Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Magang di PKBM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KEEFEKTIVAN MAGANG Dl PKBM
(Kasus PKBM ALPA di Kelurahan Cirangrang,
Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung)

Oleh:
SLAMET SUDARTO BUDIONO

PROGRAM STUD1 ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

SLAMET SUDARTO BUDIONO. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Keefektivan Magang di PKBM (Kasus PKBM ALPA di Kelural~anCirangrang,
Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung). Dibimbing oleh RICHARD W.E.
LUMINTANG, DJOKO SUSANTO dan SUMARDJO.
Pembangunan kualitas inanusia inelalui pendidikan memegang peranan
yang sangat penting dan strategis untuk menyiapkan manusia Indonesia yang

inemiliki kemampuan daya saing yang tinggi di tengah-tengah kehidupan global.
Salah satunya yaitu melalui pendidikan luar sekolah, dalam bentuk Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM). Kegiatan pendidikan yang diadakan di PKBM
ALPA adalah inagang peinbuatan suku cadang {spare part) sepeda motor. Tujuan
magang adalah tnenyiapkan warga belajar untuk mampu meraih kesempatan kerja
guna meningkatkan pendapatannya.
Tujuan penelitian adalah mengungkapkan faktor-faktor yang
ineinpengaruhi tingkat partisipasi warga belajar dalam kegiatan magang di PKBM
ALPA, dan inenganalisa hubungan tingkat partisipasi warga belajar dengan
tingkat keefektivan inagang di PKBM ALPA. Penelitian ini merupakan penelitian
survai yang bersifat (explainatoryl. Penentuan lokasi dilakukan dengan cara
sengaja (purpos~ve),yaitu di Pusat Kegatan Belajar Masyarakat (PKBM) ALPA
di Desa Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2002. Penelitian h i
menggunakan inetode sensus, sehingga populasi sekaligus sampelnya, dengan
jumlah 35 responden. Untuk melihar pengaruh dan hubungan antar ariabel yang
diarnati digunakan uji korelasi Tau b-Kendall.
Faktor karakteristik internal inenunjukkan bahwa, umur warga belajar ratarata (80%) antara 27 hingga 37 tahun Tingkat pendidikan warga belajar baru 23%
telah menempuh pendidikan setara SLTA. Tingkat pendapatan sebagian besar
(43%) warga belajar berpendapatan pada kategori sedang (574.0001.650.000/bln). Sebagian besar warga belajar (97%) memiliki motivasi bekerja

dalam kategori tinggi. Sebagian besar warga belajar (51%) ineinpunyai sifat
kekosmopolitan dalam kategori sedang, dan tidak ada warga belajar yang
memiliki sifat kekosmopolitan yang tinggi.
Faktor karakteristik eksternal Hasil menunjukkan bahwa kredibilitas
penyelenggara magang cenderung dinilai tinggi oleh sebagian besar (89%) warga
belajar Warga. Seluruh warga belajar menilai scunber belajar (pennagang) tinggi.
Sebagan besar (94%) warga belajar menilai sarana dan prasarana yang ada tinggi.
Jarak tempat tinggal warga belajar dengan tempat magang relatif dekat. Sebagian
besar warga belajar (97%) menilai tingkat persaingan untuk bisa mendirikan
usaha sendiri atau kerja di perusahaan spare part lain cenderung sedang. Kendala
utama adalah keterbatasan modal.
Tingkat partisipasinya dalam tahap perencanaan kegiatan magang
tergolong rendah Sedangkan di dalam tahap pelaksanaan, sebagian besar warga
belajar (80%) menilai tingg. Pada tahap penilaian, sebagan besar warga belajar
(89%) menilai tingkat partisipasinya cenderung rendah.
Tingkat keefektivan inagang dapat diukur dengan inenggunakan indikator
tingkat kemampuan ineraih kesempatan kerja bagi peserta magang. Pengetahuan
warga belajar untuk inemperoleh kesempatan kerja dinilai tinggi. Sebagian besar

warga belajar (69%) berkemauan kuat untuk memperoleh kesempatan kerja

tergolong sedang. Sebagian besar (54%) warga belajar merniliki kemanpuan
meraih kesempatan yang tinggi dengan bisa membuat usaha secara mandiri.
Faktor karakteristik internal dan faktor karaktristik eksternal warga belajar
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi warga belajar dalam mengikuti kegiatan
magang di PKBM ALPA. Karakteristik internal warga belajar yang berpenganrh
nyata positif dengan tingkat partisipasi warga belajar adalah; sifat
kekosmopolitan, tingkat pendapatan dan unur. Faktor eksternal warga belajar
yang berpengaruh nyata positif dengan tingkat partisipasi warga belajar adalah
kredibilitas penyelenggara magang.
Tingkat partisipasi warga belajar berhubungan nyata dengan tingkat
keefektivan magang. Tingkat partisipasi warga belajar yang berhubungan nyata
positif dengan tingkat keefektivan magang pada pengetahuan meraih kesempatan
kerja adalah pada tahap perencanaan. Tingkat partisipasi warga belajar yang
berhubungan nyata positif dengan tingkat keefektivan rnagang pada kemauan
(afektif) memperoleh kesempatan kerja adalah pada tahap penilaian.

SURAT PERNYATAAN

Bahwa sesungguhnya sebuah karya ilmiah yang disusun atas dasar
pemikiran dan rancangan ilmiall adalah hak pribadi, maka dengan ini saya:

Nama

: Slanet Sudarto Budiono

NRP

: P.05500002

Program Studi

: Imu Penyuluhan Pembangunan pada Program

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul "Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Magang di PKBM (Kasus PKBM ALPA di
Kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung)" adalah
benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua
informasi dan data lengkapnya telah terangkum di dalam tesis ini.
Demikian pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bogor, November 2002

FAKTOR-FAKTOR YANC MEMPENGARUHI TINGKAT
KEEFEKTIVAN MACANG DI PKBM
(Kasus PKBM ALPA di Kelurahan Cirangrang,
Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung)

Oleh:
SLAMET SUDARTO BUDIONO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM STUD1 ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002


Tesis

: Faktor-Faktor yang Mempenganlhi Tingkat Keefektivan Magang di

PKBM.
Nama

: Slamet Sudarto Budiono

NRP

: P.05500002

Program Studi : Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui,
1.

