PENDAHULUAN JDIH Kemendag RI

Jendela Informasi Hukum Bidang Perdagangan Edisi Agustus 2012 3 ANALISIS LARANGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT MELALUI HUBUNGAN VERTIKAL PELAKU USAHA PERJANJIAN DISTRIBUSI BARANG Oleh: Eko Prilianto Sudradjat 1

A. PENDAHULUAN

Pasar di mana terdapat pelaku usaha yang memiliki posisi dominan, maka sistem distribusi pelaku usaha tersebut menjadi penting dan harus menjadi perhatian hukum persaingan. Posisi dominan yang dimiliki oleh suatu pelaku usaha mengindikasikan lemahnya tekanan persaingan dari pelaku usaha lain inter-brand competition pada pasar tersebut. Pada kondisi tersebut persaingan terjadi di dalam merek yang sama intra-brand competition, sehingga harus dijaga agar konsumen tidak dirugikan atau kehilangan kebebasannya dalam menentukan pilihannya2. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan Larangan Persaingan Usaha Tidak Sehat UU Persaingan Usaha menganut dua asas yaitu per se illegal dimana apabila dalam suatu aktivitas perdagangan terdapat jelas maksud atau tujuannya yang mempunyai akibat merusak persaingan maka hakim tidak perlu harus mempermasalahkan masuk akal atau tidaknya dari peristiwa yang sama analogi sebelum menentukan bahwa peristiwa yang tersebut merupakan pelanggaran hukum persaingan dan rule of reason Menyatakan suatu perbuatan dituduh melanggar hukum persaingan, maka pencari fakta harus mempertimbangkan dan menentukan apakah perbuatan tersebut menghambat persaingan dengan menunjukkan akibatnya terhadap proses persaingan dan apakah perbuatan itu tidak adil atau mempunyai pertimbangan lainnya dalam mengawasi persaingan usaha di Indonesia. 1 Penulis merupakan Pegawai Negeri Sipil pada Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan. 2 Farid F. Nasution, Perjanjian Distribusi Menurut Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Hukum Bisnis Volume 26 – Nomor 2 Tahun 2007: 63. Edisi Agustus 2012 Jendela Informasi Hukum Bidang Perdagangan 4 Distribusi adalah cara untuk menjual suatu produk perusahaan kepada konsumennya. Perusahaan memiliki dua pilihan untuk menangani proses distribusi, yaitu3: 1. Ekspansi internal dengan membentuk unit distribusi sebagai bagian dari perusahaan; 2. Bekerjasama dengan pihak lain untuk mendistribusikan barang yang diproduksinya. Permasalahan persaingan usaha akan terjadi didalam cara distribusi kedua, dimana perusahaan produksi menyerahkan distribusi kepada pihak lain. Di European Commnunity EC, perjanjian distribusi dapat menjadi perjanjian yang dilarang, dan merupakan persaingan usaha tidak sehat, keadaan persaingan usaha tidak sehat dianggap timbul, ketika produk yang didistribusikan bukan pangsa pasar distributornya4 di atas 30 tiga puluh pada pasar bersangkutan5. Disebutkan di atas maka, dapat terjadi didalam dua kondisi, yaitu: 1. Hambatan yang terjadi secara horizontal dimana hubungan antara pelaku dengan pelaku pesaingnya yang sejajar terjadi dalam suatu industri yang sama, umumnya paling sering bersifat anti persaingan; 2. Hambatan secara vertical Hubungan antara pelaku dengan pelaku usaha yang merupakan suatu jaringan proses produksi, biasa terjadi antara produser dengan distributor. Pada dasarnya dalam dunia bisnis, upaya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya merupakan perilaku yang wajar, akan tetapi langkah-langkah yang diambil untuk mencapai tujuan tersebut harus tetap dalam koridor yang diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. PERJANJIAN DISTRIBUSI DAN KEAGENAN