tak jenuh (PUFA) dari biohidrogenasi mikroorganisme rumen.

3.

Mempelajari sejauh mana penggunaan sabun kalsium (Ca-soap)
terhadap produksi daging pada ternak ruminansia baik secara
kuantitas maupun secara kualitas.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi
ilmiah mengenai peran sabun kalsium dalam melindungi asam lemak poli
tak jenuh dari biohidrogenasi rumen.

Manfaat aplikatifnya adalah

penemuan bahan dan formula ransum untuk meningkatkan kandungan
asam lemak poli tak jenuh yang dapat menurunkan kandungan kolesterol
daging pada ternak ruminansia sehingga dapat meningkatkan kualitas
daging tersebut.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan sabun
kalsium (Ca-Soap) dalam ransum ternak ruminansia dapat melindungi
asam lemak poli tak jenuh (PUFA) dari biohidrogenasi mikroorganisma
rumen dan meningkatkan produksi dagingnya baik kuantitas maupun
kualitasnya.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan selama 18 bulan dalam 3 tahap yaitu :
tahap pertama pembuatan sabun kalsium, tahap kedua adalah percobaan
in-vitro, dan tahap ketiga adalah percobaan in vivo. Penelitianini
dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Potong dan Kerja dan
Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan,

Laboratorium

Kimia Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian serta Laboratorium Fisiologi,
Fakultas Kedokterna Hewan IPB, Bogor.
Tahap I : Pembuatan sabun kalsium
Bahan yang digunakan untuk pembuatan sabun kalsium terdiri dari
minyak ikan lemuru dan minyak kelapa sawit kasar (CPO) sebagai sumber
asam lemak, Natrium hidroksida (NaOH), Kalsium Khlorida (CaCl2) serta
aquades. Sebelum pembuatan sabun kalsium (Ca-Soap), dilakukan
pengamatan terhadap beberapa parameter yaitu : bilangan iod, bilangan
penyabunan dan kandungan asam lemak dari minyak ikan lemuru dan
CPO kemudian rendemen dari sabun kalsium yang dihasilkan. Setelah
mengetahui bilangan iod dan bilangan penyabunan dari minyak ikan
lemuru dan CPO maka dilanjutkan dengan pembuatan sabun kalsium
dengan bahan dasar minyak ikan lemuru dan CPO.
Adapun tahapan pembuatan pembuatan sabun kalsium ini dapat
dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Tahap II : Percobaan In Vitro
Percobaan secara in vitro ini dilakukan untuk mempelajari efektifitas
penggunaan sabun kalsium dalam melindungi asam lemak poli tak jenuh
dari proses biohidrogenasi oleh mikroorganisme rumen.
Parameter yang diukur adalah kandungan asam lemak dari minyak
ikan lemuru, CPO, sabun kalsium dengan bahan dasar minyak ikan
lemuru dan sabun kalsium dengan bahan dasar CPO. Untuk mengetahui
efektifitas sabun kalsium melindungi asam lemak poli tak jenuh dari proses
biohidrogenase mikroorganisme dalam rumen maka dilakukan peng-

amatan terhadap kandungan asam lemak poli tak jenuh di rumen dan
pasca rumen.
Asam lemak
Pemanasan pada Heater
Penambahan larutan NaOH
Penambahan larutan CaCl2
Pendinginan pada suhu ruang
Pengeringan pada oven 70°C, 18 jam
Sabun Kalsium (Lemak Terlindung)
Gambar 1 Tahapan pembuatan sabun kalsium.
Tahap III : Percobaan In Vivo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan pemberian sabun
kalsium dengan sumber asam lemak poli tak jenuh yang terbaik (in-vitro).
Penelitian ini menggunakan 15 ekor ternak domba jantan lokal yang
berumur dibawah satu tahun (belum terjadi pergantian gigi seri susu),
dengan bobot badan berkisar antara 9 –22 Kg dan digemukkan selama ±
3 bulan.

Ternak domba tersebut ditempatkan dalam kandang individu

berbentuk panggung yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum
serta sarana untuk menampung urine dan feses.