Komisi Petnbimbing


Ir. Richard W.E. Lurnintann, MSEA.
Ketua

Dr. Ign. Dloko Susanto. SKM., APU.
Anggota

2. Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

i

+\

Prof. Dr. lI. . Margono Slamet. M

Tanggal Lulus : 2 1 November 2002

RXWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bojonegoro, Jawa Timur 26 Juli 1972, putra pertama dari

empat bersaudara keluarga Kusnan dan Samiati.
Riwayat pendidikan, penulis menyelesaikan Sekolah Dasar tahun 1985,
Sekolah Menengah Pertama tahun 1988, Sekolah Pendidikan Guru Tahun 1991 semua
di Bojonegoro. Menyelesaikan program sarjana tahun 1996 di IKIP Surabaya Jurusan
Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan (PSRK) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Sastra (FPBS). Penulis juga pernah mengkuti Short Course di Syariah Bankrng
Institute (SBI) Surabaya selama enam bulan pada tahun 1995. Pada tahun 2000 penulis

berkesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister pada Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor, dengan bantuan beasiswa dari
BPPS.
Selma kuliah penulis aktif dalam berbagai organisasi kampus, yaitu di Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM), antara lain; sebagai Ketua Bidang Pembinaan Keluar
Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) tahun 1993-1994, sebagai anggota Litbang
(Penelitian dan Pengembangan) UKKI (1994-1995). Selain itu penulis juga sebagai
anggota Bidang Kesejahteraan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PSRK (19931994), sebagai redaktur majalah JOGLO Jurusan PSRK (1993-1995), sebagai ketua
panitia pernbangunan mushola Jurusan PSRK (1994-1995) dan sebagai anggota
Bidang Kesejahteraan dan Kerohanian di Senat Mahasiswa (SM) tahun 1994-1995. Di
Asrama Mahasiswa A1 Mufidah penulis sebagai anggota Departemen Pengembangan
(1992-1996) dan bagian distribusi bulletin bulanan Ar Ribat (1992-1996).

Setamat kuliah bersama 13 orang teman mendmkan lembaga keuangan syariah
pertama di Jawa Timur Baitul Ma1 wat Tamwil (BMT) Cahaya Arnanah tahun 1996 di
Surabaya. Kemudian pada tahun 1996-1998 menjadi Sarjana Penggerak Pembangunan
Pedesaan (SP-3) Pendamping Inpres Desa Tertinggal (IDT) di Tulungagung. Pada
tahun yang sama penulis juga mengajar di Sekolah Menengah Industri Kerajinan
(SMIK) Perwari Tulungagung dan SLTP Negeri 1 Kalidawir Tulungagung. Terhitung
sejak tahun 1999 bekerja di Sekolah Tinggi Ilrnu Pertanian (STIPER) UNISDA
Lamongan.

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaiakan tesis dengan judul "1;aktor-1;aktor yang
Mempengaruhl Ilingkat Keefektrvan Magang dr PKBM" sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilinu Penyuluhan
Pembangunan, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pada kese~npatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA., selaku ketua komisi dan pembimbing


utatna, (2) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM., APU., (3) Dr. Ir. Sumardjo, M.S.,
keduanya selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan arahan dan
bimbingan mulai dari proses perencanaan penelitian hingga selesainya penulisan
tesis ini, dan (4) Ir. Ismail Pulungan, M.Sc., selaku penguji luar komisi. Penulis
juga ~nenyampaikanteriina kasih kepada teman-teman mahasiswa Pascasarjana
Program Studi Penyuluhan Pembangunan, terutama Angkatan T h u n 2000, atas
inasukan dan sarannya dalam penulisan tesis serta kerjasamanya selama ini yang
telah terjalin dengan penuh keakraban dan kekeluargaan. Ucapan terima kasih
disatnpaikan pula kepada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STlPER) UNISDA
Lamongan yang telal~memberikan kese~npatankepada penulis untuk menernpuh
pendidikan program strata dua di Institut Pertanian Bogor.
Akhirnya, ungkapan terirna kasih untuk Ayah, Ibu dan Saudara-Saudaraku
tercinta yang selalu mendorong, inembantu
do'anya.

dan lnengiringi penulis dengan

Walaupun bukan yang sempurna, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
yang membutuhkan. Setnoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Hidayah
kepada kita seinua.


Bogor, November 2002

Penulis

DAFTAR IS1
Teks

Hala~nan
...

DAFTAR TABEL ..........................................................................
111
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................vi
PENDAHULUAN ................................................................................................. I
Latar Belakang ..............................................................................................
1
Masalah Penelitian ........................................................................................4
..
Tujuan Penelltlan .......................................................................................... 5
Kegunaan Hasil Penenelitian ........................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
PKBM Merupakan bagian dari Pendidikan Luar Sekolah............................ 6
Pengertian Magang .......................................................................................9
Faktor-Faktor yang dipertimbangkan dalam Pelaksanaan Magang .............. 1 1
Langkah-Langkah Pelaksanaan Magang .......................................................12
. . .
Pengertian Partlslpasi.................................................................................... 16
Macam dan Arti Pentingnya Partisipasi ........................................................ 18
Hubungan Karakteristik Individu dengan Partisipasi ................................... 20
Tingkat Keefektivan Magang ........................................................................22
KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...............................27
Kerangka Berpikir......................................................................................... 27
Hipotesis Penelitian ......................................................................................30
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................3 1
..
Rancangan Penehtlan ................................................................................... 3 1
Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 31
Populasi dan Sampel .....................................................................................
32
Instrumen Penelitian .....................................................................................
32
Pengumpulan Data ........................................................................................ 32
Jenis Data........................................................................................... 32
Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 33
Validitas dan Reliabilitas Instrument ............................................................ 34

