ARTIKEL PENELITIAN FUNDAMENTAL
PENGEMBANGAN MODEL PEMILIHAN MODA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN EFEK
KETIDAKLINIERAN NILAI ATRIBUT UNTUK MENINGKATKAN AKURASI MODEL
Oleh : PURNAWAN dan YOSRITZAL
Fak. Teknik Jurusan Teknik Sipil Unand
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pemilihan moda dengan mempertimbangkan apa yang disebut oleh Toner sebagai “efek ketidaklinieran”
non-linierities effect nilai atribut. Ada dugaan hal ini terjadi karena batas nilai aribut yang dihipotesakan terlalu dekat, sehingga pengaruhnya tidak terlalu
signifikan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini mencoba mempertimbangkan efek ketidak linieran tersebut untuk perjalanan dengan
range yang cukup signifikan perbedaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku pemilihan moda dengan memvariasikan berbagai jenis
moda dan rute perjalanan. Kemudian melakukan pengembangan alternatif model dengan mempertimbangkan efek ketidaklinieran nilai atribut antara lain melalui
penggunaan persentase perubahan nilai atribut sebagai nilai atribut model, penggunaan model non-linier. Metode ‘stated preference’ digunakan untuk
mengidentifikasi perilaku pemilih moda. Tiga jenis moda dan tiga rute perjalanan dipilih dalam membuat model utilitas pemilihan moda. Ketiga jenis moda
tersebut adalah kendaraan pribadi, bus dan travel. Survai dilakukan di kota Padang dengan melakukan interview di rumah, ruang tunggu travel dan tempat
pemberhentian bus. Jumlah responden yang telah diintervew sebanyak 480 orang. Data hasil interview ini digunakan untuk pembuatan dan validasi model.
Dari hasil pemodelan ditunjukkan bahwa model terbaik diperoleh dengan menggunakan 3 parameter sebagai atribut model. Parameter tersebut adalah
biaya perjalanan X1, waktu tunggu X2 dan waktu tempuh X3. Nilai koefisien determinasi dari model terpilih berkisar antara 0.054 – 0.50. Koefisien
determinasi yang tinggi diperoleh pada model pemilihan moda antara kendaraan pribadi dan travel dengan menggunakan metode selisih atribut bebas. Hasil
validasi yang dilakukan dengan metode Z-test menunjukkan bahwa model cukup akurat. Hanya saja output model belum dapat mencapai pola sebagaimana data
lapangan.
Key word : model pemilihan moda, utilitas, ‘stated preference’
I. PENDAHULUAN
Berbagai penelitian yang ada selama ini mengenai pemilihan moda mengabaikan efek ketidaklinieran nilai atribut. Padahal para peneliti mengakui
bahwa efek tersebut ada. Namun hingga saat ini belum ada satu modelpun yang
secara memuaskan dapat menjelaskan efek ini. Selain itu, ada dugaan juga mengenai rendahnya nilai koefisien determinasi r
2
model sangat berhubungan dengan diabaikannya efek ketidaklinieran ini. Pinjari mengatakan bahwa
mengabaikan efek ketidaklinieran dalam kontek empiris akan membawa ke: a. bias dalam estimasi parameter, b. mempertinggi estimasi keragaman yang tidak
teramati, c. mendapatkan sinyal yang berlawanan dengan kejadian umumnya pada variable pelayanan pada sebagian besar individu, d. tidak akuratnya
estimasi willingness-to-pay dan e. kehilangan keakuratan model Pinjari and Bhat, 2006. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba meningkatkan akurasi
model dengan mempertimbangkan efek ketidaklinieran tersebut.
Model pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap pemilihan moda adalah model pemilihan diskret. Secara umum, model pemilihan diskret
dinyatakan sebagai: probabilitas setiap individu memilih suatu pilihan merupakan fungsi ciri sosioekonomi dan daya tarik pilihan tersebut. Untuk
menyatakan daya tarik suatu alternatif, digunakan konsep utilitas. Utilitas didefinisikan sebagai sesuatu yang dimaksimumkan oleh setiap individu.
Alternatif tidak menghasilkan utilitas, tetapi didapatkan dari karakteristiknya dan dari setiap individu Lancaster, 1966, seperti dikutip Tamin, 1997. Fungsi utilitas
penggunaan moda sangat besar artinya dalam bidang perencanaan transportasi. Karena dengan diketahuinya model utilitas pemilihan moda, dapat diketahui
probabilitas pemilihan moda oleh calon penumpang seandainya terjadi perubahan pada atribut pelayanan maupun atribut calon penumpang tersebut.