Ransum penelitian

sebanyak tiga perlakuan yaitu :
Ransum A (RA) = ransum kontrol (tanpa penambahan sabun
kalsium)
Ransum B (RB) = ransum kontrol + sabun kalsium 5% dan
Ransum C (RC) = ransum kontrol + sabun kalsium 10%.
Ransum

penelitian

terdiri

dari

rumput

dan

konsentrat

dengan

perbandingan 40 : 60 dan tersusun dari bahan-bahan rumput, jagung

kuning, bungkil kedelei, pollard, dedek padi, minyak kelapa sawit premix
dan sabun kalsium. Kompossi ransum dan kandungan nilai gizi ransum
dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Komposisi Ransum Penelitian
Ransum A
(RA)

Ransum B
(RB)

Ransum C
(RC)

40

40

40

Jagung Kuning

12.5

10

7

Bungkil Kedelei

21

22.5

24.3

Pollard

7

7

7.7

Dedak Padi

13

9

4.5

Minyak kelapa sawit

5.5

5.5

5.5

Premix

1

1

1

Sabun Kalsium

0

5

10

Bahan Ransum (%)

Rumput

Tabel 2. Kandungan nutrien ransum penelitian
Ransum A
(RA)

Ransum B
(RB)

Ransum C
(RC)

Bahan kering (%)

87.03

86.50

87.28

Protein kasar (%)

16.7

16.64

15.15

Serat kasar (%)

17.30

15.04

17.85

Lemak kasar (%)

7.53

9.18

10.67

Ca (%)

0.51

1.21

1.27

P (%)

0.30

0.80

0.75

Energi (kkal/kg)

3790

3956

4069

Kandungan nutrien

Ternak domba ditimbang setiap minggu pada pagi hari sebelum
diberi makan agar diketahui pertambahan berat badannya.

Ransum

diberikan dua kali sehari yaitu pagi pukul 08.00 dan sore pukul 15.00 dan
diberikan dalam jumlah yang terbatas yaitu 3.8% dari bobot badan dan

disesuaikan setiap minggu agar sesuai dengan kebutuhannya. Air minum
diberikan secara ad libitum, tetapi setiap hari diukur agar diketahui jumlah
pemberiannya.
Parameter yang diukur adalah : konsumsi bahan kering dan bahan
organik, kecernaan bahan kering dan bahan organik, pertambahan berat
badan harian, efisiensi penggunaan ransum, feed cost per gain, pH cairan
rumen, VFA Total dan N-NH3.
Setelah perlakuan penggemukan selesai, sampel darah diambil
kemudian dipuasakan selama 24 jam untuk mengurangi isi saluran
pencernaan dan hanya diberi air minum saja kemudian ternak domba
tersebut dipotong.
Untuk mengevaluasi kualitas karkas dan daging serta mempelajari
inkorporasi asam lemak poli tak-jenuh pada karkas dan daging domba
penelitian maka sampel daging otot longisimus dorsi pada potongan dari
persendian thoracic vertebrata ke 12-13 sampai dengan lumbar vertebrata
ke-6 dari setengah karkas bagian kiri dipisahkan. Sampel ini kemudian
disimpan dalam freeser untuk analisis lebih lanjut.
Parameter yang diamati adalah bobot potong, bobot karkas panas,
persentase karkas, luas urat daging mata rusuk, lemak intermuskuler
(marbling), kandungan asam lemak daging dan kandungan kolesterol
dalam darah, daging dan feses. Secara ringkas tahapan penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
Analisis Data
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan tiga perlakuan pakan yaitu RA, RB dan RC dan masingmasing perlakuan mendapat lima ekor ternak domba sebagai ulangan.
Model matematiknya adalah sebagai berikut :
Yij = μ + τi + βj + εij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j
μ = nilai tengah populasi

τi = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i
βj = pengaruh aditif dari kelompok ke-j
εjk = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok
ke-j
Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan analisis sidik ragam
(anova) dan perbedaan antar perlakuan diuji dengan Uji Wilayah
Berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1991).
Pembuatan Sabun Kalsium dan
Percobaan In Vitro
Minyak ikan