Validitas.............................................................................................34
Uji Reliabilitas...................................................................................35
Analisis Data ................................................................................................. 35
Variabel, Definisi Operasional dan Pengukurannya .....................................36
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................42
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 42
Letak Geografis ................................................................................. 42
Keadaan Penduduk Kelurahan Cirangrang. Kec. Babakan Ciparay.
Kota Bandung Menurut Utnur dan Jenis Kelamin ............................42
Keadaan Penduduk Kelurahan Cirangrang Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ....................................................................................................43
Sejarah Berdirinya ALPA ............................................................................. 45
Munculnya Istilah PKBM .............................................................................48
Proses Pembelajaran di PKBM ALPA .......................................................... 49
Materi Pelajaran ............................................................................................51
Karakteristik Warga Belajar Magang .........................................................5 1
Karakteristik Internal Warga Belajar ............................................5 1
Karakteristik Eksternal Warga Belajar .............................................. 57
Tingkat Partisipasi Warga Belajar dalam Kegatan Magang........................62
Tingkat Keefektivan Magang........................................................................ 65
Hubungan Karakteristik Internal Warga Belajar dengan Tingkat
Partisipasi Warga Belajar di dalam Kegiatan Magang ..................................69
Hubungan Karakteristik Eksternal Warga Belajar dengan Tingkat
Partisipasi Warga Belajar di dalarn Kegiatan Magang .................................. 73
Hubungan Tingkat Partisipasi Warga Belajar dengan Tingkat Keefektivan
Magang .........................................................................................................76
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................80
Kesimpulan ................................................................................................... 80
S a r a n ......................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

82

DAFTAR TABEL
Teks

Halaman

1 . Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan

Cirangrang Tahun 2002 ..................................................................................43
2 . Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan
Cirangrang Tahun 2002 ................................................................................... 44
3 . Keadaan Penduduk Kelurahan Cirangrang Berdasarkan Mata Pencaharian ....44
4 . Sebaran Umur Warga Belajar Magang ...........................................................5 3
5 . Sebaran Warga Belajar Magang Menurut Pendidikan Formal ..........................53

6 . Sebaran Pendapatan Warga Belajar Magang..................................................... 54
7 . Sebaran Motivasi Warga Belajar Magang ..................................................... 55
8. Sebaran Sifat Kekosmopolitan Warga Belajar Magang ................................... 56

9 . Sebaran Kredibilitas Penyelenggara Magang ................................................... 57
10. Sebaran Sumber Belajar Magang Menurut Kecukupan Sumber Belajar ......59
11. Sebaran Sarana dan Prasarana Magang Menurut Kecukupan Sarana dan
Prasarana ....................................................................................................... 60
1 2 . Sebaran Warga Belajar Menurut Lokasi Magang .......................................... 61
13. Sebaran Persaingan UsahaIKerja .................................................................. 62
14. Sebaran Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada Tahap Perencanaan ...........63
15. Sebaran Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada Tahap Pelaksanaan ...........64
16. Sebaran Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada Tahap Penilaian ................65
17. Sebaran Pengetahuan (Kognitif) Warga Belajar untuk Meraih
Kese~npatanKerja .........................................................................................66
18. Sebaran Keinauan (Afektif) Warga Belajar untuk Meraih
Kesempatan Kerja ......................................................................................... 67
19. Sebaran Kemampuan (Konatif) Warga Belajar untuk Meraih
Kesempatan Kerja .........................................................................................

68

20 . Sebaran Umur Menurut Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada
Tahap Perencanaan........................................................................................70
2 1. Sebaran Umur Menurut Tingkat Partisipasi Warga Belajar pada
. .

Tahap Penlla~an.............................................................................................

71

22. Sebaran Tingkat Pendapatan Menurut Tingkat Partisipasi Warga
Belajar pada Tahap Penilaian ........................................................................ 72
23. Sebaran Sifat Kekosmopolitan dengan Tingkat Partisipasi Warga Belajar
. .
pada Tahap Penilasan .................................................................................... 72
24. Nilai Hubungan Karakteristik Internal Warga Belajar dengan Tingkat
Partisipasi Warga Belajar .............................................................................. 73
25. Sebaran Kredibilitas Penyelenggara dengan Tingkat Partisipasi

Warga

Belajar pada Tahap Pelaksanaan ................................................................... 74
26. Sebaran Kredibilitas Penyelenggara dengan Tingkat Partisipasi

Warga

Belajar pada Tahap Penilaian........................................................................ 75
27. Nilai Hubungan Karakteristik Eksternal Warga Belajar dengan Tingkat
Partisipasi Warga Belajar .............................................................................. 76
28. Nilai Hubungan Tingkat M s i p a s i Warga Belajar dengan Tingkat

Keefektivan Magang .................................................................................... .77

DAFTAR GAMBAR
Teks

Halarnan

1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan Magang ...........................................13
2. Bagan Kerangka Berpikir "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Keefektivan Magang di PKBM. ........................................................29
3. Proses Pembelajaran Magang pada ALPA ....................................................... 49

DAFTAR LAMPIRAN
Teks

Halainan

1. Peta Lokasi Penelitian (Kelurallan Cirangrang, Kec. Babakan Ciparay,

Kota Bandung) ................................................................................................ 85

2. Foto Kantor Pusat PKBM ALPA dan Aktivitas Magang................................. 86

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perubahan keempat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pada pasal 3 1
ayat 4 yang menyatakan bahwa anggaran pendidikan hams berada pada besaran
20

persen dari APBN dan APBD akhirnya disahkan ole11 Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada hari Sabtu (1018) malam pukul 23.55
(Konipa.~, I 1 Agustus 2002). Peristiwa ini inenjadi tonggak sejarah barn bagi

perjalanan pembangunan bidang pendidikan di Indonesia, dengan rnulai
munculnya kembali kesadaran baru pada seluruh elemen bangsa untuk
memajukan pendidikan di Indonesia. Sebab selama ini pendidikan belum pernah
menjadi panglima b a g proses peinbangunan nasional

yang sanggup

memberdayakan kehidupan bangsa Indonesia secara menyeluruh.
Pembangunan kualitas manusia inelalui pendidikan memegang peranan
yang sangat penting dan strategis untuk menyiapkan manusia Indonesia yang
lnelniliki kemampuan daya saing yang tinggi di tengah-tengah kehidupan global.
Proses pendidikan perlu dikembangkan sehingga menjadi suatu proses
pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai
individu yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada keberdayaan
masyarakat lokal, kepada rnasyarakat bangsanya dan pada akhimya kepada
masyarakat global.
Pemberdayaan masyarakat berarti mengembangkan kondisi dan situasi
sedemikian rupa sehingga masyarakat merniliki daya dan kesempatan untuk
mengembangkan kel~idupannya,tanpa ada kesan bahwa pengembangan itu adalah
hasil kekuatan dari eksternal. Memberdayakan masyarakat berarti inenempatkan