Penelitian sebelumnya mengasumsikan bahwa fungsi utilitas adalah linear dan fungsi utilitas disusun berdasarkan selisih Δ nilai atribut Yosritzal, 2001;
Kurniati, 1999; Toner, 1991. Berdasarkan asumsi ini, perubahan waktu tunggu dari 5 menit menjadi 10 menit akan sama saja dengan perubahan waktu tunggu
dari 30 menit menjadi 35 menit. Hal ini patut dipertanyakan mengingat bahwa persentase perubahannya sebenarnya jauh berbeda. Dimana pada kasus
pertama terdapat peningkatan waktu tunggu mencapai 100 sedangkan pada kasus kedua hanya sekitar 17.
Pengamatan oleh Toner dilakukan pada tahun 1991 di Leeds, bertujuan untuk memberikan bukti empiris pada nilai waktu jalan kaki penumpang taksi, waktu
tunggu dan waktu dalam kendaraan. Model yang diusulkan adalah fungsi utilitas linear dengan memasukkan semua variabel. Nilai r
2
pada model terpilihnya hanya 0,1836 Toner, 1991. Pada tahun 1999, Titi Kurniati melakukan survei di
Bandung, untuk mendapatkan fungsi utilitas linear dari taksi. Variabel yang dipertimbangkan adalah penghasilan, waktu tempuh, biaya rata-rata dan
kualitas pelayanan. Fungsi ini juga mendapatkan r
2
yang rendah yaitu 0,244 Kurniati, 1999. Tahun 2001, Yosritzal melakukan survey di Padang, untuk
mendapatkan fungsi utilitas linear dari taksi. Variabel yang dipertimbangkan adalah pendapatan, waktu tunggu, biaya dan waktu tempuh. Nilai r
2
model terpilihnya adalah 0,235 Yosritzal, 2001. Terlihat pada ketiga penelitian
tersebut, nilai koefisien determinasi r
2
yang rendah. Demikian juga halnya dengan banyak penelitian lainnya seperti dalam Arentze, et.al 2003, Bolis and
Maggi 1998, Kockelman 1998, dan bahkan dalam Kockelman 1997, nilai r
2
hanya 0.002 dan 0.016 yang menurut Kockelman sendiri sebagai sesuatu yang tidak berguna.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh para peneliti dalam mempelajari perilaku pemilihan moda oleh pelaku perjalanan. Dengan mempetimbangkan berbagai
faktor, diharapkan akan diperoleh model yang memiliki tingkat kepercayaan
1
yang tinggi dan cukup sesuai dengan realita. Kockelman menduga perilaku perjalanan orang dipengaruhi oleh faktor lain seperti pemunculan dan distribusi
kegiatan dan parameter-parameter ekonomi lainnya, maka pada Kockelman 1998, Kockelman mencoba meneliti faktor ini. Berbeda dengan Kockelman,
sebelumnya pada tahun 1995 Small menganggap bahwa dalam pemilihan moda, sisi sediaan dan kondisi jaringan kemacetan ikut menentukan. Oleh
karena itu, Small melakukan penelitian tentang ini dan mendapatkan bahwa terdapat interaksi yang cukup kuat antara realibilitas sistem dengan perubahan
jadwal perjalanan orang Small,et.al., 1995. Hunt meneliti dari sisi sensistivitas berbagai faktor dalam perilaku perjalanan oleh orang. Sayangnya model ini
masih menghasilkan nilai r
2
yang rendah Hunt, 2000. Pells, seperti dikutip Toner dalam Toner 1991, menyatakan terdapat dugaan
kuat bahwa efek ketidaklinieran variable adalah nyata dan mempengaruhi model pemilihan moda. Walaupun Toner sangat meyakini kebenaran dugaan Pells ini,
namun belum ada literatur yang menjelaskan lebih lanjut mengenai dugaan ini. Hal inilah yang coba ditelusuri kembali dalam penelitian ini. Penelitian ini
dilakukan untuk mempelajari perilaku pemilihan moda dengan memvariasikan berbagai jenis moda dan rute perjalanan. Kemudian melakukan pengembangan
alternatif model dengan mempertimbangkan efek ketidaklinieran nilai atribut antara lain melalui penggunaan nilai selisih atribut model, persentase perubahan
nilai atribut sebagai nilai atribut model, penggunaan model non-linier.
II. METODOLOGI PENELITIAN