Percobaab in-vivo

CPO

Ransum Penelitian
+
Sabun Kalsium

Sabun Kalsium

Domba Jantan
Lokal

Uji in-vitro

Parameter
Bil. Iod minyak ikan dan cpo
Bil. penyabun m ikan & cpo
Rend.sab kalsium m.ikan
Rend sab kalsium cpo
Kand asam lemak m.ikan
Kand asam lemak cpo
Kand as lemak pd sab.kalsium
m. Ikan dan cpo
Kand asam lemak m.ikan di
rumen & pasca rumen.
Kand as lemak sab kal m.ikan
di rumen & pasca rumen

Kand as lem cpo di rumen
& pasca rumen
Kand as lem sab kal cpo di
rumen & pasca rumen
Kons bhn kering & bhn org.
Kec. Bhn kering & bhn org.
Pertamb brt bdn harian
Efisensi pengg ransum
Feed cost per gain
pH cairan rumen
VFA total
N-NH3

Gambar 2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Bobot potong
Bobot karkas panas
Persentasi karkas
Luas urat daging mata rusuk
Tebal lemak punggung
Lemak marbling
Kand asam lemak pd daging
Kand kolesterol pd darah
Kand kolesterol pd daging
Kand kolesterol pd feses

HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektifitas Sabun Kalsium Melindungi Asam Lemak Poli Tak Jenuh
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari efektifitas sabun kalsium
melindungi asam lemak poli tak jenuh (PUFA) dari biohidrogenasi mikroorganisma rumen.

Penelitian ini terdiri dari dua kegiatan yaitu : 1)

Pembuatan sabun kalsium dengan bahan dasar minyak ikan lemuru dan
minyak sawit kasar (CPO). Parameter yang diukur adalah bilangan iod,
bilangan penyabunan, rendemen dan kandungan asam lemak pada
minyak ikan lemuru dan CPO. 2) Percobaan in vitro untuk mempelajari
efektifitas sabun kalsium melindungi asam lemak poli tak jenuh dari biohidrogenasi mikroorganisme rumen.

Parameter yang diukur adalah

kandungan asam lemak dari minyak ikan lemuru dan CPO di rumen dan
pasca rumen serta kandungan asam lemak dari sabun kalsium minyak
ikan dan CPO di rumen dan pasca rumen.
Bilangan Iod
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bilangan iod pada minyak ikan
lemuru adalah 10,4112 gram dan CPO adalah 4,2225 gram (Tabel 3). Hal
ini menunjukkan bahwa minyak ikan lemuru mempunyai ikatan rangkap
yang lebih banyak dari CPO. Ini berarti bahwa minyak ikan lemuru lebih
banyak mengandung asam lemak poli tak jenuh dibanding CPO.
Bilangan Penyabunan
Minyak ikan lemuru dan CPO untuk pembuatan sabun kalsium
diukur bilangan penyabunannya guna mengetahui bobot NaOH optimum
untuk reaksi penyabunan pada perlakuan penelitian ini. Pada Tabel 3
dapat dilihat nilai bilangan penyabunan pada bahan yang digunakan
adalah : 294.5488 mg KOH untuk minyak ikan lemuru dan 281. 2237 mg
KOH untuk CPO. Melalui perbandingan bobot molekul, dapat diketahui
keperluan penambahan NaOH dan CaCl2 dari bobot bahan dasar yang
digunakan.

Tabel 3 Bilangan iod, bilangan penyabunan dan rendemen dari
Minyak Ikan Lemuru dan CPO
Parameter

Minyak ikan
lemuru

CPO

10.41
294.55
46.58

4.22
281.22
45.50

Bilangan Iod (gram)
Bilangan Penyabunan (mg KOH)
Rendemen (%)
Sumber : Data Primer.
Rendemen

Pengukuran terhadap rendemen produk sabun kalsium dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efisiensi formula sabun kalsium tersebut.
Nilai rendemen dari sabun kalsium pada penelitian ini adalah 46,58%
untuk minyak ikan lemuru dan 45,50% untuk CPO (Tabel 3).