masyarakat sebagai subyek, bukan sebagai obyek dalam pembangunan
masyarakat (Surnardjo, 2000). Menurut Sihombing (2000) pemberdayaan
~nasyarakat mengandung inakna inembangunkan kekuatan inasyarakat agar
mereka mampu bersaing menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi silih
berganti dalam kehidupannya. Masyarakat yang mampu menghadapi tantangan
ini hanyalah mereka yang memiliki kekuatan dalarn dirinya atau inner dynamic
(McClelland) dalatn arti inemiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang siap
digunakan untuk inengatasi permasalahannya. Masyarakat yang inengabaikan
ketiga faktor tersebut akan cenderung lari dari pennasalahan, sementara
permasalahan akan terus mengejamya.
Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistern
pembangunan nasional meiniliki dua sub siste~npendidikan yaitu pendidikan
sekolah (in-school education) dan pendidikan luar sekolah (off school education).
Sub sistem kedua disebut pendidikan nonformal dan pendidikan infonnal
Program pendidikan luar sekolah oleh Harbinson digolongkan menjadi
tiga katagori (Sudjana, 1981) yaitu; (1) program pendidikan untuk ineningkatkan
keinainpuan kerja bagi mereka yang telah mempunyai pekerjaan, (2) program
pendidikan untuk mempersiapkan angkatan kerja, terutama bagi generasi muda,
yang akan memasuki lapangan kerja dan (3) program pendidikan untuk
memperluas dan meningkatkan peinal~aman masyarakat tentang pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan tentang dunia kerja.
Pendidikan luar sekolah diselenggarakan di masyarakat, Iernbaga-lembaga
dan keluarga. Pendidikan luar sekolah telah tumbuh dan berkernbang dalarn aka
kebudayaan setiap masyarakat dan sering bersumber pada agama dan tradisi yang

dianut ole11 inasyarakat, sehingga kehadirannya meinpunyai akar yang kuat pada
budaya yang dianut masyarakat. Salah satu bentuk pendidikan luar sekolah yang
berkeinbang saat ini adalal~Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). PKBM
merupakan salah satu program dari Pendidikan Masyarakat (Diktnas) di b a w d
Departetnen Pendidikan Nasional.
Banyak program-program yang dilaksanakan oleh Dikmas diakui metniliki
kelernahan. Menurut penilaian banyak pihak program-program yang disusun
cenderung bersifat top down (ditentukan dari atas) dan belwn melibatkan
masyarakat secara optimal. Dikinas harus mulai lebih proaktif dalam menyikapi
kebutuhan riel masyarakat sesuai dengan keadaan mereka. Dikrnas juga hams
berani tnemberi kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut
berpartisipasi aktif

dalam merencanakan, melaksanakan dan meilgevaluasi

program kegiatan mereka. Mereka perlu diberi kesempatan untuk ikut bersamasama bertanggungjawab terhadap program belajar mereka sendiri, yang tidak lagi
hanya tergantung kepada petugas Dikrnas (pemerintah). Salah satu upaya untuk
mengatasi semua kelemahan tadi mulai pertengahan tahun 1998 telah dirintis
Program Layanan Pendidikan Luar Sekolah yang berbasis masyarakat inelalui
PKBM. Di Jawa Barat terdapat 47 PKBM dan 2 diantaranya berada di Kota
Bandung, yaitu PKBM ALPA di Kelurahan Cirangrang Kecamatan Babakan
Ciparay dan PKBM CIBADAK di Kelurahan Cibadak Kecamatan Astanaanyar.
PKBM mempakan pusat (sentra) danlatau wadall seluruh kegatan belajar
masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan/keahlian, hobj
atau bakatnya yang dikelola/diselenggarakan oleh, dari dan unhk masyarakat.
Jenis kegiatan yang dilaksanakan PKBM ALPA berupa

program pembinaan

kemanusian, di antaranya

menyukseskan wajib belajar dan program

pemberdayaan ekonomi masyarakat

seperti latihan ketrampilan praktis,

pembinaan kelompok belajar usaha dan magang pembuatan suku cadang (spare
part) sepeda motor.

Kegiatan magang mempunyai tujuan yaitu memperluas keikutsertaan
masyarakat dalam pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu
masyarakat melalui pendidikan, meningkatkan proses belajar mengajar untuk
mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal, dan mempersiapkan warga
belajar untuk mengembangkan diri pribadinya atau untuk memperoleh
kesempatan kerja yang lebih besar (Sihombing, 2001). Penekanan kegiatan
magang adalah perubahan perilaku anggota, baik pengetahuan, ketrampilan,
maupun sikapnya, guna mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja,
sehingga pendapatannya meningkat.
Kenyataan di lapangan mas& banyak kegiatan yang dijalankan PKBM
masih bersifat top down, sehingga kegiatan tersebut terasa kurang efektif.
Penelitian menarik untuk mengkaji faktor-faktor apa saja yang meinpengaruhi
tingkat keefektivan kegiatan magang tersebut.
Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang di atas pennasalahan yang tilnbul dari
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi warga

belajar dalam kegiatan magang di PKBM ALPA.
2. Apakah terdapat hubungan antara tingkat partisipasi warga belajar dalam

kegiatan magang dengan tingkat keefektivan magang di PKRM ALPA.

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang masalah penelitian yang dikemukakan
terdahulu, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengungkapkan

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi

warga belajar dalam kegiatan magang di PKBM ALPA
2. Menganalisa hubungan tingkat partisipasi warga belajar dengan tingkat
keefektivan inagang di PKBM ALPA.
Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
perluasan wawasan akademis tentang keefektivan kegiatan magang di
PKBM.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan untuk

pengembangan kegiatan magang di PKBM pada masa mendatang.