Nilai

rendemen dari hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Waskito
(1996) yang menggunakan minyak ikan lemuru sebagai bahan dasar
pembuatan sabun kalsium yaitu sebesar 40%.
Kandungan Asam Lemak
Hasil analisis kandungan asam lemak dari minyak ikan lemuru dan
CPO pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perbandingan kandungan asam
lemak antara minyak ikan lemuru dan CPO mempunyai perbedaan yang
cukup tinggi yaitu 348.9049 mg/gram untuk minyak ikan dan 56.3150
mg/gram untuk CPO.
Tingginya kandungan asam lemak dari minyak ikan ini disebabkan
karena kandungan jenis asam lemak dari minyak ikan lebih banyak dari
kandungan jenis asam lemak pada CPO. Selain itu minyak ikan mempunyai rantai hidrokarbon dengan jumlah atom karbon yang mempunyai
ikatan rangkap lebih banyak yaitu sampai 22:6 (DHA) sedangkan pada
CPO, rantai hidrokarbon dengan jumlah atom karbon yang mempunyai
ikatan rangkap hanya sampai pada 18:3 (linolenat).

Tabel 4 Kandungan asam lemak dari minyak ikan lemuru dan CPO.

Jenis Asam Lemak
Laurate (12:0)
Myristate (14:0)
Myristoleic (14:1)
Pentadecanoate (15:0)
Palmitate (16:0)
Poelmitoleic (16:1)
Heptadecanoate (17:0)
Stearate (18:0)
Oleat (18 : 1)
Linoleate (18:2)
Linolenat (18:3)
Arrachidate (20:0)
Eicosenoate (20:1)
(20 : 4)
(20 : 5)
Behenate (22:0)
Erucic Acid (22:1)
(22:6)
Total
Sumber : Data Primer

Kandungan Asam Lemak (mg/g)
Minyak Ikan
CPO
2.9556
0.4645
27.7000
0.3153
11.8181
2.4674
83.7968
5.6571
23.0066
4.0112
3.9936
25.2417
7.2013
73.8502
20.3291
11.1597
13.5496
5.4373
4.8045
2.1810
2.1310
5.0147
1.9616
28.2790
14.8484
23.0445
348.9049
56.3150

Hasil analisis kandungan asam lemak dari sabun kalsium dengan
bahan dasar minyak ikan lemuru dan CPO menunjukkan bahwa
kandungan asam lemak pada produk sabun kalsium yang dihasilkan
mengalami penurunan yaitu

89.1211 mg/gram untuk sabun kalsium

dengan bahan dasar minyak ikan lemuru dan 14.4753 mg/gram untuk
sabun kalsium dengan bahan dasar CPO (Tabel 5). Hal ini disebabkan
karena

adanya

penambahan

NaOH,

CaCl2

dan

akuades

yang

mengakibatkan kandungan asam lemak dari produk sabun kalsium yang
dihasilkan lebih rendah dibanding bahan dasarnya.

Tabel 5 Kandungan Asam Lemak (mg/g) dari Sabun Kalsium dengan
bahan dasar minyak ikan lemuru dan CPO.

Jenis Asam Lemak
Laurate (12:0)
Myristate (14:0)
Myristoleic (14:1)
Pentadecanoate (15:0)
Palmitate (16:0)
Poelmitoleic (16:1)
Heptadecanoate (17:0)
Stearate (18:0)
Oleat (18:1)
Linoleate (18:2)
Linolenat (18:3)
Arrachidate (20:0)
Eicosenoate (20:1)
(20:4)
(20:5)
Behenate (22:0)
Erucic Acid (22:1)
(22:6)
Total
Sumber : Data Primer

Sabun Kalsium
Minyak Ikan
CPO
0.5053
0.0936
4.2339
0.0815
4.2105
0.2992
12.9084
2.1197
4.7102
3.3025
3.3883
4.1574
0.2006
17.2261
3.1588
22.0143
4.2537
6.3012
1.1791
0.4763
0.5424
0.0104
0.1375
2.8957
2.8935
2.2964
89.1211
14.4753

Perlindungan Asam Lemak (Percobaan In Vitro).
Setelah memperoleh sabun kalsium dari penelitian tahap I
(pembuatan sabun kalsium), maka dilanjutkan dengan uji fermentablitas
(in vitro) untuk mempelajari efektifitas sabun kalsium melindungi asam
lemak poli tak jenuh (PUFA). Pada penelitian ini dilakukan pengamatan
terhadap kandungan asam lemak terutama asam lemak poli tak jenuh di
rumen dan pasca rumen.
Asam lemak poli tak jenuh (PUFA) merupakan asam lemak yang
sangat penting karena termasuk asam lemak esensial yaitu berasal dari
makanan dan tidak dapat disintesis di dalam tubuh. Ada dua jenis asam
lemak ini yang penting ialah asam lemak omega-3 dan asam lemak
omega-6.

Asam lemak omega-6 seperti asam lemak linoleat (18:2)

merupakan asam lemak esensial sedangkan asam lemak linolenat (18:3)

dan arakidonat (20:0) dapat disintesa dari asam lemak linoleat (Piliang
dan Djojosoebagio, 2002).
Hasil penelitian (in-vitro) menunjukkan bahwa kandungan asam
lemak poli tak jenuh dari minyak ikan lemuru (tanpa sabun kalsium) pada
rumen dan pasca rumen mengalami penurunan (Gambar 13).

Asam

lemak oleat (18:1) dan linoleate (18:2) mengalami penurunan dari 11.20
dan 63.36 mg/gram menjadi 0.26 dan 0.95 mg/gram. Sedangkan asam
lemak linolenate (18:3) dan DHA (22:6) mengalami penurunan dari 10.84
dan 4.14 mg/gram menjadi sangat kecil (trace) dan tidak terdeteksi.
Hasil analisis kandungan asam lemak dari sabun kalsium dengan
bahan dasar minyak ikan lemuru pada rumen dan pasca rumen menunjukkan bahwa kandungan asam lemak juga mengalami penurunan dari
rumen ke pasca rumen (Gambar 14).

Asam lemak oleat (18:1) dan

linoleate (18:2) mengalami penurunan dari 12.04 dan 34.54 mg/gram
menjadi 1.53 dan 5.31 mg/gram.

Sedangkan asam lemak linolenate

(18:3) dan DHA (22:6) juga mengalami penurunan tetapi masih dapat
terdeteksi yaitu dari 3.46 dan 6.18 mg/gram menjadi 1.95 dan 2.52
mg/gram.
Pola yang sama juga terjadi pada kandungan asam lemak dari
CPO dan sabun kalsium dengan bahan dasar CPO.

Hasil analisis

kandungan asam lemak dari CPO (tanpa sabun kalsium) pada rumen dan
pasca rumen menunjukkan bahwa kandungan asam lemak mengalami
penurunan dari rumen ke pasca rumen (Gambar 15). Asam lemak oleat
(18:1) dan linoleate (18:2) mengalami penurunan dari 11.0 dan 2.50
mg/gram menjadi 0.34 dan 0.40 mg/gram.

Sedangkan asam lemak

linolenate (18:3) mengalami penurunan dari 1.54

mg/gram menjadi

sangat kecil (trace) dan tidak terdeteksi.
Hasil analisis kandungan asam lemak dari sabun kalsium dengan
bahan dasar CPO pada rumen dan pasca rumen menunjukkan bahwa
kandungan asam lemak juga mengalami penurunan dari rumen ke pasca
rumen (Gambar 16).

Asam lemak oleat (18:1) dan linoleate (18:2)

mengalami penurunan dari 15.95 dan 11.39 mg/gram menjadi 12.80 dan

3.72 mg/gram. Sedangkan asam lemak linolenate (18:3) juga mengalami
penurunan tetapi masih dapat terdeteksi yaitu dari 2.30 mg/gram menjadi
1.02 mg/gram.
Tabel 4. Kandungan asam lemak (mg/g) dari minyak ikan dan CPO tanpa
proses penyabunan

Jenis Asam Lemak
Laurate (12:0)
Myristate (14:0)
Myristoleic (14:1)
Pentadecanoate (15:0)
Palmitate (16:0)
Poelmitoleic (16:1)
Heptadecanoate (17:0)
Stearate (18:0)
Cis-9-Oleic (18:1)
Linoleate (18:2)
Linolenat (18:3)
Arrachidate (20:0)
Eicosenoate (20:1)
Behenate (22:0)
(22:6)

Minyak ikan
Rumen
Pasca
Rumen
3.62
33.54
0.74
12.01
2.42
110.32
2.27
28.93
0.60
2.61
2.44
32.79
0.75
9.89
0.23
63.36
0.95
10.84
1.98
3.10
6.77
4.14
326.33
7.98

CPO
Rumen
Pasca
Rumen
0.38
0.42
13.99

1.51

2.53
1.72
9.71
2.50
1.54

2.14
0.31
0.30
0.40

32.79

4.65

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi sabun kalsium
dapat melindungi asam lemak poli tak jenuh dari proses biohidrogenasi
mikro-organisme rumen.