TINJAUAN PUSTAKA
PKBM Merupakan Bagian dari Pendidikan Nonformal

Pada akhir abad ke XX, kita dihadapkan pada suatu aliran baru sekitar
pendidikan nonfonnal. Munculnya aliran baru ini, secara kliusus memasalahkan
pendidikan dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat pedesaan di dunia
ketiga atau di negara-negara sedang berkembang dengan counter attack terhadap
keletnahan-kelemahan

pendidikan

fonnal

yang

dianggap

gaga1 dalan

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi penduduk pedesaan. Bercokolnya
lembaga-lembaga pendidikan formal atau persekolal~antelah dikritik oleh banyak
ahli, karena disamping menghabiskan dana dalam jumlali besar, kehadirannya
hanya dianggap untuk me~npertahankan supremasinya bagi segolo~igankecil
masyarakat (Sudomo, 1987).
Penganut aliran baru ini, adalah mereka yang menjadi peinbela masyarakat
kecil dan lemah, yang tidak berdaya dan telah dikuasai oleh mereka yang kuat
terhadap mayoritas terbesar jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan. Di antara
pembawa aliran baru tersebut, muncul nama-nama seperti; (1) Coombs dan
Manzoor ( 1974) inenghubungkan pendidikan non formal dengan penanggulangan
kemiskinan di daerah pedesaan; dan (2) Freire (1972), menganggap sekolah
sebagai tempat pendidikan bagi kaum yang tertindas.
Di samping nama-nama tersebut di atas, beberapa pakar dari Indonesia
juga telah inenganut paham yang sama, di antaranya; (1) Slatnet (1986), yang
menyatakan tidak semua orang berada dalam jangkauan tugas pendidikan fonnal,
tetapi harus diperluas dalam jangkauan pendidikan nonformal, sehingga dapat
memperbesar keinainpuannya untuk ineningkatkan kesejahteraan rakayat di desa;

dan (2) Sudjana (198 1) balkan telah merinci manfaat pendidikan nonformal, yang
kehadirannya merupakan alternatif baru untuk memecahkan masalah-masalah
pendidika: di pedesaan, baik yang disebabkan ole11 keterbatasan pendidikan
fonnal, maupun usaha untuk mencari bentuk atau aliran yang cocok b a g
masyarakat kita.
Pendidikan formal bukan satu-satunya jalan untuk meningkatkan upaya
pembangunan masyarakat, akan tetapi perlu didukung oleh pendidikan nonformal
secara terpadu yang menjangkau sasaran masyarakat yang luas. Pendidlkan
nonformal mempunyai peranan penting, khususnya dalam meningkatkan
kemampuan mental, kemampuan intelektual dan kemanpuan bertindak bagi
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, guna meningkatkan
kesejahteraan khususnya di daerah pedesaan (Slamet, 1986).
Sementara itu Coombs dan Manzoor (1974) mengatakan bahwa bila
bentuk pendidikan formal tidak mampu dilakukan oleh penduduk miskin, maka
pemerintah negara berkembanglah yang hams membuat kebijakan pendidikan
nonformal untuk mengatasi kelangkaan kesempatan kerja, meningkatnya
urbanisasi, peningkatan pendapatan, dan perbaikan kesehatan serta gizi.
Pendidikan nonformal dapat berupa penyuluhan, penataran, kursus, maupun
bentuk teknis lainnya. Sasaran dan tujuannya untuk meningkatkan kecerdasan dan
ketrampilan kaum petani, pengrajin, nelayan, buruh, pengusaha kecil, pedagang
dan sebagainya.
Menurut Sihombing (200 1) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan nonformal, di antaranya; (1) adanya kebutuhan
masyarakat akan

pendidikan

nonformal; (2) kesediaan

mendengar suara

masyarakat; (3) kelenturan program pembelajaran yang selalu siap disesuaikan
dengan kebutuhan

calon warga belajar; (4) keanekaragaman program

pembelajaran rnernbuka peluang luas

bagi

setiap

warga

belajar

untuk

mernilih program yang sesuai untuknya; (5) program pembelajaran yang tidak
dirancang untuk mengejar ijazah tetapi untuk kebennaknaan bagi masyarakat;

(6) kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan warga belajar bukan ilusi
para perencana prograni; (7) program kegiatan belajar dikelola oleh masyarakat;
dan (8) arah yang jelas dari setiap program yaitu membuat warga belajar menjadi
bisa bukan menjadi tahu atau disebut belajar untuk hidup, bukan belajar untuk
belajar.
Salah satu bentuk pendidikan nonfonnal adalah PKBM (Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat). PKBM sebagai lembaga pendidikan nonfonnal dibentuk dan
dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat. Maju mundurnya PKBM tergantung
pada kesungguhan pengelola, warga belajar, dan masyarakat sekitarnya yang
memberikan dukungan terhadap keberadaan dan kegiatan yang dilaksanakan oleh
PKBM. Pemerintah lebih berfungsi sebagai fasilisator dan motivator bagi kegiatan
PKBM. Model ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pemerintah selama ini

yang dalam melaksanakan pembangunan cenderung bersifat top down yang tidak
didasarkan pada identifikasi potensi dan permasalahan atau semacam pemetaan
potensi dan pennasalahan wilayah pengembangan yang aktual dan realis, telah
menyebabkan rendahnya efektivitas upaya pembangunan. Hal ini ternyata
berdampak kurang menguntungkan bagi golongan lemah dan sebaliknya golongan
ekonomi kuat atau lapisan atas (el~te)masyarakat menjadi lebih dapat meraih
manfaat (Sumardjo, 1999).

Program-program pendidikan nonformal (PKBM) yang dikembangkan
ole11 Direktorat Pendidikan Masyarakat Depdiknas (2000), meliputi

kategori;

(I) kelompok belajar Paket A, Paket B dan Paket C, yang menitik beratkan pada
pendidikan dasar yang diintegrasikan dengan mata pencaharian; (2) kelompok
belajar usaha, menitikberatkan pada ketrampilan belajar dan berusaha; (3) kursuskursus ketrampilan yang dapat digunakan sebagai sarana untuk membuka dan
persiapan memasuki lapangan kerja; (4) program magang yang tnenekankan pada
kegiatan bekerja, berusaha sambil belajar; dan (5) program belajar mandiri,
menitik beratkan pada peningkatan kemampuan masyarakat terhadap penguasaan
mata pencaharian tertentu.
Pengertian Magang

Magang merupakan salah satu sistem belajar tertua dalam sejarah
pendidikan. Magang banyak digunakan dalam penyebaran dan penerimaan
informasi karena dapat dilakukan oleh sernua tingkatan manusia sejak tingkat
kehidupan sederhana sampai tingkat kehidupan modern. Magang adalah sebuah
metode di mana seorang murid belajar dengan cara bekerja secara dekat dengan
seorang

praktisi

yang

terlatih.