Kandungan asam lemak poli tak jenuh yang

lolos dari proses pencernaan di rumen dan masuk ke proses pencernaan
pasca rumen pada perlakuan dengan teknologi sabun kalsium lebih tinggi
dibanding dengan tanpa penggunaan sabun kalsium.

Pada perlakuan

dengan teknologi sabun kalsium kehilangan asam lemak poli tak jenuh
adalah 60.35% sedangkan pada perlakuan tanpa sabun kalsium yaitu
95.91%.

Hal ini menunjukkan bahwa asam-asam lemak yang masuk

ke rumen akan mengalami biohidrogenasi oleh mikroorganisme rumen.
Sebaliknya sabun kalsium tidak mengalami proses biohidrogenasi oleh
mikroorganisme rumen (mekanisme : rumen by-pass), dan ini sesuai
dengan

yang

dikemukakan

oleh

Parakkasi (1995) bahwa lemak

by-pass merupakan sumber energi yang tidak mempunyai efek terhadap
fermentasi rumen dan siap diasimilasi oleh ternak dalam sistem
pencernaannya dan lolos atau terpintas dari proses degradasi mikroba
dalam retikulo rumen atau disebut lemak terlindung.
Tabel 5. Kandungan asam lemak (mg/g) dari Sabun kalsium dengan
bahan dasar minyak ikan lemuru dan CPO.

Jenis Asam Lemak
Laurate (12:0)
Myristate (14:0)
Myristoleic (14:1)
Pentadecanoate
(15:0)
Palmitate (16:0)
Poelmitoleic (16:1)
Heptadecanoate
(17:0)
Stearate (18:0)
Cis-9-Oleic (18:1)
Linoleate (18:2)
Linolenat (18:3)
Arrachidate (20:0)
Eicosenoate (20:1)
Behenate (22:0)
(22:6)

Minyak ikan
Rumen
Pasca
Rumen
2.18
23.33
4.11
8.44
1.23

CPO
Rumen
Pasca
Rumen
0.38
0.39
0.52
0.41

1.61
78.53
25.90

13.54
4.31

21.95

11.67

2.53
28.81
10.63
34.54
3.46
1.84
2.97
7.85
6.18
238.81

2.46
4.83
1.35
5.30
1.95
0.73
1.18
3.12
2.52
46.65

2.46
2.31
14.08
11.39
2.30

2.43
1.09
11.30
3.72
1.02

55.39

32.04

Jenkins (1993) mengatakan bahwa lemak akan dihidrolisis dalam
rumen menjadi asam lemak terbang (Free Fatty Acid, FFA) dan glycerol.
Selanjutnya Chalupa et al., (1986) mengatakan bahwa asam lemak poli
tak jenuh akan mengalami biohidrogenasi oleh mikro-organisme rumen
menjadi asam lemak jenuh dan glyserol kemudian glyserol ini akan
dikonversikan menjadi asam lemak volatyl (Volatile Fatty Acid, VFA).
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sabun kalsium dapat memproteksi
asam lemak poli-tak jenuh dari biohidrogenasi oleh mikroorganisme
rumen.

Hasil penelitian Kook, et al., (2002) yang menggunakan

suplementasi minyak ikan tanpa proteksi pada ternak sapi menunjukkan
bahwa kandungan asam lemak terutama oleat, linoleate dan linolenate

pada otot longissimus dorsi tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan minyak ikan tanpa diproteksi tidak akan berpengaruh
terhadap kandungan asam lemak poli tak jenuh pada daging ternak
ruminansia.
Dari penelitian tahap I ini dapat disimpulkan bahwa kandungan
asam lemak poi tak jenuh (PUFA) pada minyak ikan lemuru lebih tinggi
dibanding pada CPO.

Teknologi sabun kalsium (Ca-Soap) efektif

melindungi/memproteksi asam lemak poli tak jenuh (PUFA) dari biohidrogenasi mikroorganisme rumen.

Selanjutnya

disarankan

untuk

perlu

dilakukan penelitian in-vivo yang menggunakan sabun kalsium dengan
bahan dasar minyak ikan lemuru untuk mengetahui inkorpoasi asam
lemak poli-tak jenuh ke dalam karkas ternak ruminansia.
Penampilan Pertumbuhan
Penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan hasil penelitian in
vitro yaitu pemberian ransum penggemukan kepada ternak domba yang
disuplementasikan dengan sabun kalsium yang berbahan dasar minyak
ikan lemuru.

Pada penelitian ini dilakukan dua tahap kegiatan penga-

matan yaitu : 1) Penampilan pertumbuhan. Parameter yang diukur adalah
konsumsi dan kecernaan bahan kering dan bahan organik, fermentasi
mikroba rumen (pH , VFA Total dan N-NH3 cairan rumen), pertam-bahan
bobot badan harian, efisiensi penggunaan ransum dan feed cost/ gain. 2)
Karakteristik karkas dan daging domba. Parameter yang diukur adalah
bobot potong, bobot karkas, persentasi karkas, luas urat daging mata
rusuk, tebal lemak punggung, lemak intramuskuler, kandungan asam
lemak dan kandungan kolesterol.
Konsumsi Bahan Kering dan Bahan Organik
Hasil penelitian pada tabel 10,

menunjukkan bahwa tingkat

konsumsi ransum adalah 521.51; 645.74 dan 650.42 (gram/ekor/hari),
masing-masing untuk perlakuan RA, RB dan RC.

Hasil analisis sidik

ragam menunjukkan bahwa tingkat konsumsi bahan kering tidak ada

perbedaan antar perlakuan. Hal ini disebabkan karena pemberian ransum
bagi ternak domba dalam penelitian ini adalah sama yaitu 3,8% dari bobot
badan hidup.

Konsumsi bahan kering selama penelitian ini setelah

dianalisis setara dengan 3% bobot badan. Walaupun konsumsi bahan
kering ini tidak berbeda nyata namun konsumsim bahan kering pada
perlakuan RC cenderung lebih tinggi, kemudian RB dan RA.
menunjukkan
meningkatkan

bahwa
kualitas

suplementasi
ransum

sabun

sehingga

kalsium

ternyata

konsumsinya

Hal ini
dapat

meningkat.

Parakkasi (1995) menyatakan bahwa ransum yang berkualitas baik,
tingkat konsumsinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ransum
berkualitas inferior.
Nilai rataan konsumsi bahan kering yang dilaporkan oleh Mathius et
al., (1997) yaitu berkisar dari 640.0 dan 703.0 (g/ekor/hari), dan juga oleh
Kaunang (2004) yaitu berkisar dari 609.64 dan 741.20 (g/ekor/hari), serta
Uhi (2005) yaitu berkisar dari 543.93 dan 572.98 (g/ekor/hari).
Hasil yang sama juga terjadi pada konsumsi bahan organik.
Konsumsi bahan organik pada perlakuan RA, RB dan RC seperti yang
terlihat pada Tabel 10, berturut-turut adalah 479.41; 562.95 dan 555.10.
Peningkatan konsumsi bahan kering dan bahan organik yang terjadi pada
perlakuan RB dan RC diduga karena adanya suplementasi sabun kalsium.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan lemak dalam bentuk sabun
kalsium dapat meningkatkan palatabilitas ransum sehingga konsumsi
meningkat, dan hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) yang
menyatakan bahwa salah satu sifat positif dari penambahan lemak dalam
ransum ruminan adalah dapat meningkatkan palatabilitas ransum, dengan
demikian tingkat konsumsi ransum dapat ditingkatkan dengan segala
akibatnya terhadap penampilan ternak bersangkutan. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa tingkat konsumsi bahan organik tidak ada
perbedaan antar perlakuan.