Magang adalah belajar

dengan

cara

memperhatikanlmenyimak dan bekerja atau melakukan. Hubungan langsung
antara sesorang dengan orang lain dalam penyampaian dan penerimaan informasi
disebut dengan istilah magang (Sudjana, 1993).
Melalui

magang

seseorang yang memiliki

pengalaman tertentu

menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki kepada orang
lain yang belum berpengalaman dan membutuhkan pengalaman itu. Magang
merupakan

bagian dari pendidikan luar sekolah yang behngsi untuk

pengembangan kemampuan dengan inenge~nbangkan prinsip belajar sambil
bekerja. Pemagang bukan hanya melihat dan mendengar teori pekerjaan, tetapi
harus melakukan secara langsilng. Melalui proses seperti ini secara langsung
pemagang selain inemperoleh ketrampilan, juga akan mengalami perubahan
dalam pengetahuan dan sikap dalam menghadapi pekerjaan tersebut.
Menurut Direktlrr Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan
Olahraga (1990), ciri-ciri magang adalah sebagai berikut;
( I ) proses magang adalah petnagang dan pennagang berada dalain tempat

pemagang bekerja. Pemagang melihat dan mencoba menggunakan alat yang
digunakan sehingga mereka tahu, bisa dan biasa menggunakan, bagairnana
ineinperbaiki kalau rusak, bagaimana merawatnya, di inana disimpannnya, di
inana dibelinya serta di inana dibuatnya;
(2) proses magang adalah para peinagang sebaiknya bekerja dan belajar, belajar
bekerja sesuai dengan urutan pekerjaan yang dikerjakan pemagang.
Pemagang dapat metnulai belajar bekerja dan belajar dari mana saja, dari
awal, di tengah atau di ujung proses pekerjaan itu;
(3) bahwa pemagang belajar bekerja dan belajar tidak diawali ole11 teori,

melainkan langsung praktek (langsung bekerja);
(4) dilihat dari sudut sumber magang (permagang), sumber inagang tidak hams

orang yang mengetahui teori. Sumber inagang atau permagang adalah orang
yang pintar dan biasa inelaksanakan pekerjaan yang dimagangi;
( 5 ) dilihat dari sudut pemagang, mereka bukan hanya memperoleh pengetahuan,

ketrampilan, kemahiran dan sikap mental saja melainkan dapat dan terampil
tnelaksanakan pekerjaan tersebut.

Faktor-Faktor yang dipertimbangkan dalam
Pelaksanaan Magang
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan magang
antara lain:
(1) Pernagang (orang yang belajar bekerja), antara lain; (a) bakat dan minat
yang akan inempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan magang, sebab
seseorang yang tnengikuti magang tetapi tidak sesuai dengan bakat yang
dimiliki serta Ininat yang dikehendaki, kemungkinan besar akan
mengalami kesulitan

baik

dalam

proses belajar bekerja inaupun

pencapaian tujuan; (b) keinampuan mengikuti magang untuk menyadap
pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang dibenkan sumber
magang, maupun kemampuan untuk membiayai dirinya dalarn mengkuti
magang; (c) kebutuhan magang maupun kebutuhan pasar kerja, agar tidak
mengalami kesulitan setelah selesai mengikuti magang; dan (d) kesediaan
mandiri setelah mengkuti kegiatan magang.

(2) Sumber magang

(orang yang

dimagangi

atau pennagang), antara

lain; (a) kesediaan sukarela sumber magang untuk menularkan
pengetahuan dan ketranpilan yang dimiliki kepada peinagang, baik secara
sukarela maupun dengan iinbalan; (b) sumber magang hendaknya
meinpunyai kemampuan untuk menularkan pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki; dan (c) ketnauan sumber magang untuk menyalurkan
pemagang setelah selesai inengikuti magang.
(3) Dana inagang: Masalah dana perlu dipertimbangkan secara efektif dan

efisien. Dana dibutuhkan untuk keperluan biaya transpotasi, makan dan
uang saku baik untuk pemagang atau sumber magang serta biaya lain

untuk mendukung proses magang. Walau demikian, magang bisa saja
tanpa biaya atau justru digaji, asal ada kesepakatan antara pemagang
dengan pengelola magang.
(4) Magang perlu dipertitnbangkan batas waktunya, ha1 ini juga tergantung

dengan jenis pekerjaan yang dimagangi.
(5) Tujuan magang hendaknya dipertimbangkan secara matang, untuk

tnenghindari ketidakberhasilan serta kemungkinan-kemungkinan lain yang
terjadi.
Dalam studi ini, keterlibatan warga belajar dalarn kegiatan di PKBM ALPA
masih dikatagorikan magang dengan pertimbangan, peserta dapat memilill karir
diluar atau mengembangkan usaha mandiri bila memang kondisi ekonolni
dimungkinkan.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Magang
Magang sebagai salah satu kegiatan belajar bekerja pada pendidikan luar
sekolah hendaknya dilakukan dengan terencana dengan langkah-langkah yang
sistematis. Langkah-langkah pelaksanaan magang dapat dilihat pada alur dibawah
ini:

IDENTIFIKASI
(sifat dan jenis pekerjaan,
kebutuhan belajar,
minatlbakat, calon
pemagang dan sumber
magandpermagang)

I
PENYUSUNAN PROGRAM
KEGIATAN MAGANG

PEMANTAUAN

PELAKSANAAN

PEMBINAAN

PENILAIAN
KEGIATAN MAGANG

/

*

TINDAK LANJUT KEGIATAN

PENINGKATAN

BEKERJA DI DALAM
PKBM ALPA

Ganbar 1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan Magang
( I ) Langkah Pertama: Identifikasi

Identfikasi adalah suatu kegiatan mengarnati, mengwnpulkan, ineinilih,
inencatat data dan informasi yang beluin diketahui. Data dan informasi yang

diidentifikasi mengenai; (a) sifat dan jenis pekerjaan, meliputi; sifat mata
pencaharian tetap, sifat mata pencaharian sambilan, mata pencaharian tetap dan
sambilan dan jenis mata pencaharian adalah prodiksi atau jasa; (b) mninat dan
bakat kemampuan calon pemegang dikaitkan dengan mata pencaharian; (c)
kebutuhan belajar, yakni kebutuhan yang berkaitan dengan mata pencaharian yang
diinginkan calon pemagang atau warga belajar; (d) kebutuhan pasar kerja; dan (e)
sumber magang, berkenaan dengan jenis kelamin, umur, minat dan kesanggupan
memenuhi kebutuhan magang.
Mengidentifikasi dapat dilakukan dengan cara langsung atau cara tidak
langsung atau gabungan keduanya. Cara langsung paling efektif dilakukan dengan
wawancara baik terhadap pemagang maupun pengelola magang. Data atau
informasi dapat diperoleh dari warga belajar, tokoh masyarakat, pemerintah
maupun pengusaha swasta. Hasil indentifikasi diolah, dianalisis dan disajlkan
dalam bentuk tabel, bagan dan narasi sebagai masukan pada penyusunan rencana
kegiatan magang.
(2) Langkah Kedua: Penyusunan Program Kegiatan Magang

Program kegiatan magang adalah rencana kegiatan magang yang akan
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan belajar pennagang. Program kegiatan
magang ini akan menjadi arah dan kendali pelaksanaan kegiatan magang.
Komnponen-komponen program kegiatan magang hendaknya mencakup ha1
sebagai berikut; (a) jenis kegiatan magang; (b) latar belakang diadakan program
magang; (c) tujuan magang; (d) pokok-pokok materi magang; (e) peserta mnagang;
(f) sumber magang; (g) waktu magang; dan (h) biaya magang.

(3) Langkah Ketiga: Melaksanakan Kegiatan Magang

Proses pelaksanaan magang dilaksanakan sesuai dengan program kegiatan
magang yang telah disusun. Keinudian pelaksanaan peinantauan dilaksanakan
oleh pihak penyelenggara. Memantau kegiatan inagang adalah mengikuti
perkembangan dan mencatat keadaan atau kejadian pada kegiatan magang. Aspek
yang dipantau meliputi; (a) proses palaksanaan magang; (b) hasil magang yang
dicapai; dan (c) faktor pendukung dan penghambat.
(4) Langkah Keempat: Penilaian Kegiatan Magang
Penilaian kegiatan Inagang adalah mengukur sejauh mana ketepatan
pelaksanaan (proses) kegiatan magang dan sejauh mana hasil tnagang tercapai
sesuai dengan program dan tujuan magang. Aspek yang dinilai adalah hasil
inagang, dengan tolak ukur tujuan program magang. Penilaian dapat dilakukan
dengan cara; (a) tes tulis dan lisan; (b) observasi; dan (c) pengisian angket.
Pelaksanaan program magang yang terjadi di lapangan sering penilaian ini
belum dapat dilakukan sebagaimana lazimnya pelaksanaan program pendidikan.
Menurut Sihombing (2001), ada beberapa ketnungkinan inengapa ha1 ini terjadi
antara lain; (a) penyelenggara inagang merasa direpotkan bila dituntut
inelaksanakan pembelajaran yang sistematis, misalnya harus inembuat persiapan
pembelajaran, lne~nbuat jadwal, membelajarkan teori lebih dulu kemudian
praktek, dan inengadakan pengujianlpenilaian; (b) tidak ada panduadacuan untiik
melaksanakan pembelajaran secara sistematis; dan (c) pada dasarnya memang
tidak perlu dilakukan pembelajaran sebagainlana yang terjadi pada letnbaga
pendidikan, karena inagang pada hakikatnya adalah belajar, berlatih bekerja,
danlatau bekerja langsung sebagaiinana layaknya karyawan diperusahaan tersebut.

(5) Langkah Kelima: Tindak Lanjut

Kegiatan tindak lanjut dari suatu kegiatan magang dapat berupa;
(a) peningkatan (program lanjutan), inisalnya seseorang telah selesai lnengikuti
magang cara membuat kemeja, kemudian ia magang kembali untuk dapat
melnbuat jas; dan (b) penerapan hasil inagang, yang dapat berupa bekeja pada
tempat magang, bekerja pada tempat atau perusahaan lain dan bekerja mandiri
atau kelompok.
Pengertian Partisipasi

Keberhasilan suatu program pembangunan baik yang berasal dari
pemerintah maupun swasta ditentukan adanya partisipasi dari pihak-pihak yang
terkait. Para ahli mendefinisikan partisipasi dengan berbagai pengertian, seperti
yang dikeinukakan oleh Siagian (1972). Partisipasi masyarakat luas, mutlak
diperlukan oleh karena mereka itulah yang pada akhirnya melaksanakan berbagai
kegiatan pembangur~an.Masyarakat banyak inemegang peranan penting sekaligus
sebagai objek dan subyek pembangunan. Menurut Wardojo dalam Vitayala et. el.
(1995) pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan, secara sederhana
adalah keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan maupun dalain
kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk sebagai akibat terjadi interaksi sosial
antara idividu atau kelompok inasyarakat lain di dalam pembangunan. Sebagai
bentuk kegiatan, partisipasi inasyarakat dalam pembangunan mencakup partisipasi
dalam pembuatan keputusan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegatan,
peinantauan dan pemanfaatan hasil, serta peinanfaatan hasil pembangunan.
Menurut Ndraha (1982), partisipasi meliputi tiga hal, yaitu; (1) adanya
keterlibatan mental dan einosional; (2) adanya kesediaan untuk lnelnberikan

suinbangan dalam pembangunan; dan (3) adanya kesediaan bertanggung jawab.
Ada dua macain tingkatan partisipasi, menurut Ghazali (1975) yaitu; ( I ) tingkatan
yang paling penting yakni masyarakat secara aktif ainbil bagian dalain suatu
pembangunan secara penuh; dan (2) tingkatan yang iebih rendah dimana setiap
usaha pe~nbangunanyang dilancarkan pemerintah ole11 pihak swasta inendapat
dukungan dari masyarakat balk dalam bentuk moril ataupun spirituil.
Menunlt Slamet &lam Mardikanto (1 994) untuk tumbullnya partisipasi
sebagai suatu tindakan yang nyata, diperlukan adanya tiga persyaratan yang
inenyangkut; (1) adanya kemauan untuk berpartisipasi, secara psikologis,
kemampuan berpartisipasi dapat muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam
diri sendiri) maupun ekstrinsik (karma rangsangan, dorongan atau tekanan dari
luar); (2) kemanpuan untuk berpartisipasi, adanya keinauan untuk berpartisipasi
belum tentu akan menjamin partisipasi yang diharapkan jika yang bersangkutan
tidak memiliki kemalnpuan yang memada~ untuk dapat berpartisipasi dalam
pembangunan yang bersangkutan; (3) kesempatan untuk berpartisipasi, adanya
kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi yang dimiliki oleh warga
inasyarkat untuk berpartisipasi saja, sebenarnya beluln menjamin tumbuhnya
partisipasi, jika kepada mereka diberikan kesempatan untuk berpartisipasi.
Beberapa pendapat para ahli yang sudah dipaparkan di atas tentang
partisipasi, terdapat beberapa unsur penting yang inerupakan eksistensi dari
partisipasi yaitu; (1) dalam partisipasi terdapat unsur keterlibatan mental dan
emosionai individu yang berpartisipasi; (2) dalam partisipasi terdapat unsur
kesediaan meinberikan kontribusi atau suinbangan

untuk

mencapai tujual

bersaina, dan dilakukan secara sukarela; (3) dalam partisipasi diikuti oleh rasa

tatlggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan dalam usaha mencapai tujuan
bersama; dan (4) tingkat partisipasi ditentukan oleh kadar keterlibatan masyarakat
untuk menentukan segala sesuatu sendiri, tidak ditentukan ole11 pihak lain.
Macam dan Arti Pentingnya Partisipasi

Menurut Yadav (1 980), ada empat macam kegiatan partisipasi masyarakat
dalam pembangpnan yaitu; (1) partisipasi dalam pembuatan perencanaan dan
partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan
kegiatan; (3) partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi dan (4) partisipasi dalam
peinanfaatan hasil-hasil pembangunan.
Menurut Madrie (1986), partisipasi dapat berbentuk; (1) mau menerima
dan inemberi informasi; (2) menyumbang pemikiran; (3) merencanakan suatu
kegiatan;

(4) melaksanakan pekerjaan; (5) menerima hasil kegiatan; dan

(6) menilai hasil kegiatan.
Hoofsteede (1971) inembagi partisipasi menjadi tiga tingkatan yaitu:
(1) partisipasi inisiasi adalah partisipasi yang mengandung inisiatif dari pimpinan

desa, baik formal lnaupuil informal maupun dari anggota masyarakat mengenai
suatu

program, proyek atau kegiatan, yang nantinya program, proyek atau

kegiatan tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat; (2) partisipasi legitimasi
adalah partisipasi tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tetang program,
proyek, kegiatan tersebut; dan (3) partisipasi eksekusi adalah partisipasi pada
tingkat pelaksanaan.
Menurut Madrie (1986), partisipasi mempunyai arti yang mendalam
karena; (1) suatu kegiatan seperti pembangunan, jika masyarakat berpartisipasi,
berarti anggota masyarakat itu memanusiakan dirinya, karena partisipasi itu suatu

bentuk khusus dari suatu interaksi dan

komunikasi. Matlusia akan merasa

menjadi manusia jika ia berinteraksi dan berkomunikasi. Ada pengakuan dari
anggota masyarakat yang lain, sedangkan pengakuan terhadap diri seseorang
merupakan ha1 yang penting; (2) partisipasi masyarakat dalan pembangunan
lnenlpakan kenyataan hak warga untuk menyatakan pendapatnya dan menentukan
nasibnya. Masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan akan cenderung
lebih cepat meningkatkan taraf hidupnya; (3) alasan sifat sosiologis,
pembangunan merupakan kegiatan berjangka panjang, dalam pembanpnan perlu
melibatkan orang sebanyak-banyaknya; (4) partisipasi dalarn pembangunan akan
dapat ineningkatkan kemampuan dan ketrampilan sehingga partisipasi merupakan
syarat penting untuk perkembangan manusia; (5) suatu program pembangunan
yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam inenganbil keputusan akan
memberikan jaminan keberhasilan program; (6) adanya partisipasi masyarakat
dalam menentukan program pembangunan dilaksanakan di lingkungan
masyarakat berarti terjalin kerjasama. Hal ini akan saling menumbuhkan saling
pengertian antara anggota masyarakat; dan (7) adanya partisipasi dalaln
pembangunan, berarti masyarakat ikut dalam proses pembangunan, ha1 ini berarti
mengembangkan ketrampilan anggota masyarakat, memupuk rasa kekeluargaan,
tumbuh rasa percaya diri. Rasa percaya diri merupakan tenaga atau sumber untuk
bertindak produktif.
Pada hakekatnya partisipasi tidak lain adalah keterlibatan seseorang atau
sekelompok orang, baik atas nama pribadi atau lembaga di dalam suatu kegiatan
bersarna yang bertujuan untuk mencapai suatu kondisi bersama yang lebih baik.

Keterlibatan ini bisa terjadi pada tahap perencanaan, pelaksanaan ataupun evaluasi
kegiatan.
Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Partisipasi
Menurut Madrie (1 986) partisipasi individu dipengmhi oleh faktor-faktor
pribadi seperti tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitan. Sikap dan ketrainpilan
seseorang sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, karena pendidikan
pada dasarnya berupaya ineningkatkail pengetahuan, sikap dan ketrampilan
seseorang.
Faktor yang inempengmhi

partisipasi masyarakat dalam kegiatan

magang di PKBM yaitu umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, motivasi
dan sifat kekosmopolitan.
Umur
Uinur individu akan dipengaruhi pertumbuhan individu dalam aspek
biologis maupun psikis. Pertumbuhan psikis akan ditunjukkan pada kematangan
aspek kejiwaan (kedewasaan). Powel (1983), menyatakan bahwa bertambahnya
usia seseorang akan bertambah pengalamannya.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu prioritas yang berpengaruh pada pembentukan
sikap, karena pendidikan meletakkan dasar pengetahuan dan konsep moral dalain
diri individu. Sedangkan Faisal (198 1), inengemukakan bahwa latar belakang
pendidikan perlu dipertimbangkan, terutama dalam rangka penentuan titik berat
dan teknik-teknik serta jalur penyampaian materi.

Tingkat Pendapatan

Klausinier dan Goo