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik
Kualitas ransum ditentukan juga oleh tingkat kecernaan zat-zat
makanan yang terkandung dalam ransum tersebut. Tingkat kecernaan
zat-zat makanan dapat memberikan gambaran tentang kualitas ransum
yang digunakan, karena bagian yang dicerna merupakan selisih antara
kandungan zat makanan dalam ransum tersebut dengan zat makanan
yang keluar melalui feses.
Tabel 10 Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi dan kecernaan
bahan kering ternak domba jantan lokal
Parameter

RA

RB

RC

Konsumsi BK (g/ekor/hari)

525.51

645.74

650.42

Konsumsi BO (g/ekor/hari)

479.41

562.95

555.10

Kecernaan BK (%)

58.40

61.83

64.83

Kecernaan BO (%)

59.36

63.27

61.15

Sumber : Data Primer
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan nilai kecernaan bahan
kering (KCBK) pada perlakuan RA, RB dan RC adalah 58.40;61.83 dan
64.83 sedang rataan nilai kecernaan bahan organik (KCBO) pada
perlakuan RA, RB dan RC adalah 59.36; 63.27 dan 61.15 (Tabel 10).
Menurut Parakkasi (1995) bahwa penambahan lemak dalam ransum
ternak ruminan dapat meningkatkan konsumsi, tapi bila berlebihan dapat
berakibat negatif dan mengganggu pencernaan.

Kadar lemak ransum

ruminan yang melebihi 7–8% dapat menyebabkan gangguan pencernaan,
terutama penurunan konsumsi yang disebabkan oleh gangguan fungsi
mikroorganisme dalam rumen.
Hasil analisis kandungan nutrien ransum penelitian (tabel 5)
menunjukkan bahwa kandungan lemak pada perlakuan RB dan RC yang
ditambah sabun kalsium masing-masing 5% dan 10% adalah 9.18 dan
10.67 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan lemak dalam
bentuk sabun kalsium pada perlakuan RB dan RC masing-masing 5% dan
10% ternyata dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan baik bahan
kering maupun bahan organik. Hal ini berarti bahwa suplementasi lemak
pada ransum ruminan dalam bentuk sabun kalsium, dapat melindungi
lemak dari sistem pencernaan dalam rumen sehingga dapat meningkatkan
konsumsi dan kecernaan ransum.
pH Cairan Rumen
Nilai pH cairan rumen memegang peran penting dalam mengatur
beberapa proses dalam rumen, baik dalam mendukung pertumbuhan
mikroba rumen maupun dalam menghasilkan produk berupa asam lemak
atsiri atau Volatile Fatty Acid (VFA) dan amonia (NH3). Kondisi normal pH
cairan rumen adalah antara 5.5 – 7. Hasil penelitian pada Tabel 11
menunjukkan bahwa rataan nilai pH cairan rumen yang relatif sama yaitu
6.26; 6.68 dan 6.56 masing-masing untuk perlakuan RA, RB dan RC.
Rataan nilai pH cairan rumen dalam penelitian ini masih berada dalam
kisaran normal.
Salah satu sifat negatif

dari penambahan lemak dalam ransum

ruminan adalah lemak dan minyak dapat menurunkan kecernaan dalam
rumen.

Analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada perbedaan antar

perlakuan.

Hal ini berarti bahwa dengan penambahan lemak pada

ransum ternak domba dalam bentuk sabun kalsium pada perlakuan RB
dan RC tidak memberikan suatu kondisi yang negatif. Sebaliknya dengan
penambahan sabun kalsium ternyata dapat meningkatkan kecernaan dan
pH cairan rumen dibanding perlakuan RA (kontrol).
Produksi VFA Total Caiarn Rumen
Pakan ternak ruminansia mengandung sejumlah nutrien seperti
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Di dalam alat

pencernaan, bahan makanan tersebut mengalami perombakan bentuk
dan sifat-sifat fisik dan kimianya melalui proses pencernaan mekanik di

mulut, pencernaan mikroba (fermentatif) di rumen serta pencernaan
enzimatik dengan bantuan enzim dalam saluran pencernaan pasca
rumen. Pencernaan fermentatif merupakan usaha merombak senyawa
yang komplek menjadi bahan mudah diserap dengan bantuan mikroba
rumen dan menghasilkan asam lemak volatile (Volatille Fatty Acid, VFA)
yang telah diketahui merupakan sumber energi utama bagi ternak
ruminansia.
Hasil rataan nilai VFA Total pada penelitian ini adalah 122.8; 141.6
dan 170.0 (mM) masing-masing untuk perlakuan RA, RB dan RC (Tabel
11).

Produksi VFA Total yang layak bagi kelangsungan hidup yang

normal adalah 80 - 160 (mM) (